9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan

  1. Pengertian Kehamilan dapat didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu ( minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke 28 hingga ke 40) ( Prawirohardjo,2010;h.213).

  Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Kehamilan juga merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita dan keluarga pada umumnya,walaupun perubahan besar yang akan terjadi sangat mempengaruhi semua orang terutama wanita (Hutahaean Serri,2013;h.43).

  Kehami lan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalannya sperma untuk menemui sel telur / ovum betul-betul penuh dengan perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit yang survice dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah itu yang sudah seditik itu,Cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Mirza,2008;h.69)

  9

  2. Tanda dan Gejala Kehamilan Tanda dan gejala kehamilan yaitu: a. Tanda pasti kehamilan ( Hutahaean Serri,2013;h.44).

  1) Adanya denyut jantung janin. 2) Adanya pergerakan janin (usia 19 minggu ) 3) Visiualisasi fetus dalam USG ( usia 5-6 minggu) b. Tanda presumtif/dugaan( Walyani,2014;h.70-71).

  1) Nausea (mual dan muntah) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemensis gravidarum. 2) Mengidam

  Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan. 3) Anoreksia

  Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian nafsu makan timbul kembali.

  4) Mammae membesar dan tegang Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat membesar. 5) Miksi

  Desakan rahim kedepanmenyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul karena janin mulai masuk ke ronnga panggul dan menekan kembali kandung kemih.

  6) Konstipasi / obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus/tonus otot menurun sehingga kesulitan untuk BAB.

  7) Pigmentasi kulit Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

  Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

  c. Tanda kemungkinan hamil 1) Perut membesar.

  2) Uterus membesar. 3) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri. 4) Tanda Chadwick

  Adanya perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

  5) Tanda Piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplementasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu. 6) Braxton Hicks merupakan kontraksi yang terjadi akibat peregangan myometrium yang di sebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.

  7) Reaksi kehamilan positif( Walyani,2014;h.70-71).

  a. Sel Telur (ovum) Urutan pertumbuhan ovum : 1) Oogonium 2) Oosit pertama (primary obcyte) 3) Primary ovarian follicle 4) Likuor folikularis 5) Pematangan pertama ovum,dan 6) Pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum.

  b. Sel Mani ( Spermatozoon) Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) 1) Spermatogonium,membelah dua 2) Spermatosit pertama,membelah dua 3) Spermatosit kedua,membelah dua 4) Spermatid,kemudian tumbuh menjadi 5) Spermatozoon (sperma) c. Pembuahan (Konsepsi : Fertilisasi) Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan sel telur di tuba uterine. Dalam beberapa jam setelah pembuahan,mulailah pembelahan zigot yang terjadi selama 3 hari sampai stadium morula.

  d. Nidasi (Implantasi) Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.

  e. Plasentasi dan mukosa rahim Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum kompaktrum dan stratum spongiosum.

  4. Proses kehamilan menurut (Hutahaean Serri, 2013;h.27).

  Proses pembuahan ( konsepsi) Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan / konsepsi.

  Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki laki denagn ovum perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk bergerak dalam media cair dan dapat mempertahankan fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur/ovum akan hidup maximal 48 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu agar fertilisasi berhasil, senggsama harus dilakukan dalam waktu 5 hari sekitar ovulasi.

  Pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang distimulasi oleh hormon estrogen ini terjadi di sepertiga saluran telur / tuba fallopi.

  Sementara penghambatan pertemuan antara sel telur dengan sel sperma pada dua pertiga bagian dari saluran telur dilakukan oleh hormon progesteron. Pada saat ovulasi,ovum akan di dorong keluar dari folikel de graaf dan kemudian ditangkap oleh fimbriae. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke tuba fallopi. Dalam perjalanan itu kebanyakan sperma di hancurkan oleh mukus atau lendir asam di vagina, uterus, dan tuba fallopi.

  5. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Perubahan fisiologi yang terjadi pada kehamilan yaitu :

  a. Perubahan pada sistem reproduksi 1) Uterus a) Ukuran rahim membesar.

  b) Berar dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.

  c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan lunak (tanda hegar, dan pisscacek).

  d) Terjadi vaskularisasi (Prawirohardjo,2014;h.217). 2) Vagina

  Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak merah dan kebiruan (Mochtar,2012;h30). 3) Ovarium

  Ovarium berhenti masih terdapat korpus luteum gravidarum sampai terbentuknya plasenta yang mengambil pengeluaran estrogen dan progesteron (Mochtar,2012;h30). b. Perubahan pada organ dan sistem lainya (Mochtar,2012;h30).

  1) Sirkulasi darah ibu

  a) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin.

  b) Hubungan langsung antara arteri dan vena pada retnoplasenter.

  c) Pengaruh peningkatan hormon estrogen dan progesteron.

  d) Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum lebih dari pertumbuhan sel terjadi hemodilusi.

  e) Mengalami anemia fisiologi akibat dari hemodilusi. 3) Sistem respirasi

  Terjadi desakan diagfragma karena dorongan atau pembesaran rahim ada akibat dari kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. 4) Perubahan pada kulit

  Terjadi kloasma gravidarum, striae livida, striae alba, striae nigra, pigmentasi pada mamae atau papila mamae.

  5) Perubahan metabolisme a) Metabolisme basal naik 15-20 %.

  b) Keseimbangan asam basa meiurun akibat hemodilusi darah dan kebutuhan mineral untuk janin.

  c) Kebutuhan nutrisi meningkat.

  d) Pertambahan berat badan ibu hamil normal antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau 0,5 kg per minggu (Manuaba,2012;h95).

  6. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Perubahan psikologis pada wanita hamil menurut trimester kehamilan adalah : a. Trimester I 1) Rasa Cemas Bercampur Bahagia (Manuaba,2012;h95).

  Perubahan psikologis yang paling menonjol pada usia kehamilan trimester pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus disertai rasa bahagia. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi dan kandungannya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanita yang dapat hamil.

  2) Perubahan Emosional Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan suasana hati, cemas, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahteraannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik dan sebagainya.

  3) Ketidakyakinan atau Ketidakpastian Awal minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada kehamilannya. Dan hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah emosi dan kepribadian. Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil terus berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus membutuhkan perhatian dan perawatan khusus buat bayinya.

  4) Fokus pada Diri Sendiri Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin.

  Meskipun demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. bu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan. 5) Stres

  Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama bisa berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat mempengaruhi perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi. 6) Goncangan Psikologis

  Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.

  b. Trimester II Selama fase trimester kedua kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih tenang, namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seks, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat dan meniru peran ibu serta meningkatnya ketergantungan ibu pada pasangannya. Beberapa bentuk perubahan psikologis pada trimester kedua, yaitu : 1) Rasa Khawatir / Cemas

  Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu-waktu. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap datangnya tanda-tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi yang dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat kebanyakan ibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya dengan memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi, menghindari orang atau benda-benda yang dianggap membahayakan bayinya.

  2) Perubahan Emosional Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode bulan kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilannya.

  c. Trimester III 1) Rasa Tidak Nyaman

  Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek. Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitan dengan adanya perasaan sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, bidan.

  2) Perubahan Emosional Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak terkontrol.

  Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas, takut, bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya.

  7. Dukungan Psikososial terhadap Ibu hamil Dukungan psikologi yang diberikan pada ibu hamil yaitu :

  a. Dukungan Suami Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang hamil akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesehatan fisik dan psikologis ibu. Bentuk dukungan suami tidak cukup dari sisi finansial semata, tetapi berkaitan dengan cinta kasih, menanamkan rasa percaya diri, komunikasi terbuka dan jujur, sikap peduli, perhatian, tanggap dan kesiapan menjadi ayah.

  b. Dukungan Keluarga Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain, namun sifat ketergantungannya akan menjadi besar ketika mendekati persalinan. Sifat ini dipengaruhi kebutuhan rasa aman, terutama keamanan dan keselamatan saat melahirkan. Dukungan keluarga besar menambah percaya diri dan kesiapan mental ibu pada masa hamil dan ketika menghadapi persalinan.

  c. Tingkat Kesiapan Personal Ibu Kesiapan personal merupakan modal besar bagi kesehatan fisik dan psikis ibu. Hal yang berkaitan dengan kesiapan personal adalah kemampuan untuk menyeimbangkan perubahan-perubahan fisik dengan kondisi psikologisnya sehingga beban fisik dan mental bisa dilaluinya dengan sukacita, tanpa stres atau depresi.

  e. Tingkat Aktivitas Ibu Dokter menganjurkan ibu untuk melakukan latihan prenatal yang telah dirancang khusus untuk wanita hamil. Latihan yang menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan menguatkan dinding perut yang akan menopang uterus dan otot panggul, latihan kaki untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot.

  8. Komplikasi Pada Kehamilan Dalam buku Mochtar (2012;h.141-184) menyebutkan :

  a. Hiperemensis Gravidarum Adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi kira-kira sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu / TM 1, mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat. Semua yang dimakan dan diminum ibu dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari ibu. Berat badan menurun, terjadi dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti apendistis, pielitis dan sebagainya c. Abortus (Keguguran) Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

  e. Pendarahan Antepartum Pendarahan Antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.

  f. Penyakit jantung Kebutuhan janin akan oksigen dan zat makanan bertambah seama kehamilan, yang harus dipengaruhi melalui darah ibu. Oleh karena itu, banyaknya darah yang beredar semakin meningkat, sehingga jantung harus bekerja lebih keras.

  9. Deteksi Dini Risiko Kehamilan Deteksi Dini adalah tindakan untuk mengetahui seawal mungkin adanya komplikasi, kelainan dan penyakit baik saat hamil, bersalin maupun nifas. Deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secra efektif (Imron, Asih dan Indrasari, 2016. Hal:2).

  Manfaat deteksi dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau meminimalkan risik terjadinya kmplikasi pada kehamilan, bersalin hingga nifas. Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat meempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.

  Kehamilan resiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, bersalin, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

  Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantau rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014 h; 278).

  Kunjungan pemeriksaan antenatal menurut Kemenkes RI (2013. h; 23) sebagai berikut : a. Trimester I

  Jumlah minimal satu kali dengan waktu yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan sebelum minggu ke 16.

  b. Trimester II Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 24

  • – 28 minggu.

  c. Trimester III Jumlah kunjungan minimal dua kali dengan waktu kunjungan yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 30

  • – 32 minggu dan pada saat umur kehamilan 36 – 38 minggu.

  10. Tujuan pemeriksaan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalinan dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. (Sari dkk, 2015). Standar asuhan kebidanan ANC menurut kemenkes (2014, h;87) minimal kehamilan termasuk dalam 10T yaitu sebagai berikut : a. Ukur berat badan dan tinggi badan.

  b. Ukur tekanan darah.

  c. Ukur lingkar lengan atas (LILA).

  d. Pengukuran tinggi fundus uteri.

  e. Pemberian imunisasi TT.

  f. Pemberian tablet fe minimal 90 tablet.

  g. Penentuan presentasi janin dan DJJ.

  h. Temu wicara/konseling. i. Pelayanan tes laboratorium.

  B. Persalinan

  1. Definisi Persalinan Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadikarena cukup bulan (36-42 minggu) dan bersifat spontan kurang dari 18 jam tanpa ada faktor penyulit dan komplit baik bagi ibu maupun janin (Yongky, Judha, Rodiyah dan Sudarti, 2012. Hal: 47).

  Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati, Ambar Dwi, 2011. Hal:3).

  Persalinan adalah proses hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2013;h.164).

  Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebabnya awitan persalinan spontan tidak diketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan profesionalnya perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan pada kondisi tertentu (Varney, 2007;h.672).

  Persalinan menurut Mochtar (2010;h.71) yaitu. Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir biasa. Pelahiran (delivery) adalah momentum kelahiran janin sejak kala II (akhir kala I).

  Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.1-2) adalah sebagai berikut:

  a. Abortus 1) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan.

  2) Umur kehamilan sebelum 28 minggu. 3) Berat janin kurang dari 1000 gram. b. Persalinan Aterm 1) Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu.

  2. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan Teori penyebab mulainya persalinan menurut Sondakh (2013;h.2-3), yaitu sebagai berikut: a. Teori penurunan progesteron

  Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai.

  b. Teori keregangan Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks

  c. Teori oksitosin interna Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.

  Beberapa tanda dimulainya proses persalinan menurut Sondakh (2013) yaitu sebagai berikut:

  a. Terjadinya His Persalinan Sifat his persalinan adalah: 1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan 2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.

  3) Makin beraktifitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah. b. Pengeluaran lendir dengan darah Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan: 1) Pendataran dan pembukaan 2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.

  3) Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.

  c. Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.

  Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan aka berlangsung kurang dari 24 jam.

  d. Hasil-hasil yang diharapkan dari pemeriksaan dalam menurut Sondakh, (2013;h.3).

  1) Pelunakan serviks. 2) Pendataran serviks. 3) Pembukaan serviks

  Tanda dan gejala persalinan menurut Varney (2007) yaitu:

  a. Lightening Lightening, yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.

  Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah turun” (Varney, 2007;h.672).

  Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini, Anda tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballote terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pubis pada palpasi abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari Anda yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.

  Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Hal ini kemungkinan disebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang lebih sering ditemukan pada primigravida (Varney, 2007;h.672).

  b. Perubahan serviks

Me ndekati persalinan, serviks semakin “matang.” Evaluasi

  kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya, sebagai contoh, pada masa hamil, serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. (Varney, 2007;h.673).

  Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks.

  c. Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengarruh signifikan terhadap serviks. Ontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu kehamilan (Varney, 2007;h.673) d. Ketuban Pecah Dini Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).

  Plak Lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dab menutup jalan lahir selama kehamilan. Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni (Varney, 2007;h.673).

  f. Lonjakan energi Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan.

  g. Gangguan saluran cerna (Varney, 2007;h.674).

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses persalinan adalah penumpang (

  passanger), jalan lahir (passage), kekuatan

  (

  

power), posisi ibu (positioning), dan respons psikologis (psychology

response). Masing-masing dari faktor tersebut menurut Sondakh (2013;h.4-5)

  sebagai berikut: a. Penumpang ( passanger).

  Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.

  b. Jalan lahir ( passage).

  Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang pangggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

  c. Kekuatan ( power).

  Karakteristik HIS persalinan sesungguhnya dan HIS persalinan palsu menurut Johariyah dan Ningrum (2010;.h.23).

Tabel 2.1 Perbedaan HIS persalinan dan HIS palsu His Persalinan His Palsu

  Rasa nyeri dengan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lainnya. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.

  Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi. Rasa nyeri dibagian belakang dan bagian depan.

  Kebanyakan rasa nyeri pada abdomen bagian bawah.

Berjalan akan menambah intensitas. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan

berjalan. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri.

  Tidak ada hubungan antara tingkat dan kekuatan uterus dengan intensitas rasa nyeri. Menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

  Tidak ada perubahan pada serviks.

  Sumber: Johariyah dan Ningrum (2010;.h.23).

  Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu: 1) Kekuatan primer (kontraksi involuter).

  Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan hihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelmbang.

  2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter).

  Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.

  Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.

  4. Proses Persalinan Proses persalinan dibagi menjadi empat kala, yaitu:

  a. Kala I Persalinan 1) Kala I (kala pembukaan)

  Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (

  bloody show) karena serviks mulai membuka

  ( dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase menurut Mochtar (2013;h.71).

  a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsgung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

  b) Fase aktif: berlangsung 2 jam, dibagi menjadi 3 subfase.

  (1) Priode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode dilatasi maksimal ( steady) : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (3) Periode deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

Tabel 2.2 perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan multigravida Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan multigravida adalah sebagai berikut:

  Multi Primi

  Mendatar dan membuka dapat terjadi Serviks mendatar (effacement) dulu bersamaan. baru berdilatasi Berlangsung 6-7 jam. Berlangsung 13-14 jam.

  Sumber: (Mochtar , 2013;.h.71) 2) Penatalaksanaan Perawatan Kala Satu Persalinan

  Penatalaksanaan perawatan selama kala satu persalinan mencakup tanggung jawab menurut Varney (2007), yaitu: a) Diagnosis banding persalinan

  Diagnosis aktual persalinan palsu didasarkan pada definisi persalinan sebagai perubahan serviks yang progresif. Dengan demikin, ketika ditemukan bahwa kontraksi tidak mengakibatkan penipisan dan pembukaan serviks, maka diagnosis persalinan palsu ditegakkan berdasarkan fakta tidak ada pembukaan serviks (Varney, 2007;h.689).

  b) Penatalaksanaan Persalinan Palsu Penatalaksanaan untuk perawatan wanita yang mengalami persalinan palsu dan wanita yng menderita rasa sakit menyeluruh menjelang akhir kehamilan adalah sama. Keduanya memerlukan kesabaran, pengertian, penjelasan dan perhatian yang lembut dan penuh cinta. Anggota keluarga perlu menunjukkan dukungan dan kesabaran (Varney, 2007;h.689).

  c) Evaluasi awal terhadap ibu dan janin dalam persalinan Selain pemeriksaan fisik untuk penapisan, pemeriksaan abdomen dan pelvik yang menyeluruh sangat penting untuk mengevaluasi status persalinan dan kesejahteraan bayi.

  d) Dua belas penatalaksanaan dasar untuk keputusan yang berkaitan dengan perawatan (Varney, 2007;h.695).

  e) Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu mencakup pemantauan sebagai berikut:

Tabel 2.3 Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin Ibu

  a. Tekanan darah

  b. Temperatur

  c. Denyut nadi

  d. Pernapasan

  2. Distensi kandung kemih

  3. Urine

  a. Protein

  f) E

  b. Keton

  a. Cairan v

  b. Mual/muntah

  a

  a. Keletihan dan penurunan fisik

  b. Perilaku dan respon terhadap persalinan

  l

  c. Nyeri ddan kemampuan koping Janin

  u 1. Normalitas letak, presentasi, sikap, posisi, dan variasi janin.

  a 3. Frekuensi dan pola denyut jantung janin.

  Menurut Erawati (2011;h.53) kala II atau kala pengeluaran janin adalah tahap persalinan yang dimulai dengan pembukaan serviks lengkap sampai bayi keluar dari uterus. 1) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:

  a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

  b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

  c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.

  d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: (1) Kepala membuka pintu. (2) Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya.

  e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala dengan punggung.

  f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara: (1) Kepala dipegang os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

  (2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

  (3) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.

  g) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam multigravida 1,5-1 jam. 2) Memilih posisi dalam persalinan

  Posisi persalinan telentang (supine) dapat menyebabkan hipotensi karena bobot karena uterus yang menekan vena kava inferior, aorta, dan dan pembuluh lain dari sistem vena tersebut.

  Posisi yang dianjurkan dalam persalinan menurutErawati (2011;h.54) yaitu sebagai berikut:

  a) Posisi jongkok atau berdiri Keuntungan posisi jongkok atau berdiri, yaitu sebagai berikut.

  (1) Membantu penurunan kepala bayi. (2) Memperbesar dorongan untuk meneran. (3) Mengurangi rasa nyeri.

  b) Posisi duduk/setengah duduk Keuntungan posisi duduk/setengah duduk, yaitu sebagai berikut.

  (1) Memberi rasa nyaman bagi ibu. (2) Memberikan kemudahan untuk istirahat saat kontraksi. (3) Gaya gravitasi dapat membantu mempercepat kelahiran.

  c) Posisi berbaring miring ke kiri Keuntungan posisi berbaring miring ke kiri, yaitu sebagai berikut.

  (1) Memberi rasa santai pada ibu yang letih. (2) Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi.

  (3) Membantu mencegah terjadinya laserasi perineum. 3) Pemantauan Kala II Persalinan

  Hal-hal yang dilakukan dalam pemantauan kala II persalinan menurut Erawati (2011;h.59), adalah sebagai berikut.

  a) Evaluasi terus-menerus kesejahteraan ibu yang berupa: (1) Pemeriksaan denyut nadi tiap 15 menit.

  (2) Pemeriksaan tekanan darah tiap 30 menit. (3) Periksa kontraksi ibu tiap 30 menit untuk menilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit.

  b) Evaluasi terus-menerus kesejahteraan janin yang berupa: (1) Penurunan, presentasi, dan sikap janin melalui pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi.

  (2) Penurunan kepala janin melalui pemeriksaan abdomen tiap 30 menit.

  (3) Kondisi kepala, verteks (kaput, mulase). (4) Denyut jantung janin dan polanya sesering mungkin. (5) Warna cairan ketuban jika selaput ketuban sudah pecah.

  c) Pemantauan bayi baru lahir.

  d) Asuhan dukungan yang berupa: (1) Meningkatkan rasa aman dengan mendukung, mendorong dan meyakinkan ibu.

  (2) Membantu pernapasan. (3) Membantu dalam teknik mengejan.

  (4) Mengikutsertakan, menghormati anggota keluarga atau teman yang mendampingi.

  (5) Memberikan tindakan yang menyenangkan, misalnya mengusap dahi.

  (6) Memberikan dan membantu ibu minum antara waktu kontraksi. (7) Secara terus menurus mengamati prinsip pencegahan infeksi dan dasar-dasar hygiene.

  (8) Memastikan kandung kemih kosong dengan membantu dan mendorong ibu mengosongkannya secara rutin.

  b. Kala III (Pelepasan Plasenta) Menurut Sondakh (2013;h.6) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  Menurut Erawati (2011;h.79) Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkan seluruhnya. 1) Tanda-tanda pelepasan plasenta

  Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda di bawah ini.

  a) Uterus menjadi bundar.

  b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

  c) Tali pusat bertambah panjang. d) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

  Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial (Sondakh, 2013;h.6).

  2) Kala III terdiri dari dua fase, yaitu:

  a) Fase pelepasan plasenta Beberapa cara pelepasan plasenta menurut Sondakh, (2013;h.7) antara lain: (1) Schultze

  Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak plasenta ini, perdarahan biasanya tidakada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir

  (2) Duncan Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

  b) Fase pengeluaran plasenta Perasat-perasat untukmengetahui lepasnya plasenta adalah:

  (1) Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simpisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas. (2) Klein

  Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak digunakan lagi). 3) Manajemen aktif kala III

  Manajemen aktif kala III persalinan menurut Erawati (2011;h.74), yaitu manajemen aktif kala III persalinan terdiri atas tiga langkah utama yaitu suntik oksitosin, penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uterus.

  4) Pemeriksaan setelah plasenta keluar

  a) Plasenta (1) Bentuk : bulat/agak bulat/oval/datar.

  (2) Ukuran : diameter 20-22 cm, tebal ± 2 cm, berat ± 500 gram, hidrops fetalis (ada/tidak).

  (3) Permukaan maternal : kotiledon (lengkap/tidak), infark (ada/tidak).

  (4) Permukaan fetal : korion dan amnion (ada yang tertinggal/tidak, letak robekan).

  b) Tali pusat (1) Panjang : 40-50 cm.

  (2) Diameter : 1-2 cm. (3) Insersi : normal atau sentral, lateral, battledore, velamentosa. 5) Tindakan-tindakan kala III

  Tindakan-tindakan kala III menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.151- 153) yaitu:

  a) Kompresi Bimanual Interna (KBI) Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri. Setelah meyakini bahwa plasenta telah lahir lengkap, akan tetapi kontraksi tidak terjadi, maka penanganan atonia uteri adalah dengan cara KBI.

  b) Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)

  c) Kompresi Aorta

  c. Kala IV (Kala Pengawasan/observasi/pemulihan) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Sondakh, 2013;h.7).

  Kala IV menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.7) adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

  Kala IV menurut Mochtar (2013;h.73) adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

  Menurut Erawati (2010;h.85) kala IV (kala pengawasan) adalah kala pengawasan selama dua jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pascapartum. 1) Observasi yang dilakukan menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.7) adalah: a) Tingkat kesadaran penderita.

  b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

  c) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri.

  Dalam evaluasi uterus, yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal akan teraba keras saat dipalpasi. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus, akan terjadi atonia uterus (Erawati, 2011;h.86).

  d) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

  2) Fisiologi kala IV persalinan menurut Erawati (2011;h.85) Setelah plasenta lahir, tinggi fundus uterus kurang lebih dua jari di bawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

  3) Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum

  a) Serviks Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks menganga seperti corong b) Vagina dan perineum Evaluasi laserasi dan perdarah aktif pada perineum dan vagina. Kaji perluasan laserasi perineum. Laserasi perineum dibagi menjadi empat derajat menurut Erawati (2010;h.86), yaitu sebagai berikut. (1) Derajat I Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.

  (2) Derajat II Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur. (3) Derajat III

  Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal.

  (4) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rektum anterior. Pada derajat III dan

  IV, segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.

  5. Langkah-langkah Persalinan Normal Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58 langkah, sebagai berikut: a. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua, seperti sebagai berikut:

  1) Adanya keinginan untuk meneran. 2) Tekanan pada rektum dan vagina.

  3) Perineum menonjol. 4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

  b. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

  1) menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi.

  2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  c. Pakai celemek plastik.

  d. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

  e. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

  f. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung tangan DTT dan steril.

  g. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati dari depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT. 1) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

  2) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.

  3) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%) h. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi. i. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. j. Periksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah kontrasksi dalam batas normal(120-160 x/menit).

  1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. 2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. k. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

  Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

  1) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.

  2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. l. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman). m. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:

  1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  2) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. 3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman. 4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. 5) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  6) Menganjurkan makan minum. 7) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai. 8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran