BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Karyati BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab. Sebagai sebuah karya imajinatif fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusian, hidup dan kehidupan. Acuan karya sastra juga bukan hanya dunia nyata, melainkan dunia fiksi, imajinasi. Tokoh-tokoh dalam karya sastra itu merupakan hasil ciptaan atau rekaan pengarang yang muncul begitu saja, tidak mempunyai sejarah, dan tidak mempunyai masa lalu. Dalam kecenderungan demikian karya sastra juga dipahami sebagai karya kreatif dari hasil cipta pengarangnya (Faruk, 2010: 43).
Menurut Horatio (dalam Noor, 2009: 14) karya sastra itu menyenangkan dan berguna (dulce et utile). Dianggap berguna karena pengalaman jiwa yang dibeberkan dalam kongkretisasi cerita, dan dikatakan menyenangkan karena cara pembeberannya. Sifat karya sastra yang menunjukan sifat-sifat menyenangkan dan berguna maka karya sastra itu dapat dianggap sebagai karya sastra yang bernilai. Sedangkan menurut Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2007: 3) karya sastra menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Dikatakan menyenangkan karena memberikan hiburan untuk pembaca dan dianggap memberi pemahaman karena membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense (daya menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan terikat).
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan karya sastra yaitu bukan hanya memberikan hiburan melainkan juga mmberikan nilai-nilai pengajaran yang
1 sipatnya mendidik baik bagi para pendengar dan pembacanya. Hal ini yang menjadi daya tarik utama para pembaca terhadap apresiasi karya sastra.
Demikian juga melalui karya sastra anak, seorang dapat memperoleh manfaat. Seperti Karakteristik sastra anak menurut Sarumpaet (2010: 83) seperti yang lazimnya dipercayai orang dewasa menulis anak yaitu penulis-penulis menancapkan kebijaksanaanya sambil mengisi rumpang dalam ‘pengalaman’, ‘pengetahuan’, dan ‘kebijaksanaan’. Ketiga itulah sebabnya lahir kedua tiang pengajaran dan penghiburan sebagai kesadaran akan perlunya bacaan yang dapat membangun anak-anak yang masih ‘belum cukup beradab’. Pernyataan tersebut juga sebagai landasan bahwa sastra anak diciptakan sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran anak akan pentingnya pengetahuan yang didapatkan melalui membaca karya sastra. Muara dari kegiatan membaca adalah anak merasa senang, puas, dan mampu memperoleh pelajaran yang berharga karena telah mendapatkan berbagai informasi tentang pengalaman kehidupan yang sesuai dengan dunianya untuk mengembangkan fantasinya. Selain itu, sastra anak dapat menuntun kecerdasan emosi dari kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Novel menurut Nurgiyantoro (2007: 11) merupakan bentuk dari prosa, dengan karangan yang memiliki rangkaian cerita kehidupan seseorang dan orang-orang yang ada di sekelilingnya, menonjolkan watak dan sifat setiap tokoh. Bentuk ceritanya pun panjang, berjumlah ratusan halaman. Selain itu pula, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih komplek.
Bentuk cerita anak yang akan dikaji dalam penelitian, fabel yang termasuk bagian dari novel. Nurgiyantoro (2007: 190) menilai fabel merupakan bentuk cerita yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Fabel diciptakan sebagai personifikasi manusia, baik yang menyangkut tokoh lengkap dengan karakternya maupun persoalan hidup yang diungkapkannya. Ada pun judul novel yang akan dikaji yaitu Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih Tary. Selanjutnya untuk memudahkan pengutipan dialog maupun gambaran peristiwa maka judul novel tersebut akan disingkat menjadi TKDLDNK.
Dari judul yang tertera dalam cerita anak, unsur dominan nilai didaktis sebagai komponen utama pada sastra anak, menjadi hal yang menarik untuk dikaji berdasarkan pelukisan nilai didaktis (tujuh kebaikan) yang digambarkan pengarang yakni kesesuaian nilai didaktis dengan karakteristik sastra anak yang ada dalam cerita.
Secara umum TKDLDNK menceritakan tentang tokoh Dido Lebah yang gemar bersikap usil pada teman-teman dan Nenek Katak. Kenakalan ini menjadikan Ayah Dido lebah sakit parah. Keadaan Ayahnya yang sakit parah memicu Dido Lebah untuk melakukan kebaikan, sebagai upaya kesembuhan Ayahnya saat berpetualang untuk mencari madu ajaib di Negeri Kesedihan. Kebaikan yang dilakukan Dido Lebah merupakan penerapan nilai didaktis. Berikut gambaran nilai didaktis peduli yang ada dalam cerita. “Hai, Aku Dido Lebah. Kenapa kau menangis?” “Aku Ibu Tikus, Dido Lebah. Aku sedang bersedih karena anakku dibawa oleh Raja Tikus.” “Kenapa bisa demikian, Ibu Tikus? Siapa sebenarnya Raja Tikus itu” “Raja Tikus itu pemimpin kami di Kerajaan Sarang Tikus itu tikus yang besar tapi buruk rupa, dan ia selalu sedih dengan keadaan dirinya yang buruk rupa. Sehingga, ia senang sekali memenjara anak-anak tikus yang indah dan cantik-cantik. Ia tidak terima jika melihat tikus-tikus yang indah. Inilah mungkin alasan ia menangkap anakku, si Oki Tikus yang berbulu cantik dan indah” “Bolehkan aku membantu Ibu Tikus untuk membebaskan Oki Tikus?”
(TKDLDNK: 28-29) Kepedulian Dido Lebah dalam membantu Ibu tikus menyelesaikan masalah, sebagai gambaran nilai didaktis peduli sosial (empati). Bukan hanya nilai didaktis kepedulian saja yang diterapkan dalam cerita. Namun, kepedulian tersebut memunculkan nilai didaktis berani dan tanggung jawab. Berikut gambaran nilai didaktis berani dan tanggung jawab yang tergambar dalam novel. “Horeeeee….!!!!” Seru anak-anak Tikus itu gembira. “Sekarang cepat-cepatlah kalian pulang” perintah Dido Lebah. “Terus Bagaimana denganmu Dido Lebah?” tanya Oki Tikus. “Aku akan menemui Raja Tikus” kata Dido Lebah. “Jangan, Dido Lebah! Itu sangat bahaya!” “Jangan kuatir…aku bisa mengatasinya. Sekarang cepat pulang sebelum pengawal- pengawal itu tahu”
(TKDLDNK: 32) Nilai didaktis yang dijabarkan dalam cerita juga disampaikan pengarang pada akhir tiap cerita dalam sebuah kesimpulan. Berikut contoh kesimpulan pada akhir cerita. Tidak usah takut meminta maaf jika kita berbuat salah. Karena dengan meminta maaf atas kesalahan kita, maka teman-teman kita pasti akan memaafkan dan kita akan bias kembali berteman.
Bukankan indah jika hidup kita dikelilingi teman-teman yang baik (TKDLDNK: 36)
Nilai didaktis yang terkandung dalam novel merupakan kajian utama dalam penelitian. Hal inilah yang menjadi alasan utama peneliti mengkaji novel Tujuh
Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniwan dan Mulasih Tary.
Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Pendekatan moral dipilih sebagai upaya untuk memperoleh gambaran tentang nilai didaktis. Sehingga informasi tentang nilai didaktis yang telah dianalisis dalam novel tersebut mampu menjadi pengetahuan yang positif dan mudah dipahami bagi semuanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterkaitan antara tema dan amanat berdasarkan pendekatan moral yang terkandung dalam Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih Tary? 2. Bagaimana kesesuaian antara nilai didaktis dengan karakteristik sastra anak dalam novel Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru
Kurniawan dan Mulasih Tary? C.
Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan keterkaitan antara tema dan amanat yang terkandung dalam novel Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih Tary.
2. Mendeskripsikan kesesuaian antara nilai didaktis dengan karakteristik sastra anak ada dalam novel Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih Tary.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian pada novel Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih Tary diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Secara Teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan pada pembaca tentang nilai didaktis yang termasuk karakteristik sastra anak dalam novel
Tujuh Kebaikan Dido Lebah di Negeri Kesedihan karya Heru Kurniawan dan Mulasih
Tary.2. Secara Praktis
Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi modal untuk para pendidik, khususnya orang tua dan guru dalam membangun, mengembangkan, mendidik anak yang berintelek dan berakhlak mulia. Selain itu pula, dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya, yang berminat mengadakan penelitian terhadap karya sastra anak bagi pengarang lain.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsin ini, untuk memudahkan membacanya maka penulis membuat sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini bertujuan untuk mempermudah pembaca memahami isi skripsi dalam mencari bab atau subbab yang dibutuhkan. Penyusunan laporan terdiri dari bab dan sub-subbab yang bersistem.
Bab I yang berisi pendahuluan mengantarkan pembaca untuk menjawab apa dan mengapa penelitian dilakukan. Pendahuluan terdiri dari sub-subbab yang menyertai, mulai latar belakang yang dikemukakan dengan harapan dan kenyataan yang melatarbelakangi masalah yang diteliti, rumusan masalah ini sebagai upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya, tujuan penelitian ini sebagai hasil penelitian, manfaat penelitian untuk kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi hasil penelitian sebelummnya dan landansan teori yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah. Pada Bab III berisi tentang metodologi penelitian, terdiri dari subbab sumber data, objek penelitian, metode penelitian, dan langkah-langkah penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dan pembahasan atas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan di dalam Bab III mengenai keterkaitan tema, amanat, dan kesesuaian nilai didaktis dengan karakteristik sastra anak. Bab V penutup berisi dua hal pokok yaitu kesimpulan yang terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan masalah, dan saran yang diajukan mengenai temuan penelitian.