BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SMP KELAS VIII - repository perpustakaan

  5 BAB II

  LANDASAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual

  Menurut Trianto (2009) pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan di Amerika pertama-pertama diusulkan oleh John Dewey pada tahun 1916. Berikut ini akan dibahas tentang definisi, dan komponen-komponen pendekatan kontekstual.

  1. Definisi Pendekatan Kontekstual

  Menurut Masnur (2007) pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

  2. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual

  Menurut Masnur (2007) pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS yang berbasis konntekstual maka di dalam LKS tersebut mencakup tujuh komponen dari pendekatan kontekstual. Ketujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Konstruktivisme (Construktivism)

  Konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan kontekstual. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu yang berguna bagi dirinya dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Pada komponen ini langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru yaitu guru memberikan permasalahan pada siswa.

  b. Pemodelan (Modeling) Komponen pendekatan kontekstual ini menyarankan bahwa pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pendekatan kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran teoritis-abstrak.

  c. Menemukan (Inkuiri) Komponen menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

  d. Bertanya (Questioning) Komponen bertanya merupakan strategi pendekatan kontekstual.

  Belajar dalam pendekatan kontekstual dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan pengetahuan kemampuan berfikir siswa. e. Masyarakat Belajar (Learning community) Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

  f. Refleksi (Refleksion) Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pendekatan kontekstual adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran seperti ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.

  g. Penilaian Nyata (Aunthentic Assesment) Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran berlangsung.

B. Pengembangan LKS 1. Pengertian LKS

  Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan untuk memancing keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002) lembar kerja siswa (LKS) adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topik.

  Menurut Trianto (2010) lembar kerja siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

  Sedangkan menurut Mugiono (2001) mengatakan LKS dapat menjadi suatu alternative bagi guru untuk mengarahkan pelajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar.

  Dari beberapa pendapat di atas, Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja untuk membimbing siswa secara terstruktur yang berguna sebagai jembatan untuk memahami suatu konsep. Dan sebagai salah satu jenis alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan LKS dalam jenis alat peraga pada pembelajaran matematika secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berisikan informasi maupun soal-soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh peserta didik. LKS juga digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan dari pokok bahasan yang telah diajarkan.

  Penyajian bahan pelajaran pada umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreatifitas siswa dalam belajar.

  2. Manfaat Penggunaan LKS

  Menurut Arsyad (2004) penggunaan LKS memberikan manfaat dalam proses pembelajaran antara lain: a. Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar.

  b. Meningkatkan motivasi siswa, dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya.

  c. Penggunaan LKS dapat mengatasi penggunaan indera, ruang dan waktu.

  d. Siswa akan mendapat pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa, dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.

  3. Macam-macam LKS

  a. LKS Tak Berstruktur LKS tak berstruktur berupa lembaran yang diberikan kepada siswa dalam usaha mengefisienkan kegiatan belajar mengajar.

  Contoh : 1) Lembaran yang memuat suatu kelompok data dan sajiannya berupa grafik yang dikutip dari media massa dan dapat dimanfaatkan guru dalam membahas materi yang relevan dalam statistik. 2) Lembaran berupa kertas bertitik, kertas berpetak atau kertas millimeter.

  Lembaran ini dapat dimanfaatkan siswa pada saat mempelajari materi dengan tujuan memudahkan kegiatan belajar agar efisien dan efektif.

  b. LKS Berstruktur LKS berstruktur adalah LKS yang dirancang dengan tujuan untuk membimbing siswa dalam mempelajari suatu materi pelajarn yang terkait dengan konsep, prinsip atau pengenalan. LKS berstruktur memuat komponen-komponen sebagai berikut : 1) Judul, yang terdiri dari identitas siswa, materi pelajaran.

  2) Tujuan, memuat apa yang dipelajari siswa dan pengalaman belajar yang akan diperoleh dari proses belajar menggunakan LKS.

  3) Petunjuk belajar atau bekerja bagi siswa untuk mengerjakan LKS. 4) Isi atau uraian kegiatan belajar, yang berupa sajian yang ditata secara urut sehingga mewujudkan proses belajar terbimbing sehingga dicapai tujuannya atau diperoleh pengalaman belajar yang diharapkan. 5) Evaluasi proses belajar mengajar, yang berisi soal, pertanyaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.

  Dalam penelitian ini yang akan dikembangkan adalah pengembangan LKS berstruktur.

C. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

  Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian hingga terjadi perubahan tingkah laku. Dalam mengembangkan pembelajaran terdapat beberapa model pengembangan yang dapat dijadikan pegangan, diantaranya adalah model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI), model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp, model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick dan Carey, dan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Namun, dalam penelitian ini peneliti memilih model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Menurut Trianto (2010) bahwa model pengembangan perangkat pembelajaran terdiri dari 4 tahap yang dikenal dengan sebutan Four-D (model 4D), yaitu tahap pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan penyebaran (Dissaminate). Model ini dapat digambarkan seperti diagram berikut

  Analisis Awal Akhir

  P

  Analisis Siswa

  en d ef in

  Analisis Tugas Analisis Konsep

  is ian

  Perumusan Tujuan Penyusunan Soal

  P er an can

  Pemilihan Media

  g an

  Pemilihan Format Desain Awal

  P en ge

  Validasi Ahli

  m b an gan

  Uji Pengembangan Uji Validasi

  P en ye

  Pengemasan

  b ar an

  Penyebaran dan Pengadopsian Diagram 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thiagarajan (Trianto, 2010). Model ini terdiri atas empat tahap, yaitu : Define, Design, Develop, dan Disseminate .

  1. Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dan batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok yaitu :

  a. Analisis Awal-Akhir Analisis awal-akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Berdasarkan masalah ini disusunlah alternatif perangkat yang relevan.

  b. Analisis Siswa Analisis siswa bertujuan untuk menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan perkembangan materi pelajaran. Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal yaitu kemampuan awal siswa dan karakteristik siswa yang meliputi usia.

  c. Analisis Materi Menurut Trianto (2009) analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis materi yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir. Materi pembelajaran hakikatnya berisikan butir-butir bahan pembelajaran pokok yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai suatu KD. Sehingga untuk menentukan materi pokok faktorisasi suku aljabar dalam LKS harus melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar. d. Analisis Tugas Analisis tugas merupakan proses pengidentifikasian terhadap ketrampilan-ketrampilan utama yang diperlukan sesuai dengan materi dan menganalisisnya ke dalam suatu kerangka sub ketrampilan. Kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasikan ketrampilan akademis utama yang nantinya akan dikembangkan dalam model pembelajaran.

  e. Perumusan Tujuan Pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku.

  2. Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan propotipe dalam membuat

  LKS berbasis kontekstual. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu :

  a. Penyusunan soal-soal dalam LKS kontekstual

  b. Pemilihan media

  c. Pemilihan format

  d. Desain awal (rancangan awal) LKS yang berbasis kontekstual

  3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan pengembangan adalah untuk menghasilkan draft LKS yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli data yang diperoleh dari uji coba.

  Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba.

  4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Maksud dari tahap ini adalah menyebarkan LKS dan instrument penelitian setelah direvisi berdasarkan hasil validasi para ahli dan hasil uji coba.

D. Materi Faktorisasi Suku Aljabar

  Faktorisasi suku aljabar merupakan salah satu materi untuk siswa SMP kelas

  VIII pada semester satu. Materi faktorisasi suku aljabar mencakup : Kompetensi Dasar :

  1.1 Melakukan operasi aljabar : Menjelaskan pengertian koefisien, variabel, konstanta, suku satu, suku dua, suka tiga dalam variabel yang sama atau berbeda.

  Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dan pangkat dari suku satu, suku dua.

  Menyelesaikan pembagian dengan suku sejenis atau tidak sejenis.

  1.2 Menguraikan bentuk aljabar kedalam faktor-faktornya : Memfaktorkan suku bentuk aljabar sampai dengan suku tiga.

  Menyederhanakan pembagian suku. Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, bagi dan pangkat pecahan bentuk aljabar dengan penyebut suku satu, suku dua.

  Menyederhanakan pecahan bentuk aljabar.