PERKEMBANGAN USAHA BUBUK KOPI MEREK ULEE KARENG DI DESA LAMGAPANG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR, 1960-2015 Dewi Mentari

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  

PERKEMBANGAN USAHA BUBUK KOPI MEREK ULEE KARENG DI DESA

LAMGAPANG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH

BESAR, 1960-2015

  1

  2

  3 Dewi Mentari , Husaini Ibrahim , Teuku Abdullah

  Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

  Email: dewimentari_20@yahoo.co.id, husibram@gmail.com, t.abdullahsakti@gmail.com. ====================================================================

  

ABSTRACT

This research title "brand coffee powder business development in the village of Ulee Kareng

Lamgapang Krueng Barona Jaya sub-district, Aceh Besar district, 1960-2015, the research

objectives (1) would like to explain the business development Ulee Kareng brand coffee

grounds in the village of Krueng Barona Lamgapang District of Aceh Jaya District of the year

1960 to 2015 (2) wants to analyze the social and economic life brand coffee powder

entrepreneurs in the village of Ulee Kareng Lamgapang Krueng Barona Jaya sub-district of

Aceh Besar district in 1960-2015. This study used a qualitative approach and methods used

historical method. Data collection techniques used by interview, documentation, observation

and literature study. Based on the research results obtained information that (1) the business

brand of coffee grounds in the village of Ulee Kareng Lamgapang started in 1960 by Asnawi.

In the progress to date business coffee powder brand Ulee Kareng has produced a variety of

products such as coffee shop organic, ground coffee specials, Coffee Ulee Kareng Arabica,

Coffee Ulee Kareng Organic Robusta, Coffee Ulee Kareng 2 + 1 (Coffee + Sugar), Coffee

Arabica Super, Rubusta Original Coffee, Coffee Super Quality, Tubruk Coffee Milk Powder

Sanger and hard Coffee Rubusta. In addition the number of entrepreneurs has also increased

since 1960 only 8 people, but in the year 2016 amounted to 120 workers / employees, (2) the

socio-economic aspects of the entrepreneur is seen that the average age of workers between

41-50 years, the average education level graduated from high school and the number of

dependent family members an average of 3-5 people. Seen also in terms of their place of

residence has also been seen prosperous means the average entrepreneur already has a

permanent home form which is complemented by a wide range of home furnishings.

  

Keywords: Development, Enterprise, Coffee Powder Brand Ulee Kareng, Lamgapang village.

  

===================================================================

  1 2 Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah. 3 Dosen Pembimbing I.

  Dosen Pembimbing II.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  

ABSTRAK

  Judul penelitian ini “perkembangan usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar, 1960-2015, maka tujuan penelitiannya (1) ingin menjelaskan perkembangan usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 1960-2015 (2) ingin menganalisis kehidupan sosial ekonomi pengusaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 1960-2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang dipakai metode sejarah.Teknik pengumpulan data digunakan dengan wawancara, dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa (1) usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang dimulai pada tahun 1960 oleh Asnawi. Dalam perkembangannya hingga saat ini usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng sudah menghasilkan berbagai produk seperti Kopi warung organik, Kopi bubuk spesial, Kopi Ulee Kareng Arabica, Kopi Ulee Kareng Organik Robusta, Kopi Ulee Kareng 2 + 1 (Kopi + Gula), Kopi Arabica Super, Kopi Rubusta Original, Kopi Super Quality, Kopi Tubruk Susu Sanger dan Bubuk keras Kopi Rubusta. Selain itu jumlah pengusaha juga mengalami peningkatan sejak tahun 1960 hanya 8 orang, namun ditahun 2016 sudah berjumlah 120 pekerja/karyawan, (2) dalam aspek social ekonomi pengusaha terlihat bahwa rata-rata umur pekerja antara 41-50 tahun, tingkat pendidikan rata-rata tamatan SLTA dan jumlah tanggungan anggota keluarga rata-rata 3-5 orang. Dilihat pula dari segi tempat tinggal mereka juga sudah terlihat sejahtera artinya para pengusaha rata-rata sudah memiliki bentuk rumah yang permanen yang dilengkapi oleh berbagai perabotan rumah.

  Kata Kunci: Perkembangan, Usaha, Bul Lamgapang.

  

=================================================================

  dibudidayakan diwilayah dataran tinggi

  PENDAHULUAN

Latar Belakang tanah Gayo, termasuk Takengon, Aceh

  Kopi Aceh berasal dari Belanda yang Tenggara, dan Gayo Lues, sedangkan di dibawa oleh seorang pengusaha Belanda Kabupaten Pidie (terutama wilayah pada abad

  XVII melalui Batavia Tangse dasn Geumpang) dan Aceh Barat, (sekarang Jakarta) lalu masuk ke masyarakat lebih menyukai Aceh.Kopi yang pertama sekali mengembangkan kopi jenis Robusta diperkenalkan adalah kopi jenis Arabika (http://www.kopiaceh.com/asal-usul- yang kemudian berkembang dengan jenis kopi-aceh, diakses: 18 Agustus 2016). yang makin berag.Di dunia, kopi bisa Desa Lamgapang merupakan dibedakan menjadi

  2 kelompok salah satu desa yang termasuk dalam berdasarkan jenisnya, yaitu kopi Arabika Kecamatan Krueng Barona Jayayaitu dan kopi Robusta.Di Aceh kedua jenis salah satu kecamatan diAceh Besar, Ibu kopi ini dibudidayakan oleh masyarakat kota Provinsi Aceh. Desa Lamgapang setempat. Kopi jenis Arabika umumnya terkenal dengan kopi merek Ulee

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  Karengnya. Banyak yang mengatakan jika belum mampir dan mencicipi kopi salah satu kedai kopi di Ulee Kareng, maka belum lengkap perjalanan di kota Banda Aceh. Salah satu karakteristik lain dari kopi merek Ulee Kareng adalah warnanya yang sangat pekat.

  Biji kopi Ulee Kareng dihasilkan dari biji kopi pilihan berkualitas yang berasal dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya.Biji-biji kopi tersebut diproduksi oleh usaha-usaha kecil menengah. Oleh penduduk setempat, bubuk kopi yang berkualitas tinggi ini kemudian diproses secara unik, sejak dari penggilingan hingga disaring menjadi secangkir minuman dengan cara yang tersendiri. Inilah sebabnya kopi Aceh, terutama kopi merek Ulee Kareng ini kemudian menjelma menjadi ikon Aceh itu sendiri(Observasi: 20 Agustus 2016).

  Hasil observasi awal yang penulis dapatkan bahwa usaha Kopimerek Ulee Karengyang dilakukan oleh masyarakat Desa Lamgapang didominasi oleh pabrik milik bapak Asnawiyang menjadi salah satu bubuk kopi lokal terkenal di Aceh. Salah satu pabrikyang memproduksi kopi Ulee Kareng dengan cita rasa dan kekhasannya ini terletak di Jalan Lamreung No. 2, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar yang telah berdiri sejak tahun 1960-2015, dari usaha kecil keluarga 4 x 6 meter dengan menjaga cita rasa kekhasan kopi Ulee Kareng pabrik ini telah banyak menarik peminat dan pecinta kopi yang ingin mencicipi kekhasan dari kopi Ulee Kareng itu sendiri dan semakin banyaknya permintaan hingga saat ini, pabrik yang dari usaha kecil keluarga tersebut sekarang telah memiliki kapasitas produksi yang lebih besar dan sekarang memiliki 120 pekerja atau pengusaha yang berasal dari daerah setempat. Pekerja-pekerja ini memiliki umur yang variasi antara umur 18 tahun sampai dengan umur 50 tahun.Pekerja-pekerja tersebut memiliki Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang disediakan oleh pemilik pabrik tersebut untuk melindungi pekerja-pekerja tersebut dari kecelakaan dalam bekerja. Selain memiliki JAMSOSTEK pekerja juga diberi bonus bagi yang sudah mencapai target penjualan atau hasil kerjanya yang bagus., selain itu gaji pekerja dihitung perhari sekitar Rp.30.000 sampai dengan Rp.50.000 tergantung bagian pekerjaan masing-masing, tetapi gaji pekerjaan tersebut dibayar perbulan (Observasi: 14 Agustus 2016).

  Berdasarkan uraian di atas timbul keinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana Perkembangan Pabrik Bubuk Kopi Ulee Kareng sampai saat ini dengan judul “Perkembangan Usaha Bubuk Kopi

  Merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar, 1960-2015”. Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini ialah: (1) Bagaimanakah perkembangan usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besartahun 1960-

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  2015?Dan (2) Bagaimana kehidupan sosial ekonomi pengusaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 1960-2015?

  Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini ialah: Ingin menjelaskan perkembangan usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besartahun 1960-2015. Ingin menganalisis kehidupan sosial ekonomi pengusaha bubuk kopi merek Ulee Karengdi Desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 1960-2015.

  Anggapan Dasar

  Adapun yang menjadianggapan dasar dalam penelitian ini adalah “kopi merek Ulee Kareng merupakan salahsatu produk yang diminati oleh masyarakat banyak”.

  Kajian Relevan

  Menurut Arrizal, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pengaruh

  Faktor-Faktor Masukan Sistem Operasional Terhadap Dinamika Perkembangan Perusahaan, Kasus Perusahaan Industri Mikro Bubuk Kopi di Kelurahan Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi”. Arrizal menjelaskan bahwa

  faktor-faktor perkembangan kemampuan memperkerjakan tenaga kerja, perkembangan gaji tenaga kerja, perkembangan penguasaan teknologi danperalatan produksi, perkembangan kemampuan mendesain produk, perkembangan total asset, perkembangan permintaan pasar, perkembangan kemampuan menyediakan bahan baku, perkembangan harga bahan baku, dan perkembangan penguasaan informasi dan ilmu manajemen secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap dinamika perkembangan perusahaan (perkembangan nilai produksi) perusahaan industri mikro bubuk kopi. Jadi telah seharusnyalah faktor-faktor yang ada didalam perusahaan industri mikro bubuk kopi tersebut diperhatikan, karena hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan perusahaan industri mikro bubuk kopiyang dijalankan.

  Berikutnya Salwani dengan karyanya yang berjudul “Kehidupan

  Sosial Ekonomi Petani Kopi di Kecamatan Bintang kabupaten Aceh Tengah, 1974-2013” berdasarkan dari

  hasil penelitian dapat diketahui bahwa kehidupan sosial petani kopi di Kecamatan Bintang Aceh Tengah sudah lebih baik, meskipun terjadi perubahan- perubahan, hal ini tergantung dari harga kopi yang ada dipasar dan harga dari biaya kebutuhan sehari-hari yang harus mereka keluarkan. Pertanian kopi yang merupakan pekerja utama yang membawa perubahan besar bagi perekonomian penduduk Kecamatan Bintang.Bertani tanaman kopi ini sangat membantu dan memadai dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk dikecamatan bintang mulai dari terpenuhinya kebutuhan pokok,

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  pelengkap, sampai biaya sekolah anak- anak yang dapat mencapai perguruan tinggi.Hal ini tentu tidak terlepas dari perkembangan harga kopi yang ada dipasar.

  Tentu saja hal itu tidak hanya terjadi di Aceh Tengah, dibeberapa daerah Aceh yang membiayai hidupnya dengan kopi juga merasakan hal yang sama. Kualitas kopi sangat mempengaruhi harga kopi yang ada di pasar, semakin bagus kualitas dari kopi tersebut maka harga pasar dari kopi tersebut semakin meningkat. Maka para petani perlu meningkatkan lagi pengetahuannya terhadap tata cara pengelolaan kopi yang baik agar kualitas kopi tetap terjaga sehingga harga jualnya pun meningkat. Hal tersebut dilihat dari ketatnya persaingan industri kopi yang terjadi pada zaman sekarang, maka petani kopi harus lebih cerdas mengelola dan memasarkan kopi hasil produksinya kepada masyarakat baik didalam negeri maupun diluar negeri.

  METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain (Maleong, 2007:06). Metode yang digunakan adalah metode sejarah, karena penelitian ini bertujuan merekonstruksi masa lalu, maka metode yang digunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah proses mengkaji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dalam penelitian sejarah dibagi ke dalam 5 (lima) tahapan yaitu: (1) pemilihan topik; (2) heuristik atau pengumpulan sumber; (3) verifikasi atau kritik sumber (kritik internal dan kritik eksternal); (4) interpretasi atau penafsiran; dan (5) historiografi

  LokasidanWaktuPenelitian

  Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini dilakukan di desa Lamgapang Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Desember 2016.

  Sumber Data

  Sumber yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

  1) Sumber Primer

  Sumber primer terdiri dari sumber lisan dan tulisan. Sumber lisan diperoleh dengan melakukan wawancara dengan para pengusaha bubuk kopi Ulee Kareng, direktur pabrik bubuk kopi Ulee Kareng dan sejumlah karyawan yang bekerja di pabrik tersebut, dan sumber tulisan adalah data yang berbentuk dokumen diperoleh dari pabrik bubuk kopi Ulee Kareng.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

2) Sumber Skunder

  Yang termasuk dalam sumber sekunder adalah berupa buku-buku, majalah, artikel, disertasi, dan jurnal.

  Teknik Pengumpulan Data

  Untuk mendapatkan data maka teknik yang digunakan ialah : 1) Wawancara

  Wawancara atau interviu adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambli bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tampa mengunakan pedoman wawancara (Burhan Bugin, 2011: 136). Nara sumber yang peneliti wawancarai secara langsung antara lain pihak yang terkait seperti, para pengusaha bubuk kopi merek Ulee Kareng, pemilik pabrik/perusahaan kopi, para pengusaha kopi, toke, pedagang yang mempunyai pengetahuan tentang aspek yang penulis teliti.

  2) Dokumentasi Metode dokumentasi ialah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi & Suwandi, 2008:158). Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber primer dari objek yang akan diteliti. Agar mendapatkan sumber atau data primer dari objek yang akan diteliti, maka penulis mencari dokumen-dokumen seperti laporan produksi pabrik kopi, laporan pendapatan dan pengeluaran, profil pabrik, data yang tersimpan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta BPS Kabupaten Aceh Besar.

  3) Observasi Lapangan Dalam kegiatan ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap berbagai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, seperti cara bekerja pengrajin, kesejahteraan karyawan, manajemen keuangan, dinamikaperkembangan perusahaan dari tahun 1960-2015 dan cara pengolahan kopi sehingga menimbulkan cita rasa dan aroma yang khas. Hal ini guna untuk mendukung berbagai sumber-sumber yang lain.

  4) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan digunakan terutama untuk memperoleh data-data sekunder.Dalam kegiatan ini penulis mengumpulkan berbagai buku bacaan, majalah, artikel dan hasil-hasil laporan penelitian tentang usaha kopi.Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan awal tentang perkembangan usaha kopi itu sendiri. Studi kepustakaan ini dilakukan di berbagai perpustakaan seperti, Perpustakaan Wilayah Banda Aceh, Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Perpustakaan Fakultas Ekonomi Unsyiah dan Badan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Budaya Universitas Syiah Kuala.

  Teknik Analisis Data

  Adapun langkah terakhir yang penulis lakukan ialah menganalisis semua data atau seluruh data yang telah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  dikumpulkan. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan berbagai data tersebut untuk ditarik suatu kesimpulan yang utuh dan menyeluruh. Selain itu sumber atau data yang dikumpulkan juga dianalisis dengan memisah-misahkan atau menyaring dan mengkriktik keabsahan sumber dengan tujuan untuk memperoleh data yang otentik.Setelah sumber yang asli diperoleh kemudian dianalisa untuk memperoleh fakta, setelah fakta diperoleh kemudian langkah terakhir ialah dituangkan dalam bentuk tulisan sejarah. Penulisan dilakukan dengan cara sistematis dan kronologis sesuai dengan kaidah ilmu sejarah (Tri Banjir Adi Wijoyo, 2013: 16-17).

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Awal Mula Usaha Kopi Merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang

  Perusahaan kecil menengah yang terdapat di Desa Lamgapang adalah perusahaan yang bergerak dibidang bubuk kopi Ulee Kareng. Kopi Ulee Kareng dirintis sejak tahun 1960, yang terletak di Desa Lamgapang, Ulee Kareng Banda Aceh.Kopi Ulee Kareng ini menjadi salah satu bubuk lokal yang sangat terkenal di Aceh.Cita rasa khas Aceh yang diwarisan keluarga turun menurun hingga saat ini. Bubuk kopi yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal, melainkan juga sudah sampai hingga manca Negara (Wawancara: Asnawi, 8 Desember 2016).

  Sejak awal dimulainya usaha ini diolah secara pola tradisional. Namun dalam perkembangannya sudah terjadi perobahan dalam mempertahankan komitmen cita rasa alami 100% kopi asli, diwujudkan dengan cara pengolahan secara modern, tanpa mengesampingkan pola tradisional. Bubuk Kopi Ulee Kareng dikemas dalam beberapa bentuk kemasan yang sering dijadikan souvenir selain kebutuhan Rumah Tangga, Hotel, Restoran dan Warung Kopi.Sejarah awal usaha kecil menengah berupa pengolahan bubuk kopi merek Ulee Kareng merupakan usaha keluarga yang dirintis oleh keluarga Asnawi, pada saat itu proses produksinya masih menggunakan metode tradisional yaitu menggunakan perlengkapan dan proses pemasaran yang sederhana. Dengan kerja keras dan ketekunannya, Keluarga Asnawi mampu mengembangkan resep rahasia keluarga menjadi produk yang sangat diminati oleh para konsumen. Tahun 2002 keluarga Asnawi mulai mendirikan pabrik yang di manakan Pabrik Kopi Ulee Kareng dan sudah menggunakan metode modern dalam proses produksinya. Bubuk Kopi Ulee Kareng Resmi Terdaftar di Kehakiman, serta Badan Usaha milik sendiri dengan nama UD. ULEE KARENG. Di awal tahun 2004 UD.ULEE KARENG pindah ke Jalan Lamgapang No.6 Ulee Kareng yang berlokasi di rumah Bapak Asnawi sendiri, dan mempekerjakan karyawan berjumlah 6 orang. Produk kopi Ulee Kareng yang dihasilkan waktu itu masih dijual disekitar Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.Sampai saat ini

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  UD.ULEE KARENG sudah mempekerjakan lebih kurang 32 orang karyawan dan sudah mampu mendistribusikan produknya hampir keseluruh Indonesia. Mulai dari Aceh, Medan, Jakarta, Sulawesi dan Kalimantan (Wawancara: Asnawi, 8 Desember 2016).

  Sistem Produksi Bubuk Kopi Merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang, 1960-2016

  Biji bubuk kopi merek Ulee Kareng dihasilkan dari biji kopi pilihan berkualitas yang berasal dari Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Biji-biji kopi tersebut diproduksi oleh usaha-usaha kecil menengah. Oleh penduduk setempat, bubuk kopi yang berkualitas tinggi ini kemudian diproses secara teratur dari penggilingan hingga disaring menjadi secangkir minuman dengan cara yang tersendiri. Inilah sebabnya kopi Aceh, terutama kopi Ulee Kareng ini kemudian menjelma menjadi ikon Aceh itu sendiri. Kedahsyatan aroma kopi Aceh ini sudah sejak lama melegenda di Indonesia, dan saat ini sudah pula mendunia berkat banyaknya penikmat kopi dari kalangan pekerja internasional yang datang dan tinggal di Aceh selama bertahun-tahun untuk merekonstruksi Aceh pasca tsunami (Wawancara: Muklis, 5 Desember 2016).

  Sistem produksi bubuk kopi merek Ulee Kareng ini melalui proses yang panjang. Pertama sekali, biji kopi dioven selama 4 jam penuh. Setelah mencapai kematangan 80%, biji kopi itu dicampur dengan gula dan mentega dengan takaran tertentu. Kemudian biji kopi yang telah masak digiling sampai halus. Proses ini membangkitkan aroma kopi yang kuat, cita rasa bersih serta tidak asam. Setelah itu bubuk kopi sudah bisa dimanfaatkan dengan cara penyajiannya yang khas dengan cara penyajian kopi terlebih dahulu diseduh dengan air yang dijaga tetap dalam keadaan mendidih. Seduhan kopi disaring berulang kali dengan saringan terbuat dari kain, lalu dituangkan dari satu ceret ke ceret yang lain. Hasilnya adalah kopi yang sangat pekat, harum, dan bersih tanpa mengandung bubuk kopi (Wawancara: Jamaluddin, 7 Desember 2016).

  Adapun hasil-hasil produksi bubuk kopi merek Ulee kareng terdiri dari:

  1) Kopi warung organik 2) Kopi bubuk spesial 3) Kopi Ulee Kareng Arabica 4) Kopi Ulee Kareng Organik

  Robusta 5) Kopi Ulee Kareng 2 + 1 (Kopi + Gula).

  6) Kopi Arabica Super 7) Kopi Rubusta Original 8) Kopi Super Quality 9) Kopi Tubruk Susu Sanger 10) Bubuk keras Kopi Rubusta.

  Sistem Distribusian Bubuk Kopi Merek Ulee Kareng, 1960-2016

  Dalam perkembangannya sistem pemasaran/pendistribusian bubuk kopi merek Ulee Kareng Desa Lamgapang terdapat dua sistem pemasaran baik secara tradisional maupun modern. Jika diperhatikan di lapangan sistem pendistribusian lebih banyak dilakukan

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  dengan mebuka warung kopi untuk bisa secara langsung pelanggan menikmatinya.

  Perkembangan Jumlah Karyawan Bubuk Kopi Merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang, 1960-2016

  Perkembangan usaha kopi merek Ulee Kareng yang sudah ada sejak 1960 ini dimulai oleh satu keluarga yaitu keluarga Bapak Asnawi.Diawal kemunculan usaha ini hanya dilakukan oleh anggota keluarga Asnawi sendiri.Namun, sejalan perkembangan waktu, hasil yang diproduksi semakin banyak digemari oleh masyarakat dan bahkan sampai ke luar daerah dan luar negeri.Perkembangan jumlah permintaan bubuk kopi merek Ulee Kareng di pasaran tentu saja memerlukan karyawan yang banyak untuk bisa menghasilkan jumlah produksi sesuai dengan permintaan di pasaran.Menurut ungkapan Asnawi sebagai pimpinan pemilik usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng, bahwa jumlah karyawan sejak 1960-2016 terus mengalami peningkatan sekalipun tidak dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan usaha ini bukanlah usara industri besar, melainkan usaha isdustri kecil menengah. Untuk lebih jelasnya terkait perkembangan jumlah karyawan/ pengusaha bubuk kopi merek Ulee Kareng dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Tabel: Perkembangan Karyawan Bubuk Kopi Merek Ulee Kareng Desa Lamgapang, 1960-2016.

  No Tahun Jumlah Karyawan 1 1960 – 1965

  8 2 1966 – 1970 15 3 1971 – 1975 30 4 1976 – 1980 48 5 1981 – 1985 60 6 1986 – 1990 68 7 1991 – 1995 85 8 1996 – 2000 90 9 2001 – 2005 100

  10 2006 – 2010 105 11 2011 – 2016 120 Sumber: Wawancara Asnawi, 2016 (diolah).

  Tabel di atas menunjukkan keterangan dari pemilik usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng bahwa sejak berdirinya 1960 hingga sekarang 2016 jumlah pekerja terus naik jumlahnya. Di tahun 1960 – 1965 atau lima tahun awal berdirinya usaha ini hanya dilakukan oleh 8 orang yang mereka ini terdiri dari anggota keluarga Asnawi itu sendiri. Kemdian di tahun 1966-1970 jumlah itu naik menjadi

  15 orang dengan masuknya 2 orang terdekat dengan pemilik usaha. Karena jumlah permintaan akan kopi merek Ulee Kareng semakin meningkat, maka jumlah karyawan pun perlu ditingkatkan juga. Bahkan di tahun 1991-1995 jumlah karyawan sudah mencapai 85 orang. Jumlah itu terus naik di tahun- tahun berikutnya, bahkan hingga tahun 2011 sampai sekarang 2016 sudah mencapai 120 orang (Wawancara: Asnawi, 6 Desember 2016).

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  Kehidupan Sosial Ekonomi Pengusaha Bubuk Kopi Merek Ulee Kareng di Desa Lamgapang, 1960-2015

  Kehidupan sosial ekonomi para pengusaha bubuk kopi merek Ulee Kareng tergolong sejahtera. Hal ini diukur dari beberapa aspek, yaitu: umur rata pengusaha rata-rata berumur antara 41– 50 tahun. Tingkat pendidikan pengusaha rata-rata menyelesaikan pendidikan tamatan SLTA.Segi jumlah tanggungan keluarga rata-rata menanggung anggota keluraga 3-

  5.Kesejahteraan para pengusaha juga terlihat dari tempat tinggal yang memadai seperti kelengkapan perabotan rumah seperti adanya TV, Motor, Kipas angin, dan rumah yang sudah permanen. Selain itu dalam memenuhi kebutuhan hidup para pengusaha juga terlihat mencukupi baik untuk memenuhi kebutuhan primer berupa sembako maupun kebutuhan sekunder dan bahkan tersier.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Usaha bubuk kopi merek Ulee Kareng mulai dirintis sejak tahun1960, yang terletakdi Desa Lamgapang, Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Sejak awal dimulainya usahaini diolah secara pola tradisional. Namun dalam perkembangannya sudah terjadi perobahan dalam mempertahankan komit mencitarasa alami 100% kopi asli, diwujudkan dengan carapengolahan secara modern, tanpa mengesampingkan pola tradisional. Jumlah karyawan juga terus mengalami perkembangan yang signifikan sejak berdirinya 1960 hingga sekarang 2016 jumlah pekerja terus naik jumlahnya. Di tahun 1960 – 1965 ataulima tahun awal berdirinya usaha ini hanya dilakukan oleh 8 orang yang merekaini terdiri dari anggota keluarga Asnawi itu sendiri. Kemudian di tahun 1966-1970 jumlah itu naik menjadi 15 orang. Karena jumlah permintaan akan kopi merek Ulee Kareng semakin meningkat, makajumlah karyawan pun perlu ditingkatkan juga. Bahkan di tahun 1991-1995 jumlahkaryawan sudah mencapai 85 orang. Jumlahituterusnaik di tahun-tahun berikutnya, bahkan hingga tahun 2011 sampai sekarang 2016 sudah mencapai 120 orang. Adapun hasil-hasil produk sibubuk kopi merek Ulee kareng terdiridari: Kopi warung organik, Kopi bubuk spesial, Kopi Ulee Kareng Arabica, Kopi Ulee Kareng Organik Robusta, Kopi Ulee Kareng 2 + 1 (Kopi + Gula), Kopi Arabica Super, Kopi Rubusta Original, Kopi Super Quality, Kopi Tubruk SusuSanger dan Bubuk keras Kopi Rubusta.

  Dalam aspek social ekonomi pengusaha terlihat bahwa rata-rata umur pekerja antara 41-50 tahun, tingkat pendidikan rata-rata tamatan SLTA dan jumlah tanggungan anggota keluarga rata-rata 3-5 orang. Dilihat pula darisegi tempat tinggal mereka juga sudah terlihat sejahtera artinya para pengusaha rata-rata sudah memiliki bentuk rumah yang permanen yang dilengkapi oleh berbagai perabotan rumah.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  Saran-Saran

  1) Pihak pengusaha, diharapkan terus 2) Pihak pemerintah, diharapkan terus meningkatkan professionalismenya memberikan daya dukung yang kuat dalam rangka meningkatkan kepadapara pengusaha agar Usaha kualitasan kuantitas hasil produksi Kecil Menengah ini terus bisa bubuk kopi merek Ulee Kareng agar berkembang menjadi usaha dalam dapat dikenal olehparakon skala besar. Sehingga dapat menarik sumenbaik dari dalam negeri dan mengurangi jumlah maupun luar negeri. pengangguran di Kabupaten Aceh

  Besar.

DAFTAR PUSTAKA

  Bugin, Burhan (2011). Metodologi

  Penelitian Kuantitatif

  Arrizal (2013). Analisis Pengaruh Faktor-

  (Komunikasi, Ekonomi, dan Faktor Masukan Sistem Kebijakan Publik Serta Ilmu- Operasional Terhadap Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Dinamika Perkembangan

  Kencana Prenada Media.

  Perusahaan, Kasus Perusahaan Industri Mikro Bubuk Kopi di

  Pranoto, Suhartono. 2006. Teori

  Kelurahan Bukit Apit Puhun, Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Kecamatan Guguk Panjang, Graha Ilmu. Kota Bukittinggi. Padang: Universitas Andalas Padang.

  Salwani. 2015. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kopi Di

  AdiWijoyo, Tri Banjir (2013). Pemekaran Kecamatan Bintang Kabupaten

  Desa Ditinjau Dari Aspek Aceh Tengah,1974-2013. Banda

  Otonomi Daerah di Kecamatan Aceh: Universitas Syiah Kuala

  Angkona Kabupaten Luwu Timur (Studi Kasus di Desa

  Internet: Wanasari). Skripsi . Makasar: Universitas Hasanuddin.

  (http://www.kopiaceh.com/asal-usul-kopi- aceh, diakses: 18 Agustus 2016 Basrowi & Suwandi, (2008). Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT.

  Rineka Cipta.

  

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala

Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.

  

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala

Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 13 – 22.