Persepsi Masyarakat tentang Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  Persepsi Masyarakat Tentang Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Prodi Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar Oleh: Rezky Pebrianty Putri NIM. 50700113108 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017

KATA PENGANTAR

  Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

  Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang karena kekuasaan dan kebesaran-Nya telah memberikan izin untuk mengetahui sebagian kecil dari ilmu yang dimiliki-Nya. Shalawat dan taslim kita panjatkan kepada Rasullullah Muhammad SAW, sebagai Khataman Nabiyyin Wa Khatamarrasul yang telah membawa kebenaran dan rahmat bagi manusia dan alam jagat raya ini. Suatu kesyukuran yang tak ternilai harganya, peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi. Adapun judul dari skripsi ini adalah Persepsi Masyarakat Tentang

  

Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi) Skripsi ini

  disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.kom) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  Dengan segenap jiwa dan setulus hati saya ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya. Ayahanda tercinta Purn.TNI-AD Serma Saparuddin dan Ibunda tercinta Lo’mo. Entah kata apa yang sanggup untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada kalian, rasa cinta dan sayangku untuk kalian yang sudah banyak memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Terima kasih kepada kalian yang tak terhingga.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai banyak rintangan dan kesulitan, baik itu datang dari peneliti sendiri maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran peneliti dapat melewati rintangan tersebut tentunya dengan petunjuk dari Allah SWT, dan adanya bimbingan serta bantuan dari semua pihak. Alhamdulillah akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ucapan sederhana ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta wakil Rektor I Bapak Prof. Dr. Mardan, M.Ag., wakil Rektor II Bapak Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., dan wakil Rektor III Ibu Prof. Sitti Aisyah, M.A,Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  2. Bapak Dr. H. Abd. Rasyid Masri, M.Pd., M.Si., M.M., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, wakil Dekan I Bapak Dr. Misbahuddin, M.Ag., wakil Dekan II Bapak Dr. H.

  Mahmuddin, M.Ag., dan wakil Dekan III Ibu Dr. Nursyamsih, M.Pd.I., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

  3. Ibu Ramsiah Tasruddin, S.Ag., M.Si dan Bapak Haidir Fitra Siagian, S.Sos., M.Si.,Ph.S., selaku ketua jurusan dan sekertaris jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, atas segala fasilitas yang diberikan dan senantiasa memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis.

  4. Ibu Dr. Rosmini, M. Th.I., selaku Pembimbing I (satu) dan Ibu Suryani Musi, S.Sos., M.I.Kom selaku Pembimbing II (dua) yang senantiasa memberikan kritik, saran, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

  5. Bapak Dr. Muh. Anshar Akil, ST., M.Si selaku Munaqisy I (satu) dan Ibu Dr. Hj.

  Haniah, Lc., M.A selaku Munaqisy II (dua) yang telah membagi ilmunya, memberikan kritik serta saran untuk perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh Dosen, Staf Jurusan, Tata Usaha, serta Perpustakaan yang berada dalam lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah membantu kelancaran proses penulisan dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Jeneponto dan pemerintah Desa Paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto terkhusus kepada masyarakatnya yang telah bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk wawancara demi tuntasnya penelitian ini.

  8. Ucapan terima kasih dan rasa bangga kepada sahabat-sahabatku Sukarni, Selvi Rahayu, Erna Dusra, Ade Irma, Hasmira, yang telah setia menemani dan memberikan semangat serta do’a yang tiada hentinya juga teman-teman anak Ilmu Komunikasi angkatan 2013 Terkhusus kelas Ikom C yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terima kasih kepada kalian yang menemani mulai dari awal perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini.

  9. Teman-teman Alumni SMK Negeri 1 Jeneponto Herlina B, Aswandi Syam, Sulhaji, Zulfajri Surgawi, Hardianty Ahmad, Kasma, Astuti, Danil Sugasman, Surya Adi Salaam, Deni Setiawan, Irfan Ramadhan, Yusran Saputra dan semua yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih karena telah memberikan do’a serta semangat dalam tahap penyelesaian skripsi ini.

  10. Teman-teman KKN Kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba terkhusus di Desa Jojjolo Mukhlis Mukhrim BM, Dian Nisaa’ Amsar, Yuniarti, Andi Safar Danial, Fachri Wajdi, Rahmawati, Amiruddin, Idil Baso, Hikmah Nisa Arba, Sari Fatimah Mus dan seluruh mahasiswa KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar angkatan 54 dan 55.

  Akhirnya hanya kepada Allah penulis serahkan segalanya. Semoga semua pihak yang banyak membantu penulis mendapat pahala dari Allah SWT, serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua khususnya bagi penulis sendiri.

  Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

  Gowa, 24 Agustus 2017 Penulis,

  Rezky Pebrianty Putri NIM. 50700113108

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN................................ ix

ABSTRAK ................................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ......................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................6 C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus..................................7 D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu....................................9 E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..........................13 BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Komunikasi Budaya............................................................15 B. Teori Fenomenologi............................................................18 C. Persepsi ...............................................................................25 D. Karaeng Dalam Pandangan Islam.......................................30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................33 B. Pendekatan Penelitian .........................................................33 C. Sumber Data .......................................................................34 D. Metode Pengumpulan Data.................................................36 E. Instrumen Penelitian ...........................................................38 F. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................38 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................38 H. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................41 I. Keabsahan Data ..................................................................43

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................71 B. Implikasi Penelitian ............................................................72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN

  ض Dad d de (dengan titik di bawah)

  Y Ya Ye

  ’ Apostrof

  Ha h Ha ء hamzah

  Wau w We ھ

  Nun n En و

  Mim m Em ن

  Lam l El م

  Kaf k Ka ل

  Qaf q Qi ك

  Fa f Ef ق

  Gain g Ge ف

  ع ‘ain ‘ apostrof terbalik غ

  ظ Za z zet (dengan titik di bawah)

  ط Ta t te (dengan titik di bawah)

  1. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut :

  Jim j Je ح

  1. Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب

  Ba b Be ت

  Ta t Te ث

  Sa s es (dengan titik di atas) ج

  Ha h ha (dengan titik di bawah) خ

  ش Syin sy es dan ye

  Kha kh ka dan ha د

  Dal d De ذ

  Zal ż zet (dengan titik di atas)

  ر Ra r Er

  ز Zai z Zet

  س Sin s Es

  ص Sad s es (dengan titik di bawah) x Hamzah (

  ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ’ ).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fathah a a

  َا

  kasrah i i

  ِا

  dammah U u

  ُا Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fathah dan yaa’ Ai a dani

  َٔى

  fathah dan wau Au a dan u

  َؤ Contoh:

  : kaifa َﻒْﯿَﻛ

  : haula َل ْﻮَھ

3. Maddah

  Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : xi Harakat dan Nama Huruf dan Nama

  Huruf Tanda Fathah dan alif atau a a dan garis di atas

  َى…│ َا … yaa’ i i dan garis di atas

  ى Kasrah dan yaa’ Dhammmah dan u u dan garis di atas

  ُو waw Contoh:

  : maata تﺎﻣ

  : ramaa ﻰَﻣَر

  : qiila ﻞْﯿِﻗ ُت ْﻮُﻤَﯾ : yamuutu

4. Taa’ marbuutah

  Transliterasi untuk taa’marbuutah ada dua, yaitu taa’marbuutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah [t].sedangkan taa’ marbuutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan taa’ marbuutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa’ marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].

  Contoh : : raudah al- atfal

  ُﺔ َﺿ ْو َﺮِﻟﺎَﻔْطَ ْﻻا : al- madinah al- fadilah

  ُﺔَﻨْﯾِﺪَﻤﻟاُﺔَﻠ ِﺿﺎَﻔْﻟا : al-hikmah

  ُﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا xii

  5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

  dengan sebuah tanda tasydid( َ◌), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tandasyaddah.

  Contoh : ﺎَﻨﱠﺑَر

  : rabbanaa ﺎَﻨْﯿﱠﺠَﻧ

  : najjainaa ﱡﻖَﺤْﻟا

  : al- haqq َﻢﱢﻌُﻧ

  : nu”ima ﱞوُﺪَﻋ

  : ‘aduwwun Jika huruf

  ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّﻲِﺑ) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i.

  Contoh : ﱞﻲِﻠَﻋ : ‘Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly) ﱞﻲِﺑ َﺮَﻋ : ‘Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)

  6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا

  (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang ditransilterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh : ُﺲﻤﱠﺸﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) xiii ُﺔَﻟ َﺰﻟﱠﺰﻟَا : al-zalzalah (az-zalzalah) ﺔَﻔَﺴﻠَﻔْﻟَا : al-falsafah ُد َﻼِﺒْﻟَا : al-bilaadu

7. Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh : َن ْوُﺮُﻣْﺎَﺗ : ta’muruuna ُع ْﻮﱠﻨﻟا : al-nau’

  : syai’un ٌء ْﻲَﺷ ُت ْﺮِﻣُا : umirtu

  8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-

  Qur’an (dari Al-Qur’an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh :

  Fizilaal Al-Qur’an Al-Sunnah qabl al-tadwin xiv

9. Lafz al- Jalaalah ( ّٰﷲ)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh : ِ ّٰ ﺎُﻨْﯾِد diinullah ِ ّٰﷲﺎِﺑ billaah Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-

  jalaalah , ditransliterasi dengan huruf [t].contoh : hum fi rahmatillaah

10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:

  Wa ma muhammadun illaa rasul

Inna awwala baitin wudi’ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan xv

  Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur’an

  Nazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali Al-Munqiz min al-Dalal Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu

  (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

  Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al- Walid Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu)

  Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu)

11. Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dilakukan adalah : swt. = subhanallahu wata’ala saw. = sallallahu ‘alaihi wasallam r.a = radiallahu ‘anhu H = Hijriah M = Masehi

  = QS Al-Baqarah/2:4 atau QS Al-Imran/3:4 QS…/…4 HR = Hadis Riwayat

  ABSTRAK Nama : Rezky Pebrianty Putri NIM : 50700113108 Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Tentang Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi)

  Skripsi ini adalah hasil penelitian kualitatif yang berjudul Persepsi Masyarakat Tentang Transformasi Sistem Karaeng di Jeneponto (Studi Fenomenologi)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan (1) Bagaimana Sistem Pembentukan Karaeng di Desa Paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto? dan (2) Bagaimana Persepsi Masyarakat Tentang Transformasi Karaeng di Desa Paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif dengan tipe penelitian Studi Fenomenologi. Peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah metode interaktif Miles dan Huberman dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi.

  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Sistem pembentukan Karaeng yang ada di Desa paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto telah mengalami perubahan, selain dari berubahnya bentuk pemerintahan keKaraengan, juga sedikit telah berubah Adat-Istiadat yang telah ada sejak zaman dahulu. (2) Persepsi masyarakat terhadap Karaeng di Desa Paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto adalah mereka tetap memberi penghormatan dan penghargaan meskipun saat ini bukan lagi bentuk pemerintahan keKaraengan.

  Implikasi dalam penelitian ini adalah (1) mengharapkan kepada masyarakat agar kiranya dapat mempertahankan adat istiadat dan kebudayaan zaman dulu. (2) Bagi pemerintah setempat, agar kiranya setiap perkembangan zaman dapat direspon dengan baik tanpa harus meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah lama adanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Jeneponto terletak pada lengan Selatan bagian Selatan Pulau Sulawesi, merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Jeneponto pada awalnya hanya terdiri dari 5 (lima) kecamatan, namun

  kemudian dimekarkan menjadi 10 kecamatan yaitu Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang, Kelara, Arungkeke dan Kecamatan Rumbia. Adapun batas wilayah Kabupaten Jeneponto adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

  1 Takalar dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.

  Dalam konteks Indonesia, identifikasi budaya daerah termasuk budaya dari masa lampau perlu dan selalu dikembangkan untuk pengayaan kebudayaan nasional. Konsep otonomi daerah harus benar-benar mengetahui potensinya. Untuk kebutuhan tersebut, Jeneponto sebagai sebuah daerah administratif dengan latar sejarah yang jelas, juga harus berbenah termasuk dalam bidang kesejarahan

  2 dan kebudayaan.

  Salah satu kebudayaan yang ada di Jeneponto adalah Karaeng. Dahulu bentuk pemerintahan pertama di Butta Turatea, berbentuk pemerintahan “Kare”. Kare ini diberi kekuasaan oleh Raja Gowa (Sombayya Ri Gowa) untuk mengatur pemerintahan di Butta Turatea (nama lain dari Jeneponto). Tetapi setiap tahun 1 M. Nur, Akin Duli, Rusman Moh. Rukka, Jejak Sejarah Jeneponto (Makassar: Masagena diharuskan atau diwajibkan mengirimkan orang-orangnya (Tau Ta’balakna) ke Gowa, untuk melakukan kerja bakti (Akkusiang) yang merupakan “upeti” atau tanda pengabdian kepada Gowa. Yang diangkat menjadi Kare pertama di Layu pada waktu itu ialah Indra Baji. Namun setelah Indra Baji tiada, maka diangkat anaknya Ilayu oleh Raja Gowa menjadi Kare di Layu II. Ilayu ini diperistrikan oleh Pari’ba Dg. Nyento, orang yang disegani dan dihormati dalam masyarakat

  

kekarean Layu . Kemudian Ilayu menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya

  menjadi Kare di Layu, yang restunya dari Raja Gowa (Sombayya Ri Gowa) menjadi Kare Layu III. Wilayah Turatea terbagi atas beberapa “Kekarean” antara lain Kekarean Layu, Kekarean Kalimporo, Kekarean Tina’ro, Kekarean Balang,

  3 Kekarean Manjangloe, Kekarean Ballarompo, Kekarean Tolo.

  Namun setelah memerdekakan diri, maka kekarean tersebut membentuk kerajaan sendiri yang disebut “Kekaraengan” yang rajanya disebut “Karaeng”.

  

Karaeng diletakkan antara nama diri dengan nama Kekaraengan. Seperti Pateala

4 Daeng Nyauru Karaeng Tolo.

  Setelah Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945, kerajaan-kerajaan kecil di bumi Turatea ini dihapus dan digabungkan menjadi kabupaten, pemerintahan di bawahnya berubah pula menjadi kecamatan atau desa. Demikian pula, pemerintah yang sebelumnya bernama “karaeng”, berubah menjadi bupati, camat dan kepala desa/lurah.

  Setelah kakaraengan itu dihapus maka para bangsawan turunan raja/karaeng mempertahankan gelarnya, yang dulu sebagai gelar raja/pemerintah menjadi gelar 3 Andi Zainuddi S. Tompo, Tiga Ungkapan Sejarah Turatea (Makassar: Badan Arsip dan

  Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan, 2003), h. 6 4 kebangsawanan. Gelar yang melekat di depan kerajaan digeser menjadi gelar yang melekat di depan namanya, seperti Kadera Karaeng Dongko, Rinra

  

Karaeng Sioro, Baso Karaeng Ca’di dan sebagainya. Lama kelamaan pemakai

  gelar “Karaeng” semakin bertambah, karena orang berlomba-lomba menyatakan dirinya menjadi karaeng sekalipun tidak memenuhi syarat secara adat, karena orang yang bergelar “karaeng” mendapat perlakuan atau kedudukan yang istimewa di dalam masyarakat, akhirnya gelar “karaeng” kini telah menjadi ajang kesombongan orang-orang yang tidak takut kepada hari pembalasan. Meninggi- ninggikan diri lalu merendahkan orang lain dalam hal keturunan adalah sangat dibenci oleh Allah SWT dan kelak Allah akan menghinakan orang-orang yang menyombongkan diri karena keturunannya di hadapan orang-orang yang dulu

  5 direndahkannya.

  Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali ‘Imran (3): 26 

    

         

  

           

   

  Artinya : Katakanlah "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya

  6 Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

  Berdasarkan Q.S Ali ‘Imran (3): 26 menjelaskan bahwa seluruh kekuasaan di langit dan di bumi, atau segala makhluk yang hidup atau yang beku, atas laut dan 5 Ella Sahabuddin, http://elsahdakwah.blogspot.co.id/2015/04/asal-mula-gelar-karaeng-pada- darat, gunung dan lembah, atas alam semesta. Walaupun bagaimana besarnya kekuasaan seorang Raja, Allah SWT mudah mencabut kekuasaan tersebut. Kita lihat para Raja dan Sultan yang dahulu nenek moyangnya berkuasa besar sampai pada anak dan cucunya. Habis kekuasaannya tinggallah gelar, habis tanah tinggallah istana. Lihatlah orang yang tadinya bukan berasal dari keturunan Raja, kini telah bisa memimpin bangsanya, mencapai puncak kekuasaan tertinggi. Padahal dia h anyalah seorang bekas budak dari raja yang berkuasa sebelumnya. Manusia hanyalah dari satu keturunan, sama darah dan sama dagingnya. Berasal dari tanah kemudian menjadi mani dan dibentuk menjadi seorang manusia. Kemudian kembali menjadi tanah.

  Izzah (Kemuliaan), yang diartikan seorang yang berwibawa, sinarnya tidak

  akan ditutup walupun oleh kemiskinan. Dzilah (Kehinaan), yang diartikan sebagai seorang yang berjiwa rendah, tidak dapat disembunyikan walaupun dibalut dengan emas. Kemuliaan bisa dianugerahkan Allah SWT walaupun kepada orang yang tidak berpangkat tinggi, dan kehinaan bisa pula dijatuhkan oleh Allah STW walupun kepada orang yang disebut berpangkat/berkuasa. Engkaulah sumber telaga dari segala yang baik di alam ini, dipancarkan-Nya kepada sekalian makhluk-Nya, sehingga semuanya dapat, menurut kadar bagian masing-masing. Di dalam kekuasaan Allah SWT, dicabutlah nikmat kekuasaan itu dari Bani Israil. Maka kuasalah Allah menimbulkan suatu kekuasaan baru, yaitu kedatangan Nabi Muhammad SAW yang mulia. Muncul dari suatu daerah yang tandus dan gersang di padang pasir, di lembah yang tidak ada tumbuh-

  7 tumbuhan. Dari segi status sosial, masyarakat Kabupaten Jeneponto terdiri dari bangsawan dan bukan bangsawan. Bangsawan adalah keturunan orang yang berkuasa dalam suatu lembaga kehidupan, sedangkan bukan bangsawan adalah

  8 orang-orang yang berasal dari golongan rakyat.

  “Karaeng” adalah nama jabatan pemerintahan pada masa “Kekaraengan”

  adalah bentuk pemerintahan kerajaan di bumi Turatea. Gelar Karaeng melengkapi nama seorang bangsawan, karaeng memiliki arti tersendiri di mata masyarakat daerah Jeneponto. Bagi masyarakat yang menyandang gelar Karaeng berarti dia adalah seorang bangsawan dengan budi pekerti yang luhur dan ketaatan beribadah. Sebagian besar masyarakat menaruh kepercayaan kepadanya untuk

  9 dijadikan sebagai seorang pemimpin. Begitu juga yang ada di desa Paitana Kec.

  Turatea Kab. Jeneponto, dahulu pada zaman keKaraengan pemerintahnya adalah seorang keturunan bangsawan.

  Suku Makassar merupakan sebutan terhadap salah satu suku etnis yang mendiami daerah Sulawesi-Selatan, tepatnya di daerah Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan beberapa daerah lainnya. Selain itu, kata Makassar juga sering diidentikkan dengan nama sebuah kerajaan pada zaman dahulu, yakni Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar tersebut merupakan salah satu kerajaan yang begitu keras menentang penjajahan Belanda.

8 Ella Sahabuddin, http://elsahdakwah.blogspot.co.id/2015/04/asal-mula-gelar-karaeng-pada-

  masyarakat.html. 2015

  9

  Terlepas dari hal itu, orang-orang Makassar sendiri menyebut diri mereka dengan sebutan Mangkasara yang berarti “mereka yang bersifat terbuka”. Selain

  10 itu, orang-orang Makassar sendiri terkenal dengan panggilan Daeng.

  Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.

  Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung banyak variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang mencakupi satuan

  11 budaya yang ada.

B. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini, peneliti mengambil rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana sistem pembentukan Karaeng di desa Paitana Kec. Turatea Kab. 10 Jeneponto?

  Ahmad Faidi, Suku Makassar ‘Penjaga Kejayaan Imperium’ (Makassar: Arus Timur, 2014), h.2, 4 11

  2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang transformasi Karaeng di desa Paitana Kec. Turatea Kab. Jeneponto?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus Penelitian Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menginterpretasi judul, maka peneliti lebih dulu memfokuskan penelitian ini yaitu Persepsi Masyarakat

  Tentang Sistem Karaeng di Jeneponto .

  Dimana Karaeng adalah nama jabatan pemerintahan pada masa

  “Kekaraengan” adalah bentuk pemerintahan kerajaan di bumi Turatea. Gelar Karaeng melengkapi nama seorang bangsawan, Karaeng memiliki arti

  tersendiri di mata masyarakat daerah Jeneponto. Bagi masyarakat yang menyandang gelar Karaeng berarti dia adalah seorang bangsawan dengan budi pekerti yang luhur dan ketaatan beribadah. Sebagian besar masyarakat menaruh kepercayaan kepadanya untuk dijadikan sebagai seorang

  12 pemimpin.

  2. Deskripsi Fokus Berdasarkan dari fokus penelitian, maka peneliti memberikan deskripsi fokus sebagai berikut : a. Persepsi

  Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan ransangan dari lingkungan eksternal. Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu 12 bagaimana masyarakat melihat fenomenona yang terjadi di dalam lingkungannya menyangkut sistem Karaeng yang ada di Jeneponto khususnya di Desa Paitana.

  b. Transformasi Transformasi (berubah bentuk) adalah sebuah perubahan secara penuh biasanya mengenai sesuatu melalui perkembangan bertahap atau proses berubah mengenai sesuatu atau seseorang, salah satu contohnya adalah budaya dan adat istiadat. Di Desa Paitana Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto telah mengalami transformasi, baik dalam bentuk pemerintahan maupun adat istiadatnya.

  c. Karaeng

  “Karaeng” adalah nama jabatan pemerintahan pada masa “Kekaraengan”. Gelar Karaeng melengkapi nama seorang bangsawan, karaeng memiliki arti tersendiri di mata masyarakat daerah Jeneponto.

  Bagi masyarakat yang menyandang gelar Karaeng berarti dia adalah seorang bangsawan dengan budi pekerti yang luhur dan ketaatan beribadah.

  d. Fenomenologi Fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan.

  e. Masyarakat Paitana Paitana merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Turatea

  Kabupaten Jeneponto. Dimana desa tersebut berpenduduk kurang lebih 4000 orang, dahulu pada zaman keKaraengan pemerintahnya adalah seorang keturunan bangsawan.

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

  Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data-data dari beberapa sumber tertulis yaitu berupa buku yang peneliti gunakan. Kepustakaan ini dilakukan dengan mengkaji, mempelajari dan mencoba mengimplementasikan sumber yang terkait dengan peneliti. Selain dari buku sebagai bahan referensi peneliti. Dalam penulisan proposal ini, peneliti juga merujuk pada penelitian sebelumnya.

  Skripsi Abdul Waris di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga pada tahun 2015 yang berjudul “Transformasi Makna dan Konteks Sosial Sistem Religi

  Dalam Bangunan Tanean Lanjang di Legung Timur” . Penelitian ini

  menggunakan jenis penelitian Kualitatif Deskriptif. Dalam skripsi ini membahas mengenai sistem religi dalam masyarakat Madura erat kaitannya dengan adat dan tradisi untuk patuh kepada nilai dan norma-norma yang berlaku. Sistem sosial ini terimplementasi dalam sopan santun. Kehormatan dan juga Islam sebagai agama. Semakin orang Madura memiliki ketiga sikap tersebut maka akan semakin dihargai. Agama dijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura. Mulai dari perilaku, cara berhubungan yang baik kepada orangtua, kyai, guru dan atau pada sesama, cara berpakaian, bertamu, makan dan minum. Cara melaksanakan siklus hidup bermasyarakat dengan baik sesuai dengan norma yang

  13 berlaku.

  Skripsi Nurma Juwita di Universitas Lampung pada tahun 2015 yang berjudul

  “Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Sikap bela Negara di kampong Panarangan Jaya Indah Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Penelitian ini 13 Abdul Waris, Skripsi, Transformasi Makna dan Konteks Sosial Sistem Religi Dalam

  menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini membahas mengenai faktor persepsi penduduk pendatang yang snagat terkait dengan proses budaya dan sikap primordialisme, dan diduga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada sikap bela negara dalam arti luas. Sesuai dengan perbedaan prindip hidup masing-masing masyarakat dan perbedaan adat istiadat masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya, terkadang membuat seseorang atau sekelompok kurang beradaptasi dengan lingkungannya, serta cenderung kurang paham terhadap peranannya bagi lingkungan karena perbedaan persepsi

  14 atau mispersepsi.

  Skripsi Hendra Lesmana di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2013 yang berjudul “Konstruksi Sosial-Budaya dan

  

Makna Air Suci Sendang Mbeji Padukuhan Parangrejo Girijati Purwosari

Gunung Kidul Yogyakarta Bagi Para Peziarahnya”. Dalam penelitian ini dibahas

  masalah mengenai Pemitosan air suci sendang mbeji yang merupakan fenomena yang sangat unik dalam masyarakat Parangrejo. Bukan hanya karena dalam pemitosan tersebut banyak dimunculkan berbagai varian tradisi yang menyiratkan ciri-ciri kebudayaan masyarakat Jawa yang memiliki corak animisme dan dinamisme. Tetapi lebih dari itu, ternyata dalam tradisi tersebut menyimpan kearifan lokal yang luar biasa. Kearifan yang mengajarkan bagaimana memperlakukan alam dan bagaimana seharusnya manusia hidup di alam. Kekuatan-kekuatan tradisi tersebut ternyata mampu mengontrol masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian alam, dan hidup harmonis antar pemeluk agama lain. 14 Nurma Juwita, Skripsi, Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Sikap bela Negara di

  Hal tersebut yang tidak dimiliki oleh masyarakat modern yang cenderung

  15 ekploitatif terhadap alam dan tak jarang agama menjadi sumber konflik.

  Hal tersebut yang tidak dimiliki oleh masyarakat modern yang cenderung

  16 ekploitatif terhadap alam dan tak jarang agama menjadi sumber konflik.

  15 Hendra Lesmana, Skripsi, Konstruksi Sosial-Budaya dan Makna Air Suci Sendang Mbeji

Padukuhan Parangrejo Girijati Purwosari Gunung Kidul Yogyakarta Bagi Para Peziarahnya,

(Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga, 2013), h. 1 16 Hendra Lesmana, Skripsi, Konstruksi Sosial-Budaya dan Makna Air Suci Sendang Mbeji

  

Padukuhan Parangrejo Girijati Purwosari Gunung Kidul Yogyakarta Bagi Para Peziarahnya,

  Obyek No Nama Perbedaan Persamaan

  Penelitian

  1. Obyek

  1. Judul penelitian, mengenai

  Transform dimana pada Transformasi asi Makna skripsi ini dan Sistem. dan

  Abdul Waris membahas

  2. Penelitian

  Universitas

  Konteks masalah kualitatif

  Islam

  Sosial Transformasi Deskriptif.

  Negeri

  Sistem Makna.

  1 (UIN)

  Religi

  2. Menganalisis

  Sunan

  Dalam Sistem Religi.

  Kalijaga

  Bangunan

  (2015)

  Tanean Lanjang di Legung Timur ”

  1. Obyek

  1. Judul “ Persepsi penelitian, mengenai

  Masyaraka Persepsi.

  Skripsi ini

  t

  membahas

  Pendatang

  masalah

  Terhadap

  Persepsi

  Sikap bela Nurma

  masyarakat

  Negara di Juwita

  pendatang Universitas 2 kampong terhadap bela

  Lampung negara.

  Panaranga

  (2015)

  2. Menggunakan n Jaya jenis penelitian

  Indah Kuantitatif

  Kabupaten dengan metode Deskriptif

  Tulang Bawang Barat”

  1. Membahas

  1. Penelitian “Konstruksi Mengenai Kualitatif.

  Sosial- Mitos.

  2. Penelitian Budaya

  2. Obyek fokus kepada

dan Makna

penelitian. pengkajian

  Hendra Air Suci Lesmana Skripsi ini fenomenologi.

  Sendang

  Universitas membahas

  Mbeji masalah sosial-

  Islam

  

Padukuhan

budaya dan

  Negeri

  3 Parangrejo

  makna Air Suci

  (UIN)

  Girijati Sendang Mbeji.

  Sunan

  Purwosari

  Kalijaga

  Gunung

  Yogyakar

  Kidul

  ta (2013)

  

Yogyakarta

Bagi Para

Peziarahny

a”

Table 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Sumber : Data Olahan Peneliti, 2016

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

  A. Untuk mengetahui sistem pembentukan Karaeng di desa Paitana Kec.

  Turatea Kab. Jeneponto.

  B. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Karaeng di desa Paitana Kec. Turatea Kab. Jeneponto.

  2. Manfaat Penelitian

  A. Manfaat Teoretik

  Memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep- konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Dimana, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori komunikasi budaya karena keKaraengan adalah salah satu budaya yang terdapat di daerah kabupaten Jeneponto. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang bersifat abstrak. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan- perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti lainnya dan dijadikan sumber informasi dengan tema yang sama.

  B. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan “Persepsi masyarakat terhadap Karaeng”.

  Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penyusunan program pemecahan masalah “Persepsi masyarakat tentang sistem Karaeng” yang ada di Jeneponto.

BAB II TINJAUAN TEORETIK A. Komunikasi Budaya Komunikasi adalah suatu interaksi penyampaian pesan antara satu dengan

  lainnya baik secara itu secara individu maupun antar kelompok. Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang baik umum digunakan dalam komunikasi antar manusia atau bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat,

  

1

angka-angka, atau tanda-tanda lainnya.

  Ruben dan Stewart mendefinisikan komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensi bagi individu, relasi, kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi merupakan garis yang menghubungkan manusia dengan dunia, bagaimana manusia membuat kesan tentang dan kepada dunia, komunikasi sebagai sarana manusia untuk mengespreasikan diri dan mempengaruhi orang lain. Karena itu, jika manusia tidak berkomunikasi maka dia tidak dapat menciptakan dan memelihara relasi dengan sesama, kelompok, organisasi dan masyarakat. Komunikasi memungkinkan manusia mengkoordinasikan semua

  2 kebutuhannya dengan dan bersama orang lain.

  Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Cet. 12; Bandung: PT Remaja

  

budhayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam

  bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata cultur, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

  Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang bersifat abstrak. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan

  3 bahwa budaya itu dipelajari.

  Dengan demikian, kebudayaan atau budaya adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, budaya itu bersifat abstrak. Hampir setiap komunitas masyarakat manusia yang ada dan atau yang pernah ada dalam kehidupan ini, menerima warisan kebudayaan dari leluhur mereka. Waris dan kebudayaan itu adanya berupa gagasan, ide atau nilai- nilai luhur dan benda-benda budaya. Warisan kebudayaan ini boleh jadi sebuah kecenderungan alamiah dari kehidupan manusia untuk terus menerus

  4 melanggengkan nilai-nilai dan fakta-fakta kebenaran yang ada.

Dokumen yang terkait

Mistisme Masyarakat Makassar (Studi terhadap Pandangan Masyarakat Bontobuddung tentang Wujud-wujud Supranatural) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 212

Tana Karaeng Tanpa Karaeng - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 136

Persepsi Masyarakat Terhadap Penjualan Tuak/Ballo' dan Implikasinya Terhadap Hubungan Sosial Masyarakat Desa Bungeng Kecamatan Batang Kebupaten Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 4 99

Fenomena Keberagamaan Masyarakat Tionghoa di Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 109

Persepsi Masyarakat Perbatasan tentang Nasionalisme (Studi terhadap Penerimaan Masyarakat Terhadap Produk Latanuar Negeri di Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 90

Budaya A'jene-Jen'e Ri Karaeng Ngilang Masyarakat Kecamatan Turatea Kabupaten Je'neponto (Tinjauan Aqidah Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 5 73

Studi tentang Disiplin Anak melalui Pendidikan Keluarga dan Sekolah di Masyarakat Pa'rasangan Beru Kec. Turatea Kab. Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 86

Tinjauan Yuridis Tentang Persepsi Tingginya Uang Panai Menurut Hukum Islam di Kabupaten Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89

Tinjauan Syari'at Islam terhadap Pengelolaan Zakat pada Masyarakat Kabupaten Jeneponto - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 139

Persepsi Masyarakat Tentang Aktualitas Informasi Berita di TVOne (Studi Pada Masyarakat Lingkungan Allattappampang Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 132