View of Potensi Ekstrak Etanol Tumbuhan Krinyuh (Chromolaena odorata) sebagai Senyawa Anti-Bakteri

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
Potensi Ekstrak Etanol Tumbuhan Krinyuh (Chromolaena odorata) sebagai Senyawa
Anti-Bakteri
Muhammad Eka Hidayatullah
1

Keywords:
Chromolaena
odorata,
Metabolit
sekunder,
Senyawa antibakteri,
Ektrak etanol

Jurusan Bosain, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
(082314839811/[email protected])

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai potensi
ekstrak tumbuhan krinyuh (Chromolaena odorata) sebagai senyawa

anti-bakteri yaitu senyawa dari ektrak etanol daun krinyu seperti
alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid
yang efektif menghabat pertumbuhan bakteri penyakit. Zona hambat
yang dihasilkan ektrak etanol daun krinyu sangat efektif menghabat
Staphylococcus aureus, Enterococcus spp, Coagulase negatif
staphylococcus (CONS), Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Klebsiella pneumonia, Proteus spp, Acinetobacter spp, dan
Citrobacter spp.
adalah sebesar 15% (7,8230) dan ketika
dikombinasi dengan siprofloksasin aktivitas penghabatanya mejadi
semakin efektif. Sedangkan kandungan senyawa α-pinene, camphene,
asam okanoik dan asam decanoic mampu menghambat pertumbuhan
MRSA. Tidak hanya pada manusia tetapi juga pada hewan air
seperti ikan bahwa ektrak daun kriyuh mampu mempertahankan
hidup ikan yang terjangkit penyakit akibat infeksi bakteri seperti
Staphylococcus sp. bahkan aplikasinya dapat dipakai pada
pengawetan makanan sehingga tidak terkontaminasi bakteri.

1. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka kesakitan (mordibity)

dan angka kematian (mortality) terutama pada negara-negara berkembang seperti halnya
Indonesia (Irianto 2013:39-40). WHO menyatakan penyebab tertinggi kematian anak di atas 5
tahun di Indonesia pada kasus tahun 2005 disebabkan oleh penyakit infeksi dari bakteri dan
virus. Hal ini dilatar belakangi karena kepadatan penduduk, minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai sumber infeksi, serta kurangnya pedoman dan kebijakan dari pemerintah (Nursidika et
al., 2014:95) bahkan penyekit yang disebabkan oleh mikrooganisme ini menjadi resisten akibat
penggunaan antibiotik melebihi dosis yang ditentukan. Banyak bakteri dan virus memiliki akses
memasuki tumbuh inangnya melalui membran mukosa saluran pernapasan, gastroin testinal,
saluran genitourinari, konjungtiva serta membaran penting yang menutupi bola mata dan
kelopak mata (Irianto 2013:39-40). dari hasil stutdi di atas maka perlu dibuat obat alternatif yang
aman dan tidak membuat bakteri mejadi resisiten.
Pemanfaatkan senyawa aktif fitokimia tumbuhan adalah solusi terbaik. Senyawa-senyawa
ini dipergunakan oleh tumbuhan untuk mempertahankan diri dari predator seperti
mikroorganisme, serangga, dan juga herbivora (Nursidika et al., 2014: 95). Seperti daun krinyuh
(Chromolaena odorata) yang diketahui mengandung senyawa Steroid (Rizeki 2016) dan

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
flavonoids (Manguntungi et al, 2016; Biller et al., 1993) dalam (Hadiroseyani et al., 2005:139)
yang diketahui dapat berfungsi sebagai antivirus dan antibakteri (Hadiroseyani et al., 2005:140).

Daun krinyuh (Chromolaena odorata) banyak terdapat di Indonesia yang biasa hidup liar
karena dianggap sebagai gulma (Prawiradiputra 2007) dan beberapa daerah menggunakanya
sebagai obat tradisional untuk diaplikasikan pada manusia dalam membantu pembekuan darah
yang terkena akibat luka tusuk dan sayatan benda tajam kemudian luka bisul atau borok, dan
luka bakar (Mulyani 2017). Melihat potensi daun krinyuh dan penyakit yang resisten antibiotik
yang sering bermunculan baik disebabkan oleh mikroorganisme maupun virus, maka
mendorong para peneliti dibidang kesehatan dan biologi untuk terus mengembangkan dan
menemukan obat-obatan yang sesuai. Di samping memiliki khasiat untuk penyembuhan
penyakit tertentu, juga sangat sedikit efek samping yang ditimbulkan terhadap tubuh manusia.
2. METODE
Tulisan ini menggunakan metode studi pustaka. Objek kajian dan bahan adalah senyawa
daun krinyuh (Chromolaena odorata) yang sudah diteliti dan dipublikasi dalam bentuk jurnal
ilmiah. Sumber data ialah sumber primer yaitu dari hasil penelitian dan Sumber sekunder dari
tulisan-tulisan yang membahas tentang aplikasi ekstrak krinyuh sebagai anti bakteri potensial.
Fokus tulisan ini adalah studi mengenai hasil-hasil penelitian dan tulisan-tulisan yang sudah ada
mengenai aplikasi ekstrak krinyuh sebagai anti bakteri potensial yang termuat dalam jurnaljurnal ilmiah. Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu berupa hasil penelitian serta data
sekunder berupa tulisan-tulisan yang sudah mencoba membahas mengenai aplikasi ekstrak
krinyuh sebagai anti bakteri dan literarur-literatur yang relevan dengan tulisan ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun krinyuh (Chromolaena odorata) tersebar di Indonesia. Gulma ini diperkirakan sudah

tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an (Sipayung et al., 1991), dan tidak hanya terdapat di
lahan kering atau pegunungan tetapi juga banyak terdapat di lahan rawa dan lahan basah lainnya
(Thamrin dan Asikin, 2007)
3.1. Taksonomi Chromolaena odorata
Cellular organisms
Superkingdom
kingdom
phylum
Subphylum
Genus
Spesies

Chromolaena odorata (www.eol.org 2012)

Referensi

: Eukaryota
: Viridiplantae
: Streptophyta
: Streptophytina

: Chromolaena
: C. odorata
Embryophyta; Tracheophyta
Euphyllophyta; Spermatophyta;
Magnoliophyta;
Mesangiospermae;
eudicotyledons; Gunneridae;
Pentapetalae; asterids;
campanulids; Asterales;
Asteraceae; Asteroideae;
Heliantheae alliance;
Eupatorieae;
: NCBI:txid103745

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
3.2. Senyawa Chromolaena odorata
Daun krinyuh memiliki senyawa seperti Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin Tanin dan
Steroid/Triterpenoid (Panjaitan, 2017; Damayanti 2012; Marianne et al., 2014:1) (Tabel 1).
Menurut Robinson (1991) senyawa kimia di atas merupakan senyawa kimia yang memiliki

potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Daun krinyuh juga mengandung senyawa fenol yang
dapat melindungi sel kulit. Senyawa flavonoid dan tanin termasuk dalam golongan senyawa
fenol, sehingga dapat melindungi kulit juga. Penelitian yang lebih rinci ditunjukan oleh Okwu et
al, (2015) mengenai kandungan lainya dari daun krinyuh yaitu senyawa/minyak esensial seperti
α-pinene, β-pinene, 1,8-cineole, σ-elemene, terpineol, camphene, cymene, linalool, terpinolene
dan α-phallandrene. Asam lemak bebas juga diidentifikasi: yaitu, asam hexanoic (asam caproic),
asam dodecanoic (asam laurat), asam decanoic (asam kaprat) dan asam oktanoat (asam kaprilat).
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia ekstrak daun krinyuh hasil penelitian Panjaitan, (2017)
No

Parameter

Serbuk Simplisia

Ekstrak Etanol

1
2
3
4

5
6

Alkaloid
Flavonoid
Glikosida
Saponin
Tanin
Steroid/Triterpenoid

+
+
+
+
+
+

+
+
+

+
+
+

Keterangan: + mengandung golongan senyawa - tidak mengandung golongan senyawa
Tabel 2. Hasil penghabatan Ekstrak Krinyuh terhadap bakteri pemyebab penyakit
No

Pelarut

1

Ekstrak etanol
daun Krinyuh

2

3
4
5

6
8
9

Ekstrak etanol
daun dan hasil
kombinasi
dengan
siprofloksasin
Ekstrak etanol
daun Krinyuh
Ekstrak etanol
daun Krinyuh
Ekstrak etanol
daun Krinyuh
Ekstrak etanol
daun Krinyuh
Ekstrak etanol
daun Krinyuh
Ekstrak etanol

daun Krinyuh

Penghambatan Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus, Enterococcus spp, Coagulase
negatif staphylococcus (CONS), Eschericia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia,
Proteus spp, Acinetobacter spp, dan Citrobacter spp

Referensi

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

Panjaitan, (2017)

Staphyloccocus aureus, Escherichia coli dan
Candida albicans
Echeruchia coli dan pada bakteri Staphylococcus
aureus

Yutika et al, (2015)

tentang

Stanley et al, (2014)
Munte et al, (2016)

MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus)

Okwu et al, (2015a)

MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus)

Okwu et al, (2015b)

Staphylococcus sp

Lingga et al (2016)

Sebagai pengawet anti-mikroba terhadap makanan

Nisba, (2017)

3.3. Aktivitas anti-bakteri Chromolaena odorata
Penelitian Yutika et al, (2015) mengenai aktivitas antibakteri daun krinyuh terhadap bakteri
penyebab luka gangren, menjelaskan bahwa ekstrak etanol dari daun krinyuh mempunyai
aktivitas antibakteri. Hal ini dapat dilihat dari zona hambat dengan konsentrasi terbaik ekstrak

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
etanolnya sebesar 30% (8,0837) kemudian juga dapat diketahui bahwa konsentrasi efektifnya
ekstrak ini dalam menghambat Staphylococcus aureus, Enterococcus spp, Coagulase negatif
staphylococcus (CONS), Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia,
Proteus spp, Acinetobacter spp, dan Citrobacter spp adalah sebesar 15% (7,8230). Hal yang
sama dijelaskan oleh Panjaitan, (2017) bahwa Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa pada KHM 20 mg/ml ektrak daun krinyuh memperlihatkan diameter zona hambat
7.15 mm dan 7.17 mm. namun ketika dikombinasikan siprofloksasin dan ditingkatkan
konsetrasinya diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa meningkat dan sesuai hingga batas daerah hambat. Menurut (Ditjen POM RI, 1995),
batas daerah hambat dinilai efektif apabila memiliki diameter hambat lebih kurang 14 mm
sampai 16 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri diketahui semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol
daun krinyuh maka diameter daerah hambat yang dihasilkan semakin besar.
Stanley et al, (2014) juga menjelaskan dalam penelitianya tentang efek antimikroba
Chromolaena odorata pada beberapa patogen manusia yang diketahui (seperti Staphyloccocus
aureus, Escherichia coli dan Candida albicans) dilakukan dengan penggunaan pelarut yang
berbeda seperti etanol dan air untuk mengekstraksi daun kemudian menghasilkan penghabtan
yang efektif pada pelarut etanol. Sedangkan pada penelitian Munte et al, (2016) menjelaskan uji
bioaktivitas terhadap bakteri memliki daya hambat pada konsentrasi 15% dengan zona hambat
1,3 cm pada bakteri Echeruchia coli dan 1,0 cm pada bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
menunjukkan ekstrak daun kirinyuh memiliki kemampuan sebagai anti mikroba
Potensi daun krinyuh tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang belum
mengalami resisten seperti Staphylococcus aureus tetapi juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri yang resisten terhadap antibiotik seperti MRSA hal ini di jelakan oleh Okwu et al,
(2015a) mengenai gas chromatography-mass spectrometry analysis of the anti-MRSA fractions
of Chromolaena odorata menjelaskan bahwa beberapa fraksi yang dibuat dalam penelitiannya
yakni fraksi F2 dan F3 dengan masing-masing kandungan senyawa anti-MRSA tertinggi seperti
α-pinene, camphene, asam okanoik dan asam decanoic dengan fariasi fraksi sebanyak 9 fraksi
(F1-F9) yang diperoleh dari daun krinyuh. Penelitian ini menjelaskan semua fraksi memiliki
efek anti-MRSA. Kemuadian penelitan lainya dari Okwu et al, (2015b) tentang In Vitro AntiMRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus) Activities of the Partitions and Fractions
of the Crude Aqueous Leaf Extract of Chromolaena Odorata (King and Robinson) juga
menjelakan perbandingan antara dua partisi yang digunakan yaitu menggunakan aquades prtisi
(AP) dan kromatografi partisi (CP) dengan hasil aktivitas penghabatan yaini CP menunjukkan
aktivitas anti-MRSA yang lebih tinggi. Nilai rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 3.1325.0mg / ml untuk AP dan CP masing-masing adalah 9.43 ± 1.33mm dan 16.61 ± 0.93mm
Kemudian pada hewan air seperti ikan, Lingga et al (2016) menjelaskan bahwa penggunaan
ekstrak daun krinyuh memberi pengaruh terhadap kelulusan hidup dari ikan nila yang diinfeksi
bakteri Staphylococcus sp. Bahkan krinyuh dapat di pakai sebagai pengawet untuk melindungi
makanan dari bakteri seperti Penelitian Nisba, (2017) mengenai efektifitas ekstrak etanol daun
daun krinyuh yang diaplikasikan sebagai pengawet antimikroba pada sediaan sirup farmasetik
4. KESIMPULAN
Ektrak etanol daun krinyuh (Choromolaena odorata) mampu menghambat pertumbuhan
bakteri patogen pada manusia, hewan dan juga dapat di gunakan sebagai pengawet makanan,
Hal ini di karenakan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya seperti Alkaloid,
Flavonoid, Glikosida, Saponin Tanin dan Steroid/Triterpenoid. Sedangkan kandungan senyawa
α-pinene, camphene, asam okanoik dan asam decanoic mampu menghambat pertumbuhan
MRSA

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
REFERENSI
Biller, A. Boppere, M. Ludge Witte and hartamnn, T,. 1993. Pyrrolizidine Alkaloids in
Chromolaena odorata: Chemical and Chemoecological Aspects. Phytochemistry, 35(3): 615619.
Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Halaman 7, 854-855, 891
Encyclopedia
of
life.
Chromolaena
odorata.
[Internet,
05,
2018].
http://eol.org/pages/467611/overview
Hadiroseyani Y., Hafifuddin, Alifuddin M., & Supriyadi H. 2005. Potensi Daun Kirinyuh
(Chromolaena odorata) untuk Pengobatan Penyakit Cacar Pada Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy) yang Disebabkan Aeromonas. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 139–144
Hanphakphoom S.S.T., Waranusantigu P., Kangwanrangsan N. & Krajangsang S. 2016.
Antimicrobial Activity of Chromolaena odorata Extracts against Bacterial Human Skin
Infections Modern Applied Science. Vol. 10, No. (2) 1913-1852
Irianto K. 2013. Mikrobiologi Kesehatan. Alfabeta, Bandung, Indonesia.
Murrinie, E. D. 2011. Pemanfaatan Gulma Chromolaena odorata (L.) R.M. King And H. Robinson
Sebagai Pupuk Organik dan Biopestisida. Jurnal Muria.
Marianne, Lesatri D. P., Sukandar E.Y., Kurniati N.F., Nasution R. 2014. Antidiabetic Activity of
Leaves Ethanol Extract Chromolaena odorata (L.) R.M. King on Induced Male Mice with
Alloxan Monohydrate. Jurnal Natural. Vol. 14, (1) 1-4
M. Lingga, S. Hastuti, S dan B. Prayitno. 2016. Pengaruh penambahan daun kirinyuh (Eupatorium
odoratum) pada media pemeliharaan terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang diinfeksi bakteri Staphylococcus sp. Prosiding Seminar
Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. 245-256
Manguntungi B., Kusuma A.B., Asmawati Y. dan Yunianti. 2016. Pengaruh Kombinasi Ekstrak
Kirinyuh (Chromolaena odorata) dan Sirih (Piper betle L) dalam Pengendalian Penyakit
Vibriosis pada Udang The Influence of Kirinyuh (Chromolaena odorata) and Betel (Piper
betle L) Leaf Extra Combination in Controlling Vibriosis Disease on Shrimp. J. Biota. Vol. 1
(3) 138−144
Mulyani D. 2017. Perbandingan daya hambat ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia
diversifolia) dengan daun tekelan (Chromolaena odorata) terhadap bakeri Staphylococcus
aureus. Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan. Vol. 7 (2) 77–82
Munte N., Sartini, Lubis R. 2016. Skrining Fitokimia Dan Antimikroba Ekstrak Daun Kirinyuh
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. BioLink, Vol. 2 (2) 132-140
Nursidika P., Saptarini O. & Rafiqua N. 2014. Aktivitas Antimikrob Fraksi Ekstrak Etanol Buah
Pinang (Areca catechu L) pada Bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. MKB,
Volume 46 No. 2. 94-99.
Nisba M. N. 2017. Uji efektifitas ekstrak etanol daun botto’-botto’ (Choromolaena odorata L)
sebagai pengawet antimikroba pada sediaan sirup farmasetik .Skripsi. Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Okwu M.U., Okorie T.G., Agba M.I. dan Ofeimun O.J. 2015a. Gas Chromatography-Mass
Spectrometry Analysis of the anti-MRSA fractions of Chromolaena odorata (L.) R.M. King
& H. Rob. leaves International Journal of Pharmacology and Clinical Sciences. Vol 4 (2)
16-22
Okwu M.U., Okorie T.G. And Agba M.I. 2015b. In Vitro Anti-MRSA (Methicillin-Resistant
Staphylococcus Aureus) Activities of the Partitions and Fractions of the Crude Aqueous Leaf
Extract of Chromolaena Odorata (King and Robinson). IOSR Journal of Pharmacy and
Biological Sciences. Vol. 10 (1) 136-141

The 7th University Research Colloqium 2018
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
Panjaitan Y.R. 2017. Uji kombinasi ekstrak etanol daun putihan (Chromolaena odorata) DENGAN
siprofloksasin terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Skripsi. Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara Medan
Prawiradiputra, B.R. 2007. Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) R.M. King dan H. Robinson: Gulma
padang rumput yang merugikan. Bulletin Ilmu Peternakan Indonesia (WARTAZOA), 17(1):
46-52
Padmawinata, K. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.Penerbit ITB. Bandung (
Terjemahan dari Robinson, T. 1991. The Organic Constituens of Higher Plant, 6th ed).
Rizeki E. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gulma Siam (Chromolaena odorata L.) dan
Lama Perendaman Terhadap Pengawetan Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi, Vol. 1 (1) 29-46
Stanley M.C., Ifeanyi O.E., Nwakaego C.C. and Esther I.O. 2014. Antimirobial effects of
Chromolaena odorata on some human pathogens. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci Vol. 3 (3)
1006-1012
Sipayung, A. , R.D. de Chenon, and P.S. Sudharto. 1991. Observations on Chromolaena odorata
(L.) R.M. King and H. Robinson in Indonesia. Second International Workshop on the
Biological Control and Management of Chromolaena odorata. Biotrop, Bogor.
Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis, dan A. Budiman. 2007. Potensi ekstrak flora lahan rawa sebagai
pestisida nabati. hlm. 23-31. A. Supriyo, A. , M. Noor, I. Ar-Riza, dan D. Nazemi (Ed).
Monograf: Keanekaragaman Flora dan Buah-buahan Eksotik Lahan Rawa. Balai Besar Peneli
t ian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
www.ncbi.com.
Chromolaena
odorata.
[Internet,
05,
2018].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=103745.
M. Yutika, R. Rusli dan Ramadhan A.M. 2015. Aktivitas antibakteri daun kirinyuh (Chromolaena
odorata (L.) R.M.King & H.Rob.) terhadap bakteri gangren. Prosiding Seminar Nasional
Kefarmasian Ke-2 Samarinda. 75-81