ABSTRACT THE IMPACT OF TEMPE (FERMENTED SOYBEAN) BASED COMPLEMENTARY FOOD FORMULA ON DIARHEA, PHYSICAL ACTIVITY AND GROWTH AMONG 6-12 YEARS OLD CHILDREN IN BOGOR, WEST JAVA
Arum Atmawikarta 1
1 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta
ABSTRACT THE IMPACT OF TEMPE (FERMENTED SOYBEAN) BASED COMPLEMENTARY FOOD FORMULA ON DIARHEA, PHYSICAL ACTIVITY AND GROWTH AMONG 6-12 YEARS OLD CHILDREN IN BOGOR, WEST JAVA
Malnutrition is prevalent in developing countries including Indonesia. In more than 100 districts in Indonesia, children under five years old suffered from underweight (WAZ) at least 30 percent. Complementary food has beneficial for the children in preventing determinative condition. However, home made complementary food lack of micronutrients such as vitamin A, iron and zinc. Complementary food based on fermented soybean (tempe), coconut oil and skimmed milk so called tempe formula, has distinctive effect in improving nutritional status and recovering diarhea effectively among malnourished children. However, the effect of tempe formula on morbidity of diarhea, physical activity and growth of healthy children has not been recognized yet. This study consisted of 144 six-month old infants (SD±15 days) who was divided into two groups (72 infants each) in a double blinded RCT. One group is allocated to receive tempe formula (FT) and the other group receive non-tempe complementary food (FBT). After five-month intervention, at the endline, there were 49 infants in FT group and 45 infants in non FT (FBT). During the study the energy consumption of the infants increased according to age. The proportion of energy consumption was about 27 to 46 percent of RDA and there was no significant difference between two groups. The number of diarhea was fluctuative in the two groups, in cumulative number was 2 or 3 episodes in both groups. There was no significant difference in number of diarhea episode between the two groups and so the length of the episode (between 8 and 10 days). There was also no difference in physical activity and motoric development and growth achievement between two groups. The weight for height z-score of infants has decrease in both group. In conclusion, the study failed to show the benefical of tempe formula for healthy infants age 6-12 months in the episode and length of diarhea growth and in physical activity but showed significant improvement of ferritin level.
Keywords: complementary food, tempe, growth physical activity, children, fermented soybean
PENDAHULUAN
pada anak balita di negara-negara berkem- bang diperkirakan sebesar 27 persen (1) . Data Statistik Kesehatan tahun 2001 menunjukkan
alah satu indikator rendahnya status prevalensi gizi kurang pada anak balita di gizi masyarakat adalah tingginya
Indonesia sekitar 30,2 persen (2) . Pada tahun prevalensi gizi kurang, terutama pada
2003, lebih dari 100 kabupaten/ kota bayi umur 6-23 bulan. Pada tahun 2000,
mempunyai prevalensi gizi kurang di atas 30 prevalensi gizi kurang (Z-score berat badan
persen.
menurut umur kurang dari -2 standar deviasi)
Analisis data Susenas tahun 1989-1999 kebutuhan gizi bayi dengan harga yang menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan
terjangkau. Beberapa penelitian tentang MP- telah mulai terjadi pada saat bayi berusia 3
ASI formula tempe telah dilakukan. Mahmud atau 4 bulan baik di perdesaan maupun di
(1987) menunjukkan keunggulan MP-ASI perkotaan. Menurunnya status gizi bayi sejak
formula tempe dari segi komposisi zat gizi, umur 4 bulan antara lain disebabkan oleh
dan perannya untuk mengurangi sensitifitas kebutuhan gizi bayi tidak dapat dipenuhi
enteropati protein dan intoleransi karbo- hanya dengan pemberian ASI saja (3) .
hidrat (6) . MP-ASI formula tempe juga Gangguan pertumbuhan (gagal tumbuh)
membantu menghentikan proses pera- pada umumnya mulai terjadi pada saat
dangan atau infeksi saluran cerna pada bayi diperkenalkannya MP-ASI, yaitu pada umur
umur 6-24 bulan (7) , efektif bagi penyembuhan
6 bulan, dan prevalensi gizi kurang pada diare (6) , dan memperbaiki keadaan gizi umumnya akan terus meningkat pada umur
penderita. Walaupun penelitian tentang MP- 12–23 bulan disertai dengan penyakit infeksi,
ASI formula tempe menunjukkan berbagai yang akhirnya meningkatkan risiko kematian
keunggulan khususnya dalam penyem- bayi dan balita.
buhaan diare, namun pengaruhnya terhadap Pemberian ASI dan MP-ASI yang cukup
morbiditas diare, aktivitas fisik, gerak motorik nilai gizinya berperan terhadap pencegahan
kasar, dan pertumbuhan, belum diketahui kematian bayi. Data WHO dan UNICEF
khususnya pada bayi dengan status gizi (2003) menunjukkan, hanya sekitar 35
baik. Penelitian ini mengkaji pengaruh MP- persen bayi di seluruh dunia menyusui
ASI formula tempe terhadap morbiditas eksklusif selama 4 bulan pertama (4) . Sejak
diare, aktivitas fisik, gerak motorik kasar, dan umur 6 bulan diperlukan makanan padat
tingkat pertumbuhan. pelengkap ASI yang dikenal sebagai
Pertanyaan yang dijawab pada makanan pendamping ASI (MP-ASI). Syarat
penelitian ini adalah: ”Apakah pemberian MP-ASI yang baik adalah mengandung
MP-ASI formula tempe dapat menurunkan cukup zat gizi, aman dari segi kesehatan,
morbiditas diare, meningkatkan aktivitas fisik, dan terjangkau dari segi ekonomi. Saat ini,
mempercepat gerak motorik kasar, dan MP-ASI yang dibuat di rumah tidak dapat
meningkatkan pertumbuhan bayi umur 6-12 mencukupi kebutuhan zat gizi mikro
bulan dengan status gizi baik?” Jawaban dari terutama vitamin A, zat besi, dan seng (5) .
pertanyaan ini diperlukan untuk memberikan Kebiasaan pemberian MP-ASI juga belum
alternatif bagi pemerintah dalam sesuai dengan pola yang dianjurkan.
merumuskan kebijakan pemberian MP-ASI Di pasaran tersedia MP-ASI produksi
yang lebih efektif dan murah. pabrik, namun harganya kurang terjangkau golongan masyarakat miskin. Kebijakan
Tujuan
pemerintah mengenai MP-ASI yang Tujuan umum penelitian ini adalah ditujukan bagi bayi dan anak 6–24 bulan
mempelajari pengaruh MP-ASI formula adalah untuk meningkatkan promosi MP-ASI
tempe terhadap morbiditas diare, aktivitas yang memenuhi standar dan syarat
fisik, gerak motorik kasar, dan tingkat kesehatan, mendorong produksi MP-ASI
pertumbuhan. Secara khusus, tujuan buatan rumah tangga (local fortified blended
penelitian ini adalah mempelajari perbedaan food) agar terjangkau oleh seluruh lapisan
tingkat morbiditas, aktivitas fisik, gerak masyarakat, pendidikan gizi, dan konseling
motorik kasar, dan pertumbuhan bayi umur bagi semua calon ibu.
6-12 bulan dengan status gizi baik yang Pusat Penelitian dan Pengembangan
mendapat MP-ASI formula tempe (FT) dan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan
bayi yang mendapat MP-ASI formula bukan RI, telah mengembangkan MP-ASI formula
tempe (FBT).
tempe sebagai MP-ASI dengan kandungan Berbagai penelitian yang telah energi, protein, lemak, zat besi, kalsium,
dilakukan membuktikan bahwa pemberian fosfor, dan vitamin E yang sesuai dengan
MP-ASI berbasis tempe memiliki kemam- Peubah bebas (independent variables) puan untuk mengurangi lama waktu diare
adalah jenis MP-ASI, yang terdiri dari MP- pada bayi di atas 6 bulan yang menderita
ASI Formula Tempe (FT) dan MP-ASI diare dengan status gizi kurang. Pemberian
Formula Bukan Tempe (FBT). Sedangkan MP-ASI Formula Tempe (FT) secara cukup
peubah perancu (confounders) meliputi diharapkan dapat mengurangi morbiditas
tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan diare, meningkatkan kadar zat gizi mikro
orangtua, tingkat pendapatan orang tua, dalam darah, dan dapat menjaga
konsumsi makanan bayi selain MP-ASI, pertumbuhan anak.
kadar zat gizi mikro dalam darah, kunjungan Berbagai faktor dapat mempengaruhi
ke Posyandu, sumber air minum, dan morbiditas dan pertumbuhan serta aktivitas
ketersediaan jamban. fisik anak, adalah tingkat pendidikan orang
Untuk menjawab tujuan penelitian di tua, pekerjaan orangtua, kondisi ekonomi
atas, kerangka konsep yang digunakan orangtua, keadaaan sanitasi lingkungan,
tertera pada Gambar 1. Penelitian ini makanan lain selain MP-ASI, dan kondisi
menggunakan desain eksperimen murni lingkungan sosial. Oleh karena itu, pada
teracak buta ganda (Double Blind - penelitian ini, faktor-faktor yang
Randomized Controlled Trial) dengan mempengaruhi morbiditas dan pertumbuhan
sampel bayi sebagai unit alokasi perlakuan dan aktifitas fisik anak diperhatikan.
acak dan merupakan penelitian longitudinal, Peubah tergantung (dependent
mengikuti sampel yang sama selama 5 variables) yang diteliti adalah diare, aktivitas
bulan.
fisik, gerak motorik kasar, dan pertumbuhan.
Bayi umur 6-12 bulan MP-ASI:
Kejadian diare Formula Tempe
Tingkat Pertumbuhan Formula Bukan Tempe
Gerak Motorik Kasar Tingkat Aktivitas Fisik
Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Tingkat pendapatan orangtua Keadaan air bersih dan jamban Makanan anak di luar MP-ASI Zat gizi mikro dalam darah Kunjungan ke Posyandu
METODOLOGI
masih diberi ASI; tidak menderita penyakit TB paru dan penyakit kronis lain (menahun)
Populasi penelitian ini adalah bayi umur dan tidak menderita kelainan bawaan; dan
6 bulan. Sampel penelitian adalah bayi umur orangtua bersedia mengikutkan anaknya
6 bulan pada rekruitmen yang memenuhi dalam penelitian sampai selesai. persyaratan inklusi. Unit observasi adalah
Pengambilan sampel dan penentuan keluarga dan bayi, sedangkan unit
perlakuan ditentukan berdasarkan Cohen analisisnya adalah bayi. Kriteria inklusi
(1977), yaitu dengan df (6-1)*(2-1) = 5, dalam pemilihan sampel adalah: bayi berusia
dengan power uji 80 persen (β = 0,8) pada α
6 bulan ± 15 hari pada saat rekrutmen; Z- =0,05 dan perkiraan effect size yang score PB/U dan BB/PB antara –1 SD dan +1
moderate, yaitu 0,25 maka diperlukan SD (termasuk dalam kategori gizi baik),
minimum jumlah sampel sebesar 35 bayi per minimum jumlah sampel sebesar 35 bayi per
Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, selama 12 bulan dari bulan Desember 2005 sampai dengan November 2006. Setiap data yang diperoleh diperiksa kelengkapan serta konsistensinya. Analisis univariat dilakukan terhadap setiap peubah yang dikumpulkan. Analisis bivariate dilakukan untuk mempelajari hubungan antara satu peubah dengan peubah lain. Analisis korelasi dan tabel kontingensi atau chi-square digunakan untuk menentukan peubah yang masuk dalam model untuk analisis multivariat. Analisis multivariat yang digunakan adalah GLM-Repeated Measures Analysis of Covariance untuk menilai pengaruh FT dan FBT terhadap diare, aktivitas fisik, gerak motorik kasar, dan pertumbuhan setelah mengontrol pengaruh peubah perancu.
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan. Informed consent untuk orangtua subyek dibuat secara tertulis dan dibacakan kepada setiap orangtua yang anaknya memenuhi ketentuan sebagai calon sampel sebagai bagian dari proses screening untuk memperoleh persetujuan anaknya dilibatkan sebagai sampel penelitian.
HASIL
Jumlah bayi pada saat penelitian dimulai adalah 72 bayi pada kelompok FT dan dan 71 bayi pada kelompok FBT. Selama penelitian, jumlah bayi yang drop- out adalah 24 bayi (30.13%) pada kelompok FT dan 25 bayi (34.2%) pada kelompok FBT sehingga sampel yang mengikuti penelitian sampai akhir penelitian menjadi 49 bayi pada kelompok FT dan 45 bayi pada kelompok
FBT. Jumlah sampel yang diperlukan selama penelitian masih memenuhi kecukupan sesuai kriteria. Uji beda-t dan uji proporsi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada karakteristik sampel bayi drop-out dan bayi yang tidak drop-out. Dilihat dari karakteristik sosial ekonomi sampel pada kedua kelompok, data dasar antropometri, dan zat gizi mikro dalam darah pada awal penelitian, tidak terdapat perbedaan secara bermakna antar kedua kelompok (p>0,05).
Jumlah FT dan FBT yang diberikan kepada masing-masing kelompok didesain untuk memberi kontribusi bagi kecukupan energi sekitar 30 persen dari angka kecukupan gizi (AKG). Diperkirakan bahwa MP-ASI yang akan dikonsumsi bayi sebesar
80 persen dari jumlah yang diberikan pada umur 7, 8 dan 9 bulan; dan 70 persen pada umur 10 dan 11 bulan. Analisis menunjukkan bahwa rerata kepatuhan mengkonsumsi MP- ASI FT mencapai 81,8 persen, dan untuk FBT mencapai 80,1 persen. Tidak ada perbedaan kepatuhan antara FT dan FBT (p>0,05). Dengan demikian, sampel memiliki tingkat kepatuhan yang cukup tinggi terhadap konsumsi MP-ASI seperti yang diharapkan.
Asupan zat gizi pada sampel bayi dihitung dari MP-ASI perlakuan dan makanan selain MP-ASI yang diberikan ibu kepada bayi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan yang telah tersedia dalam software Nutrisoft. Tabel 1 menunjukkan rerata asupan energi dari MP- ASI perlakuan, dimana jumlah MP-ASI yang diberikan kepada bayi cukup untuk melengkapi jumlah energi yang dibutuhkan bayi di luar energi yang diperoleh dari air susu ibu (ASI) dan makanan lain selain MP- ASI. Uji statistik GLM Repeated Measure Analysis of Covariance menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara kedua kelompok tersebut dalam hal asupan energi dari MP-ASI.
Tabel 1 Rerata Asupan Energi dari MP-ASI
FBT Umur
FT
(bulan) Rerata asupan energi p
n Rerata asupan energi per hari (% AKG)
per hari (% AKG) SD 6 -
Tabel 2 menunjukkan rerata asupan bayi yaitu FT dan FBT. Pada umur 6 bulan, energi dari MP-ASI dan makanan selain MP-
MP-ASI perlakuan (FT dan FBT) belum ASI. Asupan energi meningkat seiring
diberikan kepada bayi, sehingga tidak ada dengan meningkatnya umur. Selama bulan
asupan protein dari MP-ASI. Pada umur 7 perlakuan tersebut, asupan energi dari MP-
hingga 11 bulan, asupan protein dari MP-ASI ASI dan makanan selain MP-ASI antara
berkisar antara 41,6 persen AKG (umur 7 kedua kelompok tidak berbeda secara
bulan) hingga 71,0 persen (umur 11 bulan) bermakna (p>0,05). Tabel 3 menunjukkan
AKG pada kelompok FT, dan 27,5 persen asupan protein pada bayi yang berasal dari
(umur 7 bulan) hingga 43,6 persen AKG MP-ASI perlakuan yang diberikan kepada
(umur 11 bulan) pada kelompok FBT.
Tabel 2 Asupan Energi dari MP-ASI dan Makanan Selain MP-ASI
FBT Umur
FT
(bulan) n Rerata asupan energi
Rerata asupan energi p per hari (% AKG)
per hari (% AKG) SD 6 49 19,7
Tabel 3 Asupan Protein dari MP-ASI
FBT Umur
FT
(bulan) Rerata asupan protein p
n Rerata asupan protein per hari (% AKG)
per hari (% AKG) SD 6 -
SD
17,20 0,001 Secara umum, pada kedua kelompok,
bermakna antara asupan zat besi dari MP- asupan protein dari MP-ASI cenderung
ASI antara kedua kelompok (p>0,05) meningkat seiring dengan meningkatnya
Jumlah episode diare yang dialami bayi umur bayi. Uji GLM Repeated Measures
cukup berfluktuasi selama masa intervensi. Analysis of Covariance menunjukkan bahwa
Pada umur 6 bulan (data dasar) kejadian asupan protein pada kedua kelompok tidak
diare untuk kelompok FT adalah 0,24 kali berbeda bermakna (p>0.05), kecuali pada
diare per bulan dan untuk kelompok FBT umur 9 bulan di mana asupan protein pada
sebanyak 0,27 kali per bulan. Jumlah ini kelompok FT rerata lebih besar 3,4 persen
kemudian meningkat dan berfluktuasi daripada kelompok FBT (p=0,022) dan pada
sepanjang 5 bulan masa intervensi (Tabel 6). umur 11 bulan, asupan protein dari MP-ASI
Uji statistik GLM Repeated Measures pada kelompok FBT rerata lebih besar 26,4
Analysis of Covariance menunjukkan tidak persen dari pada kelompok FT (p=0,001).
ada perbedaan bermakna antara rerata Asupan vitamin A yang berasal dari MP-
jumlah episode diare antara kedua kelompok ASI pada kedua kelompok mengalami
(p>0,05).
peningkatan sejalan dengan bertambahnya Untuk melihat apakah ada peningkatan/ umur bayi (Tabel 4). Asupan vitamin A pada
penurunan episode diare selama 5 bulan kedua kelompok terus meningkat. Secara
masa perlakuan, dan jumlah kejadian diare statistik tidak ada perbedaan bermakna
selama masa penelitian dilakukan analisis asupan protein dari MP-ASI pada kedua
terhadap kumulatif jumlah rerata episode per kelompok (p>0,05). Sedangkan tabel 5
bulan. Tabel 7 menunjukkan kecenderungan menunjukkan data asupan zat besi dari MP-
kumulatif rerata jumlah episode diare per ASI yang terlihat mengalami peningkatan
bulan pada kedua kelompok. dari bulan ke bulan. Tidak ada perbedaan
Tabel 4 Asupan Vitamin A dari MP-ASI
FT
FBT
Umur Rerata asupan Rerata asupan (bulan)
pn
Vitamin A per hari
Vitamin A per hari SD (% AKG)
SD
(% AKG)
Tabel 5 Asupan Zat Besi dari MP-ASI
FT
FBT
Umur Rerata asupan Rerata asupan (bulan)
pn
zat besi per hari
zat besi per hari SD (% AKG)
Tabel 6 Rerata Jumlah Episode Diare Bayi per Bulan
FT
FBT
Umur p (bulan)
n Rerata jumlah episode (kali)
SD 6 49 0,24
SD
Rerata jumlah
episode (kali)
Dari tabel 7 terlihat bahwa selama 5 kedua kelompok cenderung sama, dan uji bulan perlakuan, kelompok FT mengalami
GLM Repeated Measure Analysis of diare rerata 2,88 kali, sedangkan pada
menunjukkan tidak ada kelompok FT mengalami diare sebanyak
Covariance
perbedaan bermakna (p>0,05) kumulatif 2,80 kali. Kejadian diare setiap bulan pada
rerata jumlah episode diare antar kelompok.
Tabel 7 Kumulatif Rerata Jumlah Episode Diare per Bulan
FT
FBT
Umur Kumulatif rerata Kumulatif rerata (bulan)
pn
jumlah episode
jumlah episode SD (kali)
SD
(kali)
Lama diare adalah hari kejadian diare dibandingkan dengan data dasar (Tabel 8). yang dicatat per kejadian diare. Lama diare
Uji GLM Repeated Measure Analysis of dapat digunakan untuk menggambarkan
Covariance menunjukkan bahwa perbedaan tingkat keparahan diare yang dialami oleh
rerata lama diare pada bayi umur 11 bulan bayi. Lama hari diare yang dialami oleh bayi
tidak bermakna (p>0.05). selama intervensi MP-ASI juga meningkat
Tabel 8 Rerata Lama Diare
FBT Umur
FT
(bulan) pn
Lama diare SD per bayi (hari)
Lama diare
SD
per bayi (hari) 6 49 0,63
2,347 0, 070 Jika dilihat menurut kumulatif lama
Tabel 10 menunjukkan rerata hari per diare, selama 5 bulan perlakuan kelompok
episode pada bayi. Rerata lama diare per FT mengalami diare sebanyak 8,27 hari
episode cenderung meningkat dibandingkan sedangkan pada kelompok FBT sebanyak
data dasar, walaupun secara statistik tidak 9,44 hari (Tabel 9). Tidak terdapat
bermakna (p>0,05). Uji statistik GLM perbedaan bermakna antara kelompok
Repeated Measures Analysis of Covariance perlakuan (p>0,05), dalam hal kumulatif lama
menunjukkan bahwa secara keseluruhan diare. Rerata lama per episode diare selama
perbedaan lama diare per episode pada masa intervensi menggambarkan tingkat
kedua kelompok perlakuan tidak bermakna keparahan diare setiap episode yang dialami
(p>0,05)
oleh bayi.
Tabel 9 Kumulatif Rerata Lama Diare
FT
FBT
Umur (bulan)
Kumulatif lama Kumulatif lama pn diare bayi (hari)
diare bayi (hari) SD 6 49 0,63
SD
Tabel 10 Rerata Lama Diare per Episode Diare
FT
FBT
Umur (bulan)
n Rerata lama (hari) p
per episode
SD 6 49 0,63
SD
Rerata lama (hari) per episode
1,988 0,070 Aktivitas fisik bayi diukur selama 1 jam
aktivitas fisik merupakan penjumlahan pada pagi dan 1 jam pada sore hari.
seluruh lama aktivitas fisik ringan, sedang Terdapat 17 jenis aktivitas fisik (kemudian
dan berat selama pengamatan. Total lama digolongkan menjadi 3 kelompok aktivitas,
aktivitas fisik bayi dapat dilihat pada Tabel yaitu ringan, sedang dan berat). Total lama
11. Tabel 11
Total Lama Aktivitas Fisik per Hari FT
FBT Umur
(bulan) pn
Rerata total lama SD aktivitas fisik (detik)
Rerata total lama
SD
aktivitas fisik (detik)
Pada kedua kelompok, total lama yang ditetapkan) dengan lama aktivitas aktivitas fisik bayi cenderung mengalami
(detik). Total skor aktivitas fisik merupakan kenaikan dari bulan ke bulan. Pada
penjumlahan seluruh skor aktivitas ringan, kelompok FT total lama aktivitas fisik ringan,
sedang dan berat, yaitu menyatakan sedang dan berat bayi umur 6 bulan sebesar
keseluruhan tingkat/ jenis aktivitas serta 7.183 dan meningkat menjadi 7.401 pada
lama aktivitas itu dilakukan (Tabel 12). umur 11 bulan. Pola kenaikan total lama
Pada Tabel 12 terlihat bahwa terdapat aktivitas fisik kelompok FBT juga tidak
kenaikan total skor aktivitas fisik pada kedua berbeda yaitu dari 7.208 pada usia 6 bulan
kelompok dari bulan ke bulan. Pada umur 6 menjadi 7.341 detik pada umur 11 bulan.
bulan, skor total pada kelompok FT sebesar Tidak ada perbedaan yang bermakna secara
11.948 dan pada kelompok FBT sebesar statistik pada total lama aktivitas fisik antara
11.982. Skor ini meningkat dan pada umur kedua kelompok perlakuan (p>0,05)
11 bulan masing-masing menjadi 12.528 dan Skor aktivitas fisik merupakan perkalian
12.767. Peningkatan ini terutama disebabkan antara nilai suatu aktivitas fisik (terdapat 17
bergesernya aktivitas fisik dari aktivitas fisik aktivitas dan masing-masing memiliki nilai
ringan ke aktivitas fisik berat. Secara statistik ringan ke aktivitas fisik berat. Secara statistik
Tabel 12 Total Skor Aktifitas Fisik (Ringan, Sedang, Berat)
FBT Umur
FT
(bulan) Rerata total Rerata total pn
SD skor aktivitas fisik
SD
skor aktivitas fisik 6 49 11.948
Tabel 13 Perkembangan Gerak Motorik Kasar Yang Dicapai Bayi
FBT(n=45) Umur
FT (n=49)
(bulan) Jenis Gerakan
Jumlah bayi yang
Jumlah bayi yang p
pertama kali melakukan
pertama kali melakukan
gerakan (%) 6 Gerakan dasar
gerakan (%)
44,4 Gerakan dengan bantuan
55,6 0,722 Gerakan mandiri
0 0 7 Gerakan dasar
17,8 Gerakan dengan bantuan
87,2 0,427 Gerakan mandiri
0 0 8 Gerakan dasar
4,4 Gerakan dengan bantuan
95,6 0,347 Gerakan mandiri
1,1 9 Gerakan dasar
Gerakan dengan bantuan
91,1 0,327 Gerakan mandiri
8,9 10 Gerakan dasar
0 0 Gerakan dengan bantuan
84,4 0,281 Gerakan mandiri
15,6 11 Gerakan dasar
0 0 Gerakan dengan bantuan
55,6 0,965 Gerakan mandiri
44,4 Perkembangan motorik adalah
Perkembangan gerak motorik kasar sampel kemampuan gerak motorik kasar bayi
dapat dilihat pada Tabel 13. Pada umur 6 dengan berpedoman pada 17 macam gerak.
bulan (baseline), sebagian besar bayi baru Pada penelitian ini ke-17 gerak motorik kasar
mampu melakukan kegiatan gerakan dasar tersebut dikelompokkan ke dalam tiga
namun sudah ada bayi yang mampu kelompok, yaitu, gerakan dasar, gerakan
melakukan gerakan dasar dan gerakan dengan bantuan dan gerakan mandiri.
dengan bantuan pada kedua kelompok.
Persentase bayi yang melakukan gerakan pertumbuhan berdasarkan BB/PB saja dasar terus mengalami penurunan,
berdasarkan rerata z-score. Selama 5 bulan sementara gerakan dengan bantuan
perlakuan, nilai z-score pada kelompok FT mengalami kenaikan. Pada umur 10 bulan,
maupun FBT mengalami penurunan, atau sudah tidak ada lagi bayi yang hanya mampu
dapat dikatakan kedua kelompok menunjuk- melakukan kegiatan gerak dasar. Uji statistik
kan perbaikan pertumbuhan. Pada kelompok chi-square menunjukkan bahwa tidak ada
FT terjadi pertumbuhan 0,68 unit dan pada perbedaan bermakna perkembangan gerak
kelompok FBT terjadi pertumbuhan 0,83 unit. motorik kasar antara kedua kelompok
Jelasnya pada gambar 2 dapat dilihat (p>0,05).
kecenderungan pertumbuhan pada kedua Pertumbuhan dilakukan dengan
kelompok. Uji statistik GLM Repeated mengukur perkembangan berat badan dan
Measure-Analysis of Covariance menunjuk- panjang badan bayi menurut umur (BB/U,
kan perbedaan perbaikan nilai z-score pada PB/U, dan BB/PB) menurut kelompok
kedua kelompok tersebut tidak bermakna perlakuan. Pada tabel 14 disajikan hasil
(p>0,05) Tabel 14
Rerata Z-score Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB)
FT
FBT
Umur (bulan)
pn
Rerata Z-score BB/PB
SD 6 49 - 0,13
SD
Rerata Z-score BB/PB
FT re -0.4
FBT c o Z -s -0.8
Umur (bulan)
Gambar 2 Kecenderungan Perubahan Rerata Z-score BB/PB
Kadar vitamin A dalam darah diukur dalam darah antara kelompok FT dan dengan metode Liquid-Chromathographic
kelompok FBT secara statistik tidak Assay. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa
bermakna (p>0.05). Dengan menggunakan baik pada kelompok FT maupun pada
standar kadar normal vitamin A dalam darah kelompok FBT terjadi penurunan kadar
menurut WHO sebesar ≥ 20 µg/dL, maka vitamin A dalam darah. Dengan mengguna-
rerata kadar vitamin A pada kedua kan uji-t, rerata penurunan kadar vitamin A
kelompok termasuk dalam batas normal. Tabel 15
Kadar Vitamin A pada Kelompok FT dan FBT
FBT Umur
FT
(bulan) pn
Rerata vitamin A
(µg/dL)
SD
Rerata vitamin A (ug/dL)
Kadar Hemoglobin (Hb) diukur dari status zat gizi mikro pada bayi. Pada Tabel darah yang diambil dari bayi yang menjadi
16 tampak adanya kenaikan kadar Hb baik sampel dengan menggunakan metode
pada kelompok FT maupun pada kelompok Cyanmeth. Kadar Hb dapat dijadikan
FBT. Uji-t menunjukkan bahwa perbedaan sebagai proxy indicator untuk mengukur
kenaikan kadar Hb antar kedua kelompok tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).
Tabel 16
Kadar Hb pada Kelompok FT dan FBT FT
FBT
Umur p (bulan)
Rerata Hb
SD
Rerata Hb SD
(g/dL)
(g/dL)
0,986 Menurut kriteria WHO, kadar Hb bayi
kedua kelompok menurut status anemia dan dianggap normal pada level 11g/dL dan
tidak anemia di awal dan akhir penelitian. Uji kadar Hb yang kurang dari level normal
Statistik menunjukkan tidak ada perbedaan tersebut digolongkan ke dalam anemia.
bermakna antara kedua kelompok. Tabel 17 menunjukkan jumlah bayi pada
Tabel 17 Jumlah Bayi dengan Status Anemia dan Tidak Anemia di Awal dan Akhir Penelitian
FT
FBT
Umur p (bulan)
n Anemia
Tidak
Anemia
Tidak
Anemia
Anemia
54,8 Kadar feritin dalam darah diukur
besi. Setiap 1 μg/L serum feritin sebanding menggunakan metode ELISA. Feritin
dengan 8-10 mg cadangan zat besi (9) . Kadar merupakan cadangan zat besi yang berada
feritin merupakan indikator yang sensitif pada hati, ginjal, dan sumsum tulang
tentang status zat besi dan menggambarkan belakang. Feritin merupakan globulin yang
status gizi. Pada Tabel 18 tampak kenaikan diperkirakan mengandung 20 persen zat
kadar feritin pada kelompok FT dan FBT.
Tabel 18 Kadar Feritin pada Kelompok FT dan FBT
FT
FBT
Umur (bulan)
n Rerata feritin p
(μg/L)
SD
Rerata feritin
(μg/L)
0.007 Pada kelompok FT terjadi kenaikan
ketersediaan petugas penelitian. Dengan rerata kadar feritin sebesar 13,64 μg/L,
demikian penelitian ini tidak didesain untuk sedangkan pada kelompok FBT naik 3,78
mewakili wilayah secara luas dengan μg/L. Kenaikan kadar feritin pada kelompok
berbagai karakteristik sosial, demografis, FT lebih besar daripada kelompok FBT.
lingkungan dan budaya masyarakat yang Dengan menggunakan uji-t, perbedaan
berbeda.
kenaikan kadar feritin pada kedua kelompok Salah satu potensi bias adalah secara statistik bermakna (p<0,05).
terjadinya drop-out. Pada penelitian ini, 47 Dibandingkan dengan standar 10,0±6 μg/L
anak atau 32 persen anak mengalami drop- (Bender, 1997), kadar feritin dalam penelitian
out. Uji-t dan uji proporsi menunjukkan ini lebih tinggi.
bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara sampel drop-out dan sampel yang
BAHASAN
tidak drop-out dalam hal antropometri dan data sosial ekonomi dari kedua kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Dalam hal rentang waktu, penelitian drop-out tidak menimbulkan bias dalam menggunakan dua kelompok perlakuan analisis dan pengambilan kesimpulan. dengan proses rekrutmen tidak pada saat Untuk menghindari data ekstrim yang sama, tetapi dilakukan pada rentang (outliers), dilakukan
screening nilai waktu sekitar 6 bulan untuk menyesuaikan
antropometri yang ketat dan screening dengan ketersediaan sampel yang usianya penyakit kronis (TB paru dan penyakit memenuhi syarat 6 bulan ± 15 hari. Hal ini bawaan). Demikian pula halnya dengan hasil menyebabkan peluang yang diterima setiap pemeriksaan zat gizi dalam darah, angka- anak untuk mendapatkan pajanan angka ekstrim tersebut tidak disertakan perubahan lingkungan fisik dan sosial karena dalam analisis. Untuk mencegah terjadinya perbedaan rentang waktu penelitian tidak data ekstrim karena kesalahan pencatatan benar-benar sama. data, dilakukan pelatihan bagi petugas Pemilihan kecamatan dan kelurahan lapangan, cek reliabilitas petugas, dan dilakukan dengan mempertimbangkan verifikasi data oleh supervisor. Alat ukur kemudahan dalam pemberian perlakuan, yang digunakan telah distandarisasi. pengontrolan dan pengumpulan data serta Petugas pengukur antropometri, pengumpul antropometri yang ketat dan screening dengan ketersediaan sampel yang usianya penyakit kronis (TB paru dan penyakit memenuhi syarat 6 bulan ± 15 hari. Hal ini bawaan). Demikian pula halnya dengan hasil menyebabkan peluang yang diterima setiap pemeriksaan zat gizi dalam darah, angka- anak untuk mendapatkan pajanan angka ekstrim tersebut tidak disertakan perubahan lingkungan fisik dan sosial karena dalam analisis. Untuk mencegah terjadinya perbedaan rentang waktu penelitian tidak data ekstrim karena kesalahan pencatatan benar-benar sama. data, dilakukan pelatihan bagi petugas Pemilihan kecamatan dan kelurahan lapangan, cek reliabilitas petugas, dan dilakukan dengan mempertimbangkan verifikasi data oleh supervisor. Alat ukur kemudahan dalam pemberian perlakuan, yang digunakan telah distandarisasi. pengontrolan dan pengumpulan data serta Petugas pengukur antropometri, pengumpul
Di negara-negara sedang berkembang, presisi, akurasi dan reliabilitas. Untuk
karena terbatasnya ketersediaan pangan, menghindari kesalahan sistematis dilakukan
pemberian MP-ASI kebanyakan kurang seleksi yang ketat terhadap petugas dan
bervariasi sehingga menyebabkan rendah- pilot test.
nya asupan energi. Penelitian klinik di Peru Berbagai kejadian spesifik selama masa
menunjukkan bahwa MP-ASI yang diberikan penelitian dapat mempengaruhi penelitian
secara bervariasi, meningkatkan asupan sehingga berpotensi menimbulkan bias.
energi sekitar 10 persen. Pada penelitian ini beberapa peubah yang
Jika anak masih diberi ASI, maka dimonitor untuk menghindari terjadinya bias
kebutuhan minimal akan energi dapat antara lain adalah konsumsi makanan anak
terpenuhi dari tiga sumber yaitu ASI, MP-ASI selain MP-ASI, serta kepatuhan dalam
dan makanan lain yang diberikan keluarga. mengkonsumsi MP-ASI. Peubah perancu
Karjati (1998) memperkirakan bahwa ASI lain adalah peubah sosial ekonomi. Hasil uji
memberikan kontribusi energi sebesar 330 statistik chi-square menunjukkan bahwa
kkal per hari pada anak usia 6-11 bulan. peubah sosial ekonomi tidak menunjukkan
Dalam penelitian ini, rerata asupan energi perbedaan yang bermakna antara kelompok
yang berasal dari MP-ASI perlakuan pada FT dan FBT. Dengan demikian, proses
anak usia 6-11 bulan pada kelompok FT penarikan kesimpulan yang membandingkan
berkisar antara 178 -304 kkal per hari atau antar kelompok perlakuan dapat dikatakan
27-46 persen AKG, sedangkan pada bebas dari bias karena pengaruh variasi
kelompok FBT berkisar antara 172- 274 kkal sosial ekonomi.
per hari atau 26-42 persen AKG. Data dasar pada saat usia 6 bulan
Jika digabungkan, asupan energi yang untuk antropometri (BB/PB) pada kedua
berasal dari MP-ASI dan makanan selain kelompok tidak berbeda secara statistik,
MP-ASI maka kebutuhan energi pada umur demikian pula dengan kadar zat gizi mikro
7-11 bulan pada kelompok FT kisarannya dalam darah, yaitu kadar hemoglobin, feritin
57- 95 persen, sedangkan pada kelompok dan vitamin A. Dengan demikian jika dilihat
FBT berkisar antara 59-96 persen. Dengan dari faktor pertumbuhan dan zat gizi mikro
demikian asupan energi yang berasal dari dalam darah, maka pengacakan pada kedua
MP-ASI perlakuan dan makanan lain di luar kelompok juga cukup baik.
MP-ASI baik pada kelompok FT maupun Kepatuhan (compliance) konsumsi MP-
pada kelompok FBT cukup baik bagi anak ASI baik FT maupun FBT pada penelitian ini
untuk memenuhi kebutuhan energi sesuai cukup baik. Konsumsi rerata MP-ASI oleh
dengan AKG.
anak mencapai perkiraan awal yaitu sekitar Dalam hal protein, MP-ASI FT maupun
80 persen pada usia 7, 8, dan 9 bulan, serta FBT yang diberikan kepada anak selama
70 persen pada usia 10 dan 11 bulan penelitian memberikan kontribusi yang relatif dengan rerata total sekitar 80 persen.
besar pada pemenuhan protein. Kepatuhan Tingkat kepatuhan dalam penelitian ini cukup
konsumsi MP-ASI yang cukup tinggi dan baik dibandingkan misalnya dengan
sesuai dengan perkiraan, berdampak pada misalnya penelitian Widjojo (2005) dengan
asupan vitamin A dari MP-ASI yang cukup kepatuhan sekitar 65 persen (10) .
konstan selama masa penelitian. Tambahan Pada umumnya tingkat kepatuhan
vitamin A yang berasal dari MP-ASI berdam- menurun yang mungkin terkait kebosanan
pak pada dipertahankannya kadar vitamin A dengan semakin seringnya anak mengkon-
dalam darah sesuai standar WHO yaitu ≥20 sumsi MP-ASI. Hal ini terbukti dengan
µg/dL. Asupan zat besi yang berasal dari banyaknya anak yang drop-out dari
MP-ASI pada kelompok FT maupun penelitian karena tidak lagi mau makan MP-
kelompok FBT terus meningkat sejalan ASI. Informasi tentang kebosanan anak
dengan pertambahan umur. Asupan zat besi terhadap MP-ASI yang diberikan secara
seperti itu, diperkirakan memberi andil untuk seperti itu, diperkirakan memberi andil untuk
yang menyebabkan kecenderungan ini Penelitian menunjukkan bahwa tidak
belum dapat dijelaskan. Sebagai ada perbedaan yang bermakna pada kedua
perbandingan, penelitian di Pengalengan, kelompok terhadap berbagai ukuran morbidi-
menunjukkan adanya perbedaan skor tas diare yang meliputi rerata jumlah episode
aktivitas antar kategori kegiatan (ringan, diare, lama hari diare, dan lama diare per
sedang, berat) dapat terdeteksi setelah 2 episode. Dengan demikian MP-ASI formula
bulan pengamatan pada kohor anak 12-18 tempe (FT) tidak memberikan manfaat lebih
bulan. Pada penelitian di Pengalengan baik kepada anak dalam hal pengurangan
formula yang digunakan juga dibedakan episode dan lama diare anak dibandingkan
atas tiga katagori yaitu formula yang dengan MP-ASI formula bukan tempe (FBT).
mengandung energi tinggi (1171 kkal), Hasil penelitian ini berbeda dengan
energi sedang (209 kkal), dan energi rendah beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian
(104 kkal) sehingga perbedaannya dapat Sudigbia et al. (1985), Mahmud (1987),
terdeteksi (15) .
Soenarto (1997), Irawati (1994) dan Sudigbia Pada penelitian ini kandungan energi (1999) menyebutkan bahwa jumlah dan lama
dan zat gizi lain dalam FT maupun FBT episode diare pada kelompok yang
hampir sama, yang berbeda bahan bakunya mendapat FT lebih rendah dibandingkan
yaitu FT berbasis tempe sedangkan FBT dengan kelompok yang tidak mendapat
berbasis kacang hijau karena yang akan diuji formula tempe (6,7,12,13,14) . Sudigbia (1999)
adalah unsur tempenya. Uji statistik menyatakan bahwa keunggulan sifat-sifat
menyimpulkan bahwa selama 5 bulan waktu tempe sebagai oral rehidration therapy
penelitian tidak ada perbedaan total skor antara lain adalah kandungan protein yang
aktivitas fisik antara anak yang menerima tinggi termasuk delapan jenis asam amino
FT dibanding dengan anak yang menerima
FBT. Hal ini dapat dipahami karena untuk lemak jenuh dan kolesterol yang rendah,
esensial, sumber vitamin B 12 , kandungan
melakukan aktivitas, sangat tergantung mempunyai struktur sel yang unik yang
kepada energi. Pada kelompok FT dan FBT, memudahkan pencernaan dan penyerapan,
konsumsi energinya tidak berbeda, sehingga serta memiliki aktivitas anti bakteri dan
aktivitas fisiknya juga tidak berbeda. merangsang pertumbuhan (7) . Namun perlu
Dengan metode Husaini (2003), pada diperhatikan, penelitian yang menyebutkan
penelitian ini terdapat satu bayi kelompok FT kelebihan formula tempe untuk menurunkan
(2.0%) yang terlambat perkembangan diare pada umumnya dilakukan pada anak
motoriknya pada usia 6 bulan. Pada usia 7 kurang gizi, dan tidak dibandingkan dengan
sampai 10 bulan, ada anak yang mengalami formula kacang hijau (seperti pada penelitian
hambatan perkembangan motorik. Pada ini) yang mempunyai komposisi zat gizi yang
usia 11 bulan, pada kelompok FT dan FBT hampir sama.
masing-masing terdapat satu bayi yang Penelitian ini membuktikan bahwa
terlambat perkembangan motoriknya. formula tempe tidak menurunkan episode
Dengan demikian, bayi pada kelompok FT diare, lama diare dan keparahan. Dengan
dan FBT dapat mempertahankan gerak demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
motorik kasar sesuai dengan standar (16) . bayi dengan status gizi baik dan tidak
Proporsi anak yang di bawah median mengalami diare kronis, pemberian FT
perkembangan motorik pada usia 6 hingga (berbasis tempe) dan FBT (berbasis kacang
10 bulan berfluktuasi dari bulan ke bulan, hijau) tidak mempunyai pengaruh yang
namun pada kedua kelompok, proporsi bayi berbeda secara bermakna terhadap jumlah
yang berada di bawah median anak sehat episode, lama diare, dan lama diare per
kurang dari 50 persen (lihat Tabel 19). Tidak episode.
terdapat perbedaan bermakna proporsi bayi Secara umum tidak terdapat perbedaan
yang berada di bawah median anak sehat antara kedua kelompok perlakuan dalam hal yang berada di bawah median anak sehat antara kedua kelompok perlakuan dalam hal
Tabel 19 Proporsi Anak menurut Median
Proporsi sampel dibanding median Umur
Status sampel (bulan)
Hasil penelitian di Pangalengan formula hanya 4,6 mg pada FT dan 4,4 mg menunjukkan bahwa anak usia 12 bulan
pada FBT. Kadar zat besi tersebut sudah yang mendapat energi dan zat gizi mikro
sesuai dengan standar SNI dan CAC, lebih tinggi perkembangan motoriknya. Pada
walaupun baru mencapai sekitar 64 persen penelitian ini, tidak ditemukannya perbedaan
AKG. Selain itu, subyek penelitian Pollitt bermakna gerakan motorik kasar pada
adalah anak yang menderita kurang gizi, kedua kelompok kemungkinan diakibatkan
sehingga respon terhadap pemberian energi oleh jumlah energi yang diberikan pada
dan zat besi dapat dilihat pada aktivitas kedua kelompok adalah sama. Dalam hal ini,
gerak motorik kasar (17) . kandungan energi dan zat gizi pada formula
Jika dibandingkan dengan kondisi FT dan FBT relatif sama, demikian pula
Kabupaten Bogor tahun 2004 (Gambar 3), dengan total asupan energi dari MP-ASI dan
status BB/U kelompok FT dan FBT sedikit makanan selain MP-ASI. Penelitian Pollitt et
lebih rendah, namun mempunyai pola al. (2000) dapat mendeteksi perbedaan
kenaikan yang serupa. Gambar 4 gerak motorik karena kandungan energi
menunjukkan perkembangan BB/U pada antara 3 kelompok dibedakan, yaitu
bayi laki-laki dan perempuan jika kelompok energi-tinggi (1.171 kkal), energi-
dibandingkan dengan standar terbaru BB/U sedang (209 kkal), dan energi-rendah (104
WHO (2005). Secara umum dapat dikatakan kkal) (17) .
bahwa status BB/U sampel lebih rendah Selain itu, pada penelitian Pollitt et al.
dibandingkan dengan standar terbaru BB/U (2000) zat besi yang ditambahkan sebesar
WHO baik untuk laki-laki maupun
12 mg atau 150 persen AKG. Pada
perempuan (18) .
penelitian ini kandungan zat besi pada kedua
/U 7.20 7.48 B Bogor B
Gambar 3 Perkembangan BB/U Kelompok FT dan FBT Dibandingkan dengan Kabupaten Bogor
Um ur (bulan)
Um ur (bulan)
Gambar 4 Perkembangan BB/U Bayi Laki-laki dan Perempuan Dibandingkan dengan Standar WHO 2005
Jika dibandingkan dengan data berada dalam kategori status gizi baik (Z- Susenas 2003 dan Kabupaten Bogor 2004,
score antara -2 SD dan +2 SD) dan mereka pola penurunan rerata Z-score kelompok FT
mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan FBT mempunyai arah yang sama
baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa
yang dilakukan oleh Jus’at (1991), Jahari gangguan pertumbuhan anak mulai usia 6
(2000), dan Schmidt (2002). Pada Gambar 6, bulan dan seterusnya merupakan masalah
perkembangan PB/U, jika dibandingkan yang cukup serius di Indonesia. Penurunan
dengan PB/U Kabupaten Bogor tahun 2004, z-score juga tetap terjadi meskipun bayi usia
terlihat bahwa garis PB/U kelompok FT, FBT 6-11 bulan dalam penelitian ini masih tetap
maupun Kabupaten Bogor mempunyai pola yang sama dan berhimpit (19,20,21) .
/U
B -0.20
Bogor
re c o
Sus enas 2003 -s -0.60
FT
ta
FBT e ra -1.00
Gambar 5 Perbandingan Penurunan Z-score BB/U FT dan FBT dengan Z-score Susenas 2003 dan Kabupaten Bogor 2004
/U B
re 68 Bogor
Gambar 6 Perkembangan PB/U Kelompok FT dan FBT Dibandingkan dengan PB/U Kabupaten Bogor
Sedangkan jika dibandingkan dengan FBT mempunyai arah yang sama dengan standar PB/U terbaru dari WHO,
pola Kabupaten Bogor 2004 (Gambar 8). Hal perkembangan PB/U sampel penelitian baik
ini menunjukkan bahwa gangguan kelompok FT maupun FBT (Gambar 7)
pertumbuhan anak dilihat dari PB/U mempunyai pola yang sama, walaupun
merupakan masalah di Bogor. Dari kelompok sampel mempunyai rerata PB/U
kecenderungan di atas, walaupun z-score yang lebih rendah sepanjang waktu
PB/U FT dan FBT menurun, namun masih penelitian baik pada kelompok bayi laki-laki
relatif lebih baik dibandingkan dengan maupu perempuan. Pola penurunan rata-
kondisi umum kabupaten Bogor. rata Z-score PB/U untuk kelompok FT dan
Umur (bulan) Umur (bulan)
Gambar 7 Perkembangan PB/U Bayi Laki-laki dan Perempuan Dibandingkan dengan Standar WHO 2005
/U -0.20
BP re
Bogor
-s -0.60 FT
FBT
ta ra
R -1.00
Bulan
Gambar 8 Perkembangan Z-score BB/U Kelompok FT dan FBT Dibandingkan dengan Z-score Kabupaten Bogor
Gambar 9 menunjukkan perbandingan Pada penelitian ini, pemberian FT pada Z-score BB/PB pada sampel penelitian
anak tidak menyebabkan terjadinya perbeda- dengan Kabupaten Bogor. Penurunan Z-
an pertumbuhan baik yang diukur dengan Z- score
BB/PB menunjukkan adanya score BB/U, PB/U maupun BB/PB, penurunan status gizi yang sifatnya akut. Hal
dibandingkan dengan pemberian FBT. Hal ini ini antara lain disebabkan adanya berbagai
dapat dipahami jika dilihat komposisi zat gizi faktor yang menyebabkan Z-score BB/PB
dari kedua formula tersebut yang sebagian anak menurun misalnya asupan zat gizi yang
besar sama kandungannya, kecuali protein. tidak cukup atau adanya gangguan
Dari perhitungan asupan zat gizi terutama kesehatan.
energi, protein, vitamin A, dan zat besi, di energi, protein, vitamin A, dan zat besi, di
asupan protein pada kelompok FT yang lebih tidak berbeda, kecuali protein. Dengan
tinggi, belum cukup untuk meningkatkan demikian tidak adanya perbedaan
pertumbuhan, karena lebih diprioritaskan pertumbuhan pada kedua kelompok
untuk mendukung kebutuhan energi anak kemungkinan disebabkan oleh kesamaan
untuk melaksanakan aktifitas fisik. komposisi gizi. Sementara itu, komposisi
B 0.00 Bogor
Z -0.40 FBT
ta ra e
R -0.80
Bulan
Gambar 9 Perkembangan Rerata Z-score BB/PB Kelompok FT dan FBT Dibandingkan dengan Z-score Kabupaten Bogor
Tabel 20 Perbandingan Harga Beberapa MP-ASI
Harga per Harga Harga per Jenis MP-ASI
gram per gram per 100 g
MP-ASI kkal protein (kkal)
(Rp) (Rp) (Rp) FT
50 12.2 285.7 Bubur MP-ASI Pemerintah –
41.7 10.4 417.0 Biskuit
MP-ASI formula tempe mempunyai demikian FT dan FBT mempunyai potensi keunggulan dalam hal keterjangkauan atau
menjadi salah satu alternatif jenis MP-ASI, harga. Tabel 20 menunjukkan analisa
jika harga menjadi pertimbangan utama. perbedaan harga MP-ASI formula tempe
Tabel 21 memperlihatkan kecenderu- (FT), formula bukan tempe (FBT), beberapa
ngan konsumsi beberapa jenis makanan MP-ASI komersial dan MP-ASI yang
yang dikonsumsi bayi. Pemberian MP-ASI digunakan dalam program pemerintah. Pada
komersial cenderung menurun dari bulan ke tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga per
bulan, dan pada usia 10 bulan hanya sekitar kkal MP-ASI untuk FT sebesar Rp 5,9, dan
10 persen anak diberi MP-ASI komersial, merupakan yang termurah dibandingkan
sedangkan pemberian nasi tim cenderung dengan MP-ASI lain yaitu FBT, MP-ASI
meningkat. Walaupun persentase anak yang komersial merk SUN, Nestle, Promina, dan
mengkonsumi MP-ASI komersial pada awal MP-ASI program pemerintah (bubur dan
penelitian cukup tinggi, tetapi jumlah yang biskuit). Untuk protein FT dan FBT
diberikan tidak cukup yaitu rerata kurang dari merupakan MP-ASI dengan harga termurah
satu saset per hari. yaitu Rp 158,2 per gram protein. Dengan
Tabel 21 Persentase Anak yang Mengkonsumsi Jenis Makanan Selain MP-ASI Perlakuan Selama Masa Penelitian
Persentase bayi (menurut umur) yang mengkonsumi makanan Jenis makanan
6 7 8 9 10 FT
FBT FT FBT Biskuit
49 60 50 56 53 53 50 69 50 69 Bubur Nestle
92 82 26 18 14 13 10 7 2 0 Bubur Sun
22 22 63 55 45 58 35 44 14 27 Bubur Promina
31 24 6 9 14 11 8 7 0 0 Bubur nasi/nasi tim
35 24 35 15 47 53 80 69 69 62 Nasi
0 0 0 0 2 0 2 9 18 15 Susu Kental Manis
4 7 4 4 4 9 2 9 4 7 Susu tepung
Implikasi terhadap Program Perbaikan
gangguan pertumbuhan ini memang telah
terjadi sejak lama (22,23) . Gangguan pertumbuhan pada bayi
Gizi
Hal ini dapat dimengerti, karena faktor berusia 6-12 bulan di lokasi penelitian di
penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan
bersifat kompleks, bukan hanya berkaitan Tanah Sareal, Kota Bogor masih terjadi
dengan asupan zat gizi tetapi terkait dengan walaupun sudah diberikan MP-ASI yang
faktor-faktor lain yang lebih luas. Gizi kurang memenuhi syarat kecukupan gizi. Kejadian
pada anak bukan semata-mata akibat ini merupakan pola pertumbuhan anak-anak