GOOD HANDLING PRACTICES KACANG TANAH (1)

GOOD HANDLING PRACTICES KACANG TANAH
GHP Pascapanen
Pascapanen merupakan semua tahapan kegiatan yang dilakukan pada produk hasil
pertanian dimulai dari pemanenan sampai produk tersebut dikonsumsi. Tahapan tersebut
meliputi pemanenan, pembersihan, pengeringan, sortasi, pengemasan dan penyimpanan/
penggudangan. Penanganan hasil pertanian yang baik pada setiap tahapan tersebut
diharapkan dapat mempertahankan mutu dan mengurangi jumlah susut.
Tujuan Penerapan GHP
Tujuan yang diharapkan dari penerapan GHP pada kacang tanah adalah memperoleh
kacang tanah polong dan biji dalam jumlah yang banyak dengan jumlah kehilangan sekecil
mungkin serta mempunyai mutu tebaik. Kriteria mutu kacang tanah yang telah ditetapkan
Badan Standarisasi Nasional dan diharapkan mampu membuat petani kacang tanah lebih
memperhatikan cara penangan dan pengolahan pascapanen kacang tanah agar memiliki nilai
ekonomis yang lebih tinggi serta mampu bersaing dengan kacang tanah dari luar negeri.
Penerapan GHP pada kacang tanah dimulai dari pemanenan kacang tanah,
pengumpulan, perontokan (pelepasan polong dari brankasannya), pengeringan dan sortasi.
Setelah dilakukan sortasi, kacang tanah dapat diolah sesuai dengan kebutuhan atau dapat
langsung dikemas dan disimpan dalam bentuk polong kacang tanah untuk selanjutnya
disimpan atau langsung didistribusikan ke pasar.
1. Pemanenan
Pemanenan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil pascapanen

pertanian. Penerapan cara panen yang baik pada kacang tanah berujuan untuk dapat
memberikan hasil yang maksimal, mengurangi angka kehilangan akibat tercecer atau terluka
saat panen dilakukan.
a. Penentuan waktu panen kacang tanah
Untuk memperoleh hasil panen yang memiliki mutu yang baik, pemanenan harus
dilakukan pada waktu yang tepat. Umumnya petani menetapkan waktu panen kacang
tanah berdasarkan warna daun dan malai tanaman. Waktu panen yang tepat
sebaiknya dilakukan pada saat masak optimum yaitu pada umur antara 90 – 100 hari,
tergantung varietasnya atau dengan kriteria minimal 75% polong telah terbentuk per
tananaman dan bagian kulit dalam telah bewarna gelap. Adapun ciri-ciri kacang
tanah yang siap untuk dipanen antara lain : a) batangnya mulai mengeras, b) daun

menguning dan sebagian mulai berguguran, c) polong sudah berisi penuh dan padat,
d) warna polong coklat kehitam-hitaman.
b. Cara panen
Pemanenan kacang tanah dapat dilakukan secara manual yaitu menggunakan
tangan dan secara modern dengan menggunakan mesin. Brangkasan yang telah tercabut
dikumpulkan dan dibersihkan dari tanah. Polong kacang tanah dibersihkan dari
tanah/kotoran yang melekat kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang bersih untuk
selanjutnya dibawa ke tempat pengeringan. Pemanenan sebaiknya dilakukan oleh tenaga

terampil untuk mengurangi penyusutan bobot dan kehilangan hasil panen.
Di Indonesia penggunaan mesin untuk memanen kacang tanah masih sangat jarang
karena jumlah lahan relatif lebih kecil dan tidak datar. Pada umumnya petani memanen
dengan menggunakan peralatan yang tajam seperti cangkul, akan tetapi apabila tidak
dilakukan dengan baik alat ini dapat melukai polong yang masih berada di dalam tanah.
Biji kacang yang terluka akan membusuk dengan cepat karena kadar airnya masih sangat
tinggi.
c. Kondisi lingkungan saat panen
Kondisi ini dikaitkan dengan cuaca saat dilakukan pemanenan. Panen yang dilakukan
setelah turun hujan dapat meningkatkan angka kehilangan hasil. Hujan membuat tanah
menjadi lengket dan padat sehingga jika pencabutan dilakukan, akan banyak hasil yang
tertinggal di dalam tanah. Selain itu kadar air polong akan menjadi lebih tinggi sehingga
perlu dilakukan pengeringan yang lebih cepat agar tidak terjadi kebusukan yang dapat
merusak mutu polong dan biji.
2

Perontokan
Perontokan polong kacang tanah dari brangkasannya dapat dilakukan secara manual

dan dengan mesin. Penggunaan cara manual biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki

lahan yang relatif lebih kecil sehingga hasilnya-pun masih sedikit. Saat ini para petani
kacang tanah sudah mulai menggunakan mesin semi modern yang sudah mulai
dikembangkan karena dinilai lebih efisien terhadap waktu dan tenaga kerja.
Pengembangan teknologi alat-mesin pasca panen bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan perbaikan proses penanganan pasca panen agar dapat menekan tingkat
kehilangan hasil (losses) yang disebabkan karena tercecer (12,2%) dan susut mutu (8,5%)
(Purwadaria, 1991).

Alat - mesin perontok polong kacang tanah
Alat-mesin perontok polong kacang tanah yang telah di desain berukuran ( p x l x t )
170 cm x 80 cm x 150 cm, terbuat dari bahan utama besi plat, besi siku, besi begel dan
menggunakan motor bensin 5 Hp/2200 rpm sebagai tenaga penggerak. Bagian utama alatmesin ini terdiri atau meja pengumpan, silinder perontok, bagian pembawa, ayakan, kipas
pembersih (blower), roda penggerak dan unit transmisi. Hasil rancang bangun alat-mesin
perontok polong kacang tanah (Gambar 1).

Gambar 1. Alat-mesin perontok polong kacang tanah
Kinerja suatu alat-mesin ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kapasitas alat,
efisiensi perontokan, tingkat kehilangan hasil, mutu hasil dan keselamatan/kenyamanan
kerja. Kapasitas alat ditentukan oleh keterampilan operator, kemampuan bagian pembawa
bahan melalui silinder perontok dan kualitas bahan awal. Pada pengoperasian alat ini

diperlukan keterampilan operator dalam menyusun dan memasukkan bahan dimana bagian
yang terdapat polong kacang tanah harus masuk ke dalam silinder perontok agar polong
dapat dirontokkan seluruhnya. Bagian pembawa didisain untuk dapat membawa 1500 – 1750
kg brangkasan/jam pada putaran puli pembawa 200 rpm. Pada pengujian kinerja mesin
digunakan bahan awal dengan nisbah polong rata-rata 19.34%.
Efisiensi perontokan 98.9%, berarti ada 1,1% polong yang tidak terontok. Hal ini
agak sukar dihindari karena letak polong tidak teratur, untuk polong yang berada di ujung
akar dapat terontok sempurna sedangkan polong yang ada ditengah kemungkinan tidak
terontok karena tidak terjangkau oleh gigi perontok. Kualitas hasil perontokan terdiri dari
polong rusak sebesar 0.6%, tingkat kebersihan 95.2%. Terjadinya polong rusak pada
umumnya disebabkan oleh pukulan silinder perontok terutama pada polong yang tidak
masuk sempurna ke dalam ruang perontok.

3. Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu tahap yang selalu dilakukan pada biji-bijian.
Pengurangan kadar air akan memberikan beberapa keuntungan berupa menurunkan biaya
pengangkutan, memperpanjang daya simpan dan mempermudah proses lanjutan.
Polong kacang tanah yang telah dipisahkan dari berangkasnya harus segera
dikeringkan (< 48 jam) sampai kadar air < 11 %. Tujuan dilakukan pengeringan adalah
untuk menghindari terjadinya kebusukan akibat kadar air yang masih tinggi dan agar aman

dari resiko kontaminasi aflatoksin. Terlambatnya proses pengeringan dapat mengurangi mutu
dan menyebabkan meningkatnya angka kehilangan. Kandungan air kacang tanah yang baru
dipanen berkisar antara 35 – 50%, kondisi ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk dan juga mengundang keberadaan cendawan Aspergilus flavus
untuk menghasilkan aflatoksin pada kacang. Kondisi kering kacang tanah yang aman dari
serangan mikroorganisme adalah dengan kadar air bahan < 11% (ICAR, 1987 dalam Astanto,
2004).
Proses pengeringan yang umum digunakan yakni proses pengeringan secara alami
(natural dryer) yaitu dengan bantuan sinar matahari langsung. Pada musim kemarau, kadar
air dapat dicapai dengan pengeringan 3 hari di atas lantai jemur, namun menjadi lebih lama
bila pemanenan jatuh pada musim hujan. Untuk mengatasinya dapat digunakan alternatif lain
yaitu dengan menggunakan alat pengering secara mekanik (mechanical dryer) diantaranya
adalah dengan menggunakan pengering ulir (screw dryer).
1)

Pengeringan Solar dryer
Penelitian mengenai cara pengeringan pada kacang tanah telah dilakukan oleh
Philip dan Thies (2006). Cara pengeringan yang dilakukan yaitu, pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari langsung dan pengeringan dengan
menggunakan solar dryer. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengeringan

dengan solar dryer lebih efektif, yaitu polong yang dikeringkan mengalami
penurunan kadar air mencapai 8% dalam waktu pengeringan 24 jam dan
pengeringan di bawah sinar matahari langsung mengalami penurunan kadar air
sampai 10% membutuhkan waktu pengeringan 3 hari.
Solar dryer merupakan salah satu alat pengering yang menggunakan energi
matahari. Pengering ini dirancang untuk meminimalkan kerusakan selama proses
pengeringan dan memperoleh kualitas akhir yang lebih baik, jika dibandingkan
dengan mesin pengering yang lainnya (Chou dan Chua, 2001). Komponen yang
utama dari solar dryer ini adalah pada plat kaca (solar heat collector),

dikarenakan plat ini yang akan menerima sumber panas yang pertama dari sinar
matahari. Sumber panas dari matahari yang diterima oleh plat kaca akan diserap
oleh penyerap energi (lempengan besi) kemudian udara panas akan mengalir
melewati bagian bawah storage heat material (pasir hitam) menuju ruang
pengeringan pada waktu malam hari, sehingga energi panas tersebut akan
ditangkap oleh udara dan udara inilah yang akan digunakan untuk mengeringkan
bahan (Serafica and del Mundo, 2003).
2)

Pengering ulir (Screw dryer)

Screw dryer berbentuk silinder yang berputar dan dipasang horizontal. Silinder
ini dihubungkan dengan motor sebagai daya penggeraknya dan bahan yang ada di
dalamnya juga ikut berputar sehingga proses pengeringan berjalan merata. Bahan
basah dimasukkan ke dalam silinder dari salah satu ujung dan bahan yang kering
akan keluar dari ujung lain melalui saluran pengeluaran. Sebagai media
pengering pada screw dryer digunakan pemanas dari heater .

4 Pengupasan polong
Proses pengupasan polong kacang tanah secara manual sudah mulai ditinggalkan oleh
para petani. Penggunaan peralatan mesin lebih dipilih karena efisien terhadap waktu dan
tenaga kerja serta menghasilkan biji dengan jumlah yang maksimal dan angka kehilangannya
lebih kecil. Sekarang sudah mulai dikembangkan mesin-mesin pengupas polong kacang
tanah dengan berbagai tipe berdasarkan kapasitas polong yang dapat di masukkan.
Alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah terbuat dari bahan besi plat, plat
berlubang, besi siku dan bagian utama terdiri dari hopper, silinder pengupas, ayakan, kipas
pembersih (blower) dan unit transmisi.

Gambar 2. Alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah
5


Sortasi Biji
Biji yang didapat dari pengupasan polong selanjutnya disortir untuk memisahkan biji

yang rusak atau luka, busuk dan biji pecah. Penyortiran juga dilakukan untuk
mengelompokkan biji berdasarkan ukurannya.
Alat-mesin sortasi biji kacang tanah dirancang untuk mensortir kacang tanah
berdasarkan ukuran/diameter yang dibagi dalam 4 grade yaitu 8 mm, 7 mm, 6 mm dan lebih
kecil 6 mm dengan kapasitas 250 kg/jam. Alat-mesin ini terbuat dari plat dan pipa stainless
steel dan kerangka besi siku. Alat-mesin ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu hopper, silinder
penyortir dan sistem transmisi yang digerakkan oleh motor listrik ½ Hp/1400 rpm/1 phase.
Untuk mensortir biji kacang tanah digunakan putaran silinder sortasi 30 rpm. Pada putaran
ini adalah putaran optimum yang mendapatkan hasil sortasi yang paling baik, karena bahan
cukup waktu untuk melalui proses sortasi dan gaya sentrifugal cukup untuk mengeluarkan
biji melalui lubang pensortiran.
6

Pengemasan
Sebelum melakukan pengemasan kacang tanah biji, perlu dilakukan sortasi ulang
untuk memisahkan biji yang busuk, rusak dan pecah yang masih tersisa. Plastik yang
biasa digunakan untuk pengemas kacang tanah ini adalah dari jenis polietilen.

Polietilen (PE) merupakan hasil samping arang dan minyak yang mengalami
polimerisasi. Plastik ini paling banyak digunakan sebagai kantong kemas karena
sifatnya yang mudah dibentuk dan ditarik, tahan terhadap berbagai bahan kimia,

penampakan jernih, kedap terhadap air dan uap air serta mudah digunakan sebagai
laminasi (Syarief, 1989).
1)

Pengemasan kacang tanah biji
Dalam suatu penelitian dilakukan percobaan penggunaan kemasan plastik untuk
penyimpanan kacang tanah biji untuk melihat daya serangan cendawan
Aspergillus flavus selama penyimpanan. Penelitian menggunakan tiga jenis bahan
kemasan plastik dari jenis PE (isi 1.5 kg/kantung) pada kondisi konsentrasi
oksigen normal (konsentrasi O2 pada awal penyimpanan ± 21%) dan konsentrasi
oksigen rendah (konsentrasi O2 pada awal penyimpanan ± 10%). Selanjutnya
disimpan selama satu, dua, tiga dan empat bulan pada kondisi gudang.
Ketiga jenis bahan kemasan plastik baik untuk menyimpan kacang tanah
pada konsentrasi oksigen rendah (±10%). Populasi Aspergillus flavus berfluktuasi
selama penyimpanan dan kandungan aflatoksin terus meningkat setiap bulannya.
Setelah empat bulan penyimpanan, didapatkan populasi Aspergillus flavus

terendah yaitu pada kacang tanah yang dikemas pada konsentrasi oksigen rendah
dan kandungan aflatoksin pada kacang tanah yang dikemas pada konsentrasi
oksigen normal lebih tinggi daripada yang dikemas pada konsentrasi oksigen
rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk menekan pertumbuhan Aspergillus
flavus selama penyimpanan dengan kemasan plastik PE, perlakuan kosentrasi
oksigen rendah (±10%) lebih menguntungkan.

2)

Pengemasan kacang tanah polong
Untuk pengemasan kacang tanah polong dapat menggunakan pengemas
karung. Karung yang digunakan untuk bahan pengemas biasanya berupa karung
goni yang terbuat dari benang rami berkualitas tinggi dalam berbagai bentuk
rajutan. Selain itu dapat juga menggunakan karung kain dari bahan kain sprai,
kain cetak drill, osnaburg, dan bahan tanpa lipatan. Penggunaan karung sebagai
bahan pengemas kacang tanah polong dapat dilakukan dengan melapisi bagian
dalamnya dengan plastik LDPE agar dapat melindungi polong dari kontaminasi
mikroba dan uap air selama penyimpanan. Kombinasi ini lebih efektif sampai 6
bulan penyimpanan (kadar air 8%).


3)

Pengemasan benih kacang tanah
Penyimpanan kacang tanah yang akan dijadikan benih hampir sama dengan
kacang tanah polong. Bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas benih
ada banyak macamnya namun secara umum dibedakan menjadi 2 macam
berdasarkan sifatnya, yaitu bahan pengemas benih yang porous dan bahan
pengemas benih yang kedap uap air. Bahan pengemas benih yang porous
biasanya digunakan untuk mengemas benih yang masa simpannya pendek atau
disimpan pada kondisi dingin dan kering. Bahan pengemas benih yang kedap uap
air digunakan untuk mengemas benih yang masa simpannya lama/panjang
(sampai musim tanam berikutnya) dan memerlukan perlindungan dari pengaruh
kelembaban yang tinggi agar viabilitas dan vigor benihnya dapat dipertahankan
tetap tinggi.