BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI BUDAYA BELOM BAHADAT UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PALANGKA RAYA
BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI BUDAYA BELOM BAHADAT UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PALANGKA RAYA
Dony Apriatama
Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya apriatamadony@gmail.com ABSTRAK
Sopan santun merupakan sikap dalam tata krama yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran agar tercipta hubungan yang baik antara peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik. Proses pembelajaran akan sulit berjalan secara maksimal jika antara guru dengan peserta didik ataupun sesama peserta tidak menunjukkan sikap sopan santun. Berdasarkan hasil observasi di MAN Kota Palangka Raya, peserta didik tidak menunjukkan sikap sopan santun yang baik kepada guru ataupun sesama peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap sopan santun peserta didik MAN Kota Palangka Raya melalui layanan bimbingan kelompok berbasis nilai kearifan lokal yaitu nilai budaya belom bahadat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PreExperimental Designs One-Group-Pretest-Posttest Design. Teknik pengambil sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Penelitian dilakukan dengan menysipkan nilai budaya belom bahadat ke dalam bimbingan kelompok. Hasil dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok berbasis nilai belom bahadat terbukti efektif untuk meningkatkan sikap sopan santun peserta didik MAN Kota Palangka Raya sebesar 21%. Konselor hendaknya selalu meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan bimbingan kelompok sehingga layanan yang diberikan dapat optimal dalam mengatasi masalah yang terjadi di sekolah.
Kata Kunci: bimbingan kelompok; belom bahadat; sikap sopan santun
ABSTRACT
The good attitude is a manners needed to implementation of learning in order to create a good relationship between students and teachers and fellow students. The learning process will be difficult to runsoptimally if the teacher and students or fellow student s don’t show good attitude. Basedon the results of observation at MAN Palangka Raya City, students didn’t show good attitude to teachers or fellow students. The research was purposed to improve the good attitude of the Students at MAN Palangka Raya City through group guidance services based on the value of local wisdom, namely the cultural value of Belom Bahadat. The research design used in this research was Pre-Experimental Designs One-Group-Pretest-Posttest Design. The sampling technique in this research used purposive sampling technique.This research was carried out by incorporating the cultural value of belom bahadat into group guidance. The result showed that group guidance based on cultural value Belom Bahadat proved effective to improve the good attitude of students at MAN Palangka Raya City by 21%. The counselors should always improve their competence in carrying out group guidance so that the services provided can be optimal in dealing with problems that occur in schools.
Keywords: group guidance; belom bahadat; good attitude
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling yang merupakan Sopan santun merupakan sikap dalam tata
salah satu unsur penting dari sistem pendidikan. krama
Bimbingan konseling juga memiliki peran sentral pembelajaran agar tercipta hubungan yang baik antara
yang diperlukan
dalam
pelaksanaan
untuk mengurangi masalah-masalah sosial pada diri peserta didik dengan guru maupun dengan sesama
peserta didik dengan memberikan intervensi- peserta didik. Di dalam hubungan tersebut diharapkan
intervensi positif kepada peserta didik. Menurut peserta didik dapat menghargai gurunya. Peserta didik
Sukardi (2008: 64) menyatakan bahwa “layanan yang memiliki sikap/perilaku norma kesopanan maka
bimbingan kelompok memiliki tiga fungsi, yaitu 1) peserta didik itu sendiri akan lebih mudah dalam
berfungsi informatif; 2) berfungsi pengembangan; dan menyerap pembelajaran dan memperhatikan yang
3) berfungsi preventif dan kreatif”. Berdasarkan diberikan oleh guru. Sebaliknya tanpa adanya norma
paparan diatas, ketika guru bimbingan dan konseling kesopanan didalam saat pembelajaran, maka
akan memberikan layanan yang sifatnya preventif dan transformasi ilmu dari guru ke peserta didik tidak akan
pengembangan, layanan yang dianggap tepat adalah bisa dapat berjalan dengan efektif.
layanan bimbingan kelompok.
Harapan dunia pendidikan untuk menjadikan Meskipun layanan bimbingan kelompok peserta didik yang bersikap dengan baik dan berakhlak
memiliki keunggulan terutama dalam menangani mulia tentunya bukan tanpa rintangan, seperti kasus
masalah yang berkaitan dengan bidang sosial, upaya murid yang memukul gurunya Kubu Wagiah Provinsi
yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan Kalimantan Barat. .Anggota DPRD Komisi IV Kubu
konseling di MAN Kota Palangka Raya belum Raya, KH Hanafi Khalil mengaku prihatin kasus
berhasil meningkatkan sopan santun peserta didik murid sampai berani memukul gurunya sendiri. Hal
yang terjadi dikalangan peserta didik. Informasi yang ini menunjukkan betapa bobroknya etika dan akhlaq
peneliti peroleh dari wawancara, materi bimbingan anak-anak
kelompok di MAN Kota Palangka Rayayang http://pontianak.tribunnews.com/2017/06/19/anggota-
sekarang.
(dalam
diberikan hanya mengulang dari tahun-tahun dprd-prihatin-siswa-pukul-guru).
sebelumnya yaitu materi tentang motivasi belajar dan Ketika peneliti melakukan wawancara dan
materi belajar secara efektif, sehingga cenderung observasi di MAN Kota Palangka Raya, peneliti
monoton dan kurang variatif. Bimbingan kelompok menemukan beberapa peserta didik pada saat kegiatan
dilaksanakan dengan jumlah anggota lebih dari 12 belajar mengajar sedang berlangsung peserta didik
orang yaitu 1 kelas identik dengan bimbingan klasikal tidak menunjukkan sikap sopan dan santun terhadap
dan pelaksanaanya pun tidak terjadwal secara khusus. guru yang sedang mengajar di dalam kelas. Sikap
Layanan yang bersifat kelompok cenderung yang ditunjukkan antara lain; peserta didik sering
dilaksanakan manakala ada peserta didik yang keluar masuk kelas tanpa izin dengan guru, peserta
bermasalah, kondisi tersebut menunjukkan layanan didik sering mengejek gurunya ataupun mengejek
bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka temannya dengan ucapan yang tidak sopan, dan
Rayatidak diperuntuhkan untuk meningkatkan sikap peserta didik menggunakan handphone pada saat
sopan santun, karena layanan bimbingan kelompok pembelajaran sedang berlangsung.
yang dilaksanakan lebih bersifat kasuistik. Sikap di atas bertolak belakang dengan ciri-
Hurlock (2009: 257) menyatakan bahwa ciri perilaku sopan santun di sekolah menurut
“perkembangan individu tidak terlepas atau Supriyanti (dalam Tomahayu, 2008 : 2) antara lain: 1)
dipengaruhi oleh budaya dimana individu itu berada”. Selalu tunduk dan patuh terhadap guru; 2)
Peneliti berasumsi bahwa perkembangan sikap sopan Melaksanakan segala hal baik ;3) Berbicara yang
santun peserta didik adalah masalah yang tidak halus dan sopan;4) Mendoakan guru agar diberikan
terlepas dari etika dan budaya dalam berkelompok. kesehatan dan ketabahan dalam memberikan
Bimbingan kelompok yang dilaksanakan di MAN pendidikan dan bimbingan di sekolah;5) Menjaga
Kota Palangka Rayabelum menggunakan keragaman nama baik sekolah dan menghormati guru ; 6)
nilai budaya yang ada pada anggota kelompok Menyapa dengan ramah bila bertemu dengan guru ; 7)
sehingga solusinya adalah dengan mengangkat suatu Menampilkan contoh tingkah laku yang baik. Contoh
tema yang kaya akan nilai sosial dan budaya. Untuk perwujudan sikap hormat peserta didik kepada
membantu para guru bimbingan dan konseling, gurunya antara lain sebagai berikut: 1) Mendengarkan
peneliti akan melakukan penelitian guna menemukan nasehat guru ; 2) Berbicara dengan guru harus sopan
suatu model yang dapat memberikan formula untuk dan ramah ; 3) Memperhatikan pelajaran yang
meningkatkan sikap sopan santun. diajarkan; 4) Tidak bergurau saat pelajaran
Masyarakat di Palangka Raya memiliki suatu berlangsung ; 5) Menaati peraturan yang berlaku di
nilai yang mengatur cara mereka bertingkah laku yaitu sekolah.
nilai budaya pada nilai Belom Bahadat. “Falsafah hidup Belom Bahadat ” adalah perilaku hidup yang nilai budaya pada nilai Belom Bahadat. “Falsafah hidup Belom Bahadat ” adalah perilaku hidup yang
Keterangan :
dan toleransi serta taat pada hukum (hukum negara, O1= nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) hukum adat dan hukum alam). Apabila telah mampu
O2= nilai posttest (setelah diberi perlakuan) mnelaksanakan perilaku hidup “Belom Bahadat”,
X = eksperimen
maka akan teraktualisasi akan wujud “Belom Penyang Dalam desain ini diberikan kepada kelompok Hinje Simpei ” yaitu hidup berdampingan, rukun dan
tunggal dengan diberikan terlebih dahulu pretest (tes damai untuk kesejahteraan bersama”. (Perda No. 16
awal) dan setelah diberi treatment sampel diberi Tahun 2008). Belom bahadat dijadikan bimbingan dan
posttest (tes akhir). Desain penelitian One Group pre- pengendalian moral masyarakat suku dayak ngaju.
test and post-test dilakukan dengan cara memberikan Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah
pretest (O1) kepada peserta didik kelas X, untuk satu program pendidikan di sekolah yang ikut
mengetahui kondisi awal pemahaman peserta didik menentukan keberhasilan bagi peserta didik agar
sebelum mendapatkan perlakuan. Selanjutnya sampel peserta didik dapat memiliki pemahaman norma
penelitian diberikan perlakuan berupa bimbingan kesopanan dan menjujung tinggi nilai adab dalam
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat. bertingkah laku sebagaimana mestinya yaitu dengan
Perbedaan antara tes awal dan tes akhir (O1dan O2) penggunaan layanan bimbingan kelompok berbasis
yakni O1< O2 diasumsikan sebagai adanya pengaruh nilai budaya Belom bahadat .
daritreatment (X). Desain ini dilakukan sesuai dengan Dengan keterikatan bimbingan kelompok
tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui berbasis nilai budaya Belom bahadat diharapkan
efektivitas bimbingan kelompok berbasis nilai budaya peserta didik dapat meningkatkan pemahamannya,
belom bahadat dalam meningkatkan sikap sopan menerapkan, menggali, dan melestarikan nilai nilai
santun.
budaya yang ada dikalimantan tengah salah satunya
1) Populasi dan Sampel Penelitian.
nilai nilai budaya Belom Bahadat.
a) Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2013 : 173) menyatakan
METODE
bahwa “populasi adalah keseluruhan objek peneitian”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Mengingat penelitian ini untuk melihat apakah ada metode eksperimen yang bertujuan untuk mencari
perbedaan pemahaman tentang sopan santun peserta pengaruh mencari pengaruh perlakuan tertentu
didik ditinjau dari pemberian layanan bimbingan (treatment) terhadap variabel lain dalam kondisi yang
kelompok berbasis budaya Belom Bahadat, maka yang dikendalikan. kelompok terhamemperoleh informasi
akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah yang dapat diperoleh (Sugiyono, 2015: 73). Metode
peserta didik kelas X yang berjumlah 331 orang. ini sesuai digunakan pada penelitian ini yang menginginkan
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk
Jumlah
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik kelas
Kelas Jurusan
P Total
kelas X MAN Kota Palangka Raya.
9 20 29 Desain penelitian yang digunakan dalam
X MIPA 1
11 19 30 penelitian ini adalah PreExperimental Designs One-
MIPA 2
10 23 33 Group-Pretest-Posttest Design yaitu desain penelitian
MIPA 3
12 20 32 yang masih terdapat variabel luar yang ikut
MIPA 4
11 13 24 berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi hasil
MIPA 5
17 21 38 eksperimen yang merupakan variabel dependen itu
IIS 1
21 17 38 bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
IIS 2
11 25 36 independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya
Bahasa
17 19 36 variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara
Agama 1
17 18 35 random (Sugiyono, 2015:74). One-Group-Pretest-
Agama 2
195 331 Posttest Design yaitu membandingkan keadaan
Sumber data : Tata Usaha MAN Kota Palangka Raya anatara sebelum dan sesudah di beri perlakuan
terhadap subjek tertentu. Dengan demikian hasil
b) Sampel Penelitian
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat Menurut Hadi (dalam Narbuko dan Achmadi, membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
2013 : 107 ) menyatakan bahwa sampel adalah perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti
sebagian dari individu yang diselidiki dari keseluruhan berikut:
individu penelitian”. Adapun teknik yang peneliti gunakan ini disebut juga dengan teknik sampling
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Layanan bimbingan kelompok
yaitu yaitu
kelompok
dalam
c) Angket
pelaksanaannya, maka pengambilan sampel dilakukan Kuesioner merupakan metode pengumpulan dengan pertimbangan tingkat sikap sopan santun yang
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat heterogen. rincian sampel sebagai berikut. pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode
Tabel 3.2 Kelas Sampel
pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
Peserta
mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan
tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu Sangat Tinggi
Tingkat Sopan santun
didik
2 kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah Tinggi
2 responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang Rendah
2 luas. Penelitian ini menggunakan angket Skala Likert Sangat Rendah
2 umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau Jumlah
8 respons
terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala
seseorang
2) Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Likert sangat popular di kalangan para ahli psikologi
Penelitian
sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain
praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada Penelitian ini menggunakan teknik wawancara
a) Wawancara
umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. yang bertujuan untuk menggali informasi secara tatap
Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan- muka dengan narasumber (konselor) tentang
pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis pelaksanaan
sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap Wawancara yang digunakan pada penelitian ini
pertanyaan tersebut dapat diberikan angka (skor) dan menggunakan wawancara terstruktur yaitu peneliti
kemudian dapat diinterpretasikan. sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
Kriteria pemberian skor meliputi 4 item yang hendak di tanyakan kepada narasumber. Berikut kisi- positif, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S kisi wawancaranya, antara lain:
mendapat nilai 3, jawaban TS mendapat nilai 2 dan
jawaban STS mendapat nilai 1. Sedangkan kriteria Teknik observasi pada penelitian ini bertujuan
b) Observasi
pemberian skor untuk item yang negatif, jawaban SS untuk mengamati sikap sopan santun peserta didik.
mendapat nilai 1, jawaban S mendapat nilai 2, Observasi yang dilakukan dengan mengamati cara
jawaban TS mendapat nilai 3 dan jawaban STS berperilaku, respon, peserta didik ketika berhubungan
mendapat nilai 4.
dengan sesama, guru, konselor, staff sekolah ataupun sesama murid.
Tabel 3.5 Skala Likert Kategori Jawaban Instrumen Penelitian
Pernyataan Positif
1 SS (sangat sesuai)
2 S (Sesuai)
3 TS (Tidak Sesuai)
4 STS (Sangat Tidak Sesuai)
3) Instrumen Pengumpulan Data
4) Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015 :199) “Angket Teknik analisa data merupakan suatu langkah merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan
yang paling menentukan dari suatu penelitian, karena dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap Menurut Arikunto (2010 : 209) prosedur yang
berikut ini:
ditempuh adalah perencanaan, penulisan butir soal,
a. Tahap editing
penyuntingan, uji coba, penganalisaan hasil, dan Angket yang telah diisi oleh responden mengadakan revisi. Sedangkan dalam penelitian ini,
kemudian dikumpulkan dan dilakukan editing untuk langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam
mengecek kebenaran atau kelengkapan data. Semua pengadaan instrumen antara lain: membuat kisi-kisi
angket yang telah diisi responden data sudah lengkap instrumen , lalu dikonsultasikan dengan ahli, hasil
dan pengisian angket sesuai dengan petunjuk konsultasi direvisi jika perlu, instrumen yang telah
pengisian angket sesuai dengan petunjuk pengisian direvisi siap disebarkan.
angket. Sehingga peneliti tidak perlu melakukan (Sugiyono, 2011: 205). Tes Wilcoxon dicari dengan perbaikan.
cara mencari perbedaan antara skor kelompok evaluasi
b. Skoring (penilaian) awal dengan skor kelompok evaluasi akhir. Pada
Selanjutnya beda antara skor evaluasi awal dan berdasarkan hasil dari setiap jawaban responden
penelitian
ini
sering dilakukan
evaluasi akhir diberi rangking (jenjang). sesuai dengan definisioperasional penelitian. Data
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah yang diperoleh dari hasil penyebaran, selanjutnya
model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya dianalisis. Analisis skor pernyataan yang digunakan
belom bahadat untuk meningkatkan sikap sopan dalam pada penelitian ini menggunakan skala likert.
santun peserta didik kelas X di MAN Kota Palangka Model skala likert yaitu model skala yang
Raya. Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif menggunakan pembagian area dalam suatu kontinum
(Ha). Untuk pengujian Ha diubah menjadi hipotesi tertentu yang memiliki lima pilihan jawaban. Setiap
nol (Ho), model bimbingan kelompok berbasis nilai pernyataan mempunyai lima pilihan jawaban yaitu SS,
budaya belom bahadat untuk meningkatkan sikap S, KS, TS, dan STS.
sopan santun peserta didik kelas X di MAN Kota Selanjutnya menjumlahkan skor yang diperoleh
Palangka Raya. Dalam pembuktian Ha dan Ho akan oleh masing-masing peserta didik. Untuk mengetahui
diterima atau ditolak maka jumlah rangking/jenjang perbedaan pemahaman peserta didik tentang sopan
yang kecil kita bandingkan dengan tabel harga-harga santun digunakan kategorisasi dari Hadi (2004: 150),
kritis dalam tes Wilcoxon dengan taraf kesalahan 5%. yakni:
Ho diterima jika T (jenjang terkecil) > dari T -
Mean ideal + 1, 5 SD ke atas = Sangat Tinggi tabel Wilcoxon, maka Ha ditolak. -
Mean ideal sampai dengan mean ideal + 1, 5
Ho ditolak jika T (jenjang terkecil) < dari T SD = Tinggi
tabel Wilcoxon, maka Ha diterima. -
Mean ideal- 1, 5 SD sampai dengan mean ideal = Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Mean ideal- 1, 5 SD ke bawah = Sangat
1. Paparan Data Penelitian
Rendah
2.1. Hasil wawancara
Selanjutnya ke empat kategorisasi tersebut Untuk mendapatkan gambaran mengenai akan disusun kemudian dianalisis secara deskriptif
kondisi objektif layanan bimbingan kelompok, peneliti kuantitatif. Selanjutnya guna pengujian hipotesis
mengadakan wawancara dengan 2 (dua) orang digunakan analisis data kuantitatif dengan statistik
konselor di MAN Kota Palangka Raya. Berikut hasil non-parametris, yaitu menggunakan melalui uji-t
wawancaranya:
karena penelitian ini bertujuan untuk mencari
a) Perencanaan Bimbingan Kelompok
perbedaan pemahaman tentang sopan santun antara Layanan bimbingan kelompok di MAN Kota yang diberi layanan bimbingan kelompok dan yang
Palangka Raya belum terencana secara matang. Hal tidak diberikan layanan bimbingan kelompok.
tersebut terlihat dalam pemberian yang sifatnya
c. Entry (memasukkan data) sifatnya insindental karena di MAN Kota Palangka Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu
Raya konselor tidak mempunyai jadwal jam masuk pemrosesan data, yang dilakukan oleh peneliti ke
kelas yang berarti bahwa bimbingan kelompok hanya dalam memasukan data dari angket ke dalam paket
diberikan untuk mengisi jam kosong ketika guru mata program komputer.
pelajaran tidak hadir atau absen.
d. Tabulasi data Konselor melakukan koordinasi dengan wali kelas Tabulasi adalah proses menempatkan data
dan guru mata pelajaran untuk mengetahui need dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang
assesment peserta didik. Need asessment dilakukan berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel
melalui observasi secara langsung dan daftar cek yang dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data
masalah. Melalui hasil need asessment yang di yang akan di analisis.
dapatkan, di analisis aspek mana yang menjadi
e. Processing prioritas kebutuhan peserta didik. Perekrutan peserta Setelah diedit akan diberi kode, kemudian data
didik untuk di jadikan anggota kelompok tidak diproses menggunakan program program SPSS 23.00
dilakukan. Bimbingan kelompok diberikan konselor melalui Uji Wilcoxon. Untuk pengujian hipotesis
dengan masuk ke kelas kosong yang berarti seluruh digunakan analisis data kuantitatif dengan teknik
peserta didik di kelas merupakan anggota kelompok. statistik non-parametris, yaitu menggunakan Tes
Hal tersebut identik dengan pemberian layanan Ranking Bertanda (Wilcoxon Test). Wilcoxon test
penguasan konten (bimbingan klasikal). Materi digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis
bimbingan kelompok yang di laksanakan tidak di komparatif 2 (dua) sampel yang berkorelasi bila
dominasi oleh bidang bimbingan pribadi misalkan datanya berbentuk ordinal dan atau berjenjang
masalah ketidakhadiran atau bolos saat jam pelajaran masalah ketidakhadiran atau bolos saat jam pelajaran
pertanyaan untuk mengukur tingkat partisipasi menjadi pemimpin kelompok dalam bimbingan
anggota dalam kelompok.
kelompok harus dilakukan oleh konselor yang
c) Evaluasi dan Tindak Lanjut
merupakan lulusan S-1 BK yang dianggap memahami Evaluasi yang dilakukan oleh konselor MAN teori dan praktik bimbingan konseling secara
Kota Palangka Raya terhadap layanan bimbingan komprehensif.
kelompok yang telah dilaksanakan dengan cara
berkoordinasi dengan wali kelas untuk mengamati Dalam persiapan pelaksanaan kegiatan bimbingan
b) Pelaksanaan Kegiatan bimbingan kelompok
perubahan perilaku peserta didik. Hasil dari evaluasi kelompok dilakukan dengan menyiapkan materi serta
di analisis sebagai bahan tindak lanjut apakah layanan waktu dan tempat dengan berkoordinasi dengan guru
bimbingan kelompok sudah cukup baik atau sesuai mata pelajaran. Pemberian layanan bimbingan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Apabila masih ada kelompok tidak terjadwal (menunggu kelas kosong),
individu yang belum menunjukkan perubahan perilaku tetapi biasanya pemberian layanan diberikan minimal
setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, maka
2 kali dalam 1 (satu) semester. di lakukan konseling individu sebagai bentuk follow Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
up.
bimbingan kelompok MAN Kota Palangka Raya
d) Faktor Pendukung dan Penghambat
bertujuan unttuk membantu
Faktor yang mendukung kegiatan bimbingan menyelesaikan masalah baik yang sedang di alami
peserta
didik
kelompok di MAN Kota Palangka Raya adalah adanya maupun
partisipasi dari unsur –unsur lain yang ada disekolah mengembangkan potensi-potensi, bakat dan minat
yang sifatnya
preventif
serta
antara lain guru mata pelajaran, wali kelas, tata usaha peserta didik.
dan kepala sekolah. Sedangkan faktor yang Untuk melihat keterlaksanaan secara rinci,
meghambat adalah kurangnya sarana prasarana untuk peneliti mengumpulkan informasi mengenai kegiatan- melaksanakan bimbingan kelompok seperti ruangan, kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap-tahap
waktu yang tersedia hanya mengandalkan jam bimbingan kelompok yang dilaksanakan di MAN
pelajaran kosong, LCD serta sumber biaya yang Kota Palangka Raya. Pada tahap awal konselor dan
minim.
anggota kelompok saling menyapa dengan memberi Berdasarkan gambaran mengenai kondisi faktual salam, tahap basa basi untuk menghilangkan
pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN Kota ketegangan, menjelaskan tujuan pemberian layanan
Palangka Raya yang di uraikan di atas, maka peneliti bimbingan kelompok, menjelas asas-asas dan aturan
menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok untuk terlaksananya bimbingan kelompok yang
dilaksanakan oleh para konselor dimana layanan optimal dan kontrak waktu. Pada tahap peralihan
belum terencana dalam program. Namun karena pemimpin kelompok menumbuhkan suasana yang
terikat pada ketersediaan waktu, pelaksanaannya tidak dapat membawa para anggota dalam kegiatan
bisa maksimal. Konselor hanya mengisi jam pelajaran sesungguhnya. Pada tahap ini konselor menegaskan
kosong.
kembali dan memastikan persetujuan anggota Upaya konselor untuk mengatasi masalah yang kelompok mengenai asas dan ketentuan-ketentuan
kehidupan sosial kurang yang harus di taati. Pada tahap kegiatan, pemimpin
berkaitan
dengan
diperhatikan. Hal ini terlihat dalam pemberian layanan kelompok mengajak para anggota fokus pada diskusi
bimbingan kelompok yang lebih berfokus pada multi arah. Untuk mendukung materi yang di
masalah disiplin dan tata aturan di sekolah. Upaya sampaikan dan menggali antusiasme para anggota
konselor untuk mengatasi masalah yang berkaitan pemimpin kelompok menyisipkan permainan dalam
dengan kehidupan sosial harus di berikan mengingat tahap ini. Dalam pemilihan topik, biasanya untuk
kondisi beberapa peserta didik di MAN Kota Palangka menggali antusiasme peserta didik binaan dalam
Raya yang menunjukkan kurangnya sopan santun layanan, topik yang dipilih konselor adalah topik tugas
terhadap sesama ataupun guru. Berdasarkan uraian di dimana materi yang akan di bahas sudah di tentukan
atas, peneliti menyimpulkan perlu adanya model oleh pemimpin kelompok yang di dapatkan dari hasil
layanan bimbingan kelompok yang diinovasi dengan analisis need assesment.
nilai kehidupan sosial yang terdapat dalam Dalam bidang sosial, konselor tidak pernah
kebudayaan lokal yaitu budaya belom bahadat. mengadakan bimbingan kelompok dengan tema-tema
2.2. Hasil Observasi
sosial, kebanyakan materi yang selama di berikan Observasi bertujuan untuk melihat sikap sopan dalam layanan bimbingan kelompok dengan tema- santun peserta didik di lingkungan MAN kota tema kedisiplinan dan tata tertib. Materi tentang sopan
Palangka Raya. Observasi dilakukan di lingkungan santun tidak pernah di angkat dalam bimbingan
MAN Kota Palangka Raya dengan melihat sikap kelompok. Pada tahap pengakhiran, pemimpin
sopan santun peserta didik dengan sesama maupun sopan santun peserta didik dengan sesama maupun
kurangnya pemahaman sikap sopan santun yang ada di berpas-pasan. Peserta didik tidak menyapa dan
peserta didik terlihat dari hasil wawancara kepada menunjukkan wajah acuh tak acuh. Peneliti mencoba
peserta didik yang menyatakan bahwa tidak menyapa melakukan konfirmasi terhadap beberapa peserta didik
karena mereka tidak mengenal gurunya dan guru tersebut. Alasan mereka tidak menyapa karena mereka
tersebut tidak pernah mengajar dikelas mereka. tidak mengenal gurunya dan guru tersebut tidak
Mereka hanya menegur guru yang pernah mengajar pernah mengajar dikelas mereka.
saja karena kenal.
Sedangkan hubungan antar sesama pesera didik,
2.3. Hasil Angket sikap sopan santun peserta
observer melihat beberapa peserta didik yang saling
didik di MAN Kota Palangka Raya
mengolok-ngolok nama orangtua, tidak mengucapkan Gambaran tentang kondisi sikap sopan santun salam ketika masuk ke kelas, dan ketika diskusi
peserta didik MAN Kota Palangka Raya diperoleh dari kelompok terlihat ada peserta didik yang tidak
hasil penyebaran skala Sopan Santun di kelas X MAN menghargai pendapat temannya dengan menentang
Kota Palangka Raya yang berjumlah 209 peserta didik pendapatnya
yang terbagi menjadi 9 kelas. Kemudian, peneliti menjatuhkan.
memberikan instrumen berupa skala Sopan Santun Dari hasil observasi yang di dapatkan
kepada masing-masing orang. Instrumen terdiri dari menunjukkan
dari 48 item pernyataan yang digunakan untuk menunjukkan sikap sopan santun kepada gurunya
mengukur tingkat sikap sopan santun peserta didik ataupun dengan sesama peserta didik. Perilaku yang
kelas X di MAN Kota Palangka Raya. Semua peserta ditunjukkan seperti tidak bertegur sapa dengan guru
didik mengerjakannya sesuai dengan petunjuk yang ketika berpas-pasan di lingkungan sekolah, tidak
dijelaskan oleh peneliti. Perolehan skor gambaran mengucapkan salam ketika masuk ke kelas,
sikap sopan santun peserta didik, sebagaimana terlihat mengolok-olok sesama peserta didik,dan tidak
dalam tabel berikut.
menghargai pendapat sesama peserta didik. Peneliti
Tabel 4.4 Gambaran Tingkat Sikap sopan santun peserta didik Kelas X MAN Kota Palangka Raya KATEGORI
Sangat rendah
Sangat tinggi
Dari tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah kesopanan. Dengan demikian, diharapkan dengan peserta didik memiliki Sopan Santun yang sangat
tersusunnya model bimbingan kelompok berbasis nilai rendah adalah 11 orang (5%), yang memiliki Sopan
budaya belom bahadat dapat membantu konselor di Santun yang sedang 18 orang (9%), yang memiliki
MAN Kota Palangka Raya bahkan sekolah-sekolah Sopan Santun yang tinggi adalah 180 orang (86%).
lainnya di Palangka Raya dalam melaksanakan Melihat data pada tabel 4.4 menunjukkan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap sopan bahwa perlu adanya upaya bantuan bagi peserta didik
santun peserta didik.
agar mereka dapat mengatasi masalah dalam Berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang kehidupan sosial dengan baik. Pelaksanaan layanan
tingkat sikap sopan santun peserta didik kelas X di bimbingan kelompok saja tidak cukup untuk
MAN Kota Palangka Raya, guna kepentingan mengatasi masalah Sopan Santun yang rendah.
penelitian maka peneliti mengambil 8 peserta didik Konselor membutuhkan sebuah model pelayanan
secara purposive sampling sebagai anggota kelompok bimbingan kelompok yang tepat dan efektif untuk
yang nantinya akan diberi layanan bimbingan dapat membantu mengurangi atau bahkan mengatasi
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat. Ke-8 sikap sopan santun peserta didik yang rendah.
anggota kelompok tersebut bersifat heterogen untuk Oleh karena itu, agar layanan bimbingan
tingkat Sopan Santunnya, yakni 1 peserta didik kelompok di MAN Kota Palangka Raya dapat
dengan Sopan Santun sangat rendah, 6 peserta didik membantu peserta didik meningkatkan sikap Sopan
dengan Sopan Santun rendah, 1 peserta didik dengan Santunnya maka model bimbingan kelompok berbasis
Sopan Santun tinggi. Berikut data dari ke-8 anggota nilai budaya belom bahadat dibuat sebagai inovasi
bimbingan kelompok:
untuk masalah yang berkaitan dengan lunturnya nilai
Tabel 4.5 Profil (Awal) Anggota Kelompok
No. Nama Evaluasi
Kat.
Gambaran Sopan Santun
Awal
1 KA 120
Hoby bernyanyi, percaya diri, mempunyai banyak teman, aktif dalam kegiatan pramuka, mampu berkomunikasi secara lugas
2 RA
86 R
Acuh terhadap sekitar, kurang percaya dengan teman, selalu menyendiri, aktif dalam kegiatan basket
3 SSP
75 SR
Periang, kurang bisa mengintrol emosi, aktif di kelas, mudah terbawa suasana, tidak mampu menahan untuk berbicara, suka mengejek.
4 FR
85 R
Pendiam, Takut berbicara dengan orang yang tidak di kenal, kurang percaya diri,
5 IF 90 R
Tidak tegas, suka ragu-ragu, memiliki banyak teman di luar kelas.
87 R
Pendiam, kurang percaya diri, takut berbicara dengan orang yang tidak di kenal, kurang aktif di kelas, hoby bermain gitar, orang tua tinggal di desa dan dipalangkaraya tinggal dengan paman.
7 PN 114
Pendiam, ramah, kurang percaya diri
8 ASA
91 R
Pendiam, kurang percaya diri, takut berbicara di depan, penakut.
2.4. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai
belom bahadat akan dikembangkan terdiri dari 6
Budaya Belom bahadat Untuk Meningkat
komponen utama, sebagai berikut :
Sikap Sopan Santun
1. Rasional
Berdasarkan hasil kajian empiris pada studi Rasional menjelaskan secara rinci tentang lapangan bisa diasumsikan beberapa hasil, antara lain:
konsep pemikiran dalam mengembangkan model
1. Bimbingan kelompok sudah dilaksanakan di bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom MAN Kota Palangka Raya akan tetapi hasilnya
bahadat dengan penjabaran secara singkat dan jelas belum efektif. Ada beberapa hambatan yang
akan gambaran pelaksanaan yang disesuaikan dengan menjadi
target pencapaian kegiatan bimbingan kelompok yaitu ketercapaian hasil dari pelaksanaan layanan
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik. bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka
Dalam rasional dikemukakan nilai yang terkandung Raya, baik dari segi konselor sebagai
dalam budaya belom bahadat antara lain takwa kepada penyelenggara
tuhan, persamaan derajat, tenggang rasa, tidak kelompok, peserta didik sebagai anggota
semena-mena, menjunjung tinggi kemanusiaan, kelompok, waktu dan tujuan pelaksanaan
persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah layanan, jenis materi/topik yang menjadi
air, musyawarah dan mufakat, rasa kekeluargaan, bahasan, biaya, wali kelas dan guru mata
nurani yang luhur, menjunjung tinggi kebenaran, pelajaran yang menjadi kolaborator bagi guru
bertanggung jawab, menjunjung tinggi peri keadilan, bimbingan dan konseling.
gotong royong, menjaga keseimbangan hak dan
2. Pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, sifat Kota Palangka Raya belum menggunakan
suka bekerja keras, menghargai karya orang lain, sifat pendekatan atau basis tertentu dalam layanan
keteladanan, semangat pengasih, ramah tamah, rasa bimbingan kelompok sehingga efektivitas
saling hormat, sifat keterampilan diujung jari dan layanan tidak tercapai secara optimal.
diunjung lidah, menjaga keseimbangan lingkungan
3. Topik tentang nilai kesopanan belum pernah
dan lain-lain.
dijadikan bahasan dalam layanan bimbingan
2. Visi dan Misi
kelompok di MAN Kota Palangka Raya, karena Dalam hal pencapai tujuan penelitian dalam guru bimbingan dan konseling tidak memiliki
rangka meningkatkan sikap sopan santun peserta didik program khusus tentang topik tersebut.
maka di perlukan suatu perencanaan dan tindakan
4. Tingkat sikap sopan santun peserta didik yang nyata untuk dapat mewujudkannya. Secara umum di peroleh pada saat studi pendahuluan dan
dapat dikatakan bahwa visi dan misi adalah suatu yang di tunjukan dengan skala sopan santun
konsep perencanaan yang di sertai dengan tindakan (pre-tes) menunjukkan perlu adanya upaya
sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai bantuan bagi peserta didik untuk dapat
suatu tujuan yang berdasarkan nilai budaya belom mengurangi sopan santun.
bahadat dan juga aspek-aspek yang akan di capai pada Berdasarkan data di atas maka peneliti sikap sopan santun peserta didik. kemudian menimbang serta memutuskan bahwa model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
3. Tujuan
nilai budaya belom bahadat dari konselor dan anggota Yaitu tujuan yang ingin di capai dari
kelompok untuk meningkatkan sikap sopan santun pengembangan model bimbingan kelompok berbasis
secara optimal. Berikut sajian tabel dari indikator yang nilai budaya belom bahadat. Tujuan ini di bagi
akan ditingkatkan beserta perlakuan yang diberikan: menjadi 2, yakni tujuan umum dan tujuan khusus yang
1.7. Uji Efektivitas Model Bimbingan
keduanya terfokus pada meningkatkan sikap sopan Secara kuantitatif menurunnya tingkat sopan santun peserta didik disesuaikan dengan indikator
santun peserta didik bisa dilihat dari perbandingan serta aspek-aspek nilai yang terkandung dalam budaya
nilai evaluasi awal dan evaluasi akhir yang diperoleh belom bahadat.
masing-masing anggota kelompok. Tabel 4.7
4. Isi Bimbingan dan Konseling
menunjukkan rincian perolehan skor evaluasi awal Meliputi ranah bidang bimbingan yang dapat
dan evaluasi akhir anggota kelompok pada semua diintervensi oleh pelaksanaan kegiatan bimbingan
indikator.
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwasanya meningkatkan sikap sopan santun peserta didik. Ranah
sopan santun pada semua peserta didik yang menjadi bimbingan terdiri dari ranah bidang bimbingan
anggota kelompok mengalami peningkatan (nilai post pribadi, bidang bimbingan belajar, dan bidang
test lebih tinggi dari nilai pretest). Ketercapaian hasil bimbingan sosial
tersebut karena layanan bimbingan kelompok berbasis
5. Pendukung sistem
nilai belom bahadat dilaksanakan secara profesional Dimaksudkan dalam rangka menyukseskan
sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan, kegiatan bimbingan dan kelompok dan adanya
walaupun terjadi beberapa hambatan saat kegiatan keterjalinan kerjasama serta dukungan penuh dari
Faktor-faktor yang mendukung stake holder yang ada disekolah.
berlangsung.
penurunan sopan santun peserta didik antara lain:
6. Bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
1. Pemimpin kelompok sebagai motivator mampu
belom bahadat
mengoptimalkan nilai budaya belom bahadat, Termasuk didalamnya tahapan-tahapan dalam
tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada kelompok yang akan dilalui dan dilaksanakan dalam
anggota kelompok dalam setiap tahapan kelompok beserta susunan materi yang digunakan
layanan bimbingan kelompok. Artinya nilai- dengan maksud agar garis besar kegiatan bimbingan
nilai budaya belom bahadat terintegrasi secara kelompok berisikan materi yang tidak keluar dari
optimal pada setiap tahapan layanan. tujuan awal yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan
2. Materi yang menjadi topik bahasan, yakni sikap sopan santun peserta didik.
tentang nilai dari budaya belom bahadat,
2.5. Persiapan Model
sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik
1. Mengatur waktu pelaksanaan layanan pada umumnya dan anggota kelompok pada bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
khususnya.
belom bahadat bersama guru bimbingan dan
3. Konselor sebagai perencana kegiatan mampu konseling serta peserta didik yang menjadi
memberikan perlakuan yang tepat sesuai anggota kelompok. Berdasarkan kesepakatan
dengan topik bahasan dan karakteristik peserta bersama kegiatan akan dilaksanakan pada
didik yang menjadi anggota kelompok, yakni hari Senin dan kamis (1 minggu 2 kali).
usia remaja. Perlakuan yang diberikan tersebut
2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat menstimulus anggota kelompok untuk diperlukan dalam pelaksanaan layanan
mengoptimalkan nilai dari budaya belom bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
bahadat, sehingga mereka secara aktif belom bahadat.
menunjukan peranannya dalam menciptakan
3. Mempersiapkan kelengkapan administrasi
dinamika kelompok.
layanan bimbingan kelompok berbasis nilai
4. Anggota kelompok mau dan mampu bersikap budaya belom bahadat, seperti daftar hadir,
terbuka serta aktif, pada saat pelaksanaan satuan layanan, dan materi.
layanan bimbingan kelompok berbasis nilai
4. Menyiapkan alat evaluasi berupa lembar
budaya belom bahadat.
laiseg dan skala sikap sopan santun.
5. Pembentukan kelompok secara heterogen
2.6. Pelaksanaan Model
mampu menumbuhkan dinamika kelompok Basis yang digunakan dalam pengembangan
dengan baik sehingga secara otomatis mampu model adalah nilai budaya belom bahadat dengan
menstimulus anggota kelompok yang awalnya target intervensinya untuk meningkatkan sikap sopan
pasif untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan santun peserta didik. Oleh karena itu materi,
kelompok.
perlakuan, serta teknik yang digunakan dalam Pada awal kegiatan beberapa anggota kelompok pelaksanaan uji lapangan harus bisa memunculkan
yakni SSP, RA, dan FR belum menunjukan sikap dan yakni SSP, RA, dan FR belum menunjukan sikap dan
di kelas, berani bertanya kepada guru mata pelajaran, dan anggota kelompok lainnya membuat mereka
dan sudah berani berbaur bersama teman-temannya. semakin aktif menunjukan peranannya di dalam
Informasi ini di dapatkan dari teman-teman yang kelompok. Bahkan FR yang di kelas pada saat mata
sekelas dengan FR di kelas dan guru mata pelajaran. pelajarn diberikan bersikap pasif, takut berbicara,
Tabel 4.7 Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Sopan santun Peserta didik
No. Nama Pretest Kat. Posttest Kat. Perubahan
Paparan di atas memberikan gambaran jika
1.7. Uji Hipotesis dengan Tes Wilcoxon
peningkatan sopan santun peserta didik tidak hanya Uji keefektifan model layanan bimbingan terjadi pada saat pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat, yang
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik diungkap melalui laiseg dan skala sopan santun.
dianalisis dengan statistik non-parametrik melalui uji Namun demikian peningkatan tersebut juga tampak
Wilcoxon. Berikut ini adalah hasil uji efektifitas model dari sikap dan perilaku yang ditampilkan anggota
yang dikembangkan pada perolehan skor total sikap kelompok
dalam kesehariannya
yang sudah
sopan santun:
“diwarnai” oleh nilai budaya belom bahadat.
Tabel. 4. 8 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
Mean Sum of
Rank Ranks
Prepost - Negative Ranks
Positive Ranks
8 b 4.50 36.00
Ties
Total
Berdasarkan tabel 4.8 pada nilai positive rank menunjukkan angka 8 yang bisa disimpulkan bahwa 8 orang anggota kelompok yang telah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
belom bahadat mengalami peningkatan sikap sopan santun. Mean Rank atau rata-rata peningkatan menunjukkan angka 4,50 dan sum of rank atau jumlahnya menunjukkan angka 36.
Tabel. 4.9 Hasil Uji Wilcoxon
Prepost - Pretest
Z -2.521 a Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa asymp sebesar 0,012 < 0,05 maka Ho (Hipotesis Nol) di tolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) di terima sehingga dapat disimpulkan bahwa model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat terbukti efektif untuk meningkatkan sikap sopan santun peserta didik kelas X di MAN Kota Palangka Raya.
2. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis proses kegiatan model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat serta hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok membuktikan bahwa bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat efektif untuk mmeningkatkan sikap sopan santun peserta didik MAN Kota Palangka Raya. Indikasi keberhasilan dilihat dari peran yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dan anggota kelompok pada setiap tahapan. Sedangkan untuk efektifitas layanan bimbingan kelompok dapat dibuktikan dari hasil skala sikap sopan santun yang menunjukkan adanya peningkatan hasil akhir pada skor total.
Bimbingan kelompok merupakan sarana yang bisa diakses oleh siswa untuk mendapatkan layanan dalam suasana kelompok yang dinamis. Kebutuhan akan bimbingan kelompok tampak semakin jelas mana kala para siswa mengalami kesulitan dalam bergaul atau mengaktualisasikan dirinya pada lingkungan sosial. Faktor-faktor yang menghambat tugas-tugas perkembangan siswa di bidang sosial diharapkan menjadi pekerjaan konselor untuk mencari jalan keluar agar para siswa dapat menikmati kehidupan sosial yang layak. Solusi yang dimungkinkan untuk membantu siswa memecahkan masalah sosiologis adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok yang berlandaskan pada pedoman beretika dalam masyarakat. Hurlock (2009: 257) menyatakan bahwa “perkembangan individu
tidak terlepas atau dipengaruhi oleh budaya dimana individu itu berada”. Peneliti berasumsi bahwa
perkembangan sopan santun adalah masalah yang tidak terlepas dari etika dan budaya dalam berkelompok. Layanan bimbingan kelompok yang
dilaksanakan di MAN Kota Palangka Raya belum menggunakan keragaman nilai-nilai budaya yang ada pada anggota kelompok sehingga solusinya adalah dengan mengangkat suatu tema yang kaya akan nilai- nilai sosial dan budaya. Untuk membantu para konselor, peneliti akan melakukan penelitian guna menemukan suatu model yang dapat memberikan formula untuk meningkatkan sopan santun.
Masyarakat di Palangka Raya memiliki pedoman yang dimaksud terangkum dalam nilai budaya belom bahadat yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu sehingga untuk membantu siswa terkait masalah sosial yang dihadapinya, nilai budaya belom bahadat dapat diinternalisasikan ke dalam layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat dimaksudkan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa melalui suasana kelompok dengan berlandaskan pada nilai sosial budaya yang terdapat dalam nilai budaya belom bahadat. Adapun nilai-nilai yang dimaksud adalah takwa kepada tuhan, persamaan derajat, tenggang rasa, tidak semena-mena, menjunjung tinggi kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah air, musyawarah dan mufakat, rasa kekeluargaan, nurani yang luhur, menjunjung tinggi kebenaran, bertanggung jawab, menjunjung tinggi peri keadilan, gotong royong, menjaga keseimbangan hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, sifat suka bekerja keras, menghargai karya orang lain, sifat keteladanan, semangat pengasih, ramah tamah, rasa saling hormat, sifat keterampilan diujung jari dan diunjung lidah, menjaga keseimbangan lingkungan dan lain-lain (Ilon, 1992).
PENUTUP
Bimbingan kelompok dilaksanakan hanya pada saat jam pelajaran kosong dan jumlah anggota kelompok terlalu banyak yaitu 1 (satu) kelas atau lebih dari 12 orang identik dengan bimbingan klasikal. Layanan diberikan secara insidental, artinya konselor hanya melaksanakan bimbingan kelompok ketika masalah itu sudah muncul pada peserta didik. Materi bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka Raya Bimbingan kelompok dilaksanakan hanya pada saat jam pelajaran kosong dan jumlah anggota kelompok terlalu banyak yaitu 1 (satu) kelas atau lebih dari 12 orang identik dengan bimbingan klasikal. Layanan diberikan secara insidental, artinya konselor hanya melaksanakan bimbingan kelompok ketika masalah itu sudah muncul pada peserta didik. Materi bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka Raya
terlebih dahulu sebelum memberikan layanan. tertib sehingga cenderung monoton dan kurang
Model bimbingan kelompok berbasis nilai variatif.
budaya belom bahadat dapat dijadikan sebagai salah Pembahasan materi bimbingan kelompok yang
satu pilihan oleh konselor sebagai upaya untuk berkenaan dengan Sopan Santun tidak pernah
memberi bantuan bagi peserta didik khususnya yang diberikan dan nilai budaya lokal belum di berdayakan
berkaitan dengan Sopan Santun. dalam pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka Raya Beberapa peserta didik kurang
REFERENSI
menunjukkan sikap sopan santun kepada gurunya Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian ataupun dengan sesama peserta didik. Perilaku yang
(suatu pendekatan Praktik (Edisi Revisi ditunjukkan seperti tidak bertegur sapa dengan guru