Esai foto Tambang Link AR (1)

KETIKA TAMBANG BEROPERASI,
KEMANA GENERASI AKAN HIDUP

(Sebuah dokumentasi atas operasi pertambangan bauksit PT. HPAM di
Kec. Simpanghulu Kab. Ketapang Prop. Kalimantan Barat )

Perkumpulan Lingkar Advokasi dan Riset
(Link-AR) Borneo
Periode, Maret – April 2012

Pengantar
Bumi Kalimantan adalah bumi yang sangat kaya akan sumber daya. Diatas tanah
kita akan mendapati hamparan hutan dengan tutupan kayu kelas 1, ditumbuhi
berbagai kekayaan hayati flora dan tempat hidup berbagai fauna. Didalam tanah
terkandung berbagai aneka bahan tambang.
Bagi masyarakat hutan tidak hanya sebagai sumber pangan, dipercaya sebagai
tempat bersemayamnya roh leluhur yang menjadi penghubung generasi sekarang,
lalu dan yang akan datang. Karenanya sejak ribuan tahun masyarakat
memanfaatkannya berpegang pada prinsip keadilan, kelestarian dan keberlanjutan.
Kayanya bumi Kalimantan telah mengundang pemodal untuk melakukan
penetrasi. Salah satunya, PT. Harita Prima Abadi Mineral (PT. HPAM) yang diberi

kuasa istemewa untuk mengeruk galian tambang di Kalimantan Barat tepatnya di
Kab. Ketapang Kec. Simpanghulu seluas 81.585 Ha, Simpangdua 33.700 Ha, Sandai
95.150, Airupas/Marua 71.733 Ha dan Kec. Kendawangan seluas 13.437 Ha.
Esai foto ini merupakan dokumentasi yang dibuat oleh tim Perkumpulan LinkAR Borneo (Lingkaran Advokasi dan Riset). Dalam esai ini kami menggambarkan
bagaiman daya rusak tambang yang akan meluluhlantakkan bumi Kalimantan.
Haripannya, dengan sajian esai ini akan mendorong parapihak untuk bergerak
bersama menyelamatkan bumi Kalimantan.

Kalimantan memiliki hutan yang sangat kaya dan luas. Bagi masyarakat
hutan tempat menggantungkan kehidupannya. Tidak hanya sebagai
sumber pangan, hutan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh
leluhur yang menjadi penghubung generasi sekarang, lalu dan mendatang.
Sejak ribuan tahun masyarakat dalam mengelolala dan memanfaatkan
hutan berpegang pada prinsip keadilan, kelestarian dan keberlanjutan.

Ladang dengan jenis tanaman padi merupakan pertanian yang berkembang
di masyarakat. Sistem ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu dengan
pola ladang gilir-balik. Kalender musim untuk ladang yang sekaligus siklus
ritual kebudayaan masyarakat dayak sebagai berikut bulan juli-agustus masa
tanam(menugal) dan maret – april masa panen ditutup musim berladang

pada bulan mei – juni melalui pesat panen (gawai dayak/naik dangau)

Ladang yang tidak produktif akan dibuat bawas/dahas (kebun campur).
Kebun campur dengan tanaman pokok karet dan buah-buahan hasil
untuk memenuhi kebutuhan uang cash. Sistem ini bukti bahwa sejak
ratusan tahun masyarakat dayak menerapkan prinsip keadilan,
kelestarian
dan
keberlanjutan
yang
dibuktikan
dengan
keankeragamanhayati flora dan fauna hidup dan berkembang lagi.

Sungai menjadi denyut kehidupan masyarakat, karena sejak dulu
transportasi untuk mobilitas masyarakat melalui sungai. Sehingga,
pemukiman tempat tinggal masyarakat berada di pinggir sungai.
Disamping itu, sungai terdapat sumber protein yakni ikan dengan
berbagai jenisnya dan udang sungai.


Perbagai alat berat yang digunakan oleh PT. HPAM untuk mengeruk
tamabang bauksit di Blok Labai. Cainshow digunakan untuk menebang
kayu, eksavator untuk membongkar hutan, menyisir dan mengeruk
batuan bauksit serta truck untuk mengangkut ke lokasi pembersihan,
penimbangan dan ke pelabuhan untuk dipindah ke tongkang.

Bekas-bekas pembongkaran hutan, kebun dan ladang, sebelum pengerukan
batuan bauksit yang terkandung didalam tanah. Kayu-kayu kecil akan
dibiarkan berserakan sedangkan kayu-kayu kelas I yang diameter lebih dari
30 keatas PT. HPAM menjualnya dan menjadi keuntungan tersendiri.

Untuk mencapai galian bauksitnya eksavator sedang menyisir tanah
lapisan atas (topsoil). Topsoil tanah dibuang dengan air untuk dikirim
ke sungai-sungai maupun dibiarkan menggenangi wilayah sekitarnya.

Setelah tanahnya disisir, eksafator menggali, mengeruk dan mengumpul
batuan bauksitnya. Sejak beroperasi tahun 2006 PT. HPAM di Blok Labai
sudah mengeruk lebih 10.000 Ha dengan kedalama rata-rata 5 meter
serta bukit mungguk yang kaya bauksitnya sudah dipapras habis.


Untuk memudahkan pengangkutan galian bauksit yang sudah digali
dan dikeruk ditumpuk.

Selanjutnya, dimasukkan ke dump truck untuk diangkut ke lokasi
pemisahahan batu baouksit dengan tanah.

Jalan tambang PT. HPAM yang berlokasi di block labai, tiap hari ratarata akan di lalui 200 truck dengan angkutan bauksit 6 ton. Perlu
diketahui bahwa jalan tambang tersebut juga sebagai jalur
transportasi darat yang dilaui masyarakat umum.

Tempat batu bauksit yang masih bercampur dengan tanah di bersihkan.
Caranya, batu bauksit di cuci dengan air yang dicampur zat kimia.
Setelah bersih, bauksitnya diangkut lagi, sedangkan sisa tanah yang
bercampur dengan air dan zat kimia menjadi limbah.

Tempat untuk penimbangan batu bauksit yang sudah bersih. Berat
rata-rata satu truck 6 ton.

Pelabuhan PT. HPAM, batu bauksit yang sudah di timbang kemudian di
masukkan ke tongkang untuk di Eksport. PT. HPAM mendapatkan

kontrak ekspor dengan perusahaan Cina (Alumunia Ltd) sejak tahun
2006. simulasi yang kami lakukan jika perhari 1.200 ton maka 1 bulan
28.800 ton, pertahun 345.600 ton, jadi 6 tahun beroperasi dari blok
Labai telah di eksport sebanyak 2.073.600 ton.

Rumah masyarakat lokasi Kuasa PERtambangan PT. HPAM yang masih
sama seperti sebelum masuknya PT. HPAM dengan lantai dan
dindingnya kayu serta atapnya daun pandan. Padahal selama enam
tahun beroperarasi PT. HPAM telah maraup $ 20.065.812.480.000 USD
(harga perton $ 28 USD) atau Rp. 180.592.312.320.000.000,- (jika kurs
$ 1 USD = Rp. 9.000,-).

Pun, dengan WC
umum, kondisi
reot
seadanya
kotoran langsung
dibuang
ke
sungai. Padahal

sungai
juga
sebagai tempat
mandi, cuci dan
dikonsumsi.

Pemukiman masyarakatpun masih seadanya bercampur dengan ternak,
jarak berjauhan antara satu rumah dengan rumah yang lain. Pun,
mereka masih mempertahnkan pemukimannya tetap dinaungi
pepohonan yang asri.

Masyarakat masih menjadikan sungai labai sebagai tempat untuk mandi, cuci
dan airnya dikonsumsi. Padahal, sungai tersebut tidak lagi jernih karena
sungai tersebut menjadi tempat pembuangan limbah tambang PT. HPAM.

Sarana transportasipun masih mengandalkan jalan tanah yang becek
dan berlobang jika musim hujan dan berdebu jika musim kemarau.

Pelabuhan air kondisi masih seadanya, padahal masyarakat masih
mengandalkan sarana transportasi air untuk mobilitas sosial maupun

ekonominya.

Balai Desa tidak mencerminkan bahwa Desa Sekucing Labai
memiliki kekayaan tambang bauksit yang berlimpah. Bangunan
dan fasilitas serta lingkungan balai desanya seadanya.

Di wilayah PT. HPAM Sekolahan yang ada hanya Sekolah Dasar.
Fasilitasnyapun masih sangat minim dengan kondisi lingkungan
sekolah yang tidak tertata.

Kaum muda yang memiliki
tenaga kuat akan bekerja
sebagai
buruh
kasar,
sedangkan yang memiliki
sedikit keterampilan akan
bekerja sedikit lebih baik.
Seperti gambar pemuda yang
sedikit punya keterampilan

menyetir mobil, dia akan
bekerja sebagai sopir Dump
Truck
(DT)
untuk
pengangkutan bauksit. Gaji
untuk buruh kasar rata-rata
Rp. 1.000.000,- sedangkan
yang punya keterampilan
maksimal
gajinya
Rp.
3.500.000,-

Limbah bekas galian dan pencucian bauksit, dari parit ini akan di
alirkan ke sungai. Limbah tersebut bercampur antara tanah, air
dan zat kimia, warnya coklat pekat.

Luapan limbah yang masuk ke ladang masyarakat, karena PT. HPAM
tidak ada sistem pembuangan limbah tambang yang baik. Kita dapat

melihat limbah genangan limbah tersebut akan membunuh tanaman
padi yang siap dipanen, sehingga membuat masyarakat gagal panen.

Limbah tersebut akan menggenangi hutan, kebun masyarakat yang
tersisia. Dampak yang paling nyata akan membunuh habitat flora dan
mengusir fauna dari habitat hidupnya.

Limbah tersebut juga mencemari sumber air bersih yang dikonsumsi
masyarakat, sehingga menyebabkan airnya keruh. Namun karena
sumber air hanya itu, oleh masyarakat airnya tetap di konsumsi.

Sungai bantil yang berada di desa Sekucing Labai yang bermuara ke
Sungai Labai (salah satu Hulu Sungai Kapuas) menjadi keruh karena
menjadi tempat pembuangan limbah tambang bauksit PT. HPAM.

Hutan, kebun dan ladang yang tersisa akan menjadi lautan lumpur
limbah tambang bauksit. Kehidupan dilokasi tersebut menjadi
gersang dan mati.

Masyarakat

yang
melewati jalan tambang
akan
mandi
debu.
Disamping itu, sarana
transportasi masyarakat
tersebut rawan sekali
terjadi kecelakaan.

Kolam lumpur bekas galian bauksit lebarnya dari seluas lapangan
badminton hingga lapangan bola dengan kedalaman rata-rata 5
meter.

Trus, dimana generasi ini
akan hidup ketika hutannya
hancur, kebunnya terampas,
ladangnya tidak lagi bisa
tumbuh padi, tanahnya
gersang dan berlobang serta

airnya tercemar.....???