Dampak Integrative Leadership dan Employee Engagement terhadap Perilaku Extra-Role

Integrative Leadership

Dari berbagai tinjauan literature menemukan berbagai definisi dan konsep integrative leadership atau kepemimpinan integratif yang diberikan oleh pakar dan peneliti kepemimpinan dan tidak ditemukan definisi umum. Integrative leadership menurut Huxman & Vangen (2000) mendefinisikan integrative leadership sebagai kolaborasi antar individu, proses dan stuktur.

Yulk (2002) menyatakan bahwa kerangka integrative leadership yaitu kepemimpinan yang mengintegrasikan variabel kemampuan, perilaku, fitur, sikap, gaya dan situasional dalam sebuah model teoritis tunggal untuk menjelaskan efektivitas organisasi. Integrative leadership juga didefinisikan sebagai integrasi dari perilaku kepemimpinan terhadap tugas, hubungan dan perubahan (Yulk et al., 2002). Integrative leadership menurut Fernadez et al. (2010) adalah perpaduan antara peran

Integrative leadership dengan kerangka kerja konseptual servant leadership, hampir mirip dengan konsep integrative leadership Yulk et. al. (2002) memadukan empat kategori (Page dan Wong, 2003; Barbuto dan Wheeler, 2006; Liden et al., 2008) yaitu:

a. Character-orientation, berkenaan dengan sikap pemimpin; fokus pada nilai, kredibilitas dan motif pemimpin. Dimensi yang digunakana dalah wisdom dan humility.

b. People-orientation, berkenaan dengan mengembangkan sumber daya manusia; fokus pada hubungan pemimpin dengan bawahan dan komitmen pemimpin untuk mengembangkan bawahan. Dimensi yang digunakan adalah altruistic calling, dan emotional healing.

c. Task-orientation, berkenaan dengan pencapaian produktivitas dan keberhasilan; fokus pada tugas pemimpin dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil. Dimensi yang digunakan adalah organizational stewardship, persuasive mapping, dan vision.

d. Process-orientation, berkenaan dengan peningkatan efisiensi organisasi; fokus pada kemampuan pemimpin untuk mengembangkan sistem terbuka, efisien dan fleksibel. Dimensi yang digunakan adalah service.

Employee Engagement

Employee engagement merupakan gagasan dalam perilaku organisasi yang menjadi daya tarik dalam beberapa tahun terakhir, karena employee engagement berpengaruh pada kinerja organisasi

tenaga penunjang memiliki work engagement yang tinggi. Sementera di sisi lain guru merupakan profesi kunci bagi kesuksesan dunia pendidikan, salah satunya di dalam menentukan kualitas peserta didik. Guru juga dianggap sebagai kunci perubahan pendidikan serta pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan yang disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan peribahan global. Selain itu guru sebagai pendidik bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan, ketrampilan dan sikap, tetapi guru juga dilimpahi tugas untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Karena peranan dan fungsi guru yang signifikan di dalam dunia pendidikan, guru perlu memberikan hasil kinerja yang maksimal. Untuk memberikan kinerja yang baik, guru juga memerlukan perasaan puas, antusias, dan keterlibatan penuh ketika melaksanakan pekerjaannya. Perasaan antusias dan keterlibatan seseorang di dalam pekerjaannya disebut work engagement (Robert & Davenport, 2002).

Organisasi pendidikan saat ini semakin mengalami peningkatan kebutuhan akan guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian profesional, agar tetap eksis di tengah ketatnya persaingan antar organisasi pendidikan. Guru dengan pengetahuan dan keahlian tersebut tidak dapat sekedar dikelola dengan menggunakan teknik-teknik manajemen lama, karena para guru ini mengharapkan otonomi

mampu menumbuhkan perilaku extra-role, mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing dan berprestasi secara baik.

Work engagement guru merupakan keterlibatan dan antusiasme untuk mengajar dan mencerminkan seberapa baik guru dikenal dan seberapa sering mereka mampu menampilkan kinerja terbaik (Gordon, 2006). Seseorang yang merasa antusias dan terlibat di dalam pekerjaan akan termotivasi secara langsung oleh pekerjaannya, cenderung bekerja lebih giat, dan menghasilkan kinerja memuaskan (Robert & Davenport, 2002). Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya untuk membuat pilihan tentang cara terbaik dalam menyelesaikan tugas, mengawasi perilaku dirinya untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik, memeriksa kembali apakah yang dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan, serta melakukan perbaikan jika diperlukan. Oleh karena itu perlu bagi pengelola organisasi pendidikan maupun organisasi pada umumnya untuk melakukan hal-hal yang membuat guru menjadi lebih engage pada organisasi tempat bekerja sehingga tingkat produktivitas dan profit suatu organisasi dapat meningkat.

Permasalahan utama yang diteliti adalah dampak integrative leadership dan employee engagement terhadap perilaku extra-role para guru. Pemilihan guru sebagai obyek penelitian,

Tanpa Tanda Jasa”, tetapi guru sebagai manusia biasa memerlukan penghargaan yang wajar dan lumrah. Hal ini merupakan tantangan pemimpin dalam menumbuhkan work engagement dan OCB para guru, agar pada akhirnya guru terpacu menampilkan kinerja terbaiknya demi kontribusinya bagi kinerja sekolah tempatnya bekerja, serta mengurangi efek negatif dari meningkatnya tuntutan dari para guru seperti bournout dan memburuknya kesehatan para guru. Ada pun tujuan penelitian meliputi: 1)Untuk menganalisis dampak integrative leadership terhadap perilaku extra-role guru; 2) Untuk menganalisis dampak employee engagement terhadap perilaku extra-role guru.

Integrative Leadership

Dari berbagai tinjauan literature menemukan berbagai definisi dan konsep integrative leadership atau kepemimpinan integratif yang diberikan oleh pakar dan peneliti kepemimpinan dan tidak ditemukan definisi umum. Integrative leadership menurut Huxman & Vangen (2000) mendefinisikan integrative leadership sebagai kolaborasi antar individu, proses dan stuktur.

Yulk (2002) menyatakan bahwa kerangka integrative leadership yaitu kepemimpinan yang mengintegrasikan variabel kemampuan, perilaku, fitur, sikap, gaya dan situasional dalam sebuah model teoritis tunggal untuk menjelaskan efektivitas organisasi. Integrative leadership juga didefinisikan sebagai integrasi dari perilaku kepemimpinan terhadap tugas, hubungan dan perubahan (Yulk et al., 2002). Integrative leadership menurut Fernadez et al. (2010) adalah perpaduan antara peran

Integrative leadership dengan kerangka kerja konseptual servant leadership, hampir mirip dengan konsep integrative leadership Yulk et. al. (2002) memadukan empat kategori (Page dan Wong, 2003; Barbuto dan Wheeler, 2006; Liden et al., 2008) yaitu:

a. Character-orientation, berkenaan dengan sikap pemimpin; fokus pada nilai, kredibilitas dan motif pemimpin. Dimensi yang digunakana dalah wisdom dan humility.

b. People-orientation, berkenaan dengan mengembangkan sumber daya manusia; fokus pada hubungan pemimpin dengan bawahan dan komitmen pemimpin untuk mengembangkan bawahan. Dimensi yang digunakan adalah altruistic calling, dan emotional healing.

c. Task-orientation, berkenaan dengan pencapaian produktivitas dan keberhasilan; fokus pada tugas pemimpin dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil. Dimensi yang digunakan adalah organizational stewardship, persuasive mapping, dan vision.

d. Process-orientation, berkenaan dengan peningkatan efisiensi organisasi; fokus pada kemampuan pemimpin untuk mengembangkan sistem terbuka, efisien dan fleksibel. Dimensi yang digunakan adalah service.

Employee Engagement

Employee engagement merupakan gagasan dalam perilaku organisasi yang menjadi daya tarik dalam beberapa tahun terakhir, karena employee engagement berpengaruh pada kinerja organisasi

tenaga penunjang memiliki work engagement yang tinggi. Sementera di sisi lain guru merupakan profesi kunci bagi kesuksesan dunia pendidikan, salah satunya di dalam menentukan kualitas peserta didik. Guru juga dianggap sebagai kunci perubahan pendidikan serta pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan yang disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan peribahan global. Selain itu guru sebagai pendidik bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan, ketrampilan dan sikap, tetapi guru juga dilimpahi tugas untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Karena peranan dan fungsi guru yang signifikan di dalam dunia pendidikan, guru perlu memberikan hasil kinerja yang maksimal. Untuk memberikan kinerja yang baik, guru juga memerlukan perasaan puas, antusias, dan keterlibatan penuh ketika melaksanakan pekerjaannya. Perasaan antusias dan keterlibatan seseorang di dalam pekerjaannya disebut work engagement (Robert & Davenport, 2002).

Organisasi pendidikan saat ini semakin mengalami peningkatan kebutuhan akan guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian profesional, agar tetap eksis di tengah ketatnya persaingan antar organisasi pendidikan. Guru dengan pengetahuan dan keahlian tersebut tidak dapat sekedar dikelola dengan menggunakan teknik-teknik manajemen lama, karena para guru ini mengharapkan otonomi

mampu menumbuhkan perilaku extra-role, mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing dan berprestasi secara baik.

Work engagement guru merupakan keterlibatan dan antusiasme untuk mengajar dan mencerminkan seberapa baik guru dikenal dan seberapa sering mereka mampu menampilkan kinerja terbaik (Gordon, 2006). Seseorang yang merasa antusias dan terlibat di dalam pekerjaan akan termotivasi secara langsung oleh pekerjaannya, cenderung bekerja lebih giat, dan menghasilkan kinerja memuaskan (Robert & Davenport, 2002). Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya untuk membuat pilihan tentang cara terbaik dalam menyelesaikan tugas, mengawasi perilaku dirinya untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik, memeriksa kembali apakah yang dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan, serta melakukan perbaikan jika diperlukan. Oleh karena itu perlu bagi pengelola organisasi pendidikan maupun organisasi pada umumnya untuk melakukan hal-hal yang membuat guru menjadi lebih engage pada organisasi tempat bekerja sehingga tingkat produktivitas dan profit suatu organisasi dapat meningkat.

Permasalahan utama yang diteliti adalah dampak integrative leadership dan employee engagement terhadap perilaku extra-role para guru. Pemilihan guru sebagai obyek penelitian, Permasalahan utama yang diteliti adalah dampak integrative leadership dan employee engagement terhadap perilaku extra-role para guru. Pemilihan guru sebagai obyek penelitian,

konseptual servant leadership adalah gaya disebabkan karena dengan adanya karyawan

memiliki keterlibatan penuh dan memiliki

dalam meningkatkan cara dalam

kepemimpinan yang berorientasi pada tugas; yang memiliki keterikatan yang baik dengan

semangat bekerja tinggi dalam pekerjaannya

menjalankan tugasnya secara kreatif agar

hubungan; perubahan; keragaman, dan organisasi tempat karyawan bekerja, maka

maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan

kinerja organisasi meningkat, perilaku yang

integritas; terbukti berdampak pada efektivitas karyawan akan memiliki antusiasme yang besar

kegiatan perusahaan jangka panjang. Dimensi

ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang

organisasi, sepert pembelajaran organisasi dan untuk bekerja, bahkan terkadang jauh

employee work engagement menurut Schaufeli et al.

diharapkan organisasi, misalnya inisiatif

knerja (Srimulyani dan Hutajulu, 2013); melampaui tugas pokok yang tertuang dalam

(2002) meliputi:

meningkatkan kompetensinya, secara

perilaku extra-role (Srimulyani, 2010; Mira & kontrak kerja karyawan.

a. Vigor : curahan energi dan mental yang kuat

sukarela mengambil tanggungjawab di luar

seseorang selama bekerja, keberanian

wewenangnya. Dimensi ini menjangkau jauh

Margaretha, 2012). Seorang servant leader atau

seorang yang menerapkan integrative leadership Employee engagement bergerak melampaui

untuk berusaha sekuat tenaga dalam

di atas dan jauh ke depan dari panggilan

biasanya melakukan tindakan yang melayani kepuasan yang menggabungkan berbagai

menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun

tugas.

dengan perasaan sukarela, misalnya dalam persepsi karyawan yang secara kolektif

dalam menghadapi kesulitan kerja, kemauan

c. Sportsmanship; perilaku yang menunjukkan

menolong dan memberikan konstribusi menunjukkan kinerja yang tinggi, komitmen,

untuk menginvestasikan segala upaya dalam

suatu kerelaan atau toleransi terhadap

kepada bawahannya berupa pengajaran, serta loyalitas (Kingsley dan Associates, 2008).

suatu pekerjaan, dan tetap bertahan

keadaan yang kurang ideal dalam organisasi

berbagi pengalaman, atau petuah. Menurut Federman (2009) employee engagement

meskipun menghadapi kesulitan.

tanpa mengajukan keberatan–keberatan

b . Dedication: perasaan terlibat sangat kuat

atau keluhan-keluhan sehingga

adalah derajat dimana seorang karyawan

Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh mampu berkomitman pada suatu organisasi

dalam suatu pekerjaan dan mengalami rasa

meningkatkan iklim yang positif diantara

seorang integrative leader dalam konteks servant dan hasil dari komitmen tersebut ditentukan

kebermaknaan, antusiasme, kebanggaan,

anggota organisasi, lebih sopan, dan mau

leadership adalah harus mendengarkan orang pada bagaimana karyawan bekerja dan lama

inspirasi, dan tantangan.

bekerja sama dengan yang lain sehingga

yang dipimpinnya, mengerti apa yang masa bekerja.

c. Absorption: merupakan konsentrasi penuh

akan menciptakan lingkungan kerja yang

dan keseriusan seseorang dalam bekerja.

lebih menyenangkan.

dibutuhkan dan dikeluhkan bawahannya, serta

memberikan motivasi kepada bawahannya, Gallup, dalam survey Q12-nya tentang employee

d. Courtessy; perilaku yang menjaga hubungan

karena seorang integrative leader menunjukkan engagement ini, membagi karyawan dalam tiga

Organizational Citizenship Behavior

baik dengan rekan kerjanya agar terhindar

bahwa seorang pemimpin sejati tertarik untuk kategori dengan ciri-cirinya sebagai berikut

(OCB)

dari masalah–masalah interpersonal dengan

berperilaku yang baik yang dapat diikuti oleh (Crabtree, 2012):

Istilah lain dari organizational citizenship behavior

menunjukkan perilaku yang menghargai dan

(OCB) adalah extra role-behavior yaitu perilaku

memperhatikan orang lain.

orang yang dipimpin dengan melihat

kepribadian yang dimiliki oleh seorang karyawan bekerja dengan bersemangat dan

a. Karyawan yang terikat (engaged employees),

individu yang melebihi job description dalam

e. Civic Virtue/Organizational Participation;

integrative leader. Perilaku yang dicerminkan merasakan hubungan yang dalam dengan

tugasnya, melakukan pekerjaan di luar

perilaku yang mengindikasikan tanggung

dalam integrative leader sangat mempengaruhi organisasi, dan umumnya menjadi bagian

perannya dalam organisasi yang bermanfaat

jawab pada kehidupan organisasi, terlibat

perilaku extra-role pada bawahannya, karena dari lahirnya ide-ide inovatif yang

bagi kepentingan organisasi dan berakibat

dalam aktivitas organisasi dan peduli

bawahan cenderung meniru apa yang memajukan organisasi.

positif terhadap efektivitas organisasi, dan

terhadap kelangsungan hidup organisasi

dalam jangka panjang berdampak terhadap

(mengikuti perubahan dalam organisasi,

dilakukan oleh pemimpinnya.

H1: Integrative leadership berpengaruh positif employees): secara praktis mereka tidak lagi

b. Karyawan yang tidak terikat (not-engaged

kelangsungan hidup organisasi. Jadi OCB

mengambil inisiatif untuk

signifikan terhadap perilaku extra-role guru. memikirkan kemajuan organisasi, seperti

adalah sebuah kerelaan mengerjakan tugas

merekomendasikan bagaimana operasi atau

melebihi tugas pokoknya atau kerelaan

prosedur–prosedur organisasi dapat

orang yang tidur sambil berjalan,

mengerjakan tugas di luar tugas atau peran

diperbaiki, dan melindungi sumber–sumber

Hubungan Employee Engagement

melewatkan waktu untuk bekerja, tetapi

formal yang telah ditetapkan tanpa adanya

yang dimiliki oleh organisasi).

dengan Perilaku Extra-Role dan Kinerja

tidak cukup memberikan energi atau

permintaan dan reward secara formal dari

Konsep employee engagement erat kaitannya dengan Konsep employee engagement erat kaitannya dengan

konseptual servant leadership adalah gaya disebabkan karena dengan adanya karyawan

memiliki keterlibatan penuh dan memiliki

dalam meningkatkan cara dalam

kepemimpinan yang berorientasi pada tugas; yang memiliki keterikatan yang baik dengan

semangat bekerja tinggi dalam pekerjaannya

menjalankan tugasnya secara kreatif agar

hubungan; perubahan; keragaman, dan organisasi tempat karyawan bekerja, maka

maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan

kinerja organisasi meningkat, perilaku yang

integritas; terbukti berdampak pada efektivitas karyawan akan memiliki antusiasme yang besar

kegiatan perusahaan jangka panjang. Dimensi

ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang

organisasi, sepert pembelajaran organisasi dan untuk bekerja, bahkan terkadang jauh

employee work engagement menurut Schaufeli et al.

diharapkan organisasi, misalnya inisiatif

knerja (Srimulyani dan Hutajulu, 2013); melampaui tugas pokok yang tertuang dalam

(2002) meliputi:

meningkatkan kompetensinya, secara

perilaku extra-role (Srimulyani, 2010; Mira & kontrak kerja karyawan.

a. Vigor : curahan energi dan mental yang kuat

sukarela mengambil tanggungjawab di luar

seseorang selama bekerja, keberanian

wewenangnya. Dimensi ini menjangkau jauh

Margaretha, 2012). Seorang servant leader atau

seorang yang menerapkan integrative leadership Employee engagement bergerak melampaui

untuk berusaha sekuat tenaga dalam

di atas dan jauh ke depan dari panggilan

biasanya melakukan tindakan yang melayani kepuasan yang menggabungkan berbagai

menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun

tugas.

dengan perasaan sukarela, misalnya dalam persepsi karyawan yang secara kolektif

dalam menghadapi kesulitan kerja, kemauan

c. Sportsmanship; perilaku yang menunjukkan

menolong dan memberikan konstribusi menunjukkan kinerja yang tinggi, komitmen,

untuk menginvestasikan segala upaya dalam

suatu kerelaan atau toleransi terhadap

kepada bawahannya berupa pengajaran, serta loyalitas (Kingsley dan Associates, 2008).

suatu pekerjaan, dan tetap bertahan

keadaan yang kurang ideal dalam organisasi

berbagi pengalaman, atau petuah. Menurut Federman (2009) employee engagement

meskipun menghadapi kesulitan.

tanpa mengajukan keberatan–keberatan

b . Dedication: perasaan terlibat sangat kuat

atau keluhan-keluhan sehingga

adalah derajat dimana seorang karyawan

Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh mampu berkomitman pada suatu organisasi

dalam suatu pekerjaan dan mengalami rasa

meningkatkan iklim yang positif diantara

seorang integrative leader dalam konteks servant dan hasil dari komitmen tersebut ditentukan

kebermaknaan, antusiasme, kebanggaan,

anggota organisasi, lebih sopan, dan mau

leadership adalah harus mendengarkan orang pada bagaimana karyawan bekerja dan lama

inspirasi, dan tantangan.

bekerja sama dengan yang lain sehingga

yang dipimpinnya, mengerti apa yang masa bekerja.

c. Absorption: merupakan konsentrasi penuh

akan menciptakan lingkungan kerja yang

dan keseriusan seseorang dalam bekerja.

lebih menyenangkan.

dibutuhkan dan dikeluhkan bawahannya, serta

memberikan motivasi kepada bawahannya, Gallup, dalam survey Q12-nya tentang employee

d. Courtessy; perilaku yang menjaga hubungan

karena seorang integrative leader menunjukkan engagement ini, membagi karyawan dalam tiga

Organizational Citizenship Behavior

baik dengan rekan kerjanya agar terhindar

bahwa seorang pemimpin sejati tertarik untuk kategori dengan ciri-cirinya sebagai berikut

(OCB)

dari masalah–masalah interpersonal dengan

berperilaku yang baik yang dapat diikuti oleh (Crabtree, 2012):

Istilah lain dari organizational citizenship behavior

menunjukkan perilaku yang menghargai dan

(OCB) adalah extra role-behavior yaitu perilaku

memperhatikan orang lain.

orang yang dipimpin dengan melihat

kepribadian yang dimiliki oleh seorang karyawan bekerja dengan bersemangat dan

a. Karyawan yang terikat (engaged employees),

individu yang melebihi job description dalam

e. Civic Virtue/Organizational Participation;

integrative leader. Perilaku yang dicerminkan merasakan hubungan yang dalam dengan

tugasnya, melakukan pekerjaan di luar

perilaku yang mengindikasikan tanggung

dalam integrative leader sangat mempengaruhi organisasi, dan umumnya menjadi bagian

perannya dalam organisasi yang bermanfaat

jawab pada kehidupan organisasi, terlibat

perilaku extra-role pada bawahannya, karena dari lahirnya ide-ide inovatif yang

bagi kepentingan organisasi dan berakibat

dalam aktivitas organisasi dan peduli

bawahan cenderung meniru apa yang memajukan organisasi.

positif terhadap efektivitas organisasi, dan

terhadap kelangsungan hidup organisasi

dalam jangka panjang berdampak terhadap

(mengikuti perubahan dalam organisasi,

dilakukan oleh pemimpinnya.

H1: Integrative leadership berpengaruh positif employees): secara praktis mereka tidak lagi

b. Karyawan yang tidak terikat (not-engaged

kelangsungan hidup organisasi. Jadi OCB

mengambil inisiatif untuk

signifikan terhadap perilaku extra-role guru. memikirkan kemajuan organisasi, seperti

adalah sebuah kerelaan mengerjakan tugas

merekomendasikan bagaimana operasi atau

melebihi tugas pokoknya atau kerelaan

prosedur–prosedur organisasi dapat

orang yang tidur sambil berjalan,

mengerjakan tugas di luar tugas atau peran

diperbaiki, dan melindungi sumber–sumber

Hubungan Employee Engagement

melewatkan waktu untuk bekerja, tetapi

formal yang telah ditetapkan tanpa adanya

yang dimiliki oleh organisasi).

dengan Perilaku Extra-Role dan Kinerja

tidak cukup memberikan energi atau

permintaan dan reward secara formal dari

Konsep employee engagement erat kaitannya dengan Konsep employee engagement erat kaitannya dengan

(Robinson, et al.,2004). Artinya, perilaku extra-

terhadap pekerjaannya, organisasi, manajer,

role atau OCB seperti saling menolong dalam

Variabel Definisi Operasional

atau rekan kerja yang memberikan pengaruh

pekerjaan, datang tepat waktu, kehadiran yang

Indikator

untuk menambah discretionary effort dalam

baik, menggunakan waktu kerja dengan baik

Barbuto & pekerjaannya. Wellins dan Concelman (2005)

Integrative Praktek kepemimpinan yang Wisdom

4 indikator

Wheeler (2006) menyebut employee engagement sebagai kekuatan

dan memikirkan departemen lain adalah

Leadership berorientasi pada :1)character-

Humality

6 indikator

Page &Wong ilusif (komitmen terhadap organisasi,

bagian perwujudan dari keterikatan pegawai

orientation, berkenaan dengan

Altruistic calling

5 indikator

(2003) kebanggaan terhadap pekerjaan, pengerahan

pada organisasi.

sikap pemimpin; 2) people-

Emotional healing

4 indikator

H2:Employee engagement berpengaruh positif

orientation, berkenaan dengan

Persuasive mapping

5 indikator

waktu dan tenaga, passion dan ketertarikan)

signifikan terhadap perilaku extra-role guru.

pengembangan sumber daya

Organizational

5 indikator

yang memotivasi pegawai untuk performansi

manusia;3) task-orientation,

stewardship

tingkat yang lebih tinggi. Jadi tingkat employee

berkenaan dengan

engagement yang tinggi dapat memotivasi

Integrative Leadership

pencapaian produktivitas dan Service

5 indikator

pegawai untuk tigkat performansi yang lebih

keberhasilan; 4) Process-

Skala: skala

tinggi.

Perilaku E xtra-Role

orientation, berkenaan dengan

Likert dari 1

H2

sampai 5 poin. Hal ini diperkuat dengan pendapat Baumruk

peningkatan efisiensi

Employee Engagement

organisasi;

and Gorman (2006) bahwa engagement employee

Schaufeli et al. secara konsisten menunjukkan tiga prilaku

Employee

Menggambarkan sebagai

Vigor

6 indikator

(2002) umum dimana mampu meningkatkan

Engagement sikap positif seseorang

Dedication

5 indikator

Gambar 1. Model Penelitian

(pegawai) yang meliputi

Absorption

6 indikator

performa organisasi;

komitmen, keterlibatan dan

Skala: skala

a. Bekerja sama dengan serikat pekerja,

keterikatan terhadap nilai-

Likert dari 1

dan memperhatikan pegawai dan

Metodologi Penelitian

sampai 5 poin. pelanggan yang potensial;

nilai budaya dan pencapaian

keberhasilan organisasi

Podsakoff et al. bagian dalam organisasi walaupun

b. Pegawai memiliki hasrat untuk menjadi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

Organizatio- Merupakan perilaku yang

Altruism

3 indikator

(2000) memiliki peluang bekerja di tempat lain;

ini adalah pendekatan kuantitatif dengan

nal

melekat pada individu dalam Conscientiousness

3 indikator

metode survei yaitu penelitian yang mengambil

Citizenship organisasi, bersifat bebas dan Sportsmanship

3 indikator

Organ et.

al,(2006) usaha dan inisiatif untuk berkontribusi

c. Memperhatikan waktu ektra kerja pegawai,

sampel dari suatu populasi deng an

Behavior

sukarela melebihi ketentuan

Courtessy

3 indikator

meng gunakan kuesioner sebagai alat

(OCB)

peran yang dipersyaratkan

Civic Virtue

3 indikator

terhadap kesuksesan bisnis perusahaan.

pengumpul data. Pengambilan data primer

oleh organisasi dan

Skala: skala

dilakukan secara cross sectional study dengan

munculnya perilaku tersebut

Likert dari 1

sampai 5 poin. perilaku yang ditunjukkan seorang pegawai

Employee engagement mengandung pengertian

menggunakan kuesioner.

memberikan manfaat bagi

organisasi dimana perilaku

yang dapat mensinergikan waktu dan tenaga

Penelitian dilakukan di wilayah Kota Madiun

tersebut tidak berkaitan

yang dimiliki secara komit dan bertanggung

dan Kabupaten Madiun dengan obyek

langsung dengan sistem

jawab dalam bekerja secara efektif dan efisien

penelitian guru tetap SMA dan SMK Swasta

penghargaan organisasi

dalam meningkatkan performansi diri dan

Kota Madiun dan Kabupaten Madiun.

organisasi kearah yang lebih baikStudi empiris

Penentuan sampel menggunakan metode

Hasil Penelitian dan Pembahasan

dari 5 SMA dan 14 SMK di Kota Madiun dari 5 SMA dan 14 SMK di Kota Madiun

(Robinson, et al.,2004). Artinya, perilaku extra-

terhadap pekerjaannya, organisasi, manajer,

role atau OCB seperti saling menolong dalam

Variabel Definisi Operasional

atau rekan kerja yang memberikan pengaruh

pekerjaan, datang tepat waktu, kehadiran yang

Indikator

untuk menambah discretionary effort dalam

baik, menggunakan waktu kerja dengan baik

Barbuto & pekerjaannya. Wellins dan Concelman (2005)

Integrative Praktek kepemimpinan yang Wisdom

4 indikator

Wheeler (2006) menyebut employee engagement sebagai kekuatan

dan memikirkan departemen lain adalah

Leadership berorientasi pada :1)character-

Humality

6 indikator

Page &Wong ilusif (komitmen terhadap organisasi,

bagian perwujudan dari keterikatan pegawai

orientation, berkenaan dengan

Altruistic calling

5 indikator

(2003) kebanggaan terhadap pekerjaan, pengerahan

pada organisasi.

sikap pemimpin; 2) people-

Emotional healing

4 indikator

H2:Employee engagement berpengaruh positif

orientation, berkenaan dengan

Persuasive mapping

5 indikator

waktu dan tenaga, passion dan ketertarikan)

signifikan terhadap perilaku extra-role guru.

pengembangan sumber daya

Organizational

5 indikator

yang memotivasi pegawai untuk performansi

manusia;3) task-orientation,

stewardship

tingkat yang lebih tinggi. Jadi tingkat employee

berkenaan dengan

engagement yang tinggi dapat memotivasi

Integrative Leadership

pencapaian produktivitas dan Service

5 indikator

pegawai untuk tigkat performansi yang lebih

keberhasilan; 4) Process-

Skala: skala

tinggi.

Perilaku E xtra-Role

orientation, berkenaan dengan

Likert dari 1

H2

sampai 5 poin. Hal ini diperkuat dengan pendapat Baumruk

peningkatan efisiensi

Employee Engagement

organisasi;

and Gorman (2006) bahwa engagement employee

Schaufeli et al. secara konsisten menunjukkan tiga prilaku

Employee

Menggambarkan sebagai

Vigor

6 indikator

(2002) umum dimana mampu meningkatkan

Engagement sikap positif seseorang

Dedication

5 indikator

Gambar 1. Model Penelitian

(pegawai) yang meliputi

Absorption

6 indikator

performa organisasi;

komitmen, keterlibatan dan

Skala: skala

a. Bekerja sama dengan serikat pekerja,

keterikatan terhadap nilai-

Likert dari 1

dan memperhatikan pegawai dan

Metodologi Penelitian

sampai 5 poin. pelanggan yang potensial;

nilai budaya dan pencapaian

keberhasilan organisasi

Podsakoff et al. bagian dalam organisasi walaupun

b. Pegawai memiliki hasrat untuk menjadi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

Organizatio- Merupakan perilaku yang

Altruism

3 indikator

(2000) memiliki peluang bekerja di tempat lain;

ini adalah pendekatan kuantitatif dengan

nal

melekat pada individu dalam Conscientiousness

3 indikator

metode survei yaitu penelitian yang mengambil

Citizenship organisasi, bersifat bebas dan Sportsmanship

3 indikator

Organ et.

al,(2006) usaha dan inisiatif untuk berkontribusi

c. Memperhatikan waktu ektra kerja pegawai,

sampel dari suatu populasi deng an

Behavior

sukarela melebihi ketentuan

Courtessy

3 indikator

meng gunakan kuesioner sebagai alat

(OCB)

peran yang dipersyaratkan

Civic Virtue

3 indikator

terhadap kesuksesan bisnis perusahaan.

pengumpul data. Pengambilan data primer

oleh organisasi dan

Skala: skala

dilakukan secara cross sectional study dengan

munculnya perilaku tersebut

Likert dari 1

sampai 5 poin. perilaku yang ditunjukkan seorang pegawai

Employee engagement mengandung pengertian

menggunakan kuesioner.

memberikan manfaat bagi

organisasi dimana perilaku

yang dapat mensinergikan waktu dan tenaga

Penelitian dilakukan di wilayah Kota Madiun

tersebut tidak berkaitan

yang dimiliki secara komit dan bertanggung

dan Kabupaten Madiun dengan obyek

langsung dengan sistem

jawab dalam bekerja secara efektif dan efisien

penelitian guru tetap SMA dan SMK Swasta

penghargaan organisasi

dalam meningkatkan performansi diri dan

Kota Madiun dan Kabupaten Madiun.

organisasi kearah yang lebih baikStudi empiris

Penentuan sampel menggunakan metode

Hasil Penelitian dan Pembahasan

dari 5 SMA dan 14 SMK di Kota Madiun

EE2

r hitung > r tabel Valid

Tabel 2. Jumlah Kuesioner yang Diolah

EE3

r hitung > r tabel Valid

EE4

r hitung > r tabel Valid

SMA/SMK

Kuesioner

Kuesioner yang

r hitung > r tabel Valid

yang

tidak Dapat

yang Dapat

EE6

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel

Valid

1 Kota Madiun

r hitung > r tabel Valid

2 Kabupaten Madiun tabel 112 25 87 EE10 0,726 r > r Valid

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid

Sumber: Data primer, 2015 EE13

r hitung > r tabel Valid

EE14

r hitung > r tabel

Valid

Hasil Uji Validitas Instrumen

Dari hasil pengujian validitas (tabel 3) untuk

EE15

r hitung > r tabel Valid

1) Uji Validitas Variabel Integrative Leadership

item pernyataan pengukuran variabel servant

EE16

r hitung > r tabel Valid

Menurut Ghozali (2006) uji validitas

leadership yang disajikan pada tabel 3 diketahui

EE17

r hitung > r tabel Valid

digunakan untuk mengukur sah atau valid

bahwa semua item dinyatakan valid karena nilai

EE18

r hitung > r tabel Valid

tidaknya suatu kuesioner. Nilai r tabel dapat

r >r (0,311). hitung tabel

Sumber: Output SPSS

diperoleh dari (df) = n – 2 adalah 319-2 = 317 didapat r (a =0,025)= 0,311. tabel

Dari hasil pengujian validitas untuk item

engagement yang disajikan pada tabel 4 diketahui

bahwa semua item dinyatakan valid karena nilai Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Integrative Leadership

pernyataan pengukuran variabel employee

r >r (0,311). hitung tabel

Uji Validitas Variabel Organizational

Item

Nilai Nilai r tab e l

Item

Nilai

Nilai r tab e l

Keterangan

Variabel r h itu ng α=0,025 = 0,311 Variabel r h itu ng α=0,025 = 0,311 Citizenship Behavior atau Perilaku Extra- Role

IL1 0,480 r hitung > r tabel

IL21

r hitung > r tabel Valid

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel OCB

IL2

0,611 r hitung > r tabel IL22

r hitung > r tabel Valid

IL3

0,583 r hitung > r tabel IL23

r hitung > r tabel Valid

Item

Nilai Nilai r tab e l

Item

Nilai

Nilai r tab e l

Keterangan

IL4

0,630 r hitung > r tabel IL24

r hitung > r tabel Valid

Variabel r h itu ng α=0,025 = Variabel r h itu ng α=0,025

IL5

0,644 r hitung > r tabel IL25

r hitung > r tabel

r hitung > r tabel Valid IL7

0,411 r hitung > r tabel IL26

r hitung > r tabel Valid

OCB1

0,641 r hitung > r tabel

OCB10

0,502 r hitung > r tabel

IL27

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid IL8

OCB2

0,505 r hitung > r tabel OCB11

0,657 r hitung > r tabel IL28

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid IL9

OCB3

0,537 r hitung > r tabel OCB12

0,491 r hitung > r tabel IL29

r hitung > r tabel Valid

OCB4

0,672 r hitung > r tabel OCB13

r hitung > r tabel

Valid

IL10

0,601 r hitung > r tabel IL30

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r IL11 tabel 0,559 r > r IL31 0,621 r > r Valid Valid IL12

OCB5

0,702 r hitung > r tabel OCB14

r hitung > r tabel Valid IL13

0,653 r hitung > r tabel IL32

r hitung > r tabel Valid

OCB6

0,525 r hitung > r tabel OCB15

r hitung > r tabel Valid IL14

0,585 r hitung > r tabel

IL33

r hitung > r tabel

Valid

OCB7

0,646 r hitung > r tabel

OCB16

0,554 r hitung > r tabel IL34

r hitung > r tabel Valid

OCB8

0,702 r hitung > r tabel OCB17

r hitung > r tabel Valid

EE2

r hitung > r tabel Valid

Tabel 2. Jumlah Kuesioner yang Diolah

EE3

r hitung > r tabel Valid

EE4

r hitung > r tabel Valid

SMA/SMK

Kuesioner

Kuesioner yang

r hitung > r tabel Valid

yang

tidak Dapat

yang Dapat

EE6

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel

Valid

1 Kota Madiun

r hitung > r tabel Valid

2 Kabupaten Madiun tabel 112 25 87 EE10 0,726 r > r Valid

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid

Sumber: Data primer, 2015 EE13

r hitung > r tabel Valid

EE14

r hitung > r tabel

Valid

Hasil Uji Validitas Instrumen

Dari hasil pengujian validitas (tabel 3) untuk

EE15

r hitung > r tabel Valid

1) Uji Validitas Variabel Integrative Leadership

item pernyataan pengukuran variabel servant

EE16

r hitung > r tabel Valid

Menurut Ghozali (2006) uji validitas

leadership yang disajikan pada tabel 3 diketahui

EE17

r hitung > r tabel Valid

digunakan untuk mengukur sah atau valid

bahwa semua item dinyatakan valid karena nilai

EE18

r hitung > r tabel Valid

tidaknya suatu kuesioner. Nilai r tabel dapat

r >r (0,311). hitung tabel

Sumber: Output SPSS

diperoleh dari (df) = n – 2 adalah 319-2 = 317 didapat r (a =0,025)= 0,311. tabel

Dari hasil pengujian validitas untuk item

engagement yang disajikan pada tabel 4 diketahui

bahwa semua item dinyatakan valid karena nilai Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Integrative Leadership

pernyataan pengukuran variabel employee

r >r (0,311). hitung tabel

Uji Validitas Variabel Organizational

Item

Nilai Nilai r tab e l

Item

Nilai

Nilai r tab e l

Keterangan

Variabel r h itu ng α=0,025 = 0,311 Variabel r h itu ng α=0,025 = 0,311 Citizenship Behavior atau Perilaku Extra- Role

IL1 0,480 r hitung > r tabel

IL21

r hitung > r tabel Valid

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel OCB

IL2

0,611 r hitung > r tabel IL22

r hitung > r tabel Valid

IL3

0,583 r hitung > r tabel IL23

r hitung > r tabel Valid

Item

Nilai Nilai r tab e l

Item

Nilai

Nilai r tab e l

Keterangan

IL4

0,630 r hitung > r tabel IL24

r hitung > r tabel Valid

Variabel r h itu ng α=0,025 = Variabel r h itu ng α=0,025

IL5

0,644 r hitung > r tabel IL25

r hitung > r tabel

r hitung > r tabel Valid IL7

0,411 r hitung > r tabel IL26

r hitung > r tabel Valid

OCB1

0,641 r hitung > r tabel

OCB10

0,502 r hitung > r tabel

IL27

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid IL8

OCB2

0,505 r hitung > r tabel OCB11

0,657 r hitung > r tabel IL28

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r tabel Valid IL9

OCB3

0,537 r hitung > r tabel OCB12

0,491 r hitung > r tabel IL29

r hitung > r tabel Valid

OCB4

0,672 r hitung > r tabel OCB13

r hitung > r tabel

Valid

IL10

0,601 r hitung > r tabel IL30

r hitung > r tabel Valid

r hitung > r IL11 tabel 0,559 r > r IL31 0,621 r > r Valid Valid IL12

OCB5

0,702 r hitung > r tabel OCB14

r hitung > r tabel Valid IL13

0,653 r hitung > r tabel IL32

r hitung > r tabel Valid

OCB6

0,525 r hitung > r tabel OCB15

r hitung > r tabel Valid IL14

0,585 r hitung > r tabel

IL33

r hitung > r tabel

Valid

OCB7

0,646 r hitung > r tabel

OCB16

0,554 r hitung > r tabel IL34

r hitung > r tabel Valid

OCB8

0,702 r hitung > r tabel OCB17

r hitung > r tabel Valid

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas

integrative leadership berpengaruh positif

perilaku dalam konteks pelayanan dalam

Variabel

Alp h a

Cro nb ac h Keterangan

signifikan terhadap perilaku extra-role guru,

suatu kegiatan dengan rekan kerja dan

kebutuhan para pengikut (follower) dalam

organisasi serta yang dapat memberikan Integrative Leadership

b)Pengaruh Employee Engagement terhadap

manfaat bagi organisasi dan pengikutnya. Employee Engagement

Perilaku Extra-Role

Perilaku pemimpin yang mencerminkan Perilaku Extra-Role

Berdasarkan tabel 4 nilai koefisien regresi

s ervant leader di organisasi pendidikan Sumber: Output SPSS

employee engagement (EE) pada model 1 sebesar

0,513 dengan nilai t hitung sebesar

sangat mempengaruhi perilaku extra-role

pada guru, karena para guru cenderung Profil responden penelitian yang meliputi jenis

10,931>1,980 dengan nilai signifikansi

menir u apa yang dilakukan oleh kelamin dan tingkat pendidikan disajikan pada

sebesar 0,000< 0,05 maka hipotesis (H2):

pemimpinnya. Dengan demikian, dapat tabel 7 berikut.

employee engagement berpengaruh positif

signifikan terhadap perilaku extra-role guru,

disimpulkan bahwa apabila pemimpin

memiliki jiwa melayani follower dengan Tabel 7. Profil Responden

diterima.

ketulusan dan memberikan contoh

Keterangan

Jumlah (Orang)

Presentase (%)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

perilaku extra-role yang baik, maka hal ini

Jenis Kelamin

dapat menumbuhkan perilaku extra-role

Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui

pula pada bawahannya.

bahwa semua hipotesis yang diajukan diterima.

Tingkat Pendidikan

Pada bagian ini disajikan pembahasan atas hasil

b. Pengaruh Employee Engagement terhadap

Strata 1 (S1)

analisis kuantitatif regresi linier berganda,

Perilaku Extra-Role

Strata 2 (S2)

dengan menggunakan pendekatan teoritis.

Engagement merupakan variabel yang

Jumlah

berpengaruh terhadap produktivitas Sumber: Data primer, 2015

a. Pengaruh Integrative Leadership terhadap

Perilaku Extra-Role

(kinerja), sehingga amat penting bagi

pengelola organisasi untuk berfokus Jika dilihat dari jenis kelamin sebanyak 41%

Dari hasil uji hipotesis diperolah hasil

meningkatkan engagement anggota organisasi responden berjenis kelamin laki-laki dan 59%

Pengujian hipotesis dengan menggunakan

variabel integrative leadership model

dalam bekerja. Employee engagement dilihat berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari

pengujian nilai statistik t. Pengujian dengan

berpengaruh secara signifikan terhadap

dari aspek vigor, dedication, dan absorption; tingkat pendidikan sebagian besar responden

menggunakan uji t dengan melihat apakah

perilaku extra-role dengan arah positif. Hasil

merupakan konsentrasi penuh dan (91,85%) memiliki tingkat pendididkan strata 1

nilai-nilai koefisien yang diperoleh berbeda

penelitian ini sejalan Srimulyani

keseriusan seseorang dalam bekerja. Dari (S1) dan sebagian kecil (8,15%) memiliki

secara signifikan atau tidak antara t hitung dan

sebelumnya (2012) ditemukan pengaruh

hasil uji hipotesis diperolah bahwa employee tingkat pendidikan strata 2 (S2). Berdasarkan

t tabel pada tingkat keyakinan 5% (α=0,05).

signifikan kepemimpinan transformasional

engagement berpengaruh secara signifikan tujuan penelitian, pengujian hipotesis

Nilai-nilai koefisien regresi dan t- hitungnya

terhadap OCB dan Vondey (2010)

terhadap perilaku extra-role, dengan arah pengaruh secara parsial, alat uji yang digunakan

(CR) diestimasi dari hasil analisis regresi, yang

membuktikan bahwa servant leadership

positif. Kekuatan pendorong dibalik adalah uji t .

diolah dengan SPSS versi 18 dapat dilihat pada

berhubungan OCB, serta mendukung Mira

tabel 8 berikut.

dan Margaretha (2012) menemukan bahwa

popularitas dari employee engagement bahwa

terdapat dampak positif untuk organisasi Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Regresi

servant leadership berpengaruh signifikan

terhadap perilaku extra-role. Perilaku extra-

(Saks, 2006). Hasil penelitian ini

role dapat didefinisikan sebagai perilaku

mendukung Saragih dan Margaretha (2013)

Stand ard ize d T

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas

integrative leadership berpengaruh positif

perilaku dalam konteks pelayanan dalam

Variabel

Alp h a

Cro nb ac h Keterangan

signifikan terhadap perilaku extra-role guru,

suatu kegiatan dengan rekan kerja dan

kebutuhan para pengikut (follower) dalam

organisasi serta yang dapat memberikan Integrative Leadership

b)Pengaruh Employee Engagement terhadap

manfaat bagi organisasi dan pengikutnya. Employee Engagement

Perilaku Extra-Role

Perilaku pemimpin yang mencerminkan Perilaku Extra-Role

Berdasarkan tabel 4 nilai koefisien regresi

s ervant leader di organisasi pendidikan Sumber: Output SPSS

employee engagement (EE) pada model 1 sebesar

0,513 dengan nilai t hitung sebesar

sangat mempengaruhi perilaku extra-role

pada guru, karena para guru cenderung Profil responden penelitian yang meliputi jenis

10,931>1,980 dengan nilai signifikansi

menir u apa yang dilakukan oleh kelamin dan tingkat pendidikan disajikan pada

sebesar 0,000< 0,05 maka hipotesis (H2):

pemimpinnya. Dengan demikian, dapat tabel 7 berikut.

employee engagement berpengaruh positif

signifikan terhadap perilaku extra-role guru,

disimpulkan bahwa apabila pemimpin

memiliki jiwa melayani follower dengan Tabel 7. Profil Responden

diterima.

ketulusan dan memberikan contoh

Keterangan

Jumlah (Orang)

Presentase (%)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

perilaku extra-role yang baik, maka hal ini

Jenis Kelamin

dapat menumbuhkan perilaku extra-role

Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui

pula pada bawahannya.

bahwa semua hipotesis yang diajukan diterima.

Tingkat Pendidikan

Pada bagian ini disajikan pembahasan atas hasil

b. Pengaruh Employee Engagement terhadap

Strata 1 (S1)

analisis kuantitatif regresi linier berganda,

Perilaku Extra-Role

Strata 2 (S2)

dengan menggunakan pendekatan teoritis.

Engagement merupakan variabel yang

Jumlah

berpengaruh terhadap produktivitas Sumber: Data primer, 2015

a. Pengaruh Integrative Leadership terhadap

Perilaku Extra-Role

(kinerja), sehingga amat penting bagi

pengelola organisasi untuk berfokus Jika dilihat dari jenis kelamin sebanyak 41%

Dari hasil uji hipotesis diperolah hasil

meningkatkan engagement anggota organisasi responden berjenis kelamin laki-laki dan 59%

Pengujian hipotesis dengan menggunakan

variabel integrative leadership model

dalam bekerja. Employee engagement dilihat berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat dari

pengujian nilai statistik t. Pengujian dengan

berpengaruh secara signifikan terhadap

dari aspek vigor, dedication, dan absorption; tingkat pendidikan sebagian besar responden

menggunakan uji t dengan melihat apakah

perilaku extra-role dengan arah positif. Hasil

merupakan konsentrasi penuh dan (91,85%) memiliki tingkat pendididkan strata 1

nilai-nilai koefisien yang diperoleh berbeda

penelitian ini sejalan Srimulyani

keseriusan seseorang dalam bekerja. Dari (S1) dan sebagian kecil (8,15%) memiliki

secara signifikan atau tidak antara t hitung dan

sebelumnya (2012) ditemukan pengaruh

hasil uji hipotesis diperolah bahwa employee tingkat pendidikan strata 2 (S2). Berdasarkan

t tabel pada tingkat keyakinan 5% (α=0,05).

signifikan kepemimpinan transformasional

engagement berpengaruh secara signifikan tujuan penelitian, pengujian hipotesis

Nilai-nilai koefisien regresi dan t- hitungnya

terhadap OCB dan Vondey (2010)

terhadap perilaku extra-role, dengan arah pengaruh secara parsial, alat uji yang digunakan

(CR) diestimasi dari hasil analisis regresi, yang

membuktikan bahwa servant leadership

positif. Kekuatan pendorong dibalik adalah uji t .

diolah dengan SPSS versi 18 dapat dilihat pada

berhubungan OCB, serta mendukung Mira

tabel 8 berikut.

dan Margaretha (2012) menemukan bahwa

popularitas dari employee engagement bahwa

terdapat dampak positif untuk organisasi Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Regresi

servant leadership berpengaruh signifikan

terhadap perilaku extra-role. Perilaku extra-

(Saks, 2006). Hasil penelitian ini

role dapat didefinisikan sebagai perilaku

mendukung Saragih dan Margaretha (2013)

Stand ard ize d T

Hughes dan Rog (2008) employee

http://www.forbes.com/sites/kevinkru engagement adalah hubungan emosional

dapat diperbaiki pada studi lanjutan. Penelitian

increasing loyalty. San Fransisco: Jossey

se/2012/06/22/employee- dan intelektual yang tinggi yang dimiliki

ini menguji dan menganalisis dampaknya

Bass.

engagement-what-and- oleh karyawan terhadap pekerjaannya,

employee engagement terhadap perilaku extra-role

Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate

why/#21f2681b4629]. (Diakses pada 10 organisasi, manajer, atau rekan kerja

para guru tetap di SMA dan SMK Swasta se

dengan SPSS. Cetakan keempat. Badan

April 2016). (Diakses pada 30 Juni 2014). yang memberikan pengaruh untuk

Kota dan Kabupaten Madiun, sehingga untuk

Penerbit Universitas Diponegoro.

Liden, R.C., Wayne, S.J. & Sparrowe, R.T. menambah discretionary effort dalam

penelitian selanjutnya dapat memperluas

Semarang.

(2000). An examination of the mediating pekerjaannya. Hal ini mengindikasikan

obyek penelitian pada SMA/SMK Negeri,

Gordon, H .P. (2006). Recrafting work: a model for

role of psychological empowerment on bahwa hubungan yang baik para guru

sehingga dapat dilakukan analisis

workplace: engagement and meaning.

the relations between the job, dengan pekerjaan yang menjadi

perbandingan tentang employee engagement dan

[Diunduh

dari

interpersonal relationships, and work tanggung jawabnya, organisasi tempat

OCB dan pengaruhya terhadap kinerja guru

http://repository.upenn.edu/cgi/viewc

outcomes. Journal of Applied Psychology, para guru bekerja, kepala sekolah yang

antara SMA/SMK Swasta dengan SMA/SMK

ontent.cgi?article=1006&context=map

Negeri. Sejauhmana hasil studi ini dapat

p_capstone]. (Diakses pada 30 Juni

85(3), 407-416.

memberikan dukungan dan nasehat,

Organ, D. W. (2005). Organizational citizenship atau rekan kerja yang saling mendukung

digeneralisasikan pada pegawai lain tidak dapat

behavior. its nature, antecendents and membuat para guru dapat memberikan

diketahui, karena data pada studi ini bersifat

Hewitt Assosiate. (2008). Leadership

consequences. California: Sage upaya terbaik yang melebihi persyaratan

cross-cross-sectional dan memiliki rujukan hasil-

Opportunities: Increased Bottom Line Results

hasil studi empiris, kesimpulan yang

Through Improve Staff Engagement. Modul.

Publications, Inc.

dari suatu pekerjaan. Perilaku individu

Page, D., & Wong, T. P. (2003). Servant leadership: dalam memberikan upaya terbaik

menunjukkan kausalitas dapat dipertanyakan

Hughes, J. C., & Rog, E. (2008). Talent

an opponent-process model and the revised melebihi persyaratan dari suatu