Kejadian ISPA Jenis Lantai Tidak ISPA ISPA Jumlah

  

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA

PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE

KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Junitje I. Pangemanan*, Oksfriani J.Sumampouw*, Rahayu H. Akili*

  • Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

  ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas di dunia. Tingkat mortalitas ISPA tertinggi pada bayi, anak-anak, dan lanjut usia.

  

Kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane pada bulan Januari-Maret

2016 sebanyak 137 kasus.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara

kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane

Kabupaten Kepulauan Talaud.

Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Dilaksanakan pada

bulan Juli 2016 di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Jumlah

sampel sebanyak 100 responden dari 763 total populasi. Variabel penelitian yaitu jenis lantai

rumah, pencahayaan rumah, ventilasi rumah, dan kejadian ISPA. Analisis data mencakup analisis

univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi square . Nilai koofisien (α)

dalam penelitian ini adalah 5 % atau sebesar 0,05, sehingga jika ni lai probabilitas (ρ value) hasil

uji statistik lebih dari nilai α maka variable tersebut dinyatakan tidak berhubungan sebaliknya

jika ρ value kurang dari nilai α maka varibel tersebut dinyatakan berhubungan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara luas ventilasi dengan

kejadian ISPA p = 0.598, dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pencahayaan dengan

kejadian ISPA p = 0.390 . Terdapat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA p =

0.046.

Terdapat hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita, Tidak terdapat

hubungan antara Ventilasi rumah dan pencahayaan rumah dengan kejadian ISPA pada balita.

Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang faktor resiko penyakit

ISPA balita.

  Kata Kunci :Lantai, Ventilasi, Pencahayaan, ISPA, Balita. ABSTRACT

upper respiratory infection (ARI) is one of the major causes of morbidity and mortality in the

world. ARI mortality rate highest in infants, children, and elderly. the incidence of Acute

Respiratory Infections in Toddlers in Puskesmas Melonguane in January until the premises in

March 2016 as many as 137 cases. the purpose of this study is to analyze the relationship between

physical condition and ARI in infants in the working area health centers Melonguane Talaud

district.

This study is an analytic survey with cross sectional study. held in July 2016 in Puskesmas

Melonguane Talaud district. the number of samples in this study were 100 respondents from a

total population of 763. which became the research variables are the type of home floor, the

lighting in the house and ventilation in the house.data analysis include univariate and bivariate

analysis. for the bivariate analysis the researchers used statistical test analysis chy square.

coefficient value in the study of 0.05 or 5%. If the p-value is more than the value of the variable

coefficient is not related to the reverse if the p-value is less than the value of the coefficient of the

variable is declared interconnected.

The results showed there was no correlation between the area of ventilation with ARI in infants (p

value = 0.598). There was no relationship between the lighting conditions with ARI in infants

where the p value = 0.390 and for variable floor condition associated with ARI in infants (p value

= 0.046)

There is a relationship between the state storeyhouse with ARI in young children, there is no

relationship between lighting with ARI in young children, and there is no relationship between

ventilation with ARI in infants. Health Department and Community Health Center to do

counseling about risk factors ISPA to the public.

  PENDAHULUAN

  Ditinjau dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Soemirat, 2007). Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada anak balita. Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, prevalensi ISPA di Indonesia padatahun 2013 adalah 25%, tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013). Sedangkan menurut provinsi, periode prevalensi Sulawesi Utara yaitu 24,7% (Kemenkes, 2013).

METODE PENELITIAN

  Sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian

  ISPA pada balita meliputi kepadatan penghuni, ventilasi, dan penerangan alami. Hubungan antara penyakit dengan tempat menunjukan adanya faktor yang mempunyai arti yang penting sebagai penyebab timbulnya penyakit Notoatmodjo (2003).

  Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Melonguane Kabupaten kepualuan Talaud bahwa pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada anak masih dikatakan kurang baik. Data laporan bulanan dari Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA) tahun 2015, bahwa Penyakit ISPA dan penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas menduduki peringkat pertama pada sepuluh penyakit terbesar yaitu 447 kasus balita, dan pada bulan januari sampai dengan bulan April 2016 terdapat 137 kasus balita.

  Kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini bisa membantu Pemerintah dan masyarakat Kecamatan Melonguane untuk dapat melakukan pemecahan masalah tentang kejadian ISPA.

  Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian survey

  analitik sectional studi atau potong

  lintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.

  Populasi dalam penelitian ini yaitu anak balita yang berada di wilayah kerja

  Puskesmas Melonguane Kabupaten balita dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 balita dengan ibu balita sebagai respondennya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu jenis lantai rumah, pencahayaan rumah, ventilasi rumah, dan kejadian ISPA. Analisis data dalam penelitian ini mencakup analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  46

  %

  Pencahayaan Rumah

  Tidak Memenuhi Syarat

  21

  52.5

  25

  41.7

  46 0,390

  35

  Memenuhi Syarat

  19

  47.5

  35

  58.3

  54

  54 Jumlah 40 100 60 100 100 100

  35 Jumlah 40 100 60 100 100 100

  Nilai koofisien (α) dalam penelitian ini adalah 5 % atau sebesar 0,05, sehingga jika nilai probabilitas (ρ

  value

  25

  ) hasil uji statistik lebih dari nilai α maka variable tersebut dinyatakan tidak berhubungan sebaliknya jika ρ value kurang dari nilai α maka varibel tersebut dinyatakan berhubungan. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara, observasi, dan pengukuran dengan menggunakan Roll

  meter dan Lux meter terhadap kondisi fisik rumah sebagai subjek penelitian.

  Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud, dan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa dilihat dari pendidikan terakhir ibu terbanyak didapatkan pada pendidikan SMP yaitu 56 orang (56%). Dilihat dari jenis kelamin balita didapatkan pada perempuan yaitu 51 orang (51%), dan rentang usia balita 21 -40 bulan terbanyak yaitu 53 orang (53 %).

  Tabel 1 Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA

  Kondisi Fisik Rumah Kejadian ISPA Jenis Lantai Tidak ISPA

  ISPA Jumlah P Value n % n % n %

  Tidak Memenuhi Syarat

  62.5

  20

  40

  66.7

  65

  65 0,046

  Memenuhi Syarat

  15

  37.5

  33.3

  Ventilasi Rumah

   Karakteristik Subjek Penelitian

  Dalam penelitian ini memang tidak ditemukan hubungan antara

  ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane. Berbeda dengan hasil penelitian Nur dan Lilis (2004) berarti ada hubungan antara penerangan alami dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Penjaringan Sari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya Tahun 2004.

  Hasil analisis diperoleh nilai p = 0,390 yang berarti tidak ada hubungan antara pencahayaan rumah dengan kejadian

  c. Hubungan antara Pencahayaan Rumah dengan Kejadian ISPA

  ISPA.

  ISPA pada balita. Dimana rumah yang memiliki jenis lantai keramik atau ubin cenderung lebih baik karena mudah dibersihkan dan tidak lembab. Sebaliknya lantai yang hanya dicor cenderung lembab, tidak kedap air, dan bisa menjadi tempat berkembang- biaknya bakteri atau virus penyebab

  ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud ada hubungan yang bermakna dengan nilai (ρ= 0,000). Jenis lantai rumah mempengaruhi Kejadian

  yang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Melonguane masih memiliki lantai rumah semen. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Bee.,dkk (2014) menunjukkan bahwa kondisi lantai rumah dengan kejadian

  0,046, disebabkan karena lantai rumah

  Berdasarkan hasil uji bivariat yang dilakukan, menunjukkan terdapat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita yaitup =

  Berdasarkan pendidikan terakhir Ibu yang memiliki balita yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu sebanyak 56% responden, sedangkan responden yang tidak sekolah tidak ada. Jenis kelamin balita perempuan lebih banyak yaitu 51 orang ( 51%). Jenis kelamin balita bukan merupakan determinan dari kejadian ISPA pada balita ( Rahayu dkk, 2005 ). Usia balita dengan rentang usia antara 21-40 bulan yang paling banyak yaitu berjumlah 53 balita ( 53% ).

  92 Jumlah 40 100 60 100 100 100 a.

  Tidak Memenuhi Syarat

  92

  90

  54

  95

  38

  Memenuhi Syarat

  8 0,598

  8

  10

  6

  5

  2

b. Hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA

  pada balita. Perbedaan hasil penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Dijelaskan sebelumnya bahwa kondisi atau letak rumah di tempat penelitian mempengaruhi pengukuran saat penelitian. Pencahayaan alami tentunya sangat ditentukan oleh sinar matahari yang artinya proses penelitian atau pengukuran sangat bergantung pula pada cuaca atau situasi saat penelitian.

  Faktor kondisi balita juga merupakan determinan mengapa variabel pencahayaan dalam penelitian ini tidak mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita. Balita yang memiliki sistim imun yang baik tidak akan mudah terjangkit penyakit.

  Berdasarkan hasil yang di peroleh tidak terdapat hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita dimana ρ sebesar 0,598> α (0,05). Berbeda dengan hasil penelitian Oktaviani (2009) didapatkan nilai p (0,046) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di desa Cepogo kecamatan Cepogo Kab. Boyolali dan didukung juga dengan penelitian Bee, dkk (2014) yang memperoleh hasil nilai p =0,000, yang menujukan bahwa ada hubungan antara

  ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud

  Secara umum ventilasi rumah masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud telah memenuhi syarat dari segi rasio antara luas ventilasi dengan luas lantai. Masalahnya adalah ventilasi yang dibuat memiliki model tertutup oleh kaca, sehingga udara tidak bisah keluar masuk dengan baik. Variabel ventilasi ini juga tidak berpengaruh terhadap kejadian ISPA dikarenakan beberapa faktor penyebab terjadinya ISPA yang telah dijelaskan. Selain itu factor imunisasi pada balita juga mempengaruhi terjadinya

  ISPA. Pengetahuan ibu terhadap kesehatan termasuk didalamnya bahaya penyakit

d. Hubungan antara Ventilasi rumah dengan Kejadian ISPA

  ISPA pada balita sangat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan se- bagai berikut:

  1. Terdapat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.

  2. Tidak terdapat hubungan antara Pencahayaan dengan kejadian

  ISPA pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.

  3. Tidak terdapat hubungan antara Ventilasi Rumah dengan kejadian

  RI. Notoadmojo S, 2003. Ilmu Kesehatan

  Riskesdas.2013. Badan Penelitian dan

  Penyakit Saluran Pernafasan Penduduk Sekitar Daerah Industri . Surabaya: Poltekes Surabaya.

  ME. 2005. Risiko Terjadinya

  Muhamadiyah Surakarta. Rahayu SCM, Muchson M, dan Prastiwi

  Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa) Pada Balita Di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali . Tesis. Universitas

  Oktaviani. 2009. Hubungan Antara

  Masyarakat. Jakarta: PT Rineke Cipta

  Pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) . Jakarta: Kemenkes

  ISPA pada balita di wilayah Kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.

  Kemenkes.2013. Badan Penelitian dan

  Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2014 (On fkm.unsrat.ac.id/wp- content/uploads/2014/11/JURNA L-LILI-FIX-1.pdfline)

  Sinolungn. 2014 Hubungan

  DAFTAR PUSTAKA Bee L. W., R. H. Akili, J. V. S.

  3. Bagi peneliti selanjutnya, agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu data dasar untuk acuan dan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya yaitu dengan mengganti variable selain yang telah diteliti disini.

  2. Diharapkan orang tua menghindari balita terpajan dengan faktor resiko lainnya penyebab ISPA seperti asap rokok dan melakukan imunisasi secara lengkap terhadap balita.

  1. Diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud agar dapat meningkatkan penyuluhan- penyuluhan tentang kesehatan terutama yang menyangkut dengan penyakit ISPA.

  SARAN

  Pengembangan kesehatan

  kementrian kesehatan RI

  . Jakarta: Kemenkes RI. Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan.

  Gajah Mada University Press. Jogjakarta

  Yusup., Sulistyorini. 2004. Hubungan

  

Sanitasi Rumah Secara Fisik

Dengan Kejadian Ispa Pada

Balita . (Jurnal) Vol. 1: 2 halaman 10-120 Januari 2015.