Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik Pembuatan Batu Bata (Studi Kasus: Kulim, Pekanbaru)
Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik
Pembuatan Batu Bata
(Studi Kasus: Kulim, Pekanbaru)
1
2 Yenita Morena , Merry Siska
1 Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
2 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau
1
2
morenauin@yahoo.co.id , merrysiska@yahoo.com
Tel : 0813 6562 5579
Abstrak
Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi denganmemanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan
untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Kekurangan dari
tata letak yang ada pada pabrik batu bata Pak Simun adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja
yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja
terlihat pada stasiun kerja tungku yang letaknya berjauhan dengan tempat penjemuran batu bata
kering. Apalagi proses pemindahan batu bata yang telah dicetak di meja kerja pada stasiun kerja
pencetakan dilakukan secara manual.Ketidakteraturan kondisi tata letak yang ada sekarang dapat berimbas terhadap
terjadinya aliran material yang tidak sempurna sehingga memerlukan perancangan tata letak
baru untuk mengatur ulang jalur lalu lintas material/barang yang lebih sesuai dengan fungsi
masing-masing stasiun kerja. Penyelesaian permasalahan tata letaknya menggunakan metode
yang memperhitungkan derajat kedekatan antar stasiun kerja, membangun atau mengubah tata
letak dengan mencari total jarak tempuh yang minimal dilalui dalam perpindahan material dalam
menemukan solusi terbaik.Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh persentase penurunan panjang lintasan material
handling layout alternatif 1 dengan layout awal adalah sebesar 74.8%, sedangkan persentase
penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dengan layout awal adalah sebesar
69.5%. Hal ini membuktikan bahwa layout alternatif 1 lebih optimal dibandingkan dengan layout awal
dan layout alternatif 2. Hasil ini diperoleh karena tata letak pada layout awal dan layout alternatif 2
terlalu jauh antara stasiun satu dengan stasiun lainnya sehingga lintasan material handling menjadi
tidak optimal. Dengan demikian, perancangan ulang layout awal telah mengurangi panjang lintasan
meterial handling proses produksi yang sekaligus dapat mengurangi waktu dan biaya proses
produksi.Kata Kunci : Perancangan, Tata Letak, Batu Bata, Material Handling
1. Pendahuluan
Perkembangan sistem manufaktur berdampak pada persaingan perusahaan yang cukup ketat. Permasalahan industri tidak hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam, sistem dan prosedur produksi, namun menyangkut pula dalam perencanaan fasilitas, baik permasalahan fasilitas maupun menyangkut rancangan fasilitas (Susetyo, 2010). Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Wingjosoebroto, 1996). Tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi. Tujuan perancangan tata letak fasilitas yaitu untuk menentukan bagaimana koordinasi dari setiap fasilitas produksi diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian efisiensi dan efektifitas operasi kegiatan produksi.
Pabrik pembuatan bata bata merupakan suatu usaha yang memproduksi batu bata. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata.
Salah satu industri kecil pembuatan yang ada di sentra pembuatan batu bata Kulim adalah pabrik batu bata milik Pak Simun yang terletak di Jalan Hang Tuah Ujung, Gang Simpang Jengkol, Kecamatan Tenayan Raya, Kulim, Pekanbaru (Gambar 1.a). Pabrik batu bata ini dimulai sejak tahun 2000, dimana sekarang terdapat 2 orang keryawan dan 1 orang pemilik yaitu Pak Simun, sedangkan pemilik lahannya bernama Pak Basuki. Jumlah produksi batu bata pada pabrik ini setiap bulannya adalah 90.000 batu bata. Proses pengerjaan batu bata ini masih dilakukan secara manual, dimana harga batu bata per buahnya adalah Rp. 350,- (Gambar 1.b).
(a). (b).
Gambar 1. Kulim sebagai Sentra Pembuatan Batu Bata di Pekanbaru (a). Pabrik batu bata di Kulim dan (b). Stasiun Kerja Pembuatan Batu Bata
Tata letak fasilitas produksi pada usaha batu bata ini berdasarkan tata letak fungsi/macam proses (process layout) sehingga terjadi kesulitan untuk menyeimbangkan kerja dari setiap fasilitas produksi. Kapasitas produksi yang berlebih pada stasiun kerja tertentu mengakibatkan terjadi penumpukan produk/material sehingga memerlukan area untuk penyimpanan sementara (work in process storage). Alat
material handling yang digunakan untuk memindahkan material pada usaha batu bata
ini menggunakan alat material handling yaitu manual (manusia), gerobak bak, gerobak kayu dan kendaraan tipe pick-up untuk memindahkan produk batu bata ke pasaran, maka perhitungan yang dilakukan berupa perhitungan jarak material handling dan menghitung ongkos material handling.
Kekurangan dari tata letak yang ada sekarang adalah pengaturan tata letak tiap stasiun kerja yang belum sesuai, karena belum memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja terlihat pada stasiun kerja tungku yang letaknya berjauhan dengan tempat penjemuran batu bata kering. Apalagi proses pemindahan batu bata yang telah dicetak di meja kerja pada stasiun kerja pencetakan dilakukan secara manual. Operator harus mengangkat batu bata yang telah dicetak untuk dijemur di tempat penjemuran batu bata yang masih basah. Luas area kerja tidak standar sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja, terdapat perpotongan aliran material dan jauhnya jarak antar stasiun kerja yang menimbulkan ongkos material handling yang lebih.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas pabrik pembuatan batu bata sehingga dapat meminimalkan biaya material handling. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang tata letak fasilitas pabrik batu bata (studi kasus: Kulim, Pekanbaru) sehingga dapat meminimalkan biaya material handling.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan permasalahan, pengumpulan data, melakukan penelitian berdasarkan data yang ada sampai dengan penarikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti. Dalam metode penelitian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Flow chart penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Mulai A
Penelitian Pendahuluan Pengumpulan Data Teknik pengumpulan Data
Pengaturan tata letak yang tidak sesuai dan penelitian: karena belum memperhatikan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja
Pengolahan Data Landasan TeoriBuku, jurnal dan artikel mengenai tata letak fasilitas pabrik.
1. Membuat Peta Proses Operasi.
2. Membuat Routing Sheet/Production Routing.
3. Membuat Multy Product Process Chart.
4. Menghitung jarak Material Handling Layout awal.
5. Menghitung kebutuhan bahan, mesin dan operator.
6. Menghitung luas area gudang.
Perumusan Masalah 7. Menghitung luas area lantai produksi.
8. Menghitung luas area pelayanan pabrik. Bagaimana merancang ulang tata letak 9. Menghitung kebutuhan luas area keseluruhan.
10. Membuat Activity Relationship Chart (ARC). fasilitas pabrik pembuatan batu bata 11. Membuat Work Sheet. sehingga dapat meminimalkan biaya material 12. Membuat Blok Template. handling.
13. Membuat Activity Relationship Diagram (ARD).
14. Membuat Area Allocating Diagram (AAD).
15. Menggambarkan layout tata letak fasilitas lantai produksi proses perakitan sofa.
Penetapan Tujuan 16. Menghitung jarak material handling berdasarkan layout hasil rancangan.
Merancang ulang tata letak fasilitas pabrik pembuatan batu bata sehingga dapat meminimalkan biaya material handling.
Analisa dan Pembahasan A Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 2, Flow Chart Penelitian
Bahan Baku Mengambil 8 hari tanah liat
O-1 0% Cangkul Merancah 3 hari tanah liat O-2
0% Kerbau Mengelurkan tanah dari kolam & Meniriskan tanah di
5 hari bedeng O-3 0%
Serbuk kayu Mencetak 20 hari bata
O-4 Cetakan,kawat 0% pemotong, papan alas Menjemur/
16 hari bandreng O-5 0%
Menyusun bata 8 hari di tungku O-6
0% Pembakaran 3 hari O-7
Ringkasan 0% Kegiatan Jumlah Waktu (hari)
7
63 Penyimpanan
63 Total
7 batu bata
Gambar 3. Peta Proses Operasi Pembuatan Batu Bata
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1. Peta Proses Operasi (OPC)
Peta Proses Operasi merupakan peta yang menjelaskan urutan dalam pembuatan produk, dalam hal ini batu bata. Adapun OPC dari pembuatan batu bata dapat dilihat pada Gambar 3.
3.2. Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal
Total panjang lintasan material handling layout awal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Total Dari
1
56.5
56.5
2
5.4
5.4
3
2.8
2
16.5
21.3
4
7.3
30.3
37.6
5
7.1
29.8
36.9
6
10.8
25
35.8
7
33.5
33.5
8
34.2
34.2
9
11
11
10
0.0
11
45.3
44.9 39.1 129.3 Total Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal 404.2
3.3. Perhitungan Luas Area Keseluruhan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diestimasikan total kebutuhan area keseluruhan untuk pabrik. Total kebutuhan area pabrik ini meliputi seluruh area kerja/departemen yang diugunakan selama proses produksi, baik area kerja yang telah rancang ulang maupun area kerja yang memang telah disesuaikan dengan kondisi pabrik dari awal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Luas Area Keseluruhan
3.4. Perencanaan Activity Relationship Chart (ARC)
A- I- U=3,4,5,6 E=2
A- I- U=1,2,4,5,8
E=3
(6) Bak Serbuk Kayu
E- X=7 O=3
U=1,2,6,8
(5) Stasiun Pembakran A=4 I-
E- X- O-
A=3,5 I- U=1,2,6,7,8
X- O=7,8 (4) Stasiun Penjemuran
A- I- U=4,5,6 E=1,3
X- O=7,8 (2) Kolam Rancah
(1) Lahan Bahan Baku
A- I=3,8 U=4
U=1 E=2,6 X- O=5
(3) Stasiun Pencetakan A=4 I = 7,8
3 Gambar 4. Activity Relationship Chart (ARC) Hasil Rancangan
3 O
3 O
3 O
4 O
4 U
4 U
4 U
X-
O=7
(7) Ruang Istirahat(8) Toilet
E-
X=5O=1,2,6
U=1,2,6,8
Gambar 5. ARD Alternatif 1 Gambar 6. ARD Alternatif 2
E- X- O=1,2
A- I=3,7 U=4,5,6
(8) Toilet
E- X=5 O=1,2,6
A- I=3,8 U=4
X- O=7 (7) Ruang Istirahat
A- I- U=1,2,4,5,8 E=3
(6) Bak Serbuk Kayu
E- X=7 O=3
(5) Stasiun Pembakran A=4 I-
4 U
E- X- O-
A=3,5 I- U=1,2,6,7,8
X- O=7,8 (4) Stasiun Penjemuran
A- I- U=4,5,6 E=1,3
X- O=7,8 (2) Kolam Rancah
A- I- U=3,4,5,6 E=2
(1) Lahan Bahan Baku
U=1 E=2,6 X- O=5
(3) Stasiun Pencetakan A=4 I = 7,8
E-
X-O=1,2
A- I=3,7 U=4,5,6
4 U
4 U
LEMBAR KEBUTUHAN LUAS AREA KESELURUHAN Departemen/ Stasiun Kerja
Luas
(m1.57
2
1
2.25 Total Luas Area Pelayanan 2371.28
1
2.25
12 Toilet
1
12
1.57 Ruang Istirahat
1
64 Bak Serbuk Kayu
4
1
64
24 Stasiun Penjemuran 120 2 240 Stasiun Pembakaran
1
24
11.46 Stasiun Pencetakan
1
11.46
Lahan Bahan Baku 2016 1 2016 Kolam Rancah
2 )
2
) Jumlah Fasilitas Total Luas Lantai (m3
5
4 U
6
4 U
4 U
4 U
3 U
3 O
3 I
I
E 1,2
4
E1,2
A
1,2
5 U
X
3
E1,2
4 I
3
U2 A
1,2
O
3
4
5
6
7
8
1
Ruang Istirahat Bak Serbuk Kayu Stasiun Pembakaran Stasiun Penjemuran Stasiun Pencetakan Kolam Rancah Lahan Bahan Baku
7
8 Toilet
3.5. Perencanaan Activity Relationship Diagram (ARD)
3.6. Area Alocation Diagram (AAD)
Area Alocation Diagram merupakan diagram yang memberikan informasi
mengenai pemamfaatan area yang tersedia. Di bawah ini merupakan AAD yang dibuat berdasarkan ARD yang telah dirancang pada tahapan sebelumnya.
2
3
6
1
7
2
1
8
6
3
8
7
4
4
4
5
5
4 AAD ALTERNATIF 1 AAD ALTERNATIF 2
Gambar 7. AAD Alternatif 1 Gambar 8. AAD Alternatif 2
4. Hasil dan Analisis
Layout awal pabrik pembuatan batu bata dapat dilihat pada Gambar 9 dengan luas
2
area keseluruhan 7555.5 m . Berdasarkan AAD yang telah dibuat terlebih dahulu maka
layout usulan dapat dibuat dengan mudah. Layout usulan ini ada 2 alternatif yang sesuai
dengan bentuk AAD, pada layout usulan ini tata letak stasiun kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta aliran material handling yang lebih baik seperti terlihat pada Gambar 10
yang merupakan perancangan berdasarkan AAD alternatif 1 dengan luas area
2 keseluruhan yang dibutuhkan adalah sebesar 2371.28 m . Lahan Bahan Baku (1) 2.8 m
8.7 m 11 .2 m 8 .3 m Bedeng III (9) 5.8 m 2.5 m 2 .5 m
Bak Serbuk Kayu Tungku (10) 600,0 mm x 700,0 mm 600,0 mm x 600,0 mm 575,0 mm x 600,0 mm 575,0 mm x 600,0 mm 575,0 mm x 700,0 mm 2.35 m 9 .2 m 2.7 m (6)
Bedeng I (7) Bedeng II (8)
1 7 m
Jalan Akses
Jalan Utama Jalan Akses ke Tungku
Kolam Rancah (2) 63.00m. 3 . 2 .0 m 6.10m.
2 . 1 .8 m 6.20m. 1 . 8 .1 m Ø 7.3m.
21.60m. . 3 .2 m 6 .3 . 5 m 11.5m. . 2 .7 m
. 1 .60 m 2.96m. . 2 .6 m .69 m .
Skala 1 : 200
73 m
Keterangan : Meja Kerja Tempat Serbuk Kayu Tempat Batu Bata SKALA UKURAN TANGGAL : 1:200 : m : 29-06-2011 LAB. GAMBAR UIN SUSKA RIAU LAYOUT AWAL USAHA PERCETAKAN BATU BATA DIGAMBAR DEP./NRP DILIHAT : FERDI FERNANDO : TEKNIK INDUSTRI : MERRY SISKA, MT PERINGATAN : A2 No.Tumpukan Kayu Bakar Jalur proses produksi Tempat Pengumpulan Tanah Liat (3) (4) (5)
Gambar 9. Layout Awal Pabrik Pembuatan Batu Bata
Jalan Akses
Lahan Bahan Baku
Ø 7.3m.Kolam Rancah
6
3
8
7
4 Jalan Utama
5
4 Keterangan : Meja Kerja SKALA : 1:200 DIGAMBAR : FERDI FERNANDO PERINGATAN :
Tempat Serbuk UKURAN : m DEP./NRP : TEKNIK INDUSTRI
Kayu : 29-06-2011 TANGGAL DILIHAT : MERRY SISKA, MT
Tempat Batu Bata LAB. GAMBAR UIN No.
LAYOUT AWAL USAHA PERCETAKAN BATU BATA A2 SUSKA RIAU
Gambar 10. Layout Hasil Rancang Ulang Pabrik Pembuatan Batu Bata
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa rancangan ulang tata letak dan fasilitas pabrik pembuatan batu bata milik Bapak Simun yang terpilih adalah layout alernatif 1 dengan panjang lintasan
material handling 101.8 m, dimana hasil ini lebih efisien dan optimal dibandingkan dengan
panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dan layout awal. Berikut tabel perbandingan panjang lintasan meterial handling antara layout awal, layout alternatif 1, dan layout alternatif 2.
Tabel 3. Perbandingan Panjang Lintasan Material Handling Layout Awal,
Layout Alternatif 1, dan Layout Alternatif 2
Panjang LintasanLayout Persentase (%) Material Handling (m)
Awal 404.2 100 Alternatif 1 101.8
25.2 Alternatif 2 123.2
30.5 Penurunan panjang lintasan material handling
74.8
layout alternatif 1 dengan layout awal
Penurunan panjang lintasan material handling
69.5
layout alternatif 2 dengan layout awal
Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase penurunan panjang lintasan material
handling layout alternatif 1 dengan layout awal adalah sebesar 74.8%, sedangkan
persentase penurunan panjang lintasan material handling layout alternatif 2 dengan layout awal adalah sebesar 69.5%. Hal ini membuktikan bahwa layout alternatif 1 lebih optimal dibandingkan dengan layout awal dan layout alternatif 2. Hasil ini diperoleh karena tata letak pada layout awal dan layout alternatif 2 terlalu jauh antara stasiun satu dengan stasiun lainnya sehingga lintasan material handling menjadi tidak optimal. Dengan demikian, perancangan ulang layout awal telah mengurangi panjang lintasan meterial
handling proses produksi yang sekaligus dapat mengurangi waktu dan biaya proses
produksi.Referensi
[1] Apple, James M. “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”. Edisi ke tiga, ITB, Bandung. 1990. [2] Askin R.G., Lundgren N.H., dan Ciarallo F., 1997, Material Flow Based Evaluation of Layout
Alternatives For Agile Manufacturing, in Progress in Material Handling Research, R.J, Graves et al., Eds. Ann Arbor, MI: Material Handling Institute, Braun-Brumfield, pp. 71-90. [3] Hadiguna, R. A, Heri Setiawan. “Tata Letak Pabrik”. Andi, Yogyakarta. 2008. [4] Heragu, S., Facilities Design, 1997, USA: PWS Publishing Company. [5] Huang, H. dan Irani, S.A., 1999, Design of Facility Layout Using Layout Modules: A Numerical
th
Clustering Approach, Preceeding of the 8 Annual Industrial Engineering Research Conference, Poenix, AZ, May 23 -36. [6] Irani, S.A., dan Huang, H., 2000, Custom Design of Facility Layouts for Multiproduct Facilities
Using Layout Modules, IEEE Transactions on Robotic and Automation, vol-16, no. 3, pp. 259- 267. [7] Siska, Merry. “Perancangan Tata Letak Modular”. Edisi pertama Cetakan pertama, Yayasan
Pusaka Riau, Pekanbaru. 2010 [8] Sutalaksana, Iftikar Z, dkk. “Teknik Perancangan Sistem Kerja”. Edisi ke dua, ITB, Bandung.
2006 [9] Susetyo, J., Simanjuntak, R., A., Ramos.,J. M., 2010, Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas
Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal Teknologi, Volume 3 No,or 1, Juni 2010, pp 75-84.
[10] Sutrisno., O dan Singgih., M.L., 2010, Perancangan Tata Letak dan Investasi Mesin Produksi
Crank Case di PT. Tri Ratna Diesel untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII, program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010.
[11] Wignjosoebroto, Sritomo, ”Ergonomi Studi Gerak dan Waktu”, Edisi pertama Cetakan ke tiga, ITS, Surabaya. 2009. Wignjosoebroto, Sritomo, ”Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Edisi ke empat, ITS, Surabaya. 2009.