PENGARUH FORTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DARI PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU FESES SAPI POTONG DAN FESES AYAM NIAGA PEDAGING TERHADAP PRODUKSI SEGAR RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) EFFECT OF FORTIFICATION CONTENT OF ORGANIC OF ORGANIC FERTILIZER MADE

BioLink Vol. 1 (2) Januari 2015

p-ISSN: 2356- 458X e-ISSN: 2550-1305

BioLink
Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

PENGARUH FORTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DARI
PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU FESES SAPI POTONG DAN FESES
AYAM NIAGA PEDAGING TERHADAP PRODUKSI SEGAR RUMPUT
GAJAH(Pennisetum purpureum)
EFFECT OF FORTIFICATION CONTENT OF ORGANIC OF ORGANIC
FERTILIZER MADE FROM BEEF AND COMMERCIAL BROILER CHICKEN
FECES ON PRODUCTION OF FRESH ELEPHANT GRASS (Pennisetum
purpureum)
Prayogi Sunu
Fakultas Peternakan Universitas Boyolali
Jalan Pandanaran No.405, Winong, Kab.Boyolali, Jawa Tengah 57315
*Corresponding author: E-mail: prayogisunusptmsi@gmail.com


Abstrak
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui pengaruh feses ayam niaga pedaging sebagai pencampur feses sapi
potong untuk vahan baku pembuatan pupuk organik dari aspek kandungan vahan organik dan mengetahui
pengaruh pemberian pupuk hasil fortifikasi terhadap jumlah produksi segar rumput gajah. Materi yang digunakan
adalah feses sapi potong sebanyak 930 kg, feses ayam niaga pedaging 270 kg, EM4 2,4 liter. Metode penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (R) yaitu: R0 : feses sapi potong 100% (50
kg), R1 : feses sapi potong 85% (42,5 kg) + feses ayam niaga pedaging 15% (7,5 kg), R2 : feses sapi potong 70% (
35 kg) + feses ayam niaga pedaging 30% (15 kg), R3 : feses sapi potong 55 % (27,5 kg) + feses ayam niaga
pedaging 45 (22,5 kg) dengan enam kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan
bahan organik dari R0, R1, R2, dan R3, masing-masing 43.071%, 34.075%, 27,815%, dan 36.098%. Analisis hasil
variansi menunjukkan bahwa rata-rata bahan organik yang tidak menggunakan kotoran ayam broiler komersial
(R0) lebih tinggi daripada menggunakan setiap perlakuan kompos.Hasil analisis seragam menunjukkan pemberian
pupuk kompos pada rumput gajah berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi hijauan segar rumput
gajah, hal tersebut diduga karena kompos belum terdekomposisi dengan sempurna dan kandungan unsur hara
kompos rendah sehingga belum cukup memberikan unsur hara tambahan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kata Kunci : Fortifikasi, SapiPotong, Ayam Niaga Pedaging, Produksi Segar, Rumput Gajah

Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of commercial broiler chicken feces as mixing beef cattle feces to
raw material organic fertilizer from organic material aspects of the content and determine the effect of fertilizer

results fortification against the total production of fresh grass. The material used is beef cattle feces as much as 930
kg, the commercial broiler chicken feces 270 kg, 2.4 liter EM4. This research method using a completely randomized
design (CRD) with four treatments (R), namely: R0: 100% beef cattle feces (50 kg), R1: beef cattle feces 85% (42.5 kg)
of commercial broiler chicken feces + 15% (7.5 kg), R2: beef cattle feces 70% (35 kg) + commercial broiler chicken
feces 30% (15 kg), R3: beef cattle feces 55% (27.5 kg) + commercial broiler chicken feces 45 ( 22.5 kg) with six
replications. The results showed that the average content of organic material of R0, R1, R2, and R3, respectively 43
071% 34 075%, 27.815%, and 36 098%. Analysis of variance results showed that the average organic material are not
using a commercial broiler chicken manure (R0) is higher than using each treatment compost. Results of the analysis
showed uniform administration of composting grass effect is not significant (P> 0.05) on the production of fresh
forage grass, presumably because it is not yet decomposed compost perfectly and the nutrient content of compost so
low that has not quite provide additional nutrients needed by plants.
Keywords : Fortification, Beef, Chicken Commercial Broiler Production Fresh, Elephant Grass
How to Cite: Sunu , P., (2015), Pengaruh Fortifikasi Kandungan Bahan Organik dari Pupuk Organik Berbahan Baku Fese Sapi
Potong dan Feses Ayam Niaga Pedaging terhadap Produksi Segar Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), BioLink, Vol. 1 (2): 4856

48

BioLink Vol. 1 (2) Januari 2015: 48-56

lebih tinggi akan diperoleh pupuk

organik dengan kandungan bahan
organik lebih kompetitif apalagi dapat
diaplikasikan pada tanaman rumput
gajah (Pennisetum Purpureum) dari
aspek jumlah produksi segar dan kering

PENDAHULUAN
Limbah akan berdampak buruk
apabila pengelolaannya kurang tepat
yaitu mengakibatkan penyakit yang
dapat menyerang ternak maupun
manusia. Penanganan feses yang kurang
baik
akan
dapat
menimbulkan
pencemaran lingkungan, oleh karena itu
perlu dilakukan upaya untuk mengurangi
pencemaran
lingkungan

dengan
memanfaatkan feses untuk keperluan
lain yang lebih bermanfaat. Salah satu
cara adalah dengan dibuat kompos.
Kondisi lahan pertanian akhir-akhir
ini mengalami masalah kerusakan
kesuburan
yang
sangat
serius,
kandungan
bahan
organik
tanah
menurun, tekstur tanah yang keras, dan
tingkat keasaman yang meningkat,
produksi
pertaniannya
semakin
menurun sebagai akibat dari pemberian

pupuk
anorganik
yang
semakin
meningkat.
Kelangkaan pupuk an-organik dan
turunnya
kualitas
lahan
karena
kandungan organik pada lahan semakin
berkurang sehingga membuat kesuburan
lahan pertanian sangat menurun. Akibat
yang ditimbulkan adalah turunnya
tingkat produksi pertanian.
Untuk
mengatasi
permasalah
tersebut
dilakukan usaha menggalakkan kembali

produksi kompos kandang menjadi
aktivitas pertanian yang menarik.
Berkurangnya kandungan organik lahan
hanya
dapat
diperbaiki
dengan
menggunakan kompos kandang.
Fortifikasi antara feses sapi potong
dengan feses ayam niaga pedaging sangat
baik untuk pembuatan pupuk, karena
feses sapi potong yang kandungan bahan
organiknya
rendah,
kemudian
di
fortifikasikan dengan feses ayam niaga
pedaging yang kandungan bahan organik

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah feses sapi potong 930
kg (6 x 155 kg), feses ayam pedaging 270
kg (6 x 45 kg) dan aktifator EM4 2. 4 liter.
Alat-alat
yang
digunakan
adalah
thermometer
tanah,
soil
tester,
timbangan digital, timbangan kodok atau
kwintal, kertas label, cangkul, sekop,
paralon, kertas buram, kaca, gelas ukur
dan pipet tetes.
Menyiapkan semua materi dan alat
penelitian, menimbang bahan baku
penelitian sesuai dengan komposisi yang
telah ditetapkan yaitu feses sapi potong

930 kg, feses ayam niaga petelur 270 kg
dan aktifator EM4 2,4 liter.
Penelitian Tahap I (Pembuatan Kompos)
Penimbangan feses sapi potong dan
feses ayam niaga petelur disesuaikan
dengan dosis per perlakuan sebagai
berikut:
R0
:
Feses sapi potong 100%
(50 kg), Feses ayam niaga petelur 0% (0
kg)
R1
: Feses sapi potong 85% (42,5
kg), Feses ayam niaga petelur 15% (7,5
kg)
R2
: Feses sapi potong 70% (35 kg),
Feses ayam niaga petelur 30% (15 kg)
R3

: Feses sapi potong 55% (27,5
kg), Feses ayam niaga petelur 45% (22,5
kg)
Setelah selesai ditimbang campur
feses sapi potong dengan feses ayam
49

Prayogi Sunu,. Pengaruh Fortifikasi Kandungan Bahan Organik dari Pupuk Organik Berbahan

petelur kemudian diaduk hingga merata.
Menuangkan campuran larutan EM4 2,4
liter + gula pasir 0,75 kg + air yang ke
dalam campuran feses dan diaduk hingga
merata. Campuran tersebut kemudian
dibentuk gundukan dan ditutup dengan
karung. Jangka waktu 7 hari gundukan
tersebut dilakukan pembalikan, setelah
14 hari kompos sudah jadi dan siap
untuk digunakan.


Mengeringkan cawan dalam oven dengan
suhu 105˚ C selama 1 jam kemudian
dimasukan kedalam desikator kurang
lebih 15 menit; (2) menimban cawan ( A
gram ); (3) Memasukan sampel kompos
kedalam cawan kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 105˚ C selama 14
jam; (4) Masukkan cawan yang berisi
sampel kedalam desikator selama 15
menit; (5) Menimbang kembali (B gram )
setelah ditanur pada suhu 600˚ C selama
3 jam; (6) Masukkan kedalam desikator
kurang lebih 15 menit setelah abu
diperoleh dari hasil pembakaran dengan
tanur dan setelah dingin ditimbang
kembali (C gram); (7) Menghitung kadar
abu; (8) Menetapakan kadar bahan
organik melalui perhitungan yaitu 100
%-% abu.


Penelitian Tahap II
Persiapan
lahan
yang
akan
digunakan sejumlah 24 petak. Stek
ditanam pada petak yang sudah
disediakan
sejumlah
15
stek.
Pemberian/pengacakan label pada setiap
petak untuk menentukan perlakuan yang
diberikan. Pemupukan dilakukan pada
saat rumput sudah berumur 20 hari dari
penanaman atau rumput sudah berakar
dan memiliki tunas. Rumput gajah diberi
pupuk kompos sebanyak 0,5 kg setiap
stek sehingga banyaknya pupuk yang
diberikan adalah 7,5 kg/petak dengan
cara memendam pupuk di dalam tanah
sedalam 10 cm dan jarak dari tanaman
sekitar 15 cm. Cara pemberian pupuk
sebagai berikut :
Perlakuan 0: Kompos (R0) diberikan
pada satu stek rumput gajah
Perlakuan 1: Kompos (R1) diberikan
pada satu stek rumput gajah
Perlakuan 2: Kompos (R2) diberikan
pada satu stek rumput gajah
Perlakuan 3: Kompos (R3) diberikan
pada satu stek rumput gajah.

Produksi Rumput Segar (Bobot Segar)
Pengukuran dilakukan pada saat
panen yaitu dengan cara : Setiap petak
rumput dilakukan pemanenan dengan
memotong rumput ± 5 cm dari
permukaan tanah. Hasil pemotongan
tersebut kemudian ditimbang dan dicatat
hasilnya. Hal tersebut dilakukan juga
terhadap petak lainnya yang berjumlah
24 untuk mengetahui produksi segar
rumput gajah setiap petaknya.

Rancangan Percobaan
Penelitian
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
perlakuan sebagai berikut :
R0
: Feses sapi potong 100% (50 kg),
Feses ayam niaga pedaging 0% (0 kg)
R1
: Feses sapi potong 85% (42,5
kg), Feses ayam niaga pedaging 15% (7,5
kg)

Tahap Pengukuran
Pengukuran Kandungan Bahan Organik
Kompos
Kadar bahan organik menggunakan
metode pembakaran dengan tanur
(Aristiani,2010) sebagai berikut: (1)
50

BioLink Vol. 1 (2) Januari 2015: 48-56

R2
:
Feses sapi potong 70% (35
kg), Feses ayam niaga pedaging 30 % (15
kg)
R3
: Feses sapi potong 55% (27,5
kg), Feses ayam niaga pedaging 45%
(22,5 kg)

Aminudin
dan
Hendarto
(1999)
menyatakan pH tanah mempengaruhi
ketersediaan unsur hara. Ketersediaan
unsur hara akan semakin tinggi jika pH
tanah meningkat hingga berkisar antara
5,5-7,5 (mendekati netral). Umumnya
unsur hara mudah diserap akar tanaman
pada pH sekitar netral, karena pada pH
tersebut unsur hara mudah larut dalam
air, aktivitas biologi/perkembangan
mikroorganisme juga optimal pada pH
tanah tersebut. Bakteri berkembang
dengan baik pada pH 5,5 atau lebih,
sedangkan pada pH kurang dari 5,5
perkembangannya akan terhambat. Hasil
pengukuran derajat keasaman tanah
(pH) dilahan penelitian menunjukkan pH
tanah rata-rata 6,4. Berdasarkan hasil
pengukuran pH tersebut maka keadaan
tanah di lahan penelitian termasuk baik,
di duga mikroorganisme dalam tanah
juga dapat beraktivitas dengan baik
sehingga dapat meningkatkan kesuburan
tanah

Model persamaan yang digunakan
adalah :
Yijk = µ + τi + εij
Keterangan :
Yijk = Variabel respon yang diamati dan
pengaruh taraf ke- i ulangan ke- j
µ
= Pengaruh rata-rata sebenarnya
(nilai tengah respon)
τi
= Pengaruh sebenarnya dari taraf
ke – i perlakuan
εij
= Galat percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penanaman Rumput Gajah
Lokasi penanaman rumput gajah
(Pennisetum purpureum) adalah di lahan
kebun rumput Experimental Farm
Universitas
Jenderal
Soedirman
Purwokerto dengan ketinggian kurang
lebih 100 m di atas permukaan laut.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan
(1989) pada ketinggian 0 – 1500 meter
diatas permukaan air laut rumput gajah
dapat tumbuh dengan dengan subur. Jadi
pada ketinggian kurang lebih 100 meter
diatas permukaan laut seperti pada
lokasi
penanaman
cocok
untuk
pertumbuhan rumput gajah.
Rinsema
(1983)
menyatakan
bahwa persyaratan pH yang dikehendaki
oleh
tanaman
sangat
bervariasi,
kebanyakan tanaman tumbuh kurang
baik pada pH kurang dari 5. Sarief (1989)
menyatakan bahwa tanah yang memiliki
pH antara 5,5 sampai 7,5 (mendekati
netral) mengandung unsur hara dalam
jumlahcukup banyak didalam tanah.

Kandungan Bahan Organik Kompos
Fungsi biologis bahan organik
adalah sebagai sumber energi dan
makanan
tanah,
sehingga
dapat
meningkatkan aktivias mikroorganisme
tanah yang sangat bermanfaat dalam
penyediaan hara tanaman. Kandungan
bahan organik merupakan salah satu
parameter kualitas kompos, semakin
tinggi kandungan bahan organiknya
berarti kompos tersebut semakin
berkualitas. Rataan Bahan organik pada
kompos seluruh perlakuan memiliki
rataan 35,26 %. Bahan organik pada
perlakuan R0 memperoleh rataan
43,07%, perlakuan R1 sebesar 34,07%, R2
sebesar 27,81%, R3 mempunyai bahan
organik dengan rataan sebesar 36,09%
(Gambar 1).
51

Prayogi Sunu,. Pengaruh Fortifikasi Kandungan Bahan Organik dari Pupuk Organik Berbahan

Berdasarkan (Gambar 1) rataan
bahan organik pada kompos yang tidak
menggunakan feses ayam niaga pedaging
(R0) lebih tinggi dibandingkan dengan
kompos menggunakan feses pada tiap
perlakuan, namun demikian ternyata
pada
pengujianlebih
lanjutdengan
BNThal
ini
menunjukan
bahwa
penggunaan feses ayam niaga pedaging
sebagai fortifikator tidak berpengaruh
nyata pada bahan organik kompos.
Menurut Astuti (2005), salah satu
standar
kualitas
kompos
yaitu
mengandung bahan organik minimum
27% dan maksimum 58%. Selain itu
Sutanto (2002) menyatakan bahwa hasil
akhir kompos mengandung 30%-60%
bahan organik. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat diasumsikan
bahwa dari semua perlakuan dalam
penelitian masih memenuhi standar
kualitas kompos yang baik karena hasil
rataannya diatas 30%. Hal ini berarti
kompos yang dihasilkan dalam penelitian
ini masih memenuhi standar dari Sutanto
(2002) maupun Astuti (2005).
Hasil penelitian didapat kandungan
bahan organik menunjukan adanya
penurunan, kandungan bahan organik
paling rendah dicapai oleh R2 dimana
komposisi bahan untuk feses sapi
sebanyak 70% (35 kg), dan feses ayam

niaga pedaging 30% ( 15 kg), penurunan
dilanjutkan oleh perlakuan R1 yaitu
sebesar 34,075%, kemudian R3 yaitu
36,098 hal ini diduga antara lain
dikarenakan adanya senyawa karbon
yang hilang ke udara selama proses
pengomposan. Persenyawaan zat arang
(C), selulosa, hemiselulosa, dan lain-lain
diurai menjadi CO2 dan air akan hilang ke
udara dan menyebabkan kadar karbon
akan menurun (Triatmojo, 2001). Rataan
bahan bahan organik tertinggi dicapai
oleh perlakuan R0 atau kontrol dimana
bahan baku hanya feses sapi potog saja
yaitu sebesar 43,071 hal ini diduga
disebabkan adanya proses dekomposisi
yang berlangsung secara alami sehingga
panas dan penguapan yang dihasilkan
juga rendah sehingga diperoleh rataan
yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2
Bahan
organik
merupakan
peranan
penting
dalam
usaha
peningkatan efisiensi penggunaan pupuk,
karena dapat memasok berbagai unsur
hara makro dan mikro dan hampir
seluruh kandungan hara dalam bahn
organik dapat diserap tanaman setelah
melalui proses dekomposisi. Bahan
organik juga merupakan sumber energi
bagi mikroorganisme dan setelah
mikroorganisme tersebut akan mati akan
52

BioLink Vol. 1 (2) Januari 2015: 48-56

melepas unsur hara sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. (Purnomo,
2006).

memberikan
unsur
hara
yang
dibutuhkan
tanaman,
tetapi
membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk proses tersebut (Wahyudi, 2005).
Rinsema (1983) menyatakan bahwa
unsur hara makro dari pupuk organik
membutuhkan waktu untuk bereaksi
dengan tanaman. Pemakaian pupuk
organik yang teratur pada akhirnya akan
meningkatkan hasil tanaman. Nitrogen
dalam pupuk alam sebagian dapat
langsung diserap oleh tanaman sisanya
tersedia
secara
berangsur-angsur
sebagai akibat proses penguraian
mikrobiologis (Sari, 2010). Dalam
penelitian diduga pemberian kompos
kurang sehingga kebutuhan tanaman
belum tercukupi untuk produksi yang
optimal.

Pengaruh Pupuk Organik Terhadap
Produksi Hijauan Segar Rumput
Gajah
Hasil
analisis
seragam
menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kompos pada rumput gajah berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi
hijauan segar rumput gajah, hal tersebut
diduga antara lain karena kompos belum
terdekomposisi dengan sempurna dan
kandungan unsur hara kompos rendah
sehingga belum cukup memberikan
unsur hara tambahan yang dibutuhkan
oleh
tanaman.
Kompos
dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga
tanah dapat menjadi subur dan bisa

53

Prayogi Sunu,. Pengaruh Fortifikasi Kandungan Bahan Organik dari Pupuk Organik Berbahan

memenuhi standar kualitas kompos
yang baik karena hasil rataan bahan
organik diatas 30%. Bahan organik pada
perlakuan R0 memperoleh rataan
43,07%, perlakuan R1 sebesar 34,07%,
R2 sebesar 27,81%, R3 mempunyai
bahan organik dengan rataan sebesar
36,09%.
Hasil
análisis
menunjukkan
pemberian pupuk kompos pada rumput
gajah berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap produksi hijauan segar rumput
gajah.
Pada rumput gajah yang diberi
pupuk kompos produksi hijauan
segarnya rendah sedangkan kadar
vahan kering hijauan relatif sama
dengan produksi segarnya sehingga
menghasilkan produksi vahan kering
yang rendah pula.

Hasil penelitian (Gambar 2)
didapat produksi rumput gajah varietas
Hawai yang tidak diberi feses sapi ayam
niaga pedaging (R0) menghasilkan
rataan produksi terendah yaitu sebesar
8,675 Kg, sedangkan tertinggi pada
perlakuan R3 sebesar 13,397 Kg.
Penelitian ini menunjukan bahwa
semakin tinggi pemberian feses ayam
niaga pedaging maka produksi akan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan
mempunyai kelebihan yaitu menambah
unsur hara didalam tanah, memperbaiki
struktur tanah, mempertinggi humus
dan mendorong kehidupan jasad renik
tanah. Hal tersebut senada dengan
Lingga (2000), menyatakan bahwa
untuk memperoleh pertumbuhan dan
produksi yang optimum, bentuk larutan
dalam air, dalam jumlah yang cukup dan
berimbang sesuai dengan kebutuhan
tanaman dalan bentuk dan dapat
diserap oleh sistem perakaran. Keadaan
yang demikian disebabkan karena
mempunyai kelebihan yaitu menambah
unsur hara di dalam tanah, memperbaiki
struktur tanah, menambah humus dan
mendorong kehidupan jasad renik. Hal
ini sejalan dengan pendapat Aribawa,
dkk (2004), bahwa salah satu faktor
yang
menentukan
berhasilnya
penanaman rumput gajah adalah dengan
pemberian
pupuk
pada
media
tumbuhannya, kurang atau tidak
tersedianya unsur hara dalam yang
berlebihan juga dapat menurunkan
produksi sebab tanaman akan tumbuh
terlalu lebat dan tidak kuat untuk tegak
akhirnya akan rebah.

DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, S., 1987. Beberapa Jenis dan Metode
Pengawetan Hijauan Pakan Ternak
Tropikal. Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Aminudin, S dan E, Herdanto. 1999. Buku Ajar
Agrostologi.
Fakultas
Peternakan
Universitas
Jenderal
Soedirman.
Purwokerto.
Aribawa, I.B., Ni Luh Kartini dan I.K. Kariada.
2004. Pengaruh Beberapa jenis pupuk
organik dan pupuk urea terhadap sifat
tanah dan hasil kacang panjang di lahan
kering pinggiran perkotaan denpasar bali
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bali. Diaksesdari http; ntb.litbang.
deptan.
go.id/2004/THP/pengaruh
beberapa.doc.
Aristiani, D. 2010. Fortifikasi Feses Sapi Potong
Sebagai Bahan Baku Kompos Dengan
Humus Hutan Pinus Ditinjau Dari
Kandungan Bahan Organik Dan Sulfur.
Skripsi. Fakultas Peternakan Unsoed.
Purwokerto.
Astuti, A. 2005. Aktivitas Proses Dekomposisi
Berbagai
Bahan
Organik
Dengan
AktivatorAlami dan Buatan. Jurnal Ilmu
Pertanian
Agr.
Jurusan
Budidaya
Pertanian, UMY, Bantul- Yogyakarta.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut
dapat diasumsikan bahwa dari semua
perlakuan dalam penelitian masih
54

BioLink Vol. 1 (2) Januari 2015: 48-56
Serat.
www.
Sumotrof.go.id
/
Downlod.php?pemanfaatan
%
20
Blotong. Pdfhal 109-110. Diakses 25
Oktober 2010
Sari, S. 2010. Laju Pertumbuhan Dan Laju
Asimilasi Bersih Rumput Gajah Dari Letak
Tunas Stek Yang Berbeda Dengan
Beberapa Dosis Pupuk Nitrogen. Laporan
hasil penelitian Fakultas Peternakan
Undip. Semarang.
Sarief,
S.
1989.
Kesuburan
dan
PemupukanTanahPertanian.
Pustaka
Buana. Bandung.
Setiawan, A.D. 1996. Memanfaatkan Kotoran
Ternak.
Cetakan
ketiga.
Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setyati, S. 1979. Pengantar Agronomi, Gramedia.
Jakarta.
Sinaga, R. 2007. Analisis Model Ketahanan
Rumput Gajah Dan Rumput Raja Akibat
Cekaman Kekeringan Berdasarkan Respon
Anatomi Akar Dan Daun. Jurnal Biologi
Sumatera, Januari 2007, Departemen
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas
Sumatera Utara.
Steel, R. G. D., dan Torrie, J. H. 1993. Prinsip dan
ProsedurStatiska
:SuatuPendekatanBiometrik. Edisikedua.
PT GramediaPustakaUtama. Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapa pertanian organik.
Kanisius. Yogyakarta. Hal:47-50
Sutedjo, M.M dan A.G Kartasaputro. 1990.
Mikrobiologi Tanah. Cetakan pertama.
Rineka Cipta. Jakarta.
Triamojo,S
dan
T.
Rahmawati.
2001.
PemanfaatanSludgeLimbahPenyamakan
KulituntukProduksiKomposdenganLimb
anganFesesSapi
dan
Sludge
yang
Berbeda. Animal ProducsionEdisiKhusus.
Wagimin, dan N. Hidayat. 1991. Pengantar
Agronomi Tanaman Pakan. Fakultas
Peternakan
Universitas
Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Wahyudi, A. dan L. Herdraningsih. 2005.
Evaluasi Ketersedian Nitrogen, Phosphor
dan Kalium Pada Manure Sapi Perah
dengan Introduksi Bakteri Selulotik.
Proseding Seminar Nasional Prospek
Pengembangan
Peternakan
Tanpa
Limbah. Surakarta 5 September 2005.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal
: 52.
Wibowo,
D.N.
dan
Cristiani.
2002.
Pengomposan Sampah Dapur Rumah
Tangga Dengan Menggunakan Pemacu
yang Berbeda dan Vermiculture. Journal
of Rural Development. Vol. 2, No.1 : 3539. Diakses 23 Oktober 2010.

Gohl, B. 1981. Tropical Feed. FAO Animal
Production dan Health Ceries. Food and
Agriculture Organization of The United
Nation. Italy.
Direktorat Bina Produksi Peternakan. 1989.
Teknik Budidaya King Grass. Direktorat
Jenderal Peternakan. Pertanian. Jakarta
Hendarto, E dan N. Gantika. 1996. Diktat
Teknologi Cocok Tanam Rumput.
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Isroi, 2006. Pengkomposan Limbah Padat
Organik. http : // www. Indobiogen. or.
id. Diakses Oktober 2010
Isroi, 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Bogor.
Kartasapoerta, A.G. 1988. Kerusakan Tanah
Pertanian dan Usaha Rehabilitasinya.
Bina Aksara. Jakarta.
Laboratorium
Ilmu
Tanah.
2010.
Uji
Laboratorium Feses Ayam Niaga Pedaging
dan Feses Sapi Potong. Fakultas pertanian
Unsoed. Purwokerto.
Lingga. P., 2000, Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya, Jakarta
Lubis, D. A. 1953. Ilmu Makanan Ternak.
YayasanPembangunan. Bogor.
Maharani,
K.
2010.FortifikasiFesesSapiPotongSebagaiB
ahanBakuKomposDengan
Humus
HutanPinusDitinjauDariDayaSerap Air,
Ph
Dan
BobotRendemen.SkripsiFakultasPeternak
anUnsoed. Purwokerto.
Mcllroy, R. J., 1976. Pengantar Budidaya Padang
RumputTropika. Terjemahan Susetyo, S.
PradnyaParamita. Jakarta
Muhamad.
J. W. 2010. Prosedur Analisa
Laboratorium www. Damandiri.or.id
/file/muhamadjuraidwatiheluwipb
lampiran.pdf.DiaksesDesember 2010.
Murbandono, L. 2002. Membuat Kompos.
Penebara Swadaya. Jakarta, Hal 10
Musnawar, E.I. 2005. Pupuk Organik. Penebar
Swadaya. Jakarta. Penebar Swadaya.
Jakarta. Hal 4 – 16.
Purnomo, E. 2006. Peranan Bahan Organik
Untuk
Menyuburkan
Tanah.
Info
Teknologi.no. 77 Balai pengkajian
Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Hal 2
Rinsema, W.T., 1983. Pupuk dan Pemupukan.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta
Santoso, Sastrosupadi,dan djumali. 2003.
Pemanfaatan Blotong dan Fosfat Alam
pada Tanaman Rosela Dilahan Merah
Kuning Kalimantan Selatan. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau Dan

55

Prayogi Sunu,. Pengaruh Fortifikasi Kandungan Bahan Organik dari Pupuk Organik Berbahan

56

Dokumen yang terkait

MAX, INDEKS MASSA TUBUH, DAN PERSEN LEMAK TUBUH REMAJA OBES

0 0 8

INDEKS MASSA TUBUH RENDAH PADA AWAL KEHAMILAN DAN DEFISIENSI VITAMIN A PADA TRIMESTER KEDUA SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PERTUMBUHAN LINIER PADA BAYI LAHIR (Low body mass index at early pregnancy and vitamin A deficiency in second trimester as risk fact

0 0 10

FORMULASI DAN KARAKTERISASI MI BEBAS GLUTEN TINGGI PROTEIN BERBAHAN PATI SAGU YANG DISUBSTITUSI TEPUNG KACANG-KACANGAN (Formulation and characterization of free gluten high protein sago starch noodle subtituted with beans flour)

0 0 8

TEPUNG BUAH NAGA MERAH DAN OLAHRAGA MEMPERBAIKI GLUKOSA DARAH DAN PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS OBES (Red dragon fruit flour and exercise improve blood glucose and lipid profile in obese rats)

0 1 8

KARAKTERISASI DAN INDEKS GLIKEMIK BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR TEPUNG JAGUNG (Characteritation and glycemic index of rice analog form corn flour )

0 2 6

ENERGI DAN ZAT GIZI DALAM PENYELENGGARAAN MAKANAN DI TAMAN KANAK-KANAK DAN PERBANDINGANNYA TERHADAP SUBJEK TANPA PENYELENGGARAAN MAKANAN (Energy and nutrient of food service in kindergarten and the comparation to samples without food service)

0 0 10

POTENSI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU, BOBOT BADAN INDUK, DAN ANAK TIKUS (The potency of ethyl acetate fraction of Coleus amboinicus L. leaves in improving milk yield, body weight of rat and thei

0 1 8

KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI DESA TINELO KABUPATEN GORONTALO DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA (Incidence of low birth weight in Tinelo Village, Gorontalo Regency and its influencing factor)

1 3 6

ASUPAN ASAM FOLAT, VITAMIN B12 DAN VITAMIN C PADA IBU HAMIL DI INDONESIA BERDASARKAN STUDI DIET TOTAL (Intake of folic acid, vitamin B12 and vitamin C among pregnant women in Indonesia based on Total Diet Study)

1 13 10

JUS BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) DAPAT MENURUNKAN SKOR ATHEROGENIC INDEX OF PLASMA (Red guava juices (Psidium guajava L.) reduced atherogenic index of plasma score)

0 2 6