SEKILAS TENTANG RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL (RCT)

14 Reformasi Birokrasi

Dr. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes Segenap Redaksi mengucapkan selamat kepada Prof. dr. Emiliana Tjitra, DTM&H,

16 Kausasi

MSc, PhD atas pengukuhan menjadi Profesor Riset.

Dr. Ir. Basuki Budiman, MScPH

20 Etika Pemanfaatan Hewan Perco- baan dalam Penelitian Kesehatan

Selamat Tahun Baru 2013 drh. Endi Ridwan MSc Semoga tahun mendatang lebih baik lagi.

22 Rahasia di balik Cokelat

Mutiara Prihatini, S.Gz, M.Si Salam,

24 Refleksi Akhir Tahun

drh. Endi Ridwan MSc.

Redaksi

Pojok Pegawai

Kami sangat mengharapkan kontribusi dari keluarga besar PTTK&EK untuk mengirimkan

SEKILAS TENTANG RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL (RCT)

dr. Siswanto, MHP, DTM

Penelitian uji klinik, yang ingin membuktikan Randomized Controlled Trials (RCT) adalah golden

efek terapi tertentu terhadap suatu outcome klinik standard (baku emas) untuk penelitian eksperimental

tertentu, pada akhirnya mengadop prinsip-prinsip guna pembuktian kausal (causation). Apabila kita

disain eksperimental Fisher. Bahkan, karena unit ingin membuktikan apakah suatu “intervensi

eksperimennya adalah manusia, maka pada uji klinik tertentu” akan menghasilkan/menyebabkan “outcome

harus tersamar ganda (RCT double blind). Double tertentu”, maka kita harus menggunakan disain

blind, artinya baik subyek penelitian maupun peneliti penelitian RCT. Bahkan, tidak cukup hanya RCT saja,

harus tidak tahu (ignorance) terhadap perlakukan / tetapi harus double blind (tersamar ganda). Dengan

intervensi yang diberikan.

kata lain, baku emas penelitian eksperimental secara Kualitas penelitian uji klinik pada prinsipnya prinsip adalah RCT double blind.

menyangkut dua hal, yakni kualitas ilmiah dan Sejarah penelitian eksperimental bukannya

kualitas etik. Terkait kualitas ilmiah, maka terdapat diawali dari uji klinis pada manusia tetapi diawali

dua hal penting, yakni validitas internal dan dari penelitian pertanian. Adalah Sir Ronald Aylmer

validitas eksternal. Dalam penelitian uji klinik, Fisher

validitas internal menyangkut dua isu penting.

Pertama, isu terkait seberapa jauh instrumen bekerja di stasiun penelitian pertanian, mengamati

Randomized Controlled Trial (RCT). 1 Fisher, yang

penelitian mengukur apa yang seharusnya terukur bahwa eksperimen membandingkan dua jenis benih

(dalam hal ini identifikasi variabel outcome menjadi pada dua petak kebun banyak mengandung bias.

sangat penting). Kedua, adalah isu terkait apakah Katakanlah, hasil penelitian menunjukkan bahwa

kejadian variabel outcome (parameter klinik) benar- petak A menghasilkan panen lebih baik dari petak B;

benar diakibatkan oleh intervensi secara murni (bukan maka tidak bisa disimpulkan benih A lebih baik dari

oleh variabel pengganggu, misalnya, efek placebo, bias benih B. Di dalamnya terkandung banyak variabel

keparahan penyakit, dan pengganggu, misalnya perbedaan kesuburan tanah,

perlakuan,

tingkat

sebagainya). Validitas eksternal adalah terkait dengan perbedaan perawatan, perbedaan cara memanen, dan

seberapa jauh kesimpulan hasil suatu penelitian sebagainya. Fisher akhirnya menciptakan dasar-dasar

(termasuk uji klinik) dapat ditarik generalisasi RCT dengan cara membuat sejumlah petak-petak

(digeneralisasikan) ke dalam populasi. kecil sebagai unit sampel, kemudian melakukan

Dalam penelitian uji klinik, validitas internal alokasi random terhadap petak-petak kecil tersebut

dalam konteks apakah variabel outcome benar-benar pada kelompok uji (test) dan kelompok pembanding.

“hanya” akibat suatu intervensi (tindakan pengobatan) Dengan melakukan hal tersebut, semua variabel

merupakan isu penting, agar hasil uji klinik dapat pengganggu yang berada pada unit sampel akan

meyakinkan klinisi (pengguna) untuk pengambilan meyakinkan klinisi (pengguna) untuk pengambilan

Juga, dalam hirarki butki ilmiah (level of evidence)

probability

sampling,

mendekati probability , dengan asumsi “n” subyek yang sebagai level satu (first level), dalam rentangan

direkrut dapat merefleksikan populasi sasaran yang pembagian level satu sampai dengan empat.

diwakilinya. 3

Disain RCT Mengapa harus alokasi random dan tersamar

Secara diagramatik disain penelitian RCT

ganda?

Sebagaimana sudah disitir di depan, baku statistik yang benar, pada RCT seharusnya ada dua

adalah seperti pada Gambar 1. 2 Menurut teori

emas disain uji klinik adalah RCT double blind. RCT tahapan pengacakan (proses random). Pertama, pada

double blind harus menyangkut dua hal penting, yakni saat mengambil sejumlah sampel (katakanlah

“alokasi random” dan “ketersamaran ganda”. Untuk sejumkah “n” subyek eksperimen) dari populasi,

memahami dua prinsip ini, kita lihat kembali Gambar seharusnya ditarik secara random (acak) dari

populasi sasaran. Kedua, pada saat mengalokasikan Katakanlah, kita ingin mengetahui apakah sampel ke dalam kelompok uji dan kelompok

jamu ampuh (kelompok uji) mempunyai efek yang pembanding harus dilakukan secara acak pula

sama, atau lebih superior, dengan pengobatan (alokasi random). Dengan demikian, menurut teori

captopril (kelompok pembanding) pada penderita statistik yang benar, ada dua proses random, yakni

hipertensi. Dikaitkan dengan validitas internal (efek pengambilan sampel

intervensi), maka peneliti harus yakin outcome klinik sampling), dan

(turunnya tekanan darah) adalah “semata” karena (random allocation).

mendapatkan captopril atau jamu ampuh. Untuk

Obat Uji

menjawab “semata” ini, maka harus dapat dipastikan tidak ada bias, baik yang berasal dari subyek

penelitian maupun observer / experimenter.

Untuk menghindari bias ini, “alokasi random” dan “ketersamaran” menjadi hal penting. Alokasi

Obat Pembanding

random berkepentingan dalam hal “mengontrol” variabel pengganggu yang melekat pada subyek

(Natural History of Disease / NH), misalnya faktor Disain Randomized Controlled Trial (RCT)

Gambar 1

umur, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan sebagainya, yang dapat mempengaruhi outcome klinik

Namun demikian, mengidentifikasi populasi

(turunnya tekanan darah). 4

sasaran (sampling frame) pada uji klinik adalah Faktor pengganggu lainnya adalah efek di luar suatu yang sulit, dan juga untuk mendapatkan

obat (jamu ampuh dan captopril) yang disebut dengan subyek uji klinik bukanlah perkara mudah. Oleh

Extraneous Effect (EF), misalnya karena pasien karena itu, pada praktiknya pengambilan sampel uji

diberitahu komplikasi hipertensi, maka ia merubah klinik sering menggunakan pendekatan consecutive

pola diet, mengubah perilaku (olah raga), dan sampling. Pada consecutive sampling, peneliti sebagainya. Dalam EF termasuk “efek plasebo”, mengambil sampel sejumlah “n” subyek (misalnya misalnya karena keyakinannya akan khasiat jamu, dari pasien yang datang di klinik sesuai dengan

akan menimbulkan efek sugesti. 4 Masih ada satu lagi

Katakanlah, karena observer tahu mana yang jamu Rxp). Karenanya, kita harus menyingkirkan pengaruh ampuh dan mana yang captopril, setiap kali pasien

NH, EF dan OE. Pengaruh NH disingkirkan dengan datang, bisa saja observer tanya kepada subyek yang

teknik “alokasi random”, sementara pengarug EF dan menerima jamu ampuh, “badannya lebih enak ya bu/

OE disingkirkan dengan teknik “double pak setelah minum jamu ampuh?”. Pertanyaan yang

blind ” (ketersamaran ganda). Itulah sebabnya disain demikian, tentunya akan memberi sugesti kepada

uji klinik sebagaimana Gambar1, dinamai Randomized subyek. Untuk menghindari EF dan OE ini, maka

Controlled Trial, karena disain tersebut mampu perlu dilakukan “ketersamaran ganda”, yakni baik

“mengontrol” variabel pengganggu (confounding subyek maupun observer tidak mengetahui siapa

factors) di luar efek karena intervensi, yakni variabel mendapat jamu ampuh dan siapa mendapat

NH, EF dan OE. Dengan demikian, kalau ada captopril.

perbedaan penurunan tensi, kita dapat yakin karena Untuk lebih memahami efek hanya “semata”

“semata” efek terapi uji dan terapi pembanding. karena intervensi pada RCT double blind dapat

Dari penjelasan ini, dapat dimengerti bahwa RCT dijelaskan pada model Gambar 2.

by design adalah double blind (tersamar ganda). Maka cara penulisan disain ini adalah: “randomized, double-

Kelompok test: Ou = Rxu + NHu + EFu + OEu blind, controlled clinical trial”. 5 Mudah-mudahan tulisan (jamu ampuh)

ini bermanfaat.

Daftar Pustaka:

Kelompok kontrol: Op = Rxp +NHp + EFp + OEp (captopril)

h ttp : / / Keterangan: u = uji, p = pembanding (kontrol) www.britannica.com/EBchecked/topic/208658/Sir - Ronald-Aylmer-Fisher, Diakses 17 May 2012.

2. Chow, S.C & Liu, J.P. Design and Analysis of Model RCT double blind

Gambar 2

Clinical Trials, Concepts and Methodoloies. Wiley Interscience. 2004.

Pada contoh uji klinik “jamu ampuh” vs “captopril”,

3. Dahlan, M.S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan tujuan kita adalah menguji apakah jamu ampuh

Kedokteran dan lebih

baik, atau

Kesehatan. Salemba Medika. 2010. memberikan efek terapi (turunnya tensi). Untuk itu,

kita harus dapat memastikan bahwa outcome klinik

4. Grobbee, D.E. & Hoes, A.W. Clinical Epidemiology, (turunnya tensi) hanya benar-benar karena efek

Principles, Methods, and Applications for Clinical terapi, yakni jamu ampuh dan captopril (Rxu dan

Research. Jones and Bartlett Publishers. 2009.

5. Website ClinicalTrials.gov

STROKE REGISTRI MENJADI JEMBATAN DALAM UPAYA PERBAIKAN MANAJEMEN KASUS DAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KLINIK

dr. Muhammad Karyana, M.Kes

Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat Salah satu penyumbang konstribusi delayed in di bidang kedokteran membutuhkan perhatian lebih

transport akhir-akhir ini adalah adanya kemacetan di dalam rangka untuk memberikan pelayanan pasien

kota-kota besar dan sistem transportasi. Belum yang lebih baik lagi. Kasus-kasus seperti stroke

tersedianya sistem emergency transport dan emergency jumlahnya makin meningkat di Indonesia.

communication juga menjadi masalah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

Penyakit stroke sesungguhnya adalah masuk tahun 2007 penyebab kematian utama di Indonesia

dalam kelompok penyakit yang dapat dicegah, atau adalah stroke (15.4%), tuberkulosis (7.5%), dan injury

disease . Banyak penelitian telah (6.5%). Penanganan stroke yang masih dibawah

preventable

dikerjakan oleh para ahli, baik penelitian epidemiologi standar menjadikan stroke sebagai penyebab angka

maupun penelitian klinis. Berbagai faktor risiko kecacatan dan kematian nomor satu. Sebagian besar

kejadian stroke telah diidentifikasi. Berbagai faktor penderita tidak dapat hidup mandiri dalam aktivitas

risiko penyakit stroke tersebut, misalnya, menjadi sehari-hari, sehingga menghilangkan produktivitas

manula (umur di atas 55 tahun), laki-laki lebih banyak kerja yang menyebabkan bertambahnya beban di

dari wanita, sejarah keluarga (keturunan), tekanan masyarakat. Selain itu stroke juga membutuhkan

darah tinggi, merokok, menderita diabetes mellitus, biaya

kegemukan (obesity), hipercholesterolemia, penyakit menunjukkan bahwa, pengendalian faktor-faktor

perawatan yang

tinggi. Hal

ini

juga

jantung, adanya warning sebelumnya Transient risiko kejadian stroke di Indonesia, misalnya

Ischemic Attack (TIA), penggunaan terapi hormon, pengendalian hipertensi, hiperkolesterolemia, kencing

minum alkohol, kurang aktivitas fisik, masalah diet manis, dan sebagainya, masih belum optimal. Bila

(kurang makan sayur dan buah), stress, dan lain-lain. dibandingkan dengan negara maju, Amerika Serikat

Dengan melihat faktor risiko yang telah disebutkan misalnya, penyebab kematian utama di Amerika

pencegahan penyakit stroke pada Serikat adalah penyakit jantung, kanker, stroke,

tadi,

maka

prinsipnya adalah “merubah perilaku”, yang meliputi penyakit paru khronis, dan kecelakaan (accidents).

pola makan sehat, aktivitas fisik (olah raga), tidak Sampai saat ini masalah penyakit stroke

merokok, tidak minum alkohol, tidak stress, dan masih banyak yang meliputi problema pre hospital

seterusnya, yang kesemuanya merupakan faktor- antara lain, kultur budaya, tingkat ekonomi, geografis

dan dikendalikan Indonesia

yang heterogen,

pendidikan dan pengetahuan masyarakat, tingkat

Riskesdas tahun 2007 ekonomi, jarak antara penderita dan rumah sakit

Data

penelitian

menunjukkan bahwa untuk penduduk umur di atas 15 terdekat. Masih minimnya pengetahuan masyarakat

tahun, prevalensi hipertensi 29.8%, Diabetes Mellitus tentang stroke yang apabila ditangani dengan tepat

5.7%, Gangguan Toleransi Glukosa 10.2%, pada umur dan cepat akan mengurangi disabilitas dan mortalitas

10 tahun ke atas prevalensi merokok setiap hari 23.7%,

Bila data prevalensi faktor risiko terjadinya Oleh karenanya pada hari Jumat tanggal 23 stroke hasil Riskesdas dikaitkan dengan penanganan

bersamaan dengan pembukaan faktor

November 2012,

Pertemuan Ilmiah Nasional Stroke 2012 di Kota hipertensi dan diabetes mellitus, maka kita mengenal

risiko terdekat,

misalnya

penanganan

Semarang, Bapak Direktur Jenderal Bina Upaya adanya fenomena 1:4, atau 1:5. Artinya dari

Menteri Kesehatan prevalensi hiptertensi 30%, misalnya, maka yang

mencanangkan Stroke Registry. Dimana mulai tahun ditangani

2013, seluruh kasus stroke di RS pemerintah ataupun seperempatnya (7.5%), dari prevalensi diabetes

swasta di Indonesia akan didata.

mellitus 5.7%, baru hanya sekitar 1.1 % penderita Tahap pertama pengembangan stroke registry yang ditangani oleh petugas kesehatan. Gap antara

kerjasama Badan Litbangkes dengan PP-PERDOSSI prevalensi yang sakit dan prevalensi yang ditangani,

adalah pengembangan stroke registry berbasis rumah tentunya akan menambah tingkat risiko untuk

sakit. Dengan pengembangan stroke registry berbasis jatuh menjadi serangan stroke .

rumah sakit, maka diharapkan data yang terkumpul Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

akan dapat digunakan untuk meningkatkan outcome 39/1995 tentang Penelitian dan Pengembangan

pengobatan penyakit stroke. Melalui stroke registry Kesehatan dan juga PerMenkes 1144/2010 tentang

berbasis rumah sakit, data yang dikumpulkan akan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

dapat diolah lebih lanjut, untuk berbagi tujuan Kesehatan,

perjalanan alamiah mempunyai fungsi melaksanakan penelitian dan

menentukan cost-effectiveness pengembangan kesehatan, Badan Litbangkes juga

penyakit

(NHD),

intervensi klinis, memonitor manfaat dan keamanan mempunyai fungsi memfasilitasi dan mengkoordinir

intervensi klinis, serta meningkatkan mutu pelayanan penelitian

dan pengembangan

kesehatan

di

pasien stroke.

Indonesia. Tentunya, kalau stroke registry berbasis rumah Untuk itulah, Badan Litbangkes, dalam hal

sakit ini sudah berjalan dengan baik, maka bisa saja ini Pusat TTKEK, melakukan kerjasama dengan PP-

dikembangkan menjadi population based registry, PERDOSSI, untuk mengembangkan disease regitry

dengan melibatkan puskesmas dan dokter keluarga, berbasis rumah sakit, khususnya “stroke registry”.

sehingga akan dapat diidentifikasi prevalensi penyakit Menurut tujuannya, disease registry bisa population

stroke yang lebih akurat, dan juga survival dari pasien based

registry, atau

paska stroke.

Population based registry biasanya bertujuan lebih Saat ini, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan kepada mengidentifikasi prevalensi, faktor risiko,

dan Epidemiologi Klinik telah membuat web portal

dan survival; sementara hospital based registry

terkait registri. Kedepan pelaksanaan registri ini akan

lebih kepada upaya perbaikan manajemen

dilakukan secara online dan real time. Alamat website

kasus dan peningkatan kualitas pelayanan

http://www,ina-registry.org .

klinik. Ini adalah Disease Registry yang pertama di

Indonesia dalam

menunjukkan keseriusan kita bersama dalam memerangi

memberikan pelayanan pasien yang lebih baik, diperlukan manajemen dan pencatatan kasus yang baik pula. Melalui pengembangan sistem registri

PERAN APOTEKER DALAM SAINTIFIKASI JAMU

Dra. Lucie Widowati, Apt., M.Si

Untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu pelayanan perlu didukung keterpaduan komitmen

jamu, merupakan kegiatan yang dijalankan oleh dan keterlibatan unit kerja lintas sektor, berbagai

apoteker di sisi hulu, artinya dari menjamin mutu disiplin ilmu, organisasi seminat dan industri. Tujuan

mulai budidaya tanaman obat hingga pasca panen, dari Saintifikasi Jamu adalah a) Memberikan

sampai produk ramuan dapat diberikan kepada pasien. landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu

Bagaimanakah peran Apoteker dari sisi hilir ?. Sisi secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan

hilir pada kegiatan Saintifikasi Jamu merupakan kesehatan. b) Mendorong terbentuknya jejaring

tahap dimana dokter memberikan pelayanan sekaligus dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya

sebagai pelaku penelitian, pasien menerima jamu yang sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,

telah dijamin mutu dan kemanfaatannya secara promotif,

penggunaan jamu.

Klinik yang diatur dalam Permenkes no. 003/ penelitian

Menkes/I/2010, merupakan Klinik Jamu sebagai penggunaan jamu dan d) Meningkatkan penyediaan

tempat penelitian pelayanan. Selayaknya Klinik, jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji

tentunya terdapat ketenagaan, sarana dan prasarana secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik

yang menjadi kriteria pada Klinik Jamu. Dalam untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas

struktur Klinik Jamu, terdapat tugas Apoteker yang pelayanan

berdasarkan Peraturan diperlukan kesadaran dari masing-masing pelaku

1027/Menkes/SK/IX/2004 untuk secara

tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, mendukung implementasinya untuk semata-mata

yang mengatur tentang pelayanan resep, promosi dan pada

edukasi serta home care.

kesejahteraan masyarakat. Salah satu disiplin ilmu Apotik Klinik Jamu, adalah suatu unit yang yang

berada dibawah Klinik Jamu yang bertugas menyiap- Saintifikasi Jamu adalah ilmu kefarmasian (profesi kan dan menyajikan jamu sesuai dengan resep dokter apoteker). Apoteker adalah profesi kesehatan yang kepada pasien, yang terdiri dari jamu dan/ obat menghubungkan ilmu kesehatan dengan kimia konvensional. Menurut PP No. 51 tahun 2009, medisinal, farmasetikal, patologi dan farmakologi Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk klinik dan berkewajiban menjaga keamanan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, keefektivan obat.

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau Karena konsep dari Saintifikasi Jamu adalah

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat Penelitian berbasis pelayanan, maka modalitas dari

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta kegiatan tersebut adalah dokter dan jamu. Jamu yang

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser dan mengalami perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru dengan

filosofi Pharmaceutical

care

(asuhan

kefarmasian), berorientasi kepada pasien. Peran yang menonjol pada asuhan kefarmasian adalah komunikasi dengan pasien, dan inilah yang disebut trend baru dalam pelayanan kefarmasian. Kontribusi dari seorang praktisi asuhan kefarmasian diukur oleh

pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah terapi obat untuk pasien. Komunikasi merupakan suatu aspek penting yang mutlak dikuasai oleh seorang apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian khususnya di masyarakat. Apoteker yang handal berkomunikasi akan mampu memberikan penjelasan mengenai pekerjaannya, kepada pengguna jasa, baik pasien, tenaga kesehatan atau pihak lain yang terkait. Kegiatan tersebut merupakan kesatuan sebagai fungsi Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). Salah satu implementasi dari KIE adalah kegiatan konseling. Tujuan dilakukannya konseling yaitu untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan, diantaranya mengenai nama obat, tujuan

menggunakan obat,

efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan penggunaan obat-obat lain.

Penelitian pelayanan jamu memanfaatkan pasien yang memilih jamu untuk mengatasi keluhan/ penyakitnya, sebagai respoden. Kerjasama tim dokter, apoteker dan pasien sangatlah erat, untuk menghasilkan penelitian pelayanan yang memenuhi metodologi yang

berperan dalam

kepatuhan pasien untuk minum jamu. Kepatuhan dalam minum jamu dalam penelitian pelayanan

dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh dokter Saintifikasi Jamu dan Apoteker Saintifikasi Jamu. Mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum jamu.

Pelatihan Dokter Saintifikasi Jamu telah diselenggarakan sebanyak 6 kali. Dari pelatihan ini telah meluluskan 178 dokter yang mempunyai Sertifikasi Penelitian Saintifikasi Jamu. Selain itu, dokter Saintifikasi Jamu juga berasal dari dokter peserta pasca sarjana herbal UI dan dari diklat SJ mandiri. Perkembangan ke depan, semakin banyak masyarakat yang menggunakan jamu. Jika permintaan pengobatan dengan jamu meningkat maka kebutuhan penyediaan jamu tidak dapat ditangani sendiri oleh dokter yang melakukan praktek Saintifikasi Jamu. Untuk mendukung implementasi program Saintifikasi Jamu di masyarakat, di pandang perlu untuk memberikan pelatihan, tidak hanya kepada tenaga dokter namun juga kepada apoteker.

Kompetensi yang diharapkan dari Apoteker Saintifikasi Jamu:

1 Melakukan praktik kefarmasian secara profesional

dan etik

2. Memformulasi dan memproduksi jamu

3. Melakukan dispensing jamu

4. Menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan jamu

5. Memberikan informasi jamu

6. Mengelola penyediaan jamu

7. Melaksanakan upaya preventif dan promotif

kesehatan masyarakat terkait jamu Pelatihan Apoteker Saintifikasi Jamu angkatan

pertama telah diselenggarakan terhadap 15 apoteker, di Surakarta dan B2P2TO2T Tawangmangu, tanggal

5 – 10 November 2012.

AKTIVITAS LABORATORIUM TERPADU (LABDU) PUSAT TTK & EK TAHUN 2011-2012

DR. Fitrah Ernawati, MSc

1. Persiapan Mendapatkan Akreditasi KAN

Akreditasi dirasakan perlu oleh labdu karena dengan memperoleh akreditasi, laboratorium dapat menunjukkan

melalui penerapan sistem management yang kuat serta memberikan kepercayaan kepada mitra kerja. Di era terbuka saat ini persyaratan terhadap mutu laboratorium menjadi acuan bagi pengguna laboratorium. Pembuktian tidak hanya cukup dengan hanya bentuk fisik laboratorium atau peralatan yang canggih melainkan juga berdasar-

kredibilitasnya

Sesuai dengan PerMenkes 14 tentang kan dokumen resmi yang menyertai hasil uji. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Dokumen yang menerangkan bahwa hasil uji telah Kesehatan maka tugas Pusat Teknologi Terapan

memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, maka Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK dan

dikeluarkan oleh EK) adalah melaksanakan penelitian dan pengem-

laboratorium penguji yang terakreditasi. Di sinilah bangan di bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan

penguji terakreditasi Epidemiologi Klinik. Dalam melakukan penelitian,

keberadaan

laboratorium

menjadi semakin penting peranannya. Hasil uji yang peneliti

digunakan oleh peneliti dalam mendukung artikel terhadap diri sendiri dan kepada pihak lain. Salah

harus memegang

kejujuran

(honesty)

yang akan dipublikasi nasional utamanya di jurnal satu bentuk kejujuran seorang peneliti adalah

internasional, diperlukan pernyataan bahwa pengujian memelihara

dilakukan oleh laboratorium terakreditasi sehingga pengelolaan informasi dan data penelitian, dengan

tidak menimbulkan keraguan.

menghindari kesempatan

untuk

merekayasa

Menurut ISO (International Organization for informasi dan data penelitian. (LIPI 2010). Untuk

Standardisation), akreditasi adalah pengakuan formal dapat memenuhi kaidah tersebut, laboratorium

terhadap laboratorium penguji yang mempunyai terpadu (labdu) sebagai sarana penunjang penelitian

kompetensi untuk melakukan pengujian tertentu yang dalam memberikan layanan pengujian bagi peneliti

tertuang dalam peraturan ISO 17025:2008. Akreditasi terus berbenah mencapai laboratorium yang handal

laboratorium mampu memberikan jaminan terhadap dan dapat dipercaya.

mutu dan keakuratan data hasil uji sekaligus Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, labdu

laboratorium penguji. Di telah melakukan beberapa kegiatan untuk mening-

menjamin

kompetensi

Indonesia, laboratorium diakreditasi oleh Komite

Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah

2. Training Pemeriksaan retinol dalam minyak

suatu lembaga non struktural yang mempunyai tugas Pada tanggal 13 sampai 15 juni 2012 labdu pokok

mangadakan training analisa retinol (vitamin A) dalam memberikan pertimbangan dan saran kepada Badan

untuk menetapkan

akreditasi

dan

minyak. Training ini berhubungan dengan studi fortifi- Standardisasi Nasional (BSN) dalam menetapkan

kasi minyak dengan vitamin A yang dilaksanakan di sistem akreditasi dan sertifikasi. Untuk dapat

Ciamis dan Tasikmalaya dengan ketua peneliti DR. diakreditasi sebagai laboratorium yang kompeten,

Sanjaya, MPH. Fortifikasi minyak goreng dengan laboratorium tersebut harus menerapkan standar

vitamin A yaitu penambahan vitamin A dalam minyak ISO/IEC 17025:2008 – Persyaratan Umum Kompe-

goreng. Tujuan training ini adalah memberikan tensi Laboratorium Penguji.

penguatan sumber daya manusia khususnya dalam Persiapan mendapatkan akreditasi sudah

melakukan analisis vitamin A sehingga hasil uji dimulai sejak pertengahan tahun 2011. Pada tahun

analisis vitamin A antar laboratorium tidak berbeda. 2011 telah dilakukan diseminasi dengan materi

Nara sumber adalah Sherry Tanumihardjo, PhD, Pengenalan dan Interpretasi ISO/IEC 17025:2008

beliau adalah pakar vitamin A dari University of (Persyaratan Manajemen) dan Pengenalan dan Inter-

Wisconsin – USA. Peserta training adalah pelaksana pretasi ISO/IEC 17025: 2008 (Persyaratan Teknis)

teknis dari beberapa laboratorium pemerintah seperti diikuti oleh peneliti yang banyak menggunggunakan

BBIA (Balai Besar Industri Agro), SEAMEO, Seafast hasil laboratorium dan litkayasa. Dilanjutkan pada

Center IPB dan BPOM.

tahun 2012 dengan mengadakan seminar tentang bagaimana

Laboratorium, bagaimana melakukan Audit Internal Laboratorium, penyusunan dokumentasi Sistem Manajemen

Pelaksanaan audit internal. Alhamdulillah dengan rahmat Tuhan Yang Maha kuasa Tim manajemen Labdu pada pertengahan November 2012 sudah me- nyerahkan dokumen permohonan akreditasi kepada KAN.

Penjelasan Metabolisme Retinol

3 . Kunjungan Tamu Nepal

Kunjungan ini merupakan salah satu rangkaian kunjungan tamu dari Negara Nepal ke Badan Litbang Kesehatan. Kunjungan ke Pusat TTK dan EK jatuh pada tanggal 17 Oktober 2012, dalam kunjungan tersebut disampaikan penjelasan tentang tugas dan fungsi Pusat TTK dan EK, topik penelitian yang telah

Dalam kunjungan tersebut dijelaskan bahwa Labdu

4. Training CRP(C-Reactive Protein)

Pusat TTK dan EK mampu melakukan analisis kimia C-Reactive Protein adalah suatu analisis yang klinik meliputi analisis fungsi ginjal, fungsi hati,

digunakan untuk melihat adanya inflamasi. Analisis ini profil lipid, darah rutin, analisis mineral seperti

sering digunakan sebagai screening atau analisis selenium, calcium, Pb dan analisis vitamin seperti

status besi. Training vitamin A dan E. Disamping itu labdu juga mampu

penyerta dari penentuan

dilaksanakan pada tanggal 20 November 2012 pukul melakukan analisis status besi meliputi ferritin,

11.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Nara sumber Serum Transferrin Receptot (STfR), Total Iron

adalah Mr. Juergen Erhat peneliti dari Jerman. Beliau Binding Capacity (TIBC) dan analisis kimia

banyak menulis tentang status besi status vitamin A di makanan seperti analisis zat gizi makro dan mineral

beberapa jurnal internasional. Peserta training adalah dalam makanan.

peneliti muda dan litkayasa Pusat TTK dan EK. Tujuan Kegiatan labdu saat ini masih terbatas untuk

training ini adalah mengembangkan metode analisa mendukung kegiatan penelitian untuk kepentingan

CRP dengan metode-modifikasi sehingga kedepan labdu Badan Litbang Kesehatan.

Pusat

mampu mengembangkan pemeriksaan CRP dengan metode yang lebih efisien,

harga lebih murah dari metode ysng ada, sehingga dapat mengurangi ketergantungan import kit dari luar negeri.

Demikian sepintas kegiatan labdu……….. SEMOGA SUKSES.

Penjelasan Tugas & Fungsi Pusat TTK dan EK

Training Pengukuran CRP di Lab Terpadu Pusat TTK dan EK Bogor

TRAINING OF THE TRAINER GOOD CLINICAL PRACTICE

(TOT GCP) Yogyakarta, 3-5 Oktober 2012

Junediyono SKM, MKM

Seperti telah disampaikan dr. Siswanto, MHP, TOT GCP dilaksanakan guna memperoleh DTM pada Newsletter edisi sebelumnya, GCP

kemampuan untuk merupakan suatu “standar” kualitas etik dan ilmiah

tentang GCP.

Kegiatan pelatihan

internasional untuk mendisain, melaksanakan,

dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 3 - 5 Otober

2012, di Yogyakarta. Peserta berjumlah 30 orang yang melibatkan

berasal dari 1) Peneliti Pusat TTK dan EK, 2) RS perangkat untuk standarisasi uji klinik. Dalam

Marzuki Mahdi Bogor, 3) RS Sardjito, 4) Universitas bahasa baku, GCP sering disebut Cara Uji Klinik

5) Balai Penelitian dan yang Baik (CUKB). Pedoman tentang bagaimana

Ahmad

Dahlan dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. melaksanakan CUKB, juga telah diterbitkan oleh

Fasilitator berasal dari WHO TDR India dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Universitas Gadjah Mada.

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Kegiatan dibagi menjadi dua, berupa Workshop Epidemiologi Klinik (Pusat TTK dan EK) sebagai

GCP pada hari pertama dan kedua dengan mekanisme implementor tugas pokok dan fungsi sesuai Peraturan

pelaksanaan berupa paparan, tanya jawab, dan diskusi Menteri Kesehatan Nomor 1144/2010, bertugas

kelompok. Materi meliputi:

melaksanakan penelitian dan pengembangan serta  History and Principles of GCP penapisan teknologi dibidang teknologi terapan

 Quality System in Clinical Research kesehatan

dan epidemiologi

klinik,

sangat

 Principles of Ethic Research

berkewajiban untuk

menstandarisasi penelitian

 Essential Documents

klinis. Penelitian klinis yang dimaksud dalam GCP

 Stake Holders Responsibility

adalah uji klinik.

Peneliti harus

mempunyai

kemampuan yang „kaffah‟ tentang GCP. Workshop  GCP in Trial Procedures GCP sendiri sudah pernah dilaksanakan oleh Pusat

 Informed consent process TTK dan EK bekerjasama dengan Komisi Nasional

 Safety management

Etik Penelitian Kesehatan. Peserta adalah semua  Investigational product management peneliti Pusat TTK dan EK.

 Data management

Era sekarang, penekanan peran Pusat lebih Pada hari ketiga, dilaksanakan Training Of the sebagai regulator dan fasilitator. Sebagai fasilitator,

Trainer (TOT). Dari peserta TOT tersebut terpilih 10 Pusat TTK dan EK harus dapat membina semua

orang sebagai peserta terbaik, yaitu : dr. Siswanto, institusi pelaksana penelitian uji klinik, termasuk

MHP, DTM; Dr. Ir. Basuki Budiman, M.Kes; drh. Endi mengajarkan bagaimana melaksanakan uji klinik

Ridwan, M.Sc; Ully Adhie Mulyani, Apt, M.Si; Dyah yang terstandar. Berangkat dari tugas tersebut, Pusat

Santi Puspitasari, SKM, M.Kes; Mutiara Prihatini, TTK dan EK bekerjasama dengan World Health

SGz, M.Si; dr. Retna Mustika Indah; dr. Heny

PENGUKUHAN PROFESOR RISET

dr. EMILIANA TJITRA, DTM&H, MSc, PhD

dr. Muhammad Karyana, M.Kes

Satu lagi peneliti dari Badan Medicine and Hygiene (DTM&H) dan Tropical Litbang Kesehatan dikukuhkan

Medicine (MSc) didapat pada tahun 1984 dan 1985 di sebagai Profesor Riset bidang

Faculty of Tropical Medicine and Hygiene, Mahidol Parasitologi

University, Bangkok, Thailand. Beasiswa untuk dengan

dan

Mikrobiologi

Philosophy of Doctor (PhD) di Menzies School of Health "Perkembangan

Research (MSHR), Darwin, Australia pada tahun 1997. Malaria di Indonesia: Pengobatan

Pengobatan

Menjadi peneliti di Badan Litbang Kesehatan Radikal dengan Obat Kombinasi".

sejak tahun 1986. Dengan jabatan fungsional pertama Prof (Riset) dr. Emiliana Tjitra memaparkan orasi

adalah Asisten Peneliti Madya pada tahun 1988, Ajun tersebut di ruang J. Leimena Kementerian Kesehatan

Peneliti Madya tahun 1990, Peneliti Muda tahun 1992, (19-12-2012). Prof. dr. Emiliana Tjitra merupakan

Peneliti Madya tahun 1994, Ahli Peneliti Madya tahun profesor wanita pertama yang dimiliki oleh Badan

1996, Ahli Peneliti Utama tahun 2003 pada bidang Litbang Kesehatan.

Parasitologi dan Mikrobiologi.

tahun 2012, telah terhadap tugas dan tanggung jawab yang tinggi

Jabatan profesor riset mempunyai implikasi

Sampai

dengan

menghasilkan lebih dari 140 karya tulis ilmiah yang dalam melaksanakan penelitian, pengembangan dan

ditulis sendiri atau bersama penulis lain dalam jurnal penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gelar

ilmiah, buku atau prosiding pertemuan ilmiah dalam profesor riset merupakan insentif non material bagi

bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, di dalam peneliti yang berprestasi dan merupakan pengakuan

dan di luar negeri.

resmi pemerintah dan negara. Oleh karena itu,

tersebut menunjukkan profesor riset diharapkan dapat lebih memacu

Melalui

orasinya

pengobatan merupakan komponen penting upaya peningkatan kualitas riset dan sekaligus dapat

pengendalian malaria dan bagian kegiatan rutin di memberikan bimbingan kepada para peneliti yang

semua jenjang pelayanan kesehatan. Pengobatan lebih muda.

berhasil baik apabila ditunjang fasilitas pemeriksaan Prof. dr. Emiliana Tjitra dilahirkan di Jakarta

darah untuk kepastian diagnosis malaria; ketersediaan pada tanggal 27 April 1952. Pendidikan formal

dan kemudahan mendapat obat antimalaria; cara diawali dari Sekolah Rakyat

minum obat mudah, sederhana dan singkat waktu Menengah Atas di Jakarta. Sarjana Kedokteran

sampai Sekolah

pengobatan; aman, cepat responnya dan sangat efektif diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas

sehingga dapat mencegah penyakit menjadi berat dan Katolik Atma Jaya pada tahun 1976, dokter tahun

komplikasi akibat kegagalan pengobatan, mencegah 1981. Beasiswa SEAMEO untuk Diploma of Tropical

penularan infeksi dan resistensi.

 pengobatan malaria untuk wanita hamil trimester merupakan obat antimalaria praktis untuk semua

Regimen kombinasi

jenis dan stadia malaria, dan membantu kekurangan  pengobatan radikal malaria berat dan dengan keterampilan mikroskopis dalam mengidentifikasi

komplikasi.

jenis parasit. Kombinasi artemisinin fixed dose yang

aman, sangat potent dengan efikasi >95%, dosis

berkembang dan harian tunggal dan waktu pengobatan sesingkat

Pengobatan

malaria

mengalami perubahan paradigma dari monoterapi mungkin dapat memperbaiki kepatuhan minum obat.

menjadi komboterapi. Kombinasi yang ideal adalah

D i h i d r o a r te m i s i n i n - p i p e r a k u i n ,

a r te s u n a t -

antara derivat artemisinin dan obat antimalaria yang pironaridin dan artemisinin-naftokuin merupakan

paruh panjang yang dapat ACT potensial untuk kebijakan multi first line

mempunyai waktu

membunuh sisa parasit yang belum terbunuh oleh therapy sehingga perkembangan parasit resisten

derivat artemisinin, membunuh parasit yang relaps, dapat dicegah dan cakupan pengobatan ditingkatkan.

dan mencegah infeksi baru didaerah endemis atau Petunjuk pengobatan malaria dapat dipertajam

dikenal post treatment prophylaxis. menjadi: Pengobatan radikal dengan primakuin adalah  pengobatan radikal baku malaria tanpa mutlak walaupun di daerah endemis malaria dan komplikasi untuk semua kelompok umur dan

efektif untuk dapat semua jenis malaria,

memutuskan penularan dan menuju eliminasi malaria.  pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi

dengan gagal pengobatan,

Keluarga besar Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

mengucapkan SELAMAT kepada Prof. dr. Emiliana Tjitra, atas pengukuhannya........ Diharapkan akan membawa kemaslahatan bagi peneliti khususnya dan umat manusia umumnya................Aamiiin

REFORMASI BIROKRASI

DR. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes

Sasaran Reformasi Birokrasi antara lain : Rencana

Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang

 Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas

Nasional 2005-2025

pembangunan aparatur negara dilakukan melalui  Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan reformasi birokrasi untuk mendukung keberhasilan

publik kepada masyarakat

pembangunan bidang

komitmen nasional untuk melakukan reformasi  Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja

birokrasi

birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi

prioritas utama dalam Perpres Nomor 5 Tahun

Dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi ada 4 misi

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

yang diusung yaitu :

Menengah Nasional 2010 – 2014.

1. M e m b e n t u k / m e n y e m p u r n a k a n peraturan

perundang-undangan dalam rangka mewujudkan merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan,

tata kelola pemerintah yang baik proses menata ulang, mengubah, memperbaiki, dan

2. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih baik

tatalaksana, manajemen sumber daya manusia (profesional, bersih, efisien, efektif, dan produktif).

aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas Perubahan signifikan

pelayanan publik, mindset dan culture set. seperti kelembagaan, sumber daya manusia aparatur,

elemen-elemen

birokrasi

3. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif. ketatalaksanaan,

akuntabilitas,

aparatur,

pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan

4. Mengelola sengketa administratif secara efektif secara sadar untuk memposisikan diri (birokrasi)

dan efisien.

kembali, dalam rangka menyesuaikan diri dengan

dinamika lingkungan yang dinamis.

yang sedang berjalan Perubahan

Proses

Reformasi

memberi manfaat, yaitu: melaksanakan peran dan fungsi birokrasi secara

Penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, bersih tepat, cepat dan konsisten, guna menghasilkan

dan bebas dari KKN, masyarakat mendapat manfaat sesuai diamanatkan konstitusi. Perubahan

pelayanan yang mudah cepat, ramah terjangkau dan kearah yang lebih baik, merupakan cerminan dari

informatif, kemampuan dan rasa tanggungjawab seluruh kebutuhan yang bertitik tolak dari fakta

pegawai semakin meningkat.

adanya peran birokrasi saat ini yang masih jauh dari Pelaksanaan reformasi dibagi dalam 8 area yaitu : harapan. Realitas ini, sesungguhnya menunjukan

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

4. Penguatan Pengawasan Tentunya hal ini dapat kita mulai dari hal-hal yang

5. Penataan Organisasi kecil seperti absensi, kepatuhan untuk hadir tepat waktu kemudian berkembang pada hal-hal lain.

6. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Pelaksanaan perubahan tidak mengenal kata berhenti

7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

8. Manajemen Perubahan Pola Pikir dan Budaya berkesinambungan. Mari kita mulai merubah mind set, Kerja

berpikir kearah positif, merubah budaya kerja, datang Proses reformasi birokrasi diharapkan akan

kekantor tidak hanya sekedar mengisi absen. membawa perubahan antara lain pada peningkatan

Pusat Teknologi Terapan disiplin kerja, pegawai datang melaksanakan tugas

Di lingkungan

Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, sosialisasi pada tepat waktu, mengisi waktu di kantor dengan

seluruh peneliti oleh “Agent of Change” dilakukan melaksanakan

secara bertahap pada peneliti di kantor Jakarta tanggungjawabnya sesuai dengan tugas dan fungsi

maupun di Bogor, para litkayasa dan juga seluruh dan mengikuti aturan yang berlaku serta tepat

serta pelaksana administrasi sasaran Bekerja dengan hati yang tulus dan

pejabat struktural

lainnya. Sosialisasi juga disampaikan oleh nara berupaya

sumber Assesor dari Badan Penelitian Pengembangan meningkatkan keahlian. Semua Pegawai Negeri Sipil

Kesehatan, Bapak Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes mempunyai produktivitas

dan Ibu Dra. Rahmaniar Brahim, Apt., M.Kes dari Itjen mempunyai kinerja yang jelas.

Kemenkes RI

mulai melaksanakan perubahan harus dimulai dari sekarang, mulailah

Agar semua itu cepat terlaksana, maka

Mari

kita bersama

Reformasi Birokrasi di lingkungan sendiri, sesuai dari diri sendiri yang kemudian ditularkan kepada

dengan pesan Kepala Badan Litbangkes “mari kita lingkungannya,

sehingga

menyebar dan

pada

BERTASBIH.”

akhirnya semua berubah kearah yang lebih baik.

KAUSASI

DR. Ir. Basuki Budiman, MScPH

Kausasi dimaksudkan

adalah

proses

Model Kausasi

menimbang (judgement) suatu variabel atau faktor Suatu kejadian tidak berdiri sendiri atau tidak sebagai penyebab suatu kejadian (penyakit, dsb).

disebabkan oleh faktor tunggal dan pasti berkaitan Pengenalan suatu sebab memudahkan seseorang

dengan faktor lain. Rothman (1985) memberi contoh memutuskan suatu tindakan yang tepat untuk

yang sederhana dan mudah dipahami. Jika tombol memecahkan masalah. Lingkup tulisan ini membahas

sakelar listrik ditekan “on” maka bola lampu akan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

menyala. Kegiatan menekan sakelar listrik “on” tidak menyusun, menganalisis dan menyimpulkan suatu

serta merta menyimpulkan sebagai sebab bola lampu penelitian.

menyala. Faktor lain yang berkonstribusi antara lain melakukan kajian kumpulan hasil penelitian (review).

kabel. Jika tidak ada kabel tidak mungkin bola lampu Penelitian pada dasarnya adalah proses

menyala. Oleh karena itu perlu prasyarat dan kejadian memecahkan masalah untuk mencari kebenaran

yang cukup (sufficient cause) untuk mengatakan suatu relatif. Ilmu dan pengetahuan selalu berkembang.

faktor sebagai sebab.

Kebenaran saat ini belum tentu benar di masa yang

mendefinisikan sufficient cause akan datang. Temuan baru hasil penelitian akan

Rothman

sebagai berikut “ a set of minimal conditions and events memperbarui kebenaran yang dipercaya sebelumnya.

that inevitably produce disease”. Minimal prasyarat Kejadian ini selalu berulang secara “secular trend”

dan kejadian yang pasti menghasilkan akibat (disease). atau yang dikenal dengan prinsip deducto-hipotetico-

Minimal dalam arti prasyarat dan kejadian tidak verifikasi. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan

penyakit minimal fakta yang ada, menyusun teori dan hipotesis dan

dipadankan dengan onset penyakit. Namun demikian, melakukan verifikasi termasuk menyimpulkan.

untuk efek biologis, banyak hal dan seringkali terjadi Penyusunan fakta untuk menyusun teori

(confounder) tidak merupakan pekerjaan merunut fakta sedemikian rupa

diketahui. Sebagai contoh “merokok penyebab kanker sehingga diperoleh kerangka teori dan menyusun

paru”. Di antara “merokok” dengan “sakit kanker hipotesis. Pada waktu merunut fakta, seseorang

paru” terdapat rangkaian kejadian atau prasyarat, memerlukan pengetahuan faktor sebab dan akibat

sehingga “merokok” itu sendiri tidak cukup supaya tidak bertentangan dengan logika batang

disimpulkan sebagai penyebab. Faktor lain yang perlu tubuh pengetahuan (body of knowledge). Beberapa

dipertimbangkan adalah berapa banyak batang rokok pedoman disarankan

dihisap dalam waktu tertentu, jenis rokok, ada filter, menimbang suatu faktor sebagai suatu sebab

tanpa filter atau kretek, cara dan lama merokok. Jadi kejadian, antara lain Hill (1965).

kata merokok sendiri kurang tepat digunakan sebagai

4. Temporaly merujuk pada keharusan faktor sebab langsung, sebab antara dan akar masalah. Istilah ini

UNICEF pernah

mengenalkan

sebab

mendahului akibat (efek) dalam satu waktu dan diterapkan dalam analisis penyebab kurang gizi.

tidak bertentangan dengan body of knowledge. Green

5. Biological gradient. Yang dimaksudkan adalah bertindak,

dalam menganalisis

motif

seseorang

Semakin besar paparan predisposisi,

dose-response effect.

(exposure) semakin parah akibat yang ditimbulkan. penghambat.

Keparahan akibat bergantung pada dosis sebab.

6. Plausibility

lengkapnya

adalah biologically

Kausasi menurut Hill.

plausible mechanism yaitu peran dari faktor sebab Hill

sehingga akibat terjadi. Ringkasnya dalam ilmu pertimbangan dalam menentukan suatu faktor

kedokteran adalah patologi atau mekanisme sebagai sebab, yaitu:

kejadian penyakit dari fakor sebab itu. Sebagai contoh adalah pengaruh anemia terhadap kognisi.

1. Strength atau besaran kekuatan asosiasi/ Anemia berpengaruh terhadap saraf pusat yang

hubungan antara faktor sebab dan faktor akibat.

pendengaran. Mielinasi Besaran dinyatakan dengan rasio relatif atau

berkaitan

dengan

terganggu karena defisiensi zat gizi besi sehingga rasio odd atau dalam analisis statistik regresi

transmisi informasi dari auditori ke sistem saraf sebagai

koefisien.

Semakin besar

besaran

pusat memerlukan waktu yang lebih lama. kekuatan asosiasi

7. Coherence adalah hubungan sebab-akibat tidak (confounder). Misalnya rasio odd merokok sebagai

menyingkirkan atau mengabaikan komponen lain

bertentangan dengan pengetahuan yang ada penyebab kanker paru sebesar 10 kali. Definisi

mengenai riwayat alamiah dan biologi penyakit. merokok adalah menghisap rokok putih, tidak

8. Experimental evidence merujuk pada hasil berfilter, 20 batang per hari selama 10 tahun

penelitian double blind randomized controlled trial atau lebih. Dalam hal ini faktor merokok dapat

yang membuktikan bahwa pemberian intervesi disimpulkan sebagai sebab. Jika besaran sangat

faktor yang “diduga sebab” memperbaiki atau kecil, misalnya rasio odd 1,10, maka bias tidak

memulihkan keadaan atau menetralisasikan „faktor terdeteksi. Peran faktor lain, yang mungkin tidak

akibat‟.

diketahui, tidak terdeteksi.

9. Analogy menjelaskan kesepadanan hasil observasi

2. Consistency adalah seri hasil pengamatan/ penelitian lain. Misalnya jika suatu obat dapat penelitian

menyebabkan cacat lahir, bukan tidak mungkin dilaksankan pada populasi dan mungkin metode

obat lain juga mempunyai pengaruh yang sama. penelitian yang berbeda. Hal ini jarang terjadi.

Biasanya berbeda metode berbeda hasil. Pada akhir urainnya Hill mengakui bahwa sem-

3. Specificity membutuhkan single efek, bukan bilan butir aspek yang disarankan tidak mutlak benar multi

efek. Misalnya

kuman

tuberkolosis

dan harus semuanya ada.

menyebabkan sakit tuberkolosis (TB) paru atau None of my nine viewpoints can bring indisputable defisiensi iodium menyebabkan pembesaran

evidence for or against the cause-and-effect hypothesis kelenjar tiroid (gondok, goiter). Jika kuman

and none can be required as a sine qua non tuberkolosis dihilangkan tidak terjadi sakit TB

atau jika iodium diberikan (profilaksis) maka

Telaah sembilan saran Hill

Penelitian menghasilkan pengetahuan baru Hill menulis sarannya pada tahun 1965, saat

yang dapat menumbangkan atau bahkan memperkuat itu ilmu statistik belum berkembang seperti