BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Right Issue 2.1.1 PengertianRight Issue - Analisis Pengaruh Right Issue yang Diterbitkan oleh Warrant Issuers dan Non Warrant Issuers Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Right Issue
2.1.1 PengertianRight Issue
Right merupakan efek turunan (derivatif) dari efek utama yang mempunyai
masa hidup yang singkat, biasanya kurang dari enam bulan. Right issue di Indonesia sering juga dikenal dengan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yaitu penawaran saham baru kepada pemegang saham lama dengan harga khusus. Saham baru yang ditawarkan kepada pemegang saham lama berdasarkan proporsi rasio yang telah ditentukan, misalnya PT X menerbitkan membeli dua lembar saham baru setiap selembar saham lama.
Pemegang saham lama memiliki hak lebih utama (preemptive right) yaitu hak untuk mempertahankan proporsi kepemilikan di suatu perusahaan sehubungan dengan diterbitkannya saham baru. Tujuan perusahaan memberikan
pre-emptive right bagi pemegang saham lama adalah agar pemegang saham tidak
mengalami penurunan persentase kepemilikan (dilusi) didalam perusahaan dan untuk melindungi harga saham dari kemerosotan.
Pada umumnya harga saham setelah diterbitkannya right lebih murah dibandingkan dengan harga pasar saham. Tingkat harga yang lebih murah tersebut tentu saja akan menarik hati para investor untuk menggunakan haknya karena dengan harga yang lebih rendah kemampuan investor untuk membeli saham baru tersebut lebih mudah diwujudkan. Dengan meningkatnya permintaan saham maka semakin besar juga dana yang akan diperoleh perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Suad Husnan (1998) didalam peneltian Wismar’Ein (2004), alasan perusahaan melakukan right issueadalah :
1. Right issue dapat mengurangi biaya emisi karena right issue biasanya tidak menggunakan jasa penjamin (underwriter).
2. Dengan adanya right issue berakibat jumlah saham perusahaan yang ada akan bertambah sehingga diharapkan akan meningkatkan frekuensi perdagangan atau yang berarti akan meningkatkan likuiditas saham Keuntungan atau kerugian atas kepemilikan right sangat ditentukan oleh harga saham setelah pelaksanaan right issue. Naik atau turunnya harga saham pasca pengumuman right issue ditentukan oleh sejauh mana persepsi investor atas rencana perusahaan melaksanakan right issue, misalnya untuk memperkuat modal perusahaan, membayar utang ataupun melakukan akuisi.
Namun right adalah suatu hak bukan kewajiban sehingga tidak ada keharusan bagi pemegang saham lama untuk menggunakan rightnya. Pemegang saham bisa saja menjual rightnya kepada pihak lain jika tidak ingin menggunakannya, dengan konsekuensi berkurangnya proporsi kepemilikannya atas perusahaan tersebut. Right dapat diperdagangkan sama halnya seperti saham namun perdagangan right mempunyai masa berlaku tertentu.
Menurut Widoatmodjo (2004:75) untuk memutuskan apakah HMETD dilaksanakan atau tidak, pantau perkembangan harga saham jika harga pasar saham cenderung meningkat diatas harga teoritis, saatnya menggunakan hak.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan right issue , antara lain : a. Cum Date adalah tanggal berakhir seorang investor dapatmeregistrasikan sahamnya untuk mendapat hak corporate action. Bila seseorang membeli saham pada periode cum right, maka dia akan memperoleh saham yang masih mempunyai hak atas bukti right yang akan segera didistribusikan.
b.
Ex Date adalah tanggal dimana investor sudah tidak memiliki hak lagi akansuatu corporate action. Apabila melakukan pembelian saham pada periode ex right maka berarti akan memperoleh saham yang tidak lagi c.
DPs Date adalah tanggal dimana daftar pemegang saham yang berhak atas suatu corporate action yang diumumkan.
d. Tanggal pelaksanaan akan akhir right adalah tanggal periode right tersebut dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya.
e.
Allotment date adalah tanggal yang menentukan jatah investor yang mendapatkan rights dan berapa besar tambahan saham baru akibat right
issue .
f.
Listing Date adalah tanggal dimana penambahan saham akibat adanya
rights tersebut didapatkan di bursa efek g.
Harga pelaksanaan adalah harga yang harus dibayar oleh investor untuk mengkonversikan haknya kedalam bentuk saham. Umumnya harga pelaksanaan rightdibawah harga saham yang berlaku. Hal ini dimungkinkan sebagai suatu tarikan agar investor mau membelinya.
Rights itu sendiri mempunyai harga pasar, harga terbentuk daripenawaran dan permintaan yang terjadi.
2.1.2 Dampak Right Issue
Kebijakan penerbitan right tentu memiliki dampak. Right issueakan mempengaruhi jumlah, kepemilikan dan harga saham. Dengan diterbitkannya maka jumlah saham yang beredar akan bertambah. Peningkatan jumlah
right
saham yang beredar tentu akan mempengaruhi kepemilikan saham jika pemegang saham lama tidak menukarkan rightnya dengan saham baru sehingga pemegang saham lama akan mengalami dilusi, yaitu penuruan persentase kepemilikan
Harga saham perusahaan setelah emisi right secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal tersebut wajar terjadi karena harga pelaksanaan emisi
right selalu lebih rendah daripada harga pasar. Jadi kapitalisasi pasar saham
tersebut akan naik dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham yang beredar (Darmadji & Fakhruddin, 2006).
Ada risiko yang harus diterima oleh investor, baik mereka yang merealisasikan haknya atau tidak, yaitu menurunnya harga saham dan dividen per saham (Widoatmodjo, 2004:73).
Warrant Issue
2.2
2.2.1 Pengertian Warrant Issue
Waran (warrant), seperti halnya right, adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang memberi hak kepada pemegang efek (investor) untuk memesan saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham.
Perbedaan utama antara right dengan warrant adalah jangka waktu. Right issue merupakan instrumen jangka pendek yang umumnya kurang dari enam bulan sedangkan warrant adalah instrumen jangka panjang, di Indonesia umumnya berumur enam bulan hingga lima tahun.
Waran merupakan efek yang tidak dapat diterbitkan secara terpisah namun harus melekat pada efek lainnya.Dalam penelitian ini khususnya pada right.
Walapun penerbitan waran harus tergantung dengan efek lain namun waran dapat penerbitan waran dalam penerbitan bukti right (right issue) maupun penerbitan obligasi membuat proses right issue atau obligasi menjadi lebih menarik.
Investor harus mengeluarkan sejumlah dana untuk menukarkan efek waran yang dimilikinya menjadi saham sesuai dengan harga pelaksanaan.Harga pelaksanaan (exercise price) merupakan tingkat harga dimana pemegang waran dapat membeli saham biasa perusahaan yang menerbitkan.saham tersebut.Harga pelaksanaan ditentukan sejak awal penerbitan waran.
Pelaksanaan hak atas efek waran dapat dilakukan setelah enam bulan atau lebih setelah dicatatkan.Seorang investor dapat melaksanakan haknya setelah membeli waran yang diperdagangkan selama kurun waktu enam bulan atau lebih sebelum masa exercise. Dalam penelitian ini waran akan didapatkan secara gratis pada saat pemegang saham lama menukarkan right yang dimiliknya menjadi saham baru.
Menurut Widoatmodjo (2004) faktor terpenting dalam investasi waran adalah memperhatikan persyaratan konversi.Investasi pada waran memiliki peluang besar untuk meraih keutungan pada situasi yang tidak stabil.
2.2.2 Manfaat dan Risiko Warrant
Adapun manfaat memiliki waran adalah :
a) Investor lebih berpotensi untuk mendapatkan tambahan saham dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Oleh sebab itu investor akan memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi atas kepemilikan saham tersebut.
Investor memiliki peluang untuk mendapatkan capital gain melalui penjualan waran yang dimilikinya.
c) Bagi investor yang memiliki waran menyertai obligasi tentu akan memiliki penghasilan ganda. Disamping akan mendapatkan bunga hasil obligasi, kelak juga akan mendapatkan dividen hasil saham ataupun capital gain hasil penjualan waran.
Risiko atas kepemilikan waran :
a) Risiko out the money, yaitu risiko ketika harga saham dipasar lebih rendah dibandingkan harga pelaksanaan. Disaat kondisi ini terjadi, maka kepemilikan waran tidak berarti karena lebih murah membeli saham dipasar dibandingkan menggunakan hak waran. b) Risiko menurunnya earning per share (EPS) yaitu menurunnya laba per saham akibat semakin banyaknya saham yang beredar.
c) Menerima bunga yang lebih rendah dari suku bunga bank. Tentu risiko ini akan diterima oleh investor waran yang menyertai obligasi.
2.3 Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Tujuan investor
dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya.Return merupakan faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya ( Tandelilin, 2001 : 47).
Sumber
- – sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Misalnya dalam berinvestasi pada obligasi maka akan mendapatkan bunga obligasi, dan berinvestasi pada saham maka akan mendapatkan dividen. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagaiperubahan harga sekuritas. Maka untuk menghitung return total dapat menjumlahkan yield dan capital gain (loss).
Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.Return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2003 : 109).
2.4 Abnormal Return
Reaksi pasar dapat diukur dengan melihat return tidak normal (abnormal
return
). Pasar dikatakan efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama. Menurut Jogiyanto (2003) abnormal return atau excess return merupakan kelebihan darireturn yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi
Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2003) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model dan
market-adjusted model .Mean-adjusted model (model disesuaikan rata
- – rata)
- – menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation
period).Market Model menganggap bahwa tingkat keuntungan suatu saham dipengaruhi oleh tingkat portofolio pasar. Sedangkan market-adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar padasaat tersebut.
Abnormal return diperoleh dari perbedaan tingkat keuntunganyang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan investor.Abnormal
return dikatakan positif pada saat tingkat keuntungan yang sebenarnya terjadi lebih
besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan (return ekspektasi).Sebaliknya, dikatakan negatif pada saat tingkat keuntungan yang sebenarnya
abnormal return
terjadi (return realisasi) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diharapkan (return ekspektasi).
Average abnormal return merupakan rata rata return tidak normal
2.5 Signaling Theory
Signaling theory adalah teori yang melihat sinyal informasi sebagai suatu
hal yang dibutuhkan investor untuk mempertimbangkan dan menentukan langkah atau keputusan yang akan diambil. Tanggapan investor terhadap sinyal, baik negatif ataupun positif akan mempengaruhi kondisi pasar. Manajer adalah pihak yang memiliki informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai faktor
- – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dibandingkan dengan pihak luar.
Asimetri informasi akan terjadi jika manajer tidak menyampaikan secara utuh ke pasar modal setiap informasi yang diperoleh yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan. Asimetri informasi adalah informasi privat yang tidak semua investor mendapatkannya.Hal ini mengindikasikan bahwa ada investor yang tidak mendapatkan informasi dan ada investor yang mendapatkan informasi.Untuk mengantisipasi asimetri informasi, perusahaan harus bersedia memberikan informasi yang dimiliki.Informasi yang dimiliki dapat dipublikasikan kepada investor melalui pengumuman di pasar modal.
Pengumuman penerbitan saham baru yang akan beredar melalui right
issue akan memberikan sinyal informasi bagi investor. Hal ini tentu akan
ditanggapai oleh investor karena akan memperngaruhi harga saham yang mereka miliki.Menurut Suwardjono (2005) dalam Susanti (2014) sebuah informasi dapat dikatakan bermanfaat jika informasi tersebut dapat membuat perubahan keyakinan penerima informasi (stakeholder), yang ditunjukan adanya asosiasi antara peristiwa (event) dengan return, harga atau volume saham di pasar modal.
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event)yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman.Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003).
Pengujian informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (information
content ), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.
Pengumuman mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal
return kepada pasar. Sebaliknya, pengumuman tidak mengandung informasi jika
tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi.
Menurut Tandelilin (2001) standar metodologi yang biasa digunakan dalam event studiesadalah :
1. Mengumpulkan sample, yaitu perusahaan – perusahaan yang mempunyai pengumuman yang mengejutkan pasar (event). Perubahan harga dapat terjadi jika ada event yang mengejutkan pasar, misalnya adanya pengumuman perusahaan yang akan melakukan merger, stock perusahaan.
2. Menentukan hari pengumuman atau event.
3. Menentukan periode pengamatan. Periode pengamatan biasanya dihitung dalam hari. Jika penelitian menghitung 30 hari sekitar pengumuman, maka 15 hari sebelum pengumuman ditandai dengan - 15, -14, -
13,…, -1. Sedangkan hari pengumuman akan ditandai dengan 0 dan 15 hari sesudahnya ditandai dengan +1, +2, +3,…, +15.
4. Menghitung return masing – masing sampel setiap hari selama periode pengamatan
5. Menghitung return abnormal, yaitu dihitung dengan mengurangi
return aktual yang sebenarnya terjadi dengan return yang diharapkan
6. Menghitung rata – rata return abnormal semua sampel setiap hari.
Dari data yang diperoleh dapat menggambarkan adanya pengaruh
event terhadap perubahan harga selama periode pengamatan yang ditentukan.
7. Terkadang return abnormal harian tersebut digabungkan untuk menghitung return abnormal kumulatif selama periode tertentu.
8. Mempelajari dan mendiskusikan hasil yang diperoleh.
2.7 Penelitian Terdahulu
Sari (2000) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Right
Issue terhadap Return Saham Setelah Cum Date
” periode 1994 – 1996.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penawaran umum terbatas (right issue)
ex date maupun di sekitar ex date(short even window)dan penawaran umum
terbatas (right issue) juga menimbulkan reaksi pasar yang negatif pada periode pengamatan yang lebih panjang (long even window).
Safitrining rum (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Reaksi Pasar Suatu Event Study di BEJ pada periode Pasca Krisis Ekonomi” tahun 1999 – 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi pasar terhadap pengumuman penawaran umum terbatas pada t = 0 atau pada saat tanggal penawaran umum terbatas adalah negatif. Demikian juga untuk t=-1 sampai dengan t = +1 dan setelah tanggal pengumuman right issue yaitu pada t = +1 sampai dengan t = +5 terjadi respon pasar yang negatif signifikan.
Catranti (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Right Issue terhadap Imbal Hasil Saham dan Volume Perdagangan” periode 2002 – 2007.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peristiwa penawaran umum terbatas cenderung menimbulkan reaksi pasar yang negatif terhadap harga saham pada saat ex-date. Namun, pada cumdate(satu hari sebelum ex-date) reaksi pasar masihpositif dengan rata-rata abnormal return yang cukuptinggi. Pola perilaku
average abnormal return (AAR) tersebut cenderung serupa pada kelompok
sampel warrant issuer maupun non warrant issuer. Perbedaan pada kedua kelompok sampel tersebut adalah pada tingkat signifikansi AAR. Pada sampel
warrant issuer , terjadi peningkatan volume perdagangan sebesar 59,4%
sedangkan pada sampel non warrant terjadi penurunan volume perdagangan Jubah Maulana (2013) melakukan penelitan dengan judul “Pengaruh Right
Issue Terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
” periode 2008 – 2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham serta right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham.
Susanti dan Ardiana (2014) melakukan penelitian dengan judul “Reaksi
Pasar terhadap Pengumuman Right Issue pada Perusahaan Warrant Issuer dan Non Warrant Issuer
” periode 2008 – 2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa pengumuman right issue tanpa disertai warrant dan pengumuman right
issue yang disertai warrant di Indonesia tidak memiliki kandungan informasi.
Penelitian ini juga mendapat hasil bahwa tidak terdapat perbedaan average
abnormal return (AAR) antara perusahaan yang mengumumkan right issue tanpa
disertai warrant dengan perusahaan yang mengumumkan right issue yang disertai dengan warrant.
Berikut ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam table 2.1:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Judul Penelitian Metode Hasil PenelitianPeneliti Penelitian
Prima Yusi Analisis Pengaruh Event Study Right issue menimbulkan Sari (2000) Right Issue terha- reaksi pasar yang negatif dap Return Saham terhadap harga saham
Setelah Cum Date pada saat ex date, di sekitar ex date maupun pada periode pengamatan yang lebih panjang. Istiqomah Analisis Pengaruh Metode Reaksi pasar terhadap Safitriningrum Pengumuman Right Statistik pengumuman penawaran (2004) Issue Terhadap Non umum terbatas pada t=-1
Reaksi Pasar Suatu Parametrik sampai dengan t = +5 Event Study di BEJ Sign Test adalah negatif signifikan. pada periode Pasca dan Metode Krisis Ekonomi Statistik
Parametrik Aski Catranti Pengaruh Right Peristiwa penawaran
Event Study
(2009) Issue terhadap umum terbatas cenderung Imbal Hasil Saham menimbulkan reaksi dan Volume pasar yang negatif Perdagangan terhadap harga saham pada saat ex-date .
Pola perilaku average
abnormal return (AAR)
tersebut cenderung serupa pada kelompok sampel warrant issuer maupun non warrant
issuer
Jubah Pengaruh Right Regresi Peristiwa right issue Maulana Issue Terhadap Sederhana berpengaruh positif dan (2013) Return Saham dan tidak signifikan terhadap
Volume Perdaga- return saham serta right ngan Saham issue berpengaruh positif Perusahaan yang dan tidak signifikan Terdaftar Di Bursa terhadap volume Efek Indonesia perdagangan saham
Putu Adi Reaksi Pasar Event Study Tidak ditemukan Susanti & Pt. terhadap perbedaan average Agus Ardiana Pengumuman Right abnormal return (AAR) (2014) Issue pada antara perusahaan yang
Perusahaan mengumumkan right
Warrant Issuer dan issue tanpa disertai
Non Warrant warrant dengan
Issuer perusahaan yang
mengumumkan right yang disertai
issue warrant .
2.8 Kerangka Konseptual
Right issue (penawaran umum terbatas) merupakan salah satu cara
penawaran saham baru yangdiminati oleh emiten karena penerbitannya lebih mudah dan tidak memerlukan biaya penjamin emisi efek.Pada umumnya perusahaan melakukan right issue untuk memperoleh tambahan modal usaha guna mengembangkan usaha ataupun mengatasi kesulitan likuiditas.Right issue ditawarkan kepada pemegang saham lama dikarenakan pemegang saham lama memiliki hak preemptive yaitu hak untuk mempertahankan proporsi kepemilikannya di perusahaan tersebut.
Dalam pasar modal sering juga ditemui perusahaan yang menerbitkan
right issue yang disertai warrant.Warrant
berfungsi sebagai ‘pemanis’ yang menambah ketertarikan investor untuk menggunakan haknya membeli saham baru. Bagi investor yang mau menggunakan rightnya membeli saham baru tentu akan mendapatkan warrant yang dapat digunakan untuk membeli saham baru di masa yang akan datang ataupun investor akan mendapatkan capital gain disaat memilih untuk menjual warrantnya kepada pihak lain. Namun tidak semua perusahaan di pasar modal menerbitkan right disertai dengan warrant.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengumuman penerbitan yang disertai warrant, penerbitan right yang tidak disertai warrant dan juga
right
penerbitan right secara keseluruhan terhadap return saham perusahaan. Dalam penelitian ini return saham diproksikan dengan return tidak normal (abnormal
return ). Berikut kerangka konseptualnya : Right issue yang
disertai warrant (X1)
(X3)
Abnormal Return
(Y)
Right issue yang tidak
disertai warrant (X2)
Gambar 2.1a
Kerangka Konseptual Model A
Sebagai salah satu aksi korporasi yang populer digunakan untuk mendapatkan tambahan modal, informasi penerbitan right tentu saja akan menjadi perhatian investor. Reaksi pasar yang diakibatkan oleh pengumuman right issue dapat dilihat melalui abnormal return. Abnormal return merupakan selisih dari return realisasi dengan return ekspektasi.
Selain untuk melihat pengaruh pengumuman right issue terhadap return saham, penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan reaksi pasar yang disebabkan oleh right issue yang disertai warrant dan right issue yang tidak disertai warrant. Berikut kerangka konseptualnya :
Perusahaan yang menerbitkan
right issue tahun 2011 - 2014
Tidak Disertai Disertai Warrant
Warrant Average abnormal return Average abnormal return
(AAR) (AAR) Uji Independent Sample t-Test
Gambar 2.1b
Kerangka Konseptual Model B
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual diatas maka dihasilkan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Pengumuman right issue yang disertai warrant berpengaruh signifikan terhadap return saham. H2 : Pengumuman right issue yang tidak disertai warrant berpengaruh signifikan terhadap return saham.
H3 : Pengumuman right issue secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap return saham H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return perusahaan yang mengumumkan right issuedisertai warrant dengan perusahaan yang mengumumkan right issue tanpa disertai warrant.