PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP ROA PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

  PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP ROA PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Program Studi Manajemen OLEH Oleh : DONI INDRA PRASETYO 2012210212 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016

  

THE EFFECT OF BUSINESS RISKS ON THE ROA ON NATIONAL PRIVATE

COMMERCIAL BANK FOREIGN EXCHANGE

DONI INDRA PRASETYO

  STIE Perbanas Surabaya E-mail:

  Nginden II Nomor 95 Surabaya

  

ABSTRACT

  The purpose of research was to determine whether the LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO and FBIRhas a significant influence either simultaneously or partially. This study used population at the National Private Comercial Bank Foreign Exchange In Indonesia.

  The sample were selected used purposive sampling technique. Data used is secondary data. Methods of data collection using the method of documentation. Data were analyzed using multiple regression analysis.Based on the calculations and the results hypothesis that the LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO and FBIRfor Return On Asset on National Private Comercial Bank Foreign Exchange have a significant effect. Partially LDR has a positive effect not significant,IPR has a negative effect not significant,NPL has anegativeeffect not significant,APB has a positive effect not significant,IRR has a positive effect not significant,PDN has a negative effect not significant and BOPO has a negative effect significant, FBIR has a positive effect not significant. Among the ten independent variables that contribute the most dominant on Health Score is BOPO of 91,97 per cent higher when compared with the other independent decision variables.

  Keywords: Business Risk And Return On Asset Pendahuluan

  Bank adalah lembaga keuangan Besarnya ROA yang dimiliki oleh bank kegiatan utamanya adalah menghimpun seharusnya semakin lama semakin dana masyarakat dan mmenyalurkannya meningkat dari waktu kewaktu. Tetapi kembali dana tersebut ke masyarakat serta pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi memberikan jasa bank lainnya. Bank pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa memiliki peranan yang sangat penting Selama tahun 2011 sampai tahun untuk perkembangan perekonomian 2015 cenderung mempunyai rata

  • – rata Indonesia pada masa sekarang ini karena tren negatif (0.22). Terdapat dua puluh tiga setiap aspek kegiatan operasionalnya Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan mengalami rata-rata tren negatif yaitu perekonomian nasional. Selain itu tujuan Bank Antardaerah dengan rata-rata tren - utama bank adalah untuk mencari laba dari 0,10, Bank CIMB NIAGA dengan rata-rata kegiatan operasionalnya. tren -0,64, Bank Danamon Indonesia Rasio yang umum digunakan dalam dengan rata-rata tren -0,21, Bank Ekonomi perbankan untuk menilai rentabilitasnya Raharja dengan rata-rata tren -0,08, Bank adalah tingkat pengembalian atas Ganesha dengan rata-rata tren -0,46, Bank perputaran aktiva totalnya atau Return On himpunan Saudara 1906 dengan rata-rata

  

Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk tren -0,14, Bank Maybank Indonesia

  mengukur kemampuan manajemen bank dengan rata-rata tren -0,06, Bank Jtrust

  0,25,Bank Mega dengan rata-rata tren - 0,51, Bank Metro Express dengan rata-rata tren -0,24, Bank MNC Internasional dengan rata-rata tren -0,37, Bank Muamalat Indonesia dengan rata-rata tren - 0,29, Bank Nusantara Parahyangandengan rata-rata tren -0,18.

  Penurunan ROA terjadi dipengaruhi oleh pengelolahan manajemen Bank Umum Swasta Nasional Devisayang mengalami penurunan kinerja. Oleh karena itu manajemen Bank Umum Swasta Nasional Devisa harus mampu meningkatkan kinerja profitabilitas dengan cara mencari tahu faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi kenapa ROA itu turun, salah satunya adalah risiko usaha.

  Risiko Likuiditas merupakan risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank (POJK nomor 18/POJK.03/2016 ). Risiko likuiditas dapat diukur dengan Loan

  Deposit Ratio ( LDR ) dan Investing Policy Ratio ( IPR ).

  LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2012:319). Pengaruh LDR terhadap ROA adalah positif .

  IPR merupakank emampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidaisi surat-surat berharga yang dimilikinya ( Kasmir, 2012:316). Pengaruh IPR terhadap ROA adalah positif karena apabila IPR meningkat berarti terjadi peningkatan investasi surat

  Risiko kredit atau default risk adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank termasuk risiko kredit akibat kegagalan debitur, risiko konsentrasi kredit,

  counterparty credit risk, dan settlement risk. (POJK nomor 18/POJK.03/2016).

  Untuk rasio yang digunakan dalam mengukurrisiko kredit adalahnon

  performing loan ( NPL) dan aktiva produktif bermasalah (APB).

  NPL adalah rasio yang menunjukkan kemapuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank (Taswan, 2012 :61). NPL mempunyai pengaruh positif terhadap risiko kredit.

  APB adalah kemampuan manajemen bank dalam mengelolah aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif (Taswan, 2010:166). Pengaruh APB dengan risiko kredit adalah positif. Risiko pasar (market risk) adalah risiko pada posisi neraca danrekening administrative termasuk derivative, akibatnya perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar termasuk risiko perubahan harga option (POJK nomor 18/POJK.03/2016).ROA dapat diukur juga dengan menggunakan

  Interest Rate Risk (IRR) dan Posisi Devisa Netto (PDN).

  Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisieni dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan oprasinya (Veithzal Rivai, 2013:482). Pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah positif. Hal ini terjadi apabila BOPO meningkat maka terjadi peningkatan biaya operasional dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan persentase peningkatan pendapatan operasional, akibatnya efisien bank dalam menekan biaya operasional yang digunakan untuk mendapatkan pendapatan operasional menurun sehingga risiko operasional meninkat.

  • – surat berharga yang dimiliki dengan persentase lebih besar dibanding persentase total dana pihak ketiga, akibatnya terjadi peningkatan pendapatan dibanding peningkatan biaya, sehingga laba yang dihasilkan oleh bank meningkat dan ROA juga meningkat.

  NOMOR 18/POJK.03/2016).Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendapatan yang diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi. Sebaliknya apabila pendapatan yang diharapkan semakin kecil maka risiko yang akan dihadapi juga akan semakin kecil. Berikut merupakan beberapa risiko yang kemungkinan dapat terjadi dibank yaitu; risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar dan risiko oprasional.

  Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: menguji signifikansi pengaruh CSR mengetahui tingkat signifikansi pengaruh LDR, IPR, NPL, APB,IRR , PDN ,BOPO dan FBIR dan secara bersama

  Tujuan Penelitian

  • – sama terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa, dan Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh positif LDR, IPR, NPL, APB, IRR, BOPO, PDN, FBIR secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa, serta mengetahui variabel diantara LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  Kerangka Teoritis dan Hipotesis Profitabilitas Bank

  • – rasio yang dipakai untuk mengukur tingkat likuiditas bank (Kasmir, 2012:316-318) .

  Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2012:354). Berikut merupakan cara untuk menghitung tingkat profitabilitas yaitu dengan menggunakan (Veithzal Rivai, 2013 : 480 - 482) :

  Retur non asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntunggan secara keseluruhaan. Rumusnya menggunakan :

  Risiko Usaha Bank

  Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu.Kemudian untuk risiko usaha adalah serangkaian metodelogi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.(POJK

  1. Risiko Likuiditas

  Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuanggan bank (POJK NOMOR 18/POJK.03/2016). Berikut merupakan rasio

  a) Investing Policy Ratio (IPR)

  IPR adalah kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat- surat berharga yang dimiliki. Rumusnya sebagai berikut :

a) Return On Asset (ROA)

  b) Loan to Deposit Ratio (LDR)

  LDR adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuidnya. Berikut merupakan rumus yang dipakai untuk rasio LDR :

  2. Risiko Kredit Risiko kredit itu adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank, termasuk risiko kredit akibat kegagalan debitur, Risiko konsentrasi kredit,

  counterparty credit risk , dan settlement risk (POJK NOMOR 18/POJK.03/2016).

  Risiko kredit dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut (Taswan, 2010:164-166) :

  FBIR adalah perbandingan antara pendapatan oprasional di luar bungadengan pendapatan oprasional bunga.

  b) Fee Based Income Ratio (FBIR)

  BOPO yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisieni dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan oprasinya. Berikut rumus nya sebagai berikut :

  a) Beban Oprasional Pendapatan Oprasional (BOPO)

  Risiko oprasional adalah risiko akibat ketidak cukupan dan tidakberfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kejadian- kejadian eksternal yang mempengaruhioprasional bank (POJK NOMOR 18/POJK.03/2016). Rumus yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut (Veithzal Rivai, 2013:480-482):

  4. Risiko Oprasional

  PDN adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara selisih aktiva valuta asing dan pasiva valuta asing ditambah dengan selisih bersih off balance sheet dibagi dengan modal. Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

  b) Posisi Devisa Netto (PDN)

  IRR adalah rasio yang timbul akibat adanya perubahan tingkat suku bunga. Berikut merupakan rumus dari rasio ini :

  Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca danrekening administratif, termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dan kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option (POJK NOMOR 18/POJK.03/2016). Rumus Yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2011:274-275) :

  APB adalah kemampuan manajemen bank dalam mengelolah aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini semakin buruk pula kualitas aktiva produktifnya, sebaliknya jika semakin kecil rasio ini maka semakin baik kualitas aset produktifnya. Berikut merupakan rumus dari perhitungannya :

  b) Aktifa Produktif Bermasalah (APB)

  NPL adalah rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bankdalam mengelolah kredit bermasalah yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga, rasio menunjukan bahwa semakin buruk kualitas kreditnya maka kemungkinan terjadi kredit bermasalah semakin besar. Berikut merupakan rumus dari rasio NPL :

  a) Non Perfoming Loan (NPL)

3. Risiko Pasar

a) Interest Rete Risk (IRR)

  7. PDN secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  8. BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. 9. memiliki

  FBIR secara parsial

  Kerangka Pemikiran

  pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

  Berdasarkan metodenya, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, karena pada penelitian ini menjelaskan hubungan antar variabel (variabel bebas dan variabel terikat) yang digunakan dalam penelitian ini, selain itu dalam penelitian ini mengukur kekuatan hubungan antara dua

  Gambar 1 Kerangka Pemikiran variabel atau lebih.

  Hipotesis Penelitian Definisi Operasional dan Pengukuran 1.

  LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN,

  Variabel

  • – BOPO dan FBIR secara bersama

  Definisi operasi merupakan sebuah sama memiliki pengaruh signifikan Untuk membatasi permaslahan dalam terhadap ROA pada Bank Umum penelitian ini serta memudahkan Swasta Nasional Devisa. menganalisis data, berikut ini diuraikan 2. LDR secara parsial mempunyai definisi operasional serta pengukuran dari pengaruh positif yang signifikan masing-masing variabel. terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  1. Loan to Deposit Ratio (LDR) 3.

  IPR secara parsial mempunyai Rasio ini merupskan perbandingan pengaruh positif yang signifikan antara total kredit yang diberikan terhadap ROA pada Bank Umum terhadap total simpanan pihak ketiga Swasta Nasional Devisa. yang dimiliki oleh Bank Umum 4. NPL secara parsial mempunyai

  Swasta Nasional Devisa tahun 2011 pengaruh negatif yang signifikan sampai dengan 2015 dengan satuan terhadap ROA pada Bank Umum ukuran adalah persen dan untuk Swasta Nasional Devisa. mengukurnya menggunakan rumus 5. APB secara parsial mempunyai nomor sebelas. pengaruh negatif yang signifikan

  2. Investing Policy Ratio (IPR)

  terhadap ROA pada Bank Umum Rasio ini merupakan perbandingan Swasta Nasional Devisa. antara surat-surat berharga dengan 6.

  IRR secara parsial mempunyai total dana pihak ketiga yang dimiliki pengaruh yang signifikan terhadap oleh Bank Umum Swasta Nasional ROA pada Bank Umum Swasta

  Devisa tahun 2011sampai dengan Nasional Devisa. 2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor tujuh.

  3. Non Performing Loan (NPL)

  Rasio ini merupakan perbandingan antara total beban operasional dengan total pendapatan operasional yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan satuan ukuran adalah persen danuntuk mengukurnya menggunakan rumus nomor dua puluh tiga.

  3.1.Penelitian ini tidak dilakukan analisis pada semua anggota populasi, namun hanya terhadap anggota yang terpilih yang dijadikan sebagai sampel. Dengan penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu “Metode penetapan subyek penelitian untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria- kriteria tertentu” (Syofian Siregar, 2014 : 60).

  Penelitian ini menggunakan data yang populasinya berasal dari Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang ditunjukkan pada tabel

  Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi

  Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun2011 sampai dengan tahun 2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor satu.

  9. Return On Asset (ROA)

  Rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan operasional di luar bunga dengan total pendapatan operasional yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor dua puluh empat.

  8. Fee Base Income Ratio (FBIR)

  7. Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

  Rasio ini merupakan perbandingan antara kredit yang bermasalah dengan total kredit yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2011 sampai dengantahun2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor lima belas.

  bersih off banlace sheet dan dibagi modal yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan satuan ukuranya adalah persen dan melihat secara langsung laporan keuangan publikasi di Otoritas Jasa Keuangan..

  valas setelah itu ditambah selisih

  Rasio ini merupakan perbandingan antara Aktiva valas dikurangi Passiva

  6. Posisi Devisa Netto (PDN)

  Rasio ini merupakan perbandingan antara Interest Rate Sensitivitas Asset (IRSA) dengan Interest Rate Sensitivitas Liabilities (IRSL) yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor delapan belas.

  5. Interest Rate Risk (IRR)

  Rasio ini merupakan perbandingan antara Aktiva Produktif yang bermasalah dengan Total Aktiva Produktif yang dimiliki oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun2011 sampai dengan 2015 dengan satuan ukuran adalah persen dan untuk mengukurnya menggunakan rumus nomor enam belas.

  4. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)

  Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang memiliki total asset antara 1,5 Triliun sampai dengan 5 triliun pada tahun

  2015. Terdapat tiga bank yang akan digunakan sebagai sampel penelitian ini yaitu Bank Antar Daerah, Bank Ganesha, Bank SBI Indonesia.

  2

  X

  8 = Fee Based Income Ratio (FBIR)

  ei = Error (variabel pengganggu di luar variabel)

  b. Uji F (Uji Simultan)

  Syofian Siregar (2014 : 408), Uji simultan (Uji F) adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).Uji F dilakukan untuk mengetahui secara signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas LDR, IPR,NPL, APB, IRR, PDN, BOPO dan FBIRsecara bersama-sama terhadap variabel terikat ROA. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

  1. Menentukan formulasi hipotesis statistic

  H : 

  1 =  2 =  3 =  4 =  5 =  6 =  7 =  8 = 0

  Artinya variabel bebas secara bersama- sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat. H

  1

  : 

  1

  ≠ 

  ≠ 

  7

  3

  ≠ 

  4

  ≠ 

  5

  ≠ 

  6

  ≠ 

  7

  ≠ 

  8

  = 0 Artinya variabel bebas secara simultan bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

  2. Menentukan taraf signifikan  sebesar 0,05 atau 5% 3. Menentukan daerah penerima dan penolakan H

  = Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

  X

  Data dan Metode Pengumpulan Data

  7 X 7 + 

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui situs Otoritas Jasa Keuanganpada akhir tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa laporan keuangan setelah itu mengambil data-data yang digunakan dalam penelitian, mengolah data dan melakukan analisis data Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

  Teknik Analisis Data

  Data yang telah terkumpul akan Dalam menguji hipotesis dari pengaruh rasio LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR terhadap ROA, maka dilakukan analisis dengan langkah sebagai berikut : 1.

  Melakukan Analisis Deskriptif Analisis ini dilakukan untuk menganalisa data kuantitatif sehingga memberikan gambaran besarnya pengaruh variabel LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  Hipotesis Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

  Syofian Siregar (2014 : 4 05), “Analisis regresi linier berganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO dan FBIR terhadap variabel terikat ROA”. Langkah-langkah pengujian yaitu sebagai berikut :

  Y =  + 

  1 X 1 + 

  2 X 2 + 

  3 X 3 + 

  4 X 4 + 

  5 X 5 + 

  6 X 6 + 

  8 X 8 + ei

  = Posisi Devisa Netto (PDN)

  X

  6

  X

  5 = Interest Rate Risk (IRR)

  X

  4 = Non Performing Loan (APB)

  3 = Aktiva Produktif Bermasalah (NPL)

  Keterangan : Y = Return On Asset (ROA)  = Konstanta 

  X

  2 = Investing Policy Ratio (IPR)

  X

  1 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

  X

  1 -  8 = Koefisien Regresi

2. Melakukan Analisis Untuk Menguji

a. Analisis Regresi Linier Berganda

  b.

  Uji satu sisi kiri yang mempunyai pengaruh negatif (-) c.

  Uji dua sisi, sisi kanan dan kiri yang mempunyai pengaruh positif (+) dan negatif (-). Langkah-langkah yang dapat dilakukan

  Gambar 2 Daerah Penerimaan / Penolakan H adalah sebagai berikut : untuk Uji F

  1. Memformulasikan Hipotesis H : = 0, berarti variabel X , X , X , X ,

   i

  1

  2

  3

  4

  4. hitung menggunakan

  X

  5 , X 6 , X 7 , X 8 secara parsial

  Menghitung F rumus sebagai berikut : mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel teikat.

  H

  1 :  I > 0, berarti variabel X 1 , X 2 dan

  X secara parsial memiliki pengaruh Keterangan :

  8

  positif yang signifikan terhadap SSR = Sum of Square from Regretion varaiabel terikat (Y).

  SSE = Sum of Square from Sampling Error k = Jumlah variabel bebas H

  1 :  I < 0, berarti variabel X 3 , X 4 dan X

  7

  n = Jumlah data secara parsial memiliki pengaruh 5. negatif yang signifikan terhadap

  Menarik Kesimpulan Kesimpulan H diterima dan ditolak variabel terikat (Y). berdasarkan hasil perbandingan antara

  H

  1 I , berarti variabel X 5 dan X 6 secara

  ≠  F hitung dan F tabel dengan kriteria sebagai parsial memiliki pengaruh yang berikut : signifikan terhadap variabel terikat a) diterima maka F hitung  F tabel (Y). Jika H

  H diterima artinya variabel bebas (X

  Menentukan taraf signifikan  sebesar

  1 , X 2 , 2.

  X

  3 , X 4 , X 5 , X 6 , X 7 , X 8 ) secara bersama-

  0,05 atau 5% sama mempunyai pengaruh yang tidak

  3. Menentukan daerah penerimaan dan signifikan terhadap variabel terikat (Y). penolakan H (sisi kanan)

  b) ditolak maka F hitung >F tabel Jika H

  H ditolak artinya variabel bebas (X

  1 , X 2 ,

  X

  3 , X 4 , X 5 , X 6 , X 7 , X 8 ) secara bersama-

  sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

  Gambar 3

c. Uji t (Uji Parsial) Daerah Penerimaan dan Penolakan H

  Syofian Siregar (2014 : 410), Uji parsial

  Uji t Sisi Kanan

  (Uji t) adalah untuk mengukur secara terpisah dampak yang ditimbulkan dari

  4. Penentukan daerah penerimaan dan masing-masing variabel bebas (X) penolakan H (sisi kiri) terhadap variabel terikat (Y). Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh atau tidak variabel bebas LDR,

  IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO dan FBIRterhadap variabel terikat ROA.Dalam

  Gambar 4

  penelitianini dilakukan beberapa uji

  Daerah Penerimaan dan Penolakan H

  yaitu :

  Uji t Sisi Kiri 5.

  Menentukan daerah penerimaan dan a. Uji satu sisi kanan yang mempunyai penolakan H (dua sisi) pengaruh positif (+) secara parsial memiliki pengaruhyang signifikan terhadap variabel terikat.

  Gambar 5 ANALISIS DATA DAN Daerah Penerimaan dan Penolakan H PEMBAHASAN Uji t Dua sisi

  1. Analisis Regresi Linear Berganda

  Regresi Linear Berganda adalah 6. t hitung dengan

  Menghitung persamaan regresi untuk mengetahui menggunakan rumus sebagai berikut : besarnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas (independent) yaitu LDR,

  IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan Keterangan :

  FBIR terhadap variabel tergantung bi = Koefisien regresi variabel (dependent) ROA, maka akan diperoleh

  Sbi = Standart error bi hasil sebagai berikut.

  Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil a. Uji t sisi kanan regresi linear berganda sebagai berikut :

7. Menarik kesimpulan

  Jika t hitung  t tabel , maka H diterima dan H ditolak, artinya variabel

  1 Tabel 1

  bebas secara

HASIL PERHITUNGAN ANALISIS

  parsial mempunyai pengaruhpositif

  REGRESI signifikan terhadap variabel terikat.

  Jika t hitung > t tabel , maka H ditolak Variabel Koefisien Regresi

  Penelitian

  dan H diterima, artinya variabel

  1 (Constant) 7,030

  bebas secara

  (X ) 0,006 1

  parsial mempunyai pengaruh

  (X ) -0,001 2

  positifyang tidaksignifikan

  (X ) -0,082 3 terhadap variabel terikat.

  (X ) 0,027 4 b.

  (X ) 0,007

  Uji t sisi kiri 5

  (X ) -0,012 6 Jika - t hitung  - t tabel , maka H (X ) -0,078 7

  diterima dan H

  1 ditolak, artinya (X ) 0,003 8

  variabel bebas secara parsial

  R = 0,992 Fhitung = 401,884

  memiliki pengaruhnegatif yang

  R Square = Sig = 0,000 signifikan terhadap variabel terikat. 0,984

  Jika - t hitung < - t tabel , maka H ditolak dan Sumber : Lampiran 10, data diolah.

  H1 diterima, artinya variabel bebas secara parsial memiliki Y = 7,030 + 0,006 (X ) ) -0,082

  1

  2

  • – 0,001 (X pengaruhnegatif yang tidak

  (X

  3 ) + 0,027 (X 4 ) + 0,007 (X 5 )

  • – 0,012 signifikan terhadap variableterikat.

  (X

  6 ) -0,078 (X 7 ) + 0,003 (X 8 ) + e i c.

  Uji t sisi kanan dan kiri a.

  Konstanta () = 7,030 menunjukkan Jika tabel  t hitung  t tabel , maka H

  • – t besarnya variabel tergantung Y, apabila diterima dan H

  1 ditolak, artinya

  variabel bebas X

  1 , X 2 , X 3 , X 4 , X 5 , X 6 ,

  variabel bebas secara parsial

  X

  7 dan X 8 . Bernilai sama dengan 0.

  memilki pengaruh yang tidak b.

  1 (  1 ) 0,006. Hal ini

  Nilai Koefisien X signifikan terhadap variabel terikat. menunjukkan bahwa apabila vaariabel

  Jika hitung < - t tabel atau t hitung >

  • – t

  X mengalami peningkatan sebesar

  1

  t tabel , maka H ditolak dan H

  1

  satu persen, maka akan mengakibatkan diterima, artinya variabel bebas peningkatan pada variabel tergantung Y sebesar 0,006 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  1 mengalami

  Nilai Koefisien X

  sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan peningkatan pada variabel tergantung Y sebesar 0,007 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  5 mengalami penurunan

  sebesar satu persen makan akan mengakibatkan penurunan pada Y sebesar 0,007persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  g.

  Nilai Koefisien X

  6 (  6 ) sebesar -0,012.

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  6 mengalami peningkatan

  sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan pada variabel tergantung Y sebesar -0,012 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  6

  mengalami penurunan sebesar satu persen makan akan mengakibatkan peningkatan pada Y sebesar -0,012 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  h.

  7

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  ( 

  7 ) sebesar -0,078.

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  7 mengalami peningkatan

  sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan pada variabel tergantung Y sebesar -0,078 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  7 mengalami penurunan

  sebesar satu persen makan akan mengakibatkan peningkatan pada Y sebesar -0,078 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. i.

  Nilai Koefisien X

  8 (  8 ) sebesar 0,003.

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  8

  mengalami peningkatan sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan peningkatan pada variabel tergantung Y sebesar 0,006 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  8 mengalami penurunan

  5 mengalami peningkatan

  5 (  5 ) sebesar 0,007.

  penurunan sebesar satu persen makan akan mengakibatkan penurunan pada Y 0,006 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  mengalami peningkatan sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan pada variabel tergantung Y sebesar -0,082 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  c.

  Nilai Koefisien X

  2 (  2 ) sebesar -0,001.

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  2 mengalami peningkatan

  sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan penurunan pada variabel tergantung Y sebesar -0,001 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  2 mengalami penurunan

  sebesar satu persen makan akan mengakibatkan peningkatan pada Y sebesar -0,001 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  d.

  Nilai Koefisien X

  3 (  3 ) sebesar -0,082.

  Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel X

  3

  3

  Nilai Koefisien X

  mengalami penurunan sebesar satu persen makan akan mengakibatkan peningkatan pada Y sebesar -0,082 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  e.

  Nilai Koefisien X

  4

  ( 

  4

  ) sebesar sebesar 0,027. Hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel

  X

  4 mengalami

  peningkatan sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan peningkatan pada variabel tergantung Y sebesar 0,027 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan. Sebaliknya, apabila X

  4 mengalami penurunan

  sebesar satu persen makan akan mengakibatkan penurunan pada Y sebesar 0,027 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

  f.

  sebesar satu persen makan akan mengakibatkan penurunan pada Y sebesar 0,006 persen dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap konstan.

2. Uji Simultan (Uji F)

  1 ,X 2 ,X 3 ,X 4 ,X 5 ,X 6 ,X 7 ,dan

  2,13 , sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H

  1 diterima. Hal ini menunjukkan

  bahwa X

  1 , X 2 , X 3 , X 4 , X 5 , X 6 , X 7 ,dan

  X

  8 secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y.

  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

  2,13 401, 804

  Gambar 6 Daerah Penerimaan dan Penolakan H uji F 5) Nilai koefisien korelasi (R)

  menunjukkan seberapa kuat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Besarnya nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu

  X

  X

  = 401,804> F

  8 terhadap variabel tergantung yaitu Y cukup kuat.

  6) Nilai koefisien determinasi simultan

  (R

  2

  ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel tergantung. Besarnya nilai koefisien determinasi yang diperoleh yaitu 0,984 yang berarti 98,4persen perubahan pada Y disebabkan oleh variabel bebas

  X

  1 ,X 2 ,X 3 ,X 4 ,X 5 ,X 6 ,X 7 ,dan

  X

  8 secara

  bersama-sama, dan sisanya yaitu sebesar 1,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.

  3. Uji t (Uji Parsial)

  Uji t digunakan untuk mengukur apakah variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  tabel

  Uji simultan dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian pertama guna untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantung. Hasil uji F sesuai perhitungan program SPSS 20for windowsyang dapat dilihat pada Tabel 2berikut :

  Tabel 2 HASIL PERHITUNGAN UJI F ANOVA ANOVA a Model Sum of

  1

  Squares Df Mean Square F Sig.

  1 Regression 142,342 8 17,793 401,884 ,000 b Residual 2,258 51 0,044 Total 144,600

  59

  a. Dependent Variable: ROA

  b. Predictors: (Constant), FBIR, IPR, APB, BOPO, PDN, IRR, LDR, NPL

  Sumber : Lampiran 11, Hasil Pengolahan SPSS Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut : 1)

  H : 

  1 =  2 =  3 =  4 =  5 =  6 =  7 =

  

  8 = 0

  Hal ini menunjukkan bahwa LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  H

  : 

  ditolak

  1 ≠  2 ≠  3 ≠  4 ≠  5 ≠  6 ≠  7 ≠  8 ≠

  Halini menunjukkan bahwa LDR,

  IPR,NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  1) F tabel

  (  ; df pembilang /k ; df penyebut

  /n-k-1) : (0,05 ; 8 ; 51) = 2,13 ( ) = 0,05 dengan (df) pembilang = k = 8 dan (df) penyebut = 60 -8 -1 =51 jadi F tabel (8 ; 51) = 2,13.

  2) Jika F hitung

  > F

  tabel

  = 2,13 , maka H ditolak dan H

  1 diterima Jika F hitung < F tabel = 2,13 , maka H diterima dan H

  1

  3) F hitung = 401,804 4) F hitung Langkah-langkah yang dilakukan sebagai determinasi parsial X

  1 yaitu sebesar

  berikut : 0.0246yang artinya secara parsial X

  1

  1) memberikan kontribusi sebesar 2,46

  Merumuskan uji hipotesis

  a. Uji satu sisi kanan persen terhadap Y pada Bank Umum b.

  Swasta Nasional Devisa. Untuk lebih Uji satu sisi kiri

  c. Uji dua sisi jelasnya hasil uji t variabel X

  1 dapat

  dilihat pada Gambar 7 H : 

  1 = 0

  2) Untuk uji satu sisi :  = 0,05 dengan derajad bebas (df) = 51 , sehingga di peroleh t tabel =1,675 Untuk uji dua sisi :  = 0,025 dengan derajad bebas (df) = 51 , sehingga di peroleh t tabel = 2,007

  3) yang digunakan untuk Kriteria

  1,135 1,675 pengujian hipotesis sebagai berikut :

  Gambar 7

  a. Uji satu sisi kiri

  Daerah Hasil Penerimaan atau

  b. Uji satu sisi kanan

  Penolakan H Uji t untuk Variabel

  c. Uji dua sisi

  X

  1 Dengan menggunakan program SPSS

  b)

  2 terhadap Y

  Pengaruh X 20for windows, maka di peroleh hasil

  Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa perhitungan uji t yang dapat dilihat pada hasil t hitung yang diperoleh sebesar -0,082 tabel 3 sebagai berikut : dan t yang diperoleh sebesar (0,05 :

  tabel

  51) 1,675 , sehingga bisa dilihat bahwa t

  Tabel 3 hitung -0,082< t tabel 1,675 , maka H

  HASIL ANALISIS UJI T DAN

  diterima dan H

  1 ditolak. Kenyataan ini

KOEFISIEN DETERMINASI

  menunjukkan bahwa X

  2 secara parsial PARSIAL

  memiliki pengaruh yang tidak signifikan

  Kesimpulan 2 Variabel t t r r hitung tabel H H 1

  terhadap Y pada Bank Umum Swasta

  LDR(X 1 ) 1,135 1,675 Diterima Ditolak 0,157 0,0246

  Nasional Devisa. Besarnya koefisien

  IPR (X 2 ) -0,082 1,675 Diterima Ditolak -0,011 0,0001

  determinasi parsial X

  2 yaitu sebesar NPL(X 3 ) -1,395 -1,675 Diterima Ditolak -0,192 0,0369 APB(X 4 ) 0,378 -1,675 Diterima Ditolak 0,053 0,0028

  0.0001yang artinya secara parsial X

  2 IRR(X ) 1,395 +/- 2,007 Diterima Ditolak 0,192 0,0369 5

  memberikan kontribusi sebesar 0,01

  PDN(X 6 ) -0,597 +/-2,007 Diterima Ditolak -0,083 0,0069

  persen terhadap Y pada Bank Umum

  BOPO(X 7 ) -24,273 -1,675 Ditolak Diterima -0,959 0,9197 FBIR(X 8 ) 0,473 1,675 Diterima Ditolak 0,066 0,0044

  Swasta Nasional Devisa. Untuk lebih jelasnya hasil uji t variabel X

  2 dapat

  Sumber : Lampiran 12, Hasil pengolahan dilihat pada Gambar 8. SPSS

  a)

  1 terhadap Y

  Pengaruh X Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil t hitung yang diperoleh sebesar 1,135

  • 0,0820 1,675 dan t yang diperoleh sebesar (0,05 :

  tabel Gambar 8

  51) 1,675, sehingga bisa dilihat bahwa t

  Daerah Hasil Penerimaan atau hitung 1,135< t tabel 1,675 , maka H diterima

  Penolakan H Uji t untuk Variabel X

  2

  dan H

  1 ditolak. Kenyataan ini

  menunjukkan bahwa X

  1 secara parsial

  c)

  3 terhadap Y

  memiliki pengaruh yang tidak signifikan Pengaruh X

  Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat terhadap Y pada Bank Umum Swasta bahwa hasil t hitung yang diperoleh sebesar

  Nasional Devisa. Besarnya koefisien

  • 1,395 dan t tabel yang diperoleh sebesar (0,05 : 51) -1,675 , sehingga bisa dilihat bahwa t hitung -1,395> t tabel -1,675 , maka H diterima dan H

  • 1,675-1,395 0
  • 2,007 0 1,395 2,007

  dilihat pada Gambar 10

  Gambar 10 Daerah Hasil Penerimaan atau Penolakan H Uji t untuk Variabel X

  4

  e) Pengaruh X

  5 terhadap Y

  Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil t hitung yang diperoleh sebesar 1,395 dan t tabel yang diperoleh sebesar (0,025 : 79) +/-2,007 , sehingga bisa dilihat bahwat tabel -2,007 < t hitung 1,395 < t tabel 2,007 , maka H diterima dan H 1 ditolak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

  X

  5 secara parsial memiliki pengaruh

  yangtidak signifikan terhadapROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Besarnya koefisien determinasi parsial X

  5

  yaitu sebesar 0.0369 yang artinya secara parsial X

  5 memberikan kontribusi sebesar

  3,69 persen terhadap Y pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Untuk lebih jelasnya hasil uji t variabel X

  5 dapat

  dilihat pada Gambar 11

  Gambar 11 Daerah Hasil Penerimaan atau Penolakan H Uji t untuk Variabel X

  5

  f) Pengaruh X

  6

  terhadap Y Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil t hitung yang diperoleh sebesar -0,597 dan t tabel yang diperoleh sebesar (0,025 : 51) +/-2,007 , sehingga bisa dilihat bahwa t

  tabel

  hitung

  tabel

  2,007 , maka H diterima dan H

  1 ditolak.

  Kenyataan ini menunjukkan bahwa

  X

  6 secara parsial memiliki pengaruh

  yangtidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Besarnya koefisien determinasi parsial X

  4 dapat

  memberikan kontribusi sebesar 0.28 persen terhadap Y pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Untuk lebih jelasnya hasil uji t variabel X

  4

  0.0028yang artinya secara parsial X

  1

  ditolak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa X

  3 secara parsial

  memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Y pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Besarnya koefisien determinasi parsial X

  3