PENGARUH DUKUNGAN PIMPINAN, PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN KEPERAWATN DI RSUD SALEWANGANG MAROS The Effect Of Support Leader, Career Development And Compensation Of Motivation Nurse In Continuing E

  

PENGARUH DUKUNGAN PIMPINAN, PENGEMBANGAN KARIR DAN

KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI PERAWAT DALAM

MELANJUTKAN PENDIDIKAN KEPERAWATN DI RSUD

SALEWANGANG MAROS

  

The Effect Of Support Leader, Career Development And Compensation Of

Motivation Nurse In Continuing Education Nursing In The Salewangang

Regional Maros Public Hospital

  1

  2

   3 1) Iswajidi , Mattalatta , Rasyidin Abdullah

Manajemen, Program Pascasarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMKOP Makassar

2)

Iswhat_osaicop@yahoo.co.id

Manajemen, PPs STIE AMKOP Makassar

3)

Keperawatan, PPs STIE AMKOP Makassar

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati: (1). Pengaruh dukungan pimpinan terhadap motivasi perawat. (2) Pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi perawat. (3) Pengaruh Kompensasi terhadap motivasi perawat. (4) seberapa besar pengaruh dukungan pimpinan, pengembangan karir dan kompensasi terhadap motivasi perawat. (5) variabel yang paling mempengaruhi antara dukungan pimpinan, pengembangan karir dan kompensasi terhadap motivasi perawat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif, penelitian ini dilakukan di RSUD Salewangang Maros dengan jumlah populasi 111, penarikan sampel menggunakan rumus slovin dengan jumlah sampel berjumlah 87 responden. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi langsung. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh dukungan pimpinan terhadap motivasi perawat. (2) ada pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi perawat. (3) ada pengaruh kompensasi terhadap motivasi perawat. (4) ada sekitar 64,3 % pengaruh dukungan pimpinan, pengembangan karir dan kompensasi terhadap motivasi perawat. (5) Variabel pengembangan karir merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi motivasi perawat.

  

Kata kunci : Dukungan Pimpinan, Pengembangan Karir, Kompensasi, Motivasi

ABSTRACT

  

This study aims to identify and observe: (1). Influence of support led to nurses motivation. (2) the effect

on the motivation of career development of nurses. (3) effect of compensation for nurses motivation. (4) how

much influence the support of the leadership, career development and compensation to motivate nurses. (5)

the variables that most influence between the support of the leadership, career development and

compensation to motivate nurses.

The method used in this research is survey method with quantitative approach, the study was conducted

in hospitals Salewangang Maros with a population of 111, the sampling using the formula slovin by the

number of sample was 87 respondents. Data were collected through questionnaires and direct observation.

The research was carried out for 3 months.

The results showed that: (1) there was an effect on motivation nurse-led support. (2) no effect on the

motivation of career development of nurses. (3) no compensation effect on the motivation of nurses. (4) there

are approximately 64.3% influence leadership support, career development and compensation to motivate

. nurses. (5) variable career development is the most dominant variable affecting motivation nurse

  Keywords: support leadership, career development, compensation, motivation I.

PENDAHULUAN

  Sumber Perkembangan pendidikan keperawatan untuk mencapai tujuan global seorang perawat profesional dan berpendidikan harus mempunyai motivasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki (Supriyanti, 2015).

  Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor- faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah dan tekat tertentu (Nursalam, 2016).

  Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa di katakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mencapai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan (Danarjati, 2014).

  Jika dilihat dari sisi demografi sumber daya manusia di Indonesia dalam menghadapi

  ASEAN Economic Community (AEC) ini

  sebenarnya merupakan salah satu negara yang produktif . jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70% merupakan usia produktif. Jika dilihat sisi ketenaga kerjaan kita memiliki 110 juta tenaga kerja. Oleh sebab itu dalam menghadapi AEC Indonesia segera berbenah diri untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas global (BPS, 2007).

  Badan perencanaan pembangunan nasional (BAPPENAS) telah membuat proyeksi kebutuhan tenaga perawat di indonesia pada tahun 2010 untuk mencapai rasio 100 : 100.000 penduduk sebanyak 276.049 orang perawat. Saat ini di indonesia terdapat 400 institusi pendidikan tinggi keperawatan baik yang menyelenggarakan program vokasional (Diploma

  III) maupun profesional (S1) dengan rata-rata jumlah lulusan 50 per tahun maka pada tahun yang sama institusi pendidikan hanya mampu menghasilkan 20.000 perawat per tahun. Jika asumsi itu juga digunakan dalam konteks 2005, maka membutuhkan waktu 10 tahun lebih untuk dapat mencapai jumlah tersebut. Rasio perawat di Indonesia tahun 2012 adalah sebanyak 89,9 per 100.000 penduduk dapat dilihat dari target indikator Indonesia Sehat rasio sebanyak 117,5 perawat per 100.000 penduduk. Secara nasional belum memenuhi target, namun sebagian provinsi telah memenuhi target indikator Indonesia Sehat (Badan PPSDMK Kemkes RI, 2013 dalam Ratmania, 2012).

  Tenaga kesehatan untuk melayani seluruh penduduk di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 13.130 orang yang terdiri dari 2.613 dokter, 2.821 bidan, dan 7.696 perawat. Jumlah tenaga dokter yang terbanyak berada Kota Makassar yaitu 1.229 orang, sedangkan tenaga dokter di Kab Maros yaitu hanya 80 orang. Untuk tenaga bidan yang paling banyak juga terdapat di Kota Makassar dengan jumlah 387 orang, sedangkan tenaga bidan di Kab Maros yaitu hanya 131 orang. Kota Makassar juga memiliki perawat terbanyak dibandingkan daerah lain yaitu sejumlah 2.702 orang, sedangkan tenaga perawat di Kab Maros yaitu hanya 129 orang (Harjowiryono, 2012).

  Hasil pengambilan data awal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salewangang Maros menunjukkan bahwa pada tahun 2016 jumlah tenaga Sarjana Keperawatan (S1) sebanyak 111 orang yang terdiri dari ruang rawat jalan dan ruang rawat inap. Ruang rawat jalan sebanyak 3 ruangan yaitu ruangan poli mata sebanyak 2 orang,

  IGD sebanyak 11 orang, dan OKB sebanyak 9 orang. Sedangkan ruang rawat inap sebanyak 12 ruangan yaitu Tulip sebanyak 5 orang, Mawar A sebanyak 7 orang, Mawar B sebanyak 3 orang, Teratai A sebanyak 5 orang, Teratai B sebanyak 9 orang, ICU sebanyak 7 orang, Seruni sebanyak 6 orang, Flamboyan sebanyak 12 orang, Asoka sebanyak 12 orang,

  VIP Melati sebanyak 10 orang, VIP Angrek sebanyak 7 orang, Neonatologi sebanyak 6 orang.

  Pendidikan profesional keperawatan saat ini terdiri atas dua program, yakni program akademik dan program profesi. Program akademik diarahkan terutama pada penguasaan ilmu keperawatan dan pengembangannya. Sedangkan program profesi, yang merupakan kelanjutan dari program akademik, diarahkan terutama pada penerapan keahlian sebagai perawat melalui proses pembelajaran klinik praktis sehingga lulusannya memiliki cukup pengalaman dan keterampilan profesional, mempunyai kemampuan memecahkan masalah, serta mampu bersikap profesional (Asmadi, 2014).

  Kualitas tenaga kesehatan ditentukan oleh kualitas lulusan pendidikan kesehatan khususnya keperawatan, dimana keperawatan merupakan salah satu unsur tenaga kesehatan memiliki peranan penting. Seseorang memilih profesi sebagai perawat memiliki motivasi yang berbeda-beda, sedang persepsi seseorang terhadap figur perawat akan mempengaruhi motivasi tersebut. Mahasiswa yang mempunyai persepsi baik tentang figur perawat akan menimbulkan motivasi yang tinggi untuk menjadi perawat yang baik sesuai dengan persepsinya. Motivasi yng tinggi diharapkan akan menghasilkan prestasi yang baik yang pada akhirnya akan menjadi perawat yang berkualitas dan profesional (Andriani, H., 2011).

  Dukungan pimpinan dapat menjadi faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam melanjutkan pendidikan bagi perawat, hal ini berkaitan dengan pengurusan izin belajar, pengaturan jadwal kerja dengan jadwal kuliah, dan tugas kuliah dan pekerjaan (Khanafi, 2010 dalam Setyaningsih, A., 2013).

  Menurut Nursalam (2008) mengatakan bahwa, dukungan pimpinan adalah suatu kondisi dimana seseorang diberi dorongan sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis. Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat mencapai target jangka panjang. Pimpinan yang tidak mendukung perawat untuk melanjutkan pendidikan akan menurunkan motivasi perawat untuk menempuh pendidikan lanjut (Isa, M. S., 2013).

  Oleh karenanya pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, sehingga bawahan akan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin (Nursalam, 2016). Pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan (Ilham, 2015).

  Perawat profesional adalah seseorang yang mempunyai beberapa alasan rasional, dapat mengakomodasi realita, menerima dirinya, diminati oleh orang lain, belajar dari pengalaman serta percaya diri. Agar perawat profesional ini tetap terus berkembang meningkatkan kinerjanya, diperlukan suatu sistem pengembangan karir yang jelas. Dimana saat ini belum mendapat perhatian yang baik. Jika sistem pengembangan karir telah diterima maka masalah dapat diatasi sebagian dan masyarakat akan memperoleh haknya terhadap pelayanan keperawatan berkualitas, hal tersebut sesuai dengan prinsip perawat dan praktik dalam memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui belajar terus- menerus (Nursalam, 2016).

  Tumbuh dan berkembangnya organisasi tergantung pada sumber daya manusia, sehingga manusia merupakan aset yang harus di tingkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Untuk mencapai hal itu organisasi harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang mendorong dan memungkinkan pegawai mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki secara optimal. Salah satu upaya yang ditempuh organisasi untuk menciptakan situasi tersebut yakni dengan memberikan kompensasi yang memuaskan karyawan (Sudarsono, H., 2008).

  Berdasarkan uraian yang telah peneliti tuliskan dilatar belakang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai pernyataan masalah, yaitu motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan berupa kurangnya peran dukungan pimpinan keperawatan, Kompensasi yang juga kurang dalam menumbuhkan motivasi perawat dalam menumbuhkan motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan, melanjutkan pendidikan keperawatan pengembangan karir kurang menumbuhkan II. orang.

   METODE

  2.3 Teknik Pengumpulan Data

  2.1 Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini, teknik Penelitian ini menggunakan jenis yang digunakan dalam penelitian bersifat kuantitatif dengan metode pengumpulan data adalah:

  cross sectional yaitu penelitian yang diamati

  pada waktu yang sama dengan menyebarkan

  a. Observasi Observasi adalah tekhnik kuesionar pada responden penelitian untuk pengumpulan data dengan melihat pengaruh variabel independen pengamatan langsung di lapangan dukungan pimpinan, pengembangan karir dan yang berkaitan dengan perawat yang kompensasi dengan variabel dependen yaitu memasang gelar sarjana motivasi perawat RSUD Salewangang Maros keperawatan (S.Kep) di papan nama dalam melanjutkan pendidikan keperawatan. baju perawat yang dikenakan setiap kali dinas di RUSD Salewangang ,

  Maros selaku responden dari penelitian ini. Variabel yang di teliti dalam penelitian

  b. Angket adalah daftar pertanyaan ini adalah dukungan pimpinan, maupun pernyataan yang diajukan pengembangan karir, dan Kompensasi peneliti kepada responden untuk sebagai variabel bebas, dimana masing- dijawab secara sistematis guna masing variabel bebas tersebut diberi simbol memperoleh data sehingga

  X 1 , X 2 , dan X 3 sedangkan motivasi perawat dihasilkan data berupa respon atau RSUD Salewangang Maros dalam tanggapan dari responden tersebut melanjutkan pendidikan keperawatan sebagai yang kemudian data ini yang akan variabel terikat yang diberi simbol Y. diolah oleh peneliti. Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD

  Salewangang Maros. Tepatnya pada 15

  c. Wawancara merupakan tekhnik ruangan yang terdiri dari 12 ruangan rawat pengumpulan data secara langsung dengan inap dan 3 ruangan rawat jalan dengan rincian melakukan tanya jawab secara langsung ruangan yaitu : Tulip, Mawar A, Mawar B, dengan responden. Dalam hal ini hal-hal

  Seruni, Teratai A, Teratai B, ICU, yang berkaitan erat dalam prosesi perawat Flamboyan, Asoka, VIP Melati, VIP Angrek, . dalam melanjutkan pendidikan Neonatologi, OKB, Poli Mata, dan IGD keperawatan. penelitian dilakukan selama kurang lebih

  selama 3 bulan, dimulai dari tanggal 20

  2.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

  2.4.1 Rancangan analisis data Oktober 2016 sampai 20 Januari 2017.

  Sebelum instrumen digunakan, maka

  2.2 Populasi dan Sampel

  dalam penelitian ini dilakukan Dalam peneltian ini, Populasi pengujian instrument meliputi; dalam penelitian ini adalah S1 perawat di RSUD Salewangang Maros yang berjumlah

  Uji Validitas

  111 orang. Besar sampel minimal yang Pengujian validitas data digunakan diperlukan dalam penelitian ini adalah 87 untuk menguji validitas dari instrument yang

  2. Menentukan level of significant (α) sebesar 5% dan menentukan nilai t dengan degree of freedom (df) sebesar (n-k-1).

  X 3 = Kompensasi b = Konstanta b 1-3 = Koefisien regresi e = residual atau random error. Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan koefisien determinasi (R 2 ). Adapun koefisien determinasi tersebut adalah:

  (independent) terhadap variabel terikat (dependent).

  (independent) terhadap variabel terikat (dependent). H : b 1-2 ≠ 0 dimana artinya ada pengaruh secara parsial dari variabel bebas

  1. Menentukan hipotesis H : b 1-2 = 0, dimana artinya tidak ada pengaruh secara parsial dari variabel bebas

  Uji t digunakan untuk menguji tingkat keberartian pengaruh variabel bebas secara parsial. Langkah dalam uji t yaitu :

  Uji t

  Untuk pengujian hipotesis ini meliputi;

  2.1.1 Uji hipotesis

  2

  ∑( − Y)

  2 Jumlah kuadrat total = SSE =

  ∑( − ฀)

  R 2 = Dimana, Jumlah kuadrat regresi = SS total – SSE Jumlah kuadrat total = SS total =

  X 2 = Pengembangan Karir

  akan digunakan dalam penelitian, pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir setelah dikurangi dengan item yang diuji. Validitas akan dihitung dengan menggunakan total koefisien korelasi dengan taraf signifikan sebesar 0,05 (5%). Adapun rumus yang digunakan adalah : r pq =

  X 1 = Dukungan Pemimpin

  Dimana Y = Motivasi

  Rumus yang digunakan dalam regresi linear berganda yaitu. Rumus yang digunakan dalam regresi linear berganda yaitu : Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e

  Regresi Linear Berganda

  Instrumen yang reliabel berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas instrument dengan konsistensi dengan teknik Alpha Cronbach. Model pengukuran yang dimaksud adalah pemeriksaan mengenai reliabilitas dan validitas instrument (Sugiyono, 2012). Apabila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator lebih besar dari 0,3 (r ≥ 0,3), maka instrumen tersebut dianggap valid. Sedangkan untuk memeriksa reliabilitas instrumen metode yang sering digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach. Dimana dikatakan reliabel bila α > 0,6.

  Uji Reliabilitas

  valid.

  correlation. Jika nilai corrected item total correlation > 0,3 maka item dinyatakan

  Perhitungan validitas data ini diolah dengan program SPSS. Hasil perhitungan ditunjukkan pada nilai corrected item total

  dimana , r xy = Momen tangkar yang baru r pq = koefisien korelasi bagian total sb x = simpangan baku skor faktor sb y = simpangan baku skor butir

  2 �− � �( )( )

  2 )

  � �� �− ( ) �(

  3. Menentukan besarnya nilai t hitung dengan H : b 1-2 ≠ 0, dimana artinya ada pengaruh menggunakan rumus : secara parsial dari variabel bebas hitung

  (independent) terhadap variabel terikat

  t = (dependent). dimana, bk = koefisien regresi variabel

  2. Menentukan level of significant (α) b 1-2 sebesar 5% dan menentukan nilai t sb = standar deviasi dari dengan degree of freedom (df) sebesar estimasi b 1-2 hitung tabel (n-k-1).

  4. Membandingkan nilai t dari t hitung

  3. Menentukan besarnya nilai t dengan Jika t hitung > t tabel maka H ditolak dan a menggunakan rumus : menerima H

  Jika t hitung < t tabel maka H diterima dan F hitung = = menolak H a

  2

  dimana,

  Uji F

  Uji F digunakan untuk menguji tingkat MSR = Mean Squared Regression keberartian dari variabel bebas secara bersama- MSE = Mean Squared Residual hitung tabel sama (simultan) terhadap variabel terikat,

  4. Membandingkan nilai F dari F yaitu. Jika F hitung > F tabel maka H ditolak dan

  1. Menentukan hipotesis menerima H a H : b 1-2 = 0, dimana artinya tidak ada

  Jika F hitung < F tabel maka H diterima dan pengaruh secara parsial dari variabel a menolak H bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Uji β digunakan untuk menguji variabel- variabel bebas (independent) (X) yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat (Y) dengan menunjukkan variabel yang mempunyai koefisien beta standardized tertinggi.

  Uji Normalitas

  6. 0,781 0,378 0,000 Valid 7. 0,581 0,378 0,000 Valid

Uji β

  Cara untuk menentukan normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal III.

  Jumlah butir pernyataan dalam variabel dukungan pimpinan sebanyak 7 butir pernyataan Jumlah responden untuk uji validitas sebanyak 20 orang, dimana dari 7 butir pertanyaan untuk Dukungan Pimpinan diuji korelasinya antara skor item dengan skor total item, hasilnya terlihat dalam setiap butirnya mendapatkan tingkat signifikan yaitu lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dan diatas ambang batas korelasi dengan df = 85 (0,378) dimana df didapat dari (n-2), Dengan demikian item pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner menjadi 7 item pernyataan dan layak diteruskan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam kuesioner itu.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas

  1. 0,673 0,378 0,000 Valid 2. 0,841 0,378 0,000 Valid 3. 0,670 0,378 0,000 Valid 4. 0,526 0,378 0,000 Valid 5. 0,839 0,378 0,000 Valid

  (R xy ) nilai batas sig keterangan

  no korelasi skor item terhadap skor total

  2. Uji Validitas Variabel Pengembangan Karir Hasil uji validitas untuk variabel

  1. Uji Validitas Variabel Dukungan Pimpinan Hasil uji validitas untuk variabel Dukungan Pimpinan pada tabel 3.1 berikut ini.

  berikut ini

  no korelasi skor item terhadap skor total

  (R xy ) nilai batas

  Sig keterangan 1. 0,647 0,378 0,000 Valid 2. 0,539 0,378 0,000 Valid 3. 0,831 0,378 0,000 Valid 4. 0,734 0,378 0,000 Valid 5. 0,627 0,378 0,000 Valid 6. 0,492 0,378 0,000 Valid 7. 0,749 0,378 0,000 Valid 8. 0,759 0,378 0,000 Valid 9. 0,831 0,378 0,000 Valid

  10. 0,784 0,378 0,000 Valid Hasil uji kevalidan tiap butir pernyataan tingkat signifikannya sangat tinggi yaitu lebih kecil dari 0,005 atau nilai R hitung dari setiap item butir pernyataan > R tabel yaitu 0,378.

  Dengan demikian item pernyataan yang disajikan dalam kuesioner layak diteruskan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam kuesioner tersebut.

  3. Uji Validitas Variabel Kompensasi

  Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Cara pengujian validitas dilakukan dengan cara membandingkan hasil koefisien korelasi antara item dengan total perubah dibandingkan dengan nilai kritisnya. Jika koefisien korelasinya lebih besar daripada nilai kritisnya, maka disebut valid. Menurut Sugiono (2013) bahwa “bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil dari 0,3), maka butir instrument dinyatakan valid”. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan komputer dengan bantuan program SPSS versi 21 for windows .

  Pengembangan Karir pada tabel 3.2 Hasil uji validitas untuk variabel Kompensasi pada tabel 3.3 berikut ini.

  no korelasi skor item terhadap skor total

  Hasil perhitungan reliabelitas menunjukkan bahwa item-item variabel dukungan pimpinan (X 1 ), pengembangan karir (X 2 ), kompensasi (X 3 ) dan motivasi mempunyai koefisien alpha lebih besar dari R tabel yaitu 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa item pertanyaan untuk variabel dukungan pimpinan (X 1 ), pengembangan karir (X 2 ), kompensasi (X 3 ) dan motivasi (Y) adalah reliabel.

  Untuk mengetahui pengaruh dukungan pimpinan, pengembangan karir, dan kompensasi terhadap motivasi perawat dalam

  Y 0,876 0,60 Reliabel Sumber: data diolah, 2017

  Keterangan X1 0,854 0,60 Reliabel X2 0,810 0,60 Reliabel X3 0,827 0,60 Reliabel

  Batas (α)

  (R XY ) Nilai

  Variabel Korelasi skor item terhadap skor total

  Butir Pertanyaan Indikator Pernyataan Dukungan Pimpinan, Pengembangan Karir, dan Motivasi .

  1. Uji Validitas Variabel Motivasi Tabel Hasil uji Reliabelitas untuk Butir-

  Sehingga dapat diartikan bahwa semua item pada variabel dukungan pimpinan (X1), pengembangan karir (X 2 ), kompensasi (X 3 ) dan motivasi (Y) adalah reliabel.

  (R xy ) nilai batas sig keterangan

  menunjukkan bahwa semua item pertanyaan untuk variabel dukungan pimpinan (X 1 ), pengembangan karir (X 2 ), kompensasi (X 3 ) dan motivasi (Y), mempunyai nilai koefisien korelasi yang lebih besar dari 0,80 dengan rentang 0,810-0,876.

  B. Hasil Uji Reliablitas

  Hasil uji kevalidan tiap butir pernyataan tingkat signifikannya sangat tinggi yaitu lebih kecil dari 0,005 atau nilai R hitung dari setiap item butir pernyataan > R tabel yaitu 0,378. Dengan demikian item pernyataan yang disajikan dalam kuesioner layak diteruskan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam kuesioner tersebut.

  1. 0,873 0,378 0,000 Valid 2. 0,841 0,378 0,000 Valid 3. 0,870 0,378 0,000 Valid 4. 0,832 0,378 0,000 Valid

  (R xy ) nilai batas sig keterangan

  no korelasi skor item terhadap skor total

  3. Uji Validitas Variabel Motivasi Hasil uji validitas untuk variabel Kompensasi pada tabel 3.4 berikut ini.

  Hasil uji kevalidan tiap butir pernyataan tingkat signifikannya sangat tinggi yaitu lebih kecil dari 0,005 atau nilai R hitung dari setiap item butir pernyataan > R tabel yaitu 0,378. Dengan demikian item pernyataan yang disajikan dalam kuesioner layak diteruskan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam kuesioner tersebut.

  1. 0,773 0,378 0,000 Valid 2. 0,741 0,378 0,000 Valid 3. 0,870 0,378 0,000 Valid 4. 0,626 0,378 0,000 Valid 5. 0,582 0,378 0,000 Valid 6. 0,739 0,378 0,000 Valid 7. 0,681 0,378 0,000 Valid 8. 0,781 0,378 0,000 Valid

C. Hasil Pengujian variabel Penelitian 1. Model Persamaan Regresi

  melanjutkan pendidikan keperawatan di 16.0 yang dapat diuraikan seperti berikut: RSUD Salewangang Maros digunakan Pengujian Secara Parsial (Uji t) analisis regresi linier berganda, dimana

  Untuk menguji variabel independen (X)

  variabel bebasnya adalah dukungan pimpinan

  sendiri-sendiri atau secara parsial terhadap

  (X 1 ), pengembangan karir (X 2 ), kompensasi

  variabel dependen (Y), dapat dilakukan dengan

  (X 3 ), serta variabel terikatnya adalah

  menguji nilai t, yang dimana hasil dari uji t ini

  motivasi (Y). Berikut hasil uji regresi yang

  dapat dilihat dari hasil pengolahan data SPSS

  dilakukan dapat dilihat di tabel 1.1

  versi 21.0 yang tersaji dalam tabel berikut ini: Hasil uji Perhitungan Uji Student (Uji-T)

tabel 2.1 berikut ini

  Unstandar Unstandardi dized zed coefficient

  Model coefficients t sig s Std.Err

  B Beta or

  Hasil uji analisis regresi linier berganda

  432 .270 2.832 .110 tabel 1.1 berikut ini. (constant)

  Dukungan 325 .069 .287 3.789 .003 Koefi

  Pimpinan Koefi Kete sien T Nilai

  Variabel sien rang Regre hitung P

  Beta an Pengemban 383 .087 .298 3.804 .000 si (B) gan karir

  Dukungan 0,325 0,287 3,304 0,003 Sig Pimpinan kompensasi 245 .055 .267 2.948 .002

  (X 1 ) Pengemban 0,383 0,298 3,435 0,000 Sig

  Pengujian Secara Simultan (Uji F)

  gan Karir (X 2 )

  Untuk menguji Signifikansi pengaruh

  Kompensasi 0,245 0,267 2,246 0,002 Sig

  variabel Dukungan pimpinan (X1),

  (X 3 )

  pengembangang Karir (X2), dan Kompensasi

  Konstanta = 0,432

  (X3) terhadap motivasi perawat (Y) secara

  F hitung = 62,494, P = 0,000

  simultan dilakukan uji-Fisher (uji-F). Uji F ini

  F Tabel = 2,672 , t tabel = 1,662 2

  dilakukan dengan menolah data hasil dari SPSS

  R = 0,826, R = 0,643

  21.0 yang bisa dilihat dari tabel berikut:

  Sumber: data diolah, 2017 ANOVA 2.

Pengujian Hipotesis

  Untuk menguji hipotesis

  Sum Of Mean yang berkembang dalam penelitian ini maka Model df F Sig. Squares Square

  untuk menjawab hipotesis ini b menggunakan beberapa pengujian, yaitu:

  Regression 3.285 3 1.095 62.4 000

  • Uji t (Pengujian secara parsial)

  94

  81 .017

  • Residual 1.589

  Uji F (Pengujian secara simultan)

  • Uji Korelasi Total 4.876

  84

  • Uji koefisien Determinasi

  Dengan dibantu menggunakan

  Uji F dilakukan dengan

  program analisa pengolahan data SPSS versi membandingkan nilai F hitung dengan F tabel .

  Apabila F hitung > F tabel , maka dikatakan pengaruhnya signifikan, dan apabila F hitung < F tabel , maka dikatakan pengaruhnya tidak signifikan. Dari tabel di atas diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel , yakni 62,494> 2,672 dan nilai Probabilitas yang lebih kecil dari α 0,05 (P = 0,000). Jadi, dukungan pimpinan, pengembangan karir, dan kompensasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Terhadap motivasi perawat RSUD Salewangang Maros.

  Pengujian Korelasi

  Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel dukungan pimpinan, pengembangan karir, dan kompensasi terhadap motivasi perawat RSUD Salewangang Maros. Dari hasil uji korelasi yang dilakukan didapat nilai korelasi (R) sebesar 0,826 yang signifikan pada α = 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara dukungan pimpinan, pengembangan karir, dan kompensasi terhadap motivasi perawat RSUD Salewangang Maros .

  Pengujian Koefisien Determinasi

  Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Dari tabel diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,643 (64,3%). Ini berarti bahwa variasi variabel terikat motivasi perawat RSUD Salewangang Maros. dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dukungan pimpinan, pengembangan karir, dan kompensasi sebesar 64,3%, sedangkan sisanya 35,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar variabel yang diteliti. Lebih jelas hasil perhitungan R-square sebagai berikut :

  M od el R

  R Square Adjusted R Square

  Std. Error of the estimate durbin watson 1 826 a .643 .627 .13003 1.672 Hasil Analisis yang menghasilkan nilai

  memperlihatkan hasil perhitungan bahwa nilai t hitung variabel dukungan pimpinan sebesar 3,304. Pada t tabel dengan df 85 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh t tabel sebesar 1,662, sehingga menghasilkan perhitungan t tabel > t hitung yaitu 3,304 > 1,662 sedangkan sig pada tabel diatas sebesar 0,000 yang berarti probabilitas 0,003, karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,00 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa antara variabel dukungan pimpinan dengan variabel motivasi perawat terdapat pengaruh yang positif dan signifikan atau dengan kata lain H O ditolak dan hipotesis alternatif (H a ) yang menyatakan ada pengaruh antara variabel dukungan pimpinan terhadap variabel motivasi perawat dapat diterima. Sementara uji T menunjukkan adanya hubungan yang positif antara variabel dukungan pimpinan dengan variabel motivasi Perawat. Hal ini dibuktikan nilai T hitung lebih besar dari nilai T tabel atau 3,304 > 1,662. Adapun pengaruh yang ditimbulkan terhadap variabel motivasi perawat dengan variabel dukungan pimpinan adalah sebesar 22,21% hasil perkalian dari nilai Beta dengan nilai Zero-order 0,304 x 0,325 = 0,988 atau 98,8%.

  Dukungan pimpinan merupakan salah satu faktor utama atau faktor yang dapat mempengaruhi motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Motivasi perawat akan meningkat apabila pimpinan mendukung perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan. Pimpinan jika mendukung bawahannya dalam melanjutkan pendidikan mengakibatkan tercapainya kualitas perawat yang profesional. Seorang pimpinan yang mendukung perawat untuk melanjutkan pendidikan keperawatan yang lebih tinggi menyebabkan motivasi perawat meningkat. ada motivasi untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi karena ingin meningkatkan profesionalisme demi meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan pengetahuan untuk kualitas perawat sebagai pemberi layanan kesehatan, adapun perawat yang memiliki motivasi yang cukup kurang untuk melanjutkan pendidikan keperawatan disebabkan karena kesibukan sebagai suami/istri, pekerjaan sebagai perawat yang sangat padat, menuntut perhatian dan pemikiran yang teliti serta kemampuan menerima dan menguasai pelajaran yang sudah mulai menurun. Sejalan dengan Pendapat Khanafi (2010) dalam Setyaningsih A (2013), bahwa dukungan pimpinan dapat menjadi faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam melanjutkan pendidikan bagi perawat, hal ini berkaitan dengan pengurusan izin belajar, pengaturan jadwal kerja dengan jadwal kuliah, tugas kuliah, pekerjaan. Di ikuti pula dengan penelitian yang Sejalan dengan Penelitian Irma Tahun (2016), “Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang tinggi keperawatam di RSUD Labuang Baji Makassar”. Penelitian ini dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar dengan mengambil sampel sebanyak 35. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata responden yang memiliki pengembangan karir tinggi untuk melanjutkan pendidikan tinggi keperawatan berjumlah 23 responden (65,7%), sedangkan 12 responden (34,3%) yang memiliki pengembangan karir rendah untuk melanjutkan pendidikan tinggi keperawatan.

  Hasil Pengujian tesis pada variabel kedua adalah adanya hubungan positif antara variabel pengembangan karir dengan motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikannya di RSUD Salewangan Maros. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil pengujian regresi dengan hasil koefisien regresi sebesar 0.383 dengan signifikansi 0.000 dan t hitung sebesar 3,804.

  Hasil regresi ini menunjukkan hasil positif dan signifikan antara variabel pengembangan karir dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikannya. Dari tabel pengujian regresi didapatkan hasil koefisien signifikan paling tinggi variabel pengembangan karir dibandingkan dengan variabel yang lain dengan nilai koefisien dari variabel X 1 , X 2 dan X 3 berturut-turut adalah 0.325, 0.383 dan 0.245. Pengembangan karir adalah variabel paling tinggi yang mempengaruhi motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan. Dari indikator instrumen penelitian, nilai tertinggi yang didapat dari variabel pengembangan karir dengan nilai 0,383, perawat di RSUD Salewangang Maros tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan keperawatan saat ini. Perkembangan dunia kesehatan sekarang yang semakin berkembang pesat menimbulkan keinginan perawat untuk terus menggali ilmu yang ada, salah satunya dengan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa perawat sangat termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi menggali potensi serta mengembangkan karir perawat RSUD Salewangang Maros. Dilihat dari karakteristik responden, terlihat bahwa jumlah perawat wanita lebih banyak dibandingkan dengan perawat pria, yakni 86% dari keseluruhan responden merupakan perawat wanita. Jika dikaitkan dengan pengembangan karir, perawat wanita lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan untuk pengembangan karirnya. Hal itu dapat dilihat dari pendataan responden penelitian yang didominasi oleh perawat berjenis kelamin perempuan, hal ini didukung pula oleh proses penerimaan staf perawat di rumah sakit lebih dikedepankan penerimaan pada yang berjenis kelamin perempuan daripada pria hal ini didukung dari pihak manajemen rumah sakit yang melihat potensi sifat keibuan dan kecantikan dari seorang wanita itu sendiri lebih baik dalam melakukan perawatan terhadap semua pasien yang dirawat di RSUD Salewangang Maros. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Haryani P.T tahun

  2013 “Kolerasi antara pengembangang karir dengan motivasi kerja dan keinginan untuk pensiun dini” . Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia wilayah III Denpasar dengan mengambil sampel sebanyak 120. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata responden yang memiliki pengaruh signifikan antara pengembangan karir dengan minat pensiun dini, dengan koefisien sebesar 0,23 dan p-value sebesar 0,006, maka dapat dilihat bahwa pengembangang karir yang baik terbukti mampu mengurangi minat karyawan untuk melakukan pensiun dini.

  Hasil pengujian hipotesis ketiga dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh kompensasi terhadap motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan di RSUD Salewangang Maros. Variabel kompensasi mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi perawat RSUD Salewangang Maros dalam melanjutkan pendidikan keperawatan. Variabel kompensasi bernilai signifikan terhadap motivasi perawat, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi hasil uji regresi sebesar 0,245 dengan α = 0.002 dengan t hitung = 2,948. dari hasil regresi ini, terlihat bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap motivasi perawat dan signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian kompensasi yang diterima oleh perawat RSUD Salewangang Maros berpengaruh terhadap peningkatan motivasi perawatnya. Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada responden. Hasil survei yang dilakukan menerangkan bahwa perawat yang ada di RSUD Salewangang Kabupaten Maros menerima kompensasi tiap bulannya, menunjukkan bahwa perawat diperhatikan kesejahteraannya, mendapat gaji sesuai dengan kinerja yang dilakukannya, juga mendapat bonus/insentif dari pekerjaan yang sudah dilakukannya. Kompensasi yang didapatkan oleh perawat RSUD Salewangang memang cukup, tetapi jika dibandingkan dengan variabel dukungan pimpinan dan pengembangan karier, variabel kompensasi adalah variabel terendah yang mempengaruhi motivasi untuk melanjutkan pendidikan keperawatan, Hal ini disebabkan karena kompensasi yang diterima perawat banyak dipakai untuk keperluan yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi jika perawat tersebut sudah berkeluarga. Sehingga kompensasi yang didapatkan lebih banyak dialihkan untuk kebutuhan hidup, dengan hal itu pulalah perawat akan berfikir terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikan keperawatan. Dengan demikian, hal inilah yang menyebabkan kompensasi merupakan faktor ketiga atau memiliki pengaruh terendah dari variabel yang mempengaruhi motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan. Dari penjelasan di atas, jika dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka akan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanto Wijaya dan Sisca Andreani (2015) dalam penelitiannya yang berjudul "pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap motivasi perawat karyawan pada PT Sinar Jaya Abadi Bersama dalam jurnal AGORA Vol 3. No. 2 Tahun 2015. dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh positif variabel kompensasi terhadap variabel motivasi perawat sebesar 0.238 dengan nilai signifikan 0.008. hasil penelitian ini menunjukkan ada kesamaan antara hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang yakni sama-sama memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan dibandingkan dengan variabel yang lain, serta penelitian ini sejalan pula dengan Agus Dwi Nugroho 2012 “ Analisis pengaruh kompensasi dan pengembangan karir terhadap kepuasan kerja dengan mediasi motivasi kerja”. Penelitian ini dilakukan di sekretariat daerah Kabupaten pekalongan dengan mengambil sampel 108. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai di sekretariat daerah Kabupaten Pekalongan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai beta standardized

  coefficient kompensasi sebesar 0,455 dengan

  signifikasi 0,000 (sign < 0,05). Berdasarkan analisis tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai signifikan terhadap motivasi perawat RSUD di sekretariat daerah Kabupaten Pekalongan. Salewangang Maros (Y). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perawat RSUD Salewangang Maros mempunyai motivasi yang sangat tinggi untuk mengembangkan diri dan terus belajar, yang menjadikan mereka terus berkarya demi terwujudnya Indonesia yang lebih

  Pada Rumusan masalah yang keempat sehat, khususnya pelayanan keperawatan di adalah untuk mengetahui variabel dukungan RSUD Salewangang Maros. pimpinan, pengembangan karir dan kompensasi berpengaruh terhadap motivasi perawat dalam melanjutkan pendidikan keperawatan di RSUD Salewangang Maros secara bersama-sama. berdasarkan hasil pengolahan data IV.

KESIMPULAN

  penelitian pengaruh dukungan pimpinan, Berdasarkan dari hasil penelitian dan pengembangan karir dan kompensasi pembahasan sebagaimana telah dikemukakan berpengaruh terhadap motivasi perawat RSUD pada bagian terdahulu, dapat ditarik simpulan

  Salewangang Maros dalam melanjutkan sebagai berikut : pendidikan keperawatan, dapat dilihat dari hasil

  1. Dukungan pimpinan berpengaruh positif dan analisis yang menghasilkan nilai koefisien signifikan terhadap motivasi perawat RSUD determinasi (R Squared = R2) = 0.643. Ini Salewangang Maros dalam melanjutkan berarti bahwa variabel dukungan pimpinan, pendidikan keperawatan. pengembangan karir dan kompensasi secara

  2. Pengembangan karir berpengaruh positif dan simultan dapat menjelaskan 64,3% variabel ini signifikan tehadap motivasi perawat RSUD mempunyai kontribusi terhadap motivasi Salewangan Maros dalam melanjutkan perawat RSUD Salewangang Maros. Sedangkan pendidikan keperawatan. selisih nilainya yakni sebesar 35,7%

  3. Kompensasi berpengaruh positif dan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak signifikan terhadap tehadap motivasi perawat termasuk dalam variabel penelitian ini. Variabel RSUD Salewangang Maros dalam lain yang mempengaruhi kinerja antara lain, melanjutkan pendidikan keperawatan. Masa Kerja, Kedisiplinan, Pengetahuan dan

  4. Dukungan Pimpinan, Pengembangan Karir keterampilan juga bisa mempengaruhi motivasi Dan Kompensasi Berpengaruh secara sesuai dengan penelitian sebelumnya. Pada simultan Terhadap Motivasi Perawat RSUD penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui Salewangang Maros, dan adapun variabel lain variabel yang paling dominan mempengaruhi yang tidak sempat diteliti dan dianggap

  Motivasi Perawat RSUD Salewangang Maros, memiliki pengaruh yaitu seperti kompetensi, dengan menggunakan tiga variabel bebas yakni skill, pendidikan keluarga, dan pengalaman dukungan pimpinan, pengembangan karir dan kerja. kompensasi. Dari hasil uji analisis data yang

  5. Variabel pengembangan karir adalah variabel telah dilakukan, dapat dilihat koefisien Beta yang paling berpengaruh signifikan terhadap

  Standardized dari variabel dukungan pimpinan 1 2 motivasi perawat RSUD Salewangang Maros

  (X ), pengembangan karir (X ) dan kompensasi dalam melanjutkan pendidikan keperawatan (X 3 ) terhadap motivasi perawat RSUD Salewangang Maros (Y) secara berurut adalah 0.325, 0.383 dan 0.245. jadi bisa terlihat bahwa I.

REFERENSI

  variabel X 2 yaitu variabel pengembangan karir adalah variabel yang berpengaruh paling Ali, Z. 2010. Dasar-Dasar Kepemimpinan

  Dalam Keperawatan. Jakarta : TIM.

  Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

  Perspektif Syari’ah. Makassar : Pusaka

  Almaida Isa, M. S. 2013. Faktor-Faktor Yang

  Berhubungan Dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Di Rawat Inap RSUD Dr.M.M Dunda Kabupaten Gorontalo, (online),

   diakses pada tanggal 08 Oktober 2016)

  Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktek). Jakarta : Rajawali Pers

  Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Manajemen

  Mangkunegara, 2009. Aplikasi Eavluasi Kinerja SDM . Refika Aditama. Bandung. Nugroho, A. D. 2012. Analisis Pengaruh

  Hidayat, A. A. A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik. Analisis Data.

  Kompensasi dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja dengan Mediasi Motivasi Kerja. (online), (1739-

  1583-1-SM.pdf, di akses pada tanggal 08 Oktober 2016). Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan

  Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

  Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu

  Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

  Ode, S. L. 2012. Konsep Dasar Keperawatan.

  Yogyakarta : Nuha Medika. Rahmawati, N. H. 2016. Pengaruh Kompensasi

  Jakarta: Salemba Medika. Ilham. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia

  Manusia. Penerbit : PT. Bumi Aksara, Jakarta.

  Asmadi. 2014. Konsep Dasar Keperawatan.

  (online) , diakses pada tanggal 08 Oktober 2016).

  Jakarta : EGC Aspuah, S. 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.

  Yogyakarta : Medical Book. Chandra, B 2014. Sumber daya manusia

  (Human Resource Management) (Online),(http://chandraba

  yuu.blogspot.co.id/2014/03/kompensasi .html. diakses pada tanggal 08 Oktober 2016)

  Cahyaningsih, U. 2015. Pengaruh Pendidikan,

  Pelatihan Kerja Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Klaten,

  Danarjati, dkk. 2014. Psikologi Pendidikan.

  Selatan.pdf. html, di akses pada tanggal 08 Oktober 2016). Hasibuan, 2012. Manajemen Sumberdaya

  Yogyakarta : Graha Ilmu. Faridah, N. 2017. Penilaian Dan Pemberian

  Kompensasi (online),(http://nandafarr.bl