RELATIONSHIP BETWEEN PARITY, AGE AND AGE OF MOTHER WITH PREGNANCY IN THE EVENT PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE IN TASIKMALAYA CITY HOSPITAL 2012

  

HUBUNGAN ANTARA PARITAS, UMUR IBU DAN UMUR KEHAMILAN DENGAN

KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012

Mu’tarifah Billah, Lismawati Affandi

Abstrak.

  Infeksi merupakan penyebab ketiga kematian ibu di Indonesia dimana 65 % penyebab infeksi dikarenakan ketuban pecah dini. Salah satu faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah paritas, umur ibu dan umur kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas, umur ibu dan umur kehamilan terhadap kejadian KPD di RSUD Kota Tasikmalaya tahun 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional,populasi semua ibu hamil yang mengalami KPD di RSUD Kota Tasikmalaya dari januari-juni 2012,dengan menggunakan total sampling, instrument menggunakan format rekapitulasi dan menggunakan analisa bivariat. Jumlah ibu hamil yang mengalami KPD periode januari-juni 2012 yaitu 818 orang. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian KPD, dengan p value 0,006. Terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian KPD dengan p value 0,000. Terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian KPD, dengan p value 0,002. Untuk Hasil penelitian ini menjadi sumbang saran bagi instansi kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan program Kesehatan Ibu hamil dan bersalin dengan cara memberikan penyuluhan atau konseling tentang tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan khususnya mengenai KPD.

  Kata kunci : paritas, umur ibu, umur kehamilan, KPD. Daftar Pustaka : 15 ( 2002-2012)

  

RELATIONSHIP BETWEEN PARITY, AGE AND AGE OF MOTHER WITH

PREGNANCY IN THE EVENT PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE IN

TASIKMALAYA CITY HOSPITAL 2012

  Abstract

Infection is the third cause of maternal death in Indonesia where 65% of the causes of infection due to

premature rupture of membranes. One of the factors predisposing to premature rupture of membranes is

the parity, maternal age and gestational age. This study aims to determine the relationship between

parity, maternal age and gestational age on the incidence of KPD in Tasikmalaya City Hospital in 2012.

This study uses cross sectional design, the population of all pregnant women of KPD in hospitals from

January-June 2012, using the total sampling, instrument use summary format and use a bivariate

analysis. The number of pregnant women have KPD period January-June 2012 is 818 people. There is a

relationship between parity with the incidence of KPD, with p value 0.006. There is a relationship

between maternal age with KPD incident with p value 0.000. There is a relationship between the

incidence of gestational age with KPD, with p value 0.002. For the results of this study to be

contributions for health agencies in order to improve the health care program Pregnant women and

maternity by providing counseling or counseling about danger signs in pregnancy and childbirth,

especially the KPD. Key words: parity, maternal age, gestational age, KPD. Bibliography: 15 (2002-2012)

A. Pendahuluan

  AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan Pembangunan Nasional atau Millenium Development Goals (MDGs) yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu, yaitu mencapai angka 102/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB adalah 17/ 1000 kelahiran hidup.

  Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan tahun sebelumnya menampilkan kecenderungan terjadi penurunan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2007).

  Penataan Sistem Informasi Kesehatan Kota sangat penting artinya, yaitu sebagai sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya Kota Sehat.

  Indikator yang sering digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kematian. Secara umum tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian. Beberapa Angka Kematian yang sering digunakan sebagai indikator adalah Angka Kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), angka Kematian Anak Balita (Child Mortality rate/CMR) dan angka Kematian Ibu bersalin (Maternal Mortality Rate/MMR).

  Tahun 2010 di Kota Tasikmalaya jumlah kelahiran bayi sebanyak 14.335 bayi, jumlah bayi lahir mati sebanyak 49 bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya (96 bayi). Sedangkan untuk jumlah kematian bayi di Kota Tasikmalaya tahun 2010 sebanyak 147 bayi, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 136 bayi.

  Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2011 sebanyak 144 bayi yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 147 bayi. Meskipun sudah mengalami penurunan pada tahun 2011 tetapi AKB masih tergolong sangat tinggi. Oleh karena itu, program penurunan Jumlah Kematian Bayi di Kota Tasikmalaya harus terus dilakukan, baik itu oleh pemerintah Kota Tasikmalaya pada umumnya, maupun khususnya yang dilakukan oleh jajaran Dinas kesehatan kota Tasikmalaya. ( Dinas Kota Tasikmalaya )

  Jumlah kematian ibu di Kota Tasikmalaya berdasarkan data laporan program KIA Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2010 didapatkan seperti dapat dilihat pada grafik 4.1. dibawah ini Grafik 1.1.

  Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Puskesmas Di Kota Tasikmalaya Tahun 2010

  Sumber: Laporan Program Kesehatan Ibu Dinkes Kota Tasikmalaya Tahun 2010

  Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2010 sebanyak 23 kasus. Jumlah kematian ibu pada tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak 19 kasus. Pada grafik di bawah ini dapat dilihat fluktuasi jumlah kematian ibu dari tahun 2008 – 2010 yang menunjukkan kecenderungan terjadi kenaikan kasus kematian ibu.

  Grafik 1.2 Fluktuasi Jumlah Kematian Ibu Dari Tahun 2008

  • – 2010Di Kota Tasikmalaya

  25

  23

  20

  19

  15

  13

  10

  5 2008 2009 2010

  Sumber: Laporan Program Kesehatan Ibu Dinkes Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun 2010. Pada tahun 2010 AKI sejumlah 23 orang sedangkan tahun 2011 sejumlah 28 orang . Pada grafik di bawah ini dapat dilihat fluktuasi jumlah kematian ibu dari tahun 2008

  • – 2011 yang menunjukkan kecenderungan terjadi kenaikan kasus kematian ibu

  Grafik 1.3 Fluktuasi Jumlah Kematian Ibu Dari Tahun 2008

  • – 2011 Di Kota Tasikmalaya

  30

  28

  25

  23

  20

  

19

  15

  13

  10

  5 2008 2009 2010 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Dibawah ini merupakan 10 diagnosa terbanyak yang berada di VK RSUD Kota Tasikmalaya.

  Tabel 1.1

  10 Diagnosa Terbanyak di Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya Periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011

  BULAN No DIAGNOSA

  lah t r gs kt ov es Jan Feb Mr Ap Mei Jun Jul A Sep O N D Jum

  10

  1 KPD

  27

  32

  42

  79

  74

  68

  90

  84

  90

  88 90 868

  4 Parturien

  2

  25

  28

  22

  30

  26 20 28 24

  29

  30

  22 26 310 Fisiologis

  3 PEB

  28

  22

  25

  26

  24 26 19 21

  22

  28

  30 20 291 Letak

  4

  15

  29

  12

  18

  17 20 17 27

  26

  24

  28 36 317 Sungsang Parturien

  5

  17

  19

  16

  18

  23 21 18 19

  26

  25

  17 18 237 Patologis HAP(Haemo 6 rragi Ante

  16

  18

  21

  15

  19 18 16 20

  19

  21

  18 14 215 Partum)

  7 IUFD/BO

  14

  10

  12

  15

  13 20 11 16

  11

  19

  17 24 182 Ab

  8

  19

  11

  16

  13

  26 17 18 9

  21

  10

  13 6 179 Inkomplit

  9 PER

  8

  9

  6

  10

  7

  10

  7

  9

  6

  11

  10 8 101

  10 Sisa Ab

  7

  5

  6

  8

  10

  9

  8

  9

  11

  7

  9

  8

  97 Lain-lain

  65

  60

  77

  71

  58 69 53 59

  64

  61

  67 65 769

  25

  24

  28

  26

  26

  26

  22

  23 28 356 Jumlah

  277 263 240

  9

  3

  1

  7

  2

  5

  9

  7

  4

  6 Sumber: Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya Periode 1Januari sampai dengan

  31 Desember 2011 Berdasarkan data di atas, bahwa dari 10 Diagnosa Terbanyak di Ruang VK RSUD Kota

  Tasikmalaya Periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011 yang merupakan diagnosa yang sering ditemukan yaitu Ketuban Pecah Dini (KPD).

  Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan merupakan masalah yang besar di bidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal.

  Kejadian KPD dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor selaput ketuban, faktor infeksi, faktor sosial ekonomi, faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu yang paling dominan dalam terjadinya ketuban pecah dini yaitu dari faktor paritas , umur ibu dan usia kehamilan yang merupakan pertimbangan dalam penanganan KPD (Saifudin,

  2002).

  Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai seorang wanita (BKKBN, 2006). Sedangkan menurut Manuaba, paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Menurut prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

  Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (varney,2006), multipara adalah wanita yang pernah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (prawirohardjo,2009) sedangkan grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (varney, 2006). Pada kejadian KPD, yang paling rentan terjadi yaitu pada primipara dan grandemultipara. Ini disebabkan karena organ reproduksi yang kemungkinan tidak siap ataupun kurang siap karena kehamilan pertama atau untuk kehamilan yang lebih dari 3 kali.

  Usia ibu hamil mempengaruhi dalam berbagai kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Batas usia yang aman untuk hamil dan melahirkan adalah dari 20 tahun sampai 35 tahun karena organ reproduksi wanita telah siap dan matang untuk dibuahi pada usia tersebut, sedangkan usia yang memiliki resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan adalah pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

  Usia kehamilan tidak kalah pentingnya dalam menentukan terjadinya komplikasi pada kehamilan, pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu merupakan usia kehamilan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi, sedangkan pada usia 37 minggu sampai 42 minggu merupakan rentan waktu yang memiliki resiko komplikasi kehamilan yang lebih rendah.

  Tabel 1.2 Profil Persalinan di RSUD Kota Tasikmalaya tahun 2010 dan 2011

  

JENIS TAHUN KENAIKAN

2010 2011

  Persalinan 3107 3566 459 Kehamilan dengan 466 868 402

  KPD

  Sumber : Rekam Medis RSUD Kota Tasikmalaya

  Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Paritas, Umur ibu dan Umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

  Dari Mengidentifikasi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

  a.

  Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012 b. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di

  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012 c. Untuk mengetahui hubungan antara umur kehamilan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

  (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya Tahun 2012 B.

KAJIAN LITERATUR

  Pillitteri, Adele(2002) menyatakan Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat mengancam kehidupan ibu maupun janin, khususnya jika hal ini terjadi pada kehamilan preterm. Setelah selaput ketuban mengalami ruptur, perlindungan terhadap janin akan hilang sehingga memudahkan terjadinya hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, yang dapat mengarah terjadinya infeksi.

  Hanifa (2005) mendefinisikan Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of

  

the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus : yaitu bila pembukaan pada

primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

  Varney (2004) mendefinisikan Ketuban Pecah Dini (KPD) sebagai pecahnya membran sebelum waktu persalinan, tanpa memperhatikan umur kehamilan. Moegni mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan Ketuban Pecah Dini (KPD), mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas

  IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

1. Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Karakteristik Ibu

  a) Faktor usia

  Usia 20

  • –30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2
  • –7 % dan tinggi badan 1 %. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya Ketuban Pecah Dini, usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn). Hubungan peningkatan usia terhadap Ketuban Pecah Dini adalah sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Organ reproduksi yang belum siap untuk proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu alasan penting kenapa wanita usia kurang dari 20 tahun memiliki resiko tinggi terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD). Sedangkan wanita usia diatas 35 tahun memiliki resiko yang tinggi dikarenakan tubuh dan organ reproduksi yang semakin melemah efektifitasnya sehingga kemungkinan besar akan terjadi komplikasi saat kehamilan,salah satunya ketuban pecah dini.

  b) Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN,

  2006). Menurut Prawirohardjo (2009;32), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

  Klasifikasi paritas 1)

  Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006;310)

  2) Multipara

  Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009; 66). Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006; 332).

  3) Grandemultipara

  Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005; 87). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006; 332). Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman. Paritas 1 dan lebih dari 3 merupakan paritas yang berisiko. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan paritas lebih dari 3 dapat dicegah dengan keluarga berencana ( Saiffudin ,2002;62)

  c) Umur Kehamilan Usia kehamilan tidak kalah pentingnya dalam menentukan terjadinya komplikasi pada kehamilan, pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu merupakan usia kehamilan yang beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi, sedangkan pada usia 37 minggu sampai 42 minggu merupakan rentan waktu yang memiliki resiko komplikasi kehamilan yang lebih rendah.

  Ketuban pecah dini pada trimester kedua mungkin disebabkan oleh serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompeten) (Persis M.H, 2002 ; 87). Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal ini terjadi di awal kehamilan karena setelah ruptur membran amnion perlindungan terhadap janin hilang sehingga infeksi uterus dan janin dapat terjadi. (Adele Pillitteri, 2002; 176).

  C. Metode

  Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Tasikmalaya pada bulan Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2012 yaitu sebanyak 818 orang.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian ini, akan melihat tentang hubungan antara paritas, umur ibu dan umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

  D. Hasil dan Pembahasan

  Dengan menggunakan uji statistik chi- square dengan tingkat kemaknaan 5 % ( α = 0.05 ) . berikut merupakan hasil analisis univariat dan analisis bivariat : 1.

  Analisis Univariat a.

  Kejadian KPD pada Ibu Hamil di RSUD Kota Tasikmalaya Tabel 4.1

  Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 NO KPD f Persentasi (%)

  1 Preterm 689 84,2

  2 Aterm 129 15,8 Jumlah 818 100

  Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012 Berdasarkan tabel diatas dari 818 ibu hamil yang mengalami KPD, didapatkan ibu hamil yang mengalami KPD saat preterm sebanyak 689 orang (84,2%) dan saat aterm sebanyak 129 orang

  (15,8%). b. Paritas Tabel 4.2

  Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berdasarkan paritas di RSUDKota Tasikmalaya Tahun 2012 NO Paritas f Persentasi (%)

  1 Resiko Rendah (2-3anak) 395 48,3

  2 Resiko Tinggi (1&>3anak) 423 51,7

  Jumlah 818 100

  Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012 Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu hamil berdasarkan paritas yang beresiko rendah (2-3anak) sebanyak 395 kasus(48,3%) dan yang beresiko tinggi (1 & >3anak) sebanyak 423 kasus (51,7%).

  c.

  Umur Ibu Tabel 4.3

  Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berdasarkan umur di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 NO Umur ibu F Persentasi (%)

  1 Resiko Rendah (20-35 thn) 497 60,8

  2 Resiko Tinggi (<20&>35th) 321 39,2

  Jumlah 818 100

  Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012 Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu hamil berdasarkan umur ibu yang beresiko rendah (20-35 tahun) sebanyak 497 kasus (60,8%) dan yang beresiko tinggi (<20 & >35tahun) sebanyak 321 kasus (39,2%). d.

  Umur Kehamilan Tabel 4.4

  Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berdasarkan umur kehamilan di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 NO Umur Kehamilan f Persentasi (%)

  1 Resiko Rendah (37-42minggu) 497 60,8

  2 Resiko Tinggi (<37 &> 42 minggu) 321 39,2 Jumlah 818 100

  Sumber : Buku Register Pasien Ruang VK RSUD Kota Tasikmalaya 2012 Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada ibu hamil berdasarkan umur kehamilan yang beresiko rendah (37-42minggu) sebanyak 497 kasus

  (60,8%) dan yang beresiko tinggi (<37 & > 42 minggu) sebanyak 321 kasus (39,2%).

1. Analisis Bivariat a.

  Hubungan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Tabel 4.5

  Hubungan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Paritas KPD Total OR P

  95% Valu Preterm Aterm

  CI e N % N % N %

  Resiko rendah 318 80,5 77 19,5 395 100 0.579 (2-3anak)

  (0.39-

  0.00 Resiko tinggi 371 87,7 52 12,3 423 100 0.848)

  6 (1&>3 anak)

  Total 689 84,2 129 15,8 818 100 Sumber : Penelitian Juli 2012

  Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ada 395 orang (48,3%) yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan resiko rendah dan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 318 orang (80,5%). Sedangkan yang beresiko tinggi dan mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) ada sebanyak 423 orang (51,7%) dengan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 371 orang (87,7%).

  Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,006. Dari hasil penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,579, artinya ibu hamil yang tergolong pada resiko tinggi berdasarkan paritas berpeluang 0,579 kali terjadi Ketuban Pecah Dini dibandingkan dengan ibu hamil yang tergolong pada resiko rendah.

  b.

  Hubungan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Tabel 4.6

  Hubungan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Umur ibu KPD Total OR 95% P

  CI Value Preterm Aterm N % N % N %

  Resiko rendah 442 88, 55 11, 497 100 2,408 0.000 (20-35tahun)

  9 1 (1,64 - Resiko tinggi 247 76, 74 23, 321 100 3,528) (<20&>35thn)

  9

  1 Total 689 84, 129 15, 818 100

  2

  8 Sumber : Penelitian Juli 2012 Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ada 497 (60,8%) ibu yang mengalami

  Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan umur resiko rendah dan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 442 orang (88,9%). Sedangkan ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan umur yang beresiko tinggi ada sebanyak 321 (39,2%) dan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 247 orang (76,9%).

  Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,000. Dari hasil penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,408, artinya ibu hamil yang tergolong pada resiko tinggi berdasarkan umur ibu berpeluang 2,408 kali terjadi Ketuban Pecah Dini dibandingkan dengan ibu hamil yang tergolong pada resiko rendah.

  c.

  Hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Tabel 4.7

  Hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Umur KPD Total OR P

  Kehamilan 95% Value Preterm Aterm

  CI N % N % N %

  Resiko rendah 402 80,9 95 19, 497 100 0.501 0.002 (37-42 1 (0.329

  • minggu) Resiko tinggi 287 89,4

  34 10, 321 100 0.763) (<37& >42

  6 minggu) Total 689 84,2 129 15, 818 100

  8 Sumber : Penelitian Juli 2012 Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ada 497 orang (60,8%) ibu yang mengalami

  Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan umur kehamilan dengan resiko rendah dengan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu sebanyak 402 orang (80,9%). Sedangkan ibu dengan umur kehamilan beresiko tinggi ada sebanyak 321 orang (39,2%), dengan jumlah kejadian terbanyak berada pada ibu preterm yaitu 287 orang (89,4%).

  Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh bahwa nilai p value=0,002. Dari hasil penelitian nilai p value lebih kecil daripada nilai alpha (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara umur kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,501 , artinya ibu hamil yang tergolong pada resiko tinggi berdasarkan umur kehamilan berpeluang 0,501 kali terjadi Ketuban Pecah Dini dibandingkan dengan ibu hamil yang tergolong pada resiko rendah.

E. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar paritas umur ibu dan umur kehamilan dengan kejadian KPD di RSUD Kota Tasikmalaya tahu 2012.

  Referensi Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

  Jakarta;YBPSP. Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta;Rineka Cipta Prawirohardjo,Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta;PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Syaifuddin.A.B.2002.Ketuban Pecah Dini dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Buku Pustaka Suwarno Prawihardjo.

  Saifuddin, Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

  Neonatal .Jakarta;YBP-SP

  Varney, Hellen,dkk.2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,volume2. Jakarta;EGC Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta;YBPSP

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN MENGGUNAKAN METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DAN CUSTOMER SATISFACTION INDEX THE ANALYSIS OF CONSUMER PERCEPTION USED IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS METHOD AND CUSTOMER SATISFACTION INDEX

0 2 8

ASSESSMENT OF CONSUMER SATISFACTION SERVICE QUALITY USING SERVQUAL METHOD (SERVICE QUALITY) AND SIX SIGMA (CASE STUDY IN "DAHLIA RESTAURANT " PASURUAN)

0 1 14

ISOLAT BAKTERI DAN KEMAMPUANNYA MENDEGRADASI DIMETOAT ISOLATE BACTERIA AND THEIR DIMETHOATE DEGRADATION CAPABILITY

0 0 5

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS THE EFFECT OF SOCIAL SUPPORT TO SOCIALIZATION SKILLS ON SPECIAL NEEDS CHILDREN

0 0 15

PENGALAMAN IBU TENTANG TINDAKAN KEKERASAN PADA ANAK DI KELURAHAN KALIBEBER KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2012

0 0 13

THE EFFECT OF WORK STRESSOR ON THE MIDWIFE PERFORMANCE IN RSKIA SADEWA YOGYAKARTA

0 0 11

PERBEDAAN PRODUKSI ASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK KOMBINASI DAN PROGESTIN DIFFERENCE BREAST MILK PRODUCTION IN KB ACCEPTOR COMBINATION AND PROGESTIN Tanti Budhi Hariyanti, Agnis Sabat Kristiana

0 0 6

PENGARUH PEMBERIAN LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO EFFECT OF GRANTING LIFE REVIEW THERAPY TO DEPRESSION LEVEL ON LANSIA IN PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

0 1 6

FAKTOR–FAKTOR PREDISPOSISI YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN TEMPERAMEN BAYI USIA 2 – 3 BULAN PREDISPOSITION FACTORS THAT INFLUENCE THE ESTABLISHMENT OF BABY TEMPERAMENTS 2 - 3 MONTHS Setyaningsih, Maria Magdalena

0 0 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRIMIGRAVIDA DALAM MERAWAT BAYI DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE BUZZ GROUP DAN MODELLING IMPROVING PRIMIGRAVIDA SKILL IN TAKING CARE OF BABY BY USING COMBINATION OF BUZZ GROUP AND MODELLING METHODS

0 0 7