BOOK Evie Ariadne Shinta Dewi Optimalisasi Fungsi Humas
Optimalisasi Fungsi Humas sebagai Strategi
Komunikasi Politik Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Evie Ariadne Shinta Dewi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
� [email protected]
Pendahuluan
Hasil pengamatan pada pra riset memberikan fakta bahwa penentuan
strategi komunikasi politik seringkali terabaikan oleh Humas Pemprov Jabar
karena lebih terfokus pada pekerjaan teknis, bukan strategis. Akibatnya,
banyak konsep, keputusan, kebijakan dan bahkan issue strategis serta
prestasi pemprov Jabar yang sudah di raih, tidak dapat dipahami secara
komprehensif oleh para stakeholders, sehingga bermuara pada kurang
optimalnya kinerja komunikasi pemprov Jabar. Bagi sebuah organisasi
pemerintah setingkat pemprov Jabar, hal ini tentu akan banyak berdampak
pada citra organisasi di mata publik. Oleh karenanya, memetakan persoalan
komunikasi dan mencari model strategi komunikasi politik pemerintah
provinsi Jawa Barat melalui kajian ilmiah menjadi sebuah keniscayaan.
Untuk lebih mengarahkan pengumpulan data, maka kajian ini
lebih difokuskan pada pencarian jawaban atas masalah :
1. bagaimana persoalan-persoalan komunikasi politik yang dihadapi
pemprov Jabar dengan Stakeholders ?
2. Bagaimana Strategi Komunikasi politik yang tepat diterapkan
oleh Pemprov Jabar melalui Bagian Humas untuk memecahkan
persoalan-persoalan komunikasi tersebut?
Wilayah kajian dibatasi hanya pada pemetaan masalah dan strategi
komunikasi Humas Pemprov Jabar yang dibagi ke dalam beberapa
tahap kajian sebagai berikut:
A. Fact Finding (Analisis Situasi)
Fact Finding adalah istilah yang lazim digunakan oleh para praktisi
45
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Humas yang mengadopsi model “Empat Langkah Proses Kerja
Hubungan Masyarakat “ yakni berupa pemetaan
masalah
atau
mencari tahu secara rinci persoalan-persoalan yang dihadapi bagian
Humas Pemprov jabar.
B. Menentukan Strategi Komunikasi
Penentuan Strategi Humas dilakukan oleh tim peneliti berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil FGD dan Study Literature.
Tujuannya untuk merumuskan strategi komunikasi yang paling
tepat yang dapat diterapkan oleh Humas pemprov Jabar dalam
upaya mengoptimalkan kinerja Humas.
C. Analisis Data
Data hasil fact inding dan identiikasi publik, dianalisis dengan
menggunakan model “Empat Tahap Proses Kerja Humas” sehingga
dapat diperoleh gambaran, bagaimana selanjutnya bagian Humas
dapat meningkatkan kinerjanya dengan adanya hambatan yang
dihadapi. Selain itu juga dapat dirancang program kerja bagian
Humas ke depan sebaiknya seperti apa.
Kajian Teori
Kajian ini akan mencoba mengurai permasalahan komunikasi
politik yang dihadapi pemprov Jabar dan menawarkan model strategi
komunikasi politik dengan berlandaskan pada model yang biasa
digunakan para praktisi Public Relations (PR), termasuk PR politik
di beberapa negara asing, yakni Model Empat Tahap Proses Kerja PR
(Wheel Spinning Four Step PR Process Model) yang lazim dipakai dalam
dunia kerja Public Relations, seperti terlihat pada gambar berikut,
Gambar 1
Dimodiikasi penulis dari model “Empat Langkah Proses Kerja Hubungan
Masyarakat”, sumber : Efective Public Relations, Scott M. Cutlip, Allen H. Center,
Glen M. Broom, 8th ed, 2000, New Jersey, Prentice Hall.
46
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Alasan penggunaan model ini adalah karena pemilihan strategi
sangat terkait erat dengan pencitraan lembaga, dan pembangunan citra
positif (image building) sangat tepat jika menggunakan model proses
kerja PR .
Selain itu dalam kajian ini, digunakan paradigma deduktif dengan
melandaskan pada konsep PR Politik, yaitu sebuah strategi komunikasi
politik cukup penting dalam menunjang efektiitas komunikasi
pemerintah dengan seluruh stakeholders.
McNair mendeinisikan Komunikasi Politik sebagai “Komunikasi
yang disengaja dalam semua bentuk komunikasi yang berisi pesanpesan politik yang dilakukan oleh para aktor politik (politisi,
pemerintah, media, dll) melalui media dan strategi yang tepat untuk
mencapai sasaran tertentu”. Lebih jauh yang dimaksud dengan
pesan-pesan politik bisa berupa kebijakan pemerintah, partai politik,
keputusan DPR/D, rancangan Undang-undang, dll. Adapun strategi
mentransmisikan pesan-pesan politik dengan menggunakan strategi
PR merupakan kata lain dari PR Politik.
PR politik, seperti dikatakan McNair (2007: 118), merupakan
strategi atau upaya memelihara hubungan interpersonal antara aktor
politik dengan publiknya. Oleh karenanya PR politik sebagai strategi
komunikasi politik Pemerintah Daerah, dapat diartikan sebagai
upaya Pemprov Jabar sebagai aktor politik dalam upaya membangun
hubungan dengan publiknya dengan menyampaikan pesan-pesan
politik terkait kebijakan, program kerja serta prestasi yang telah di raih
Pemprov Jabar.
Selain pengertian komunikasi politik dan PR Politik, kajian ini
juga berlandaskan pada konsep Hubungan Masyarakat. Terdapat
beratus pengertian Humas, antara lain yang dikemukakan oleh Dr. Rex
F. Harlow ilmuwan PR yang dikutip dari buku Efective Public Relations,
karya Cutlip et al,
“Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen khusus
yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua
arah, saling pengertian, penerimaan dan kerjasama antara organisasi
dan
masyarakatnya, yang melibatkan pengelolaan problem/
masalah, membantu manajemen untuk selalu memperoleh informasi
dan
merespons pendapat umum, mendeinisikan dan menekankan
47
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat;
membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan p e r u b a h an
dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk
membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset
serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya.”
Ada juga yang menyatakan bahwa Humas merupakan “the various
methods a company uses to disseminate messages about its products,
services, or overall image to its customers, employees, stockholders,
suppliers, or other interested members of the community. he point of
public relations is to make the public think favorably about the company
and its oferings. Commonly used tools of public relations include news
releases, press conferences, speaking engagements, and community service
programs.”
Atau secara ringkas, Cutlip, center & Broom menyatakan deinisi
Humas sebagai “fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara
hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan
masyarakat, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya”
Karena objek kajian ini adalah pemerintah provinsi Jawa
Barat, maka pelu diunakan juga konsep Humas Pemerintahan.,
namun sebelum menelaah pengertian Humas Pemerintahan perlu
mendalami terlebih dahulu perbedaan antara kata “pemerintah” dan
“pemerintahan”.
Istilah pemerintah dan pemerintahan dalam masyarakat secara
umum diartikan sama, dimana kedua kata tersebut diucapkan
bergantian (pemerintah atau pemerintahan). Sebutan kedua kata atau
istilah tersebut menunjuk pada penguasa atau pejabat. Misalnya: Mulai
dari Presiden sampai tingkat Kepala Desa atau Kepala Kelurahan.
Artinya, semua orang yang memegang jabatan disebutlah pemerintah
atau pemerintahan, tetapi orang yang bekerja di dalam lingkungan
pemerintah atau pemerintahan disebut orang pemerintah(an). Mereka
yang berpandangan seperti yang disebutkan di atas tidak membedakan
pemerintah(an) dalam arti legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Siapa saja
yang memegang jabatan dan berkuasa.
C.F. Strong (1960,6) menyatakan pemerintah(an) adalah organisasi
dalam mana diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat
atau tertinggi. Selanjutnya Strong menyatakan pemerintahan itu
48
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
mempunyai kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
yudikatif. Jadi menurut C.F. Strong pemerintah dan pemerintahan itu
sama pengertiannya.
Humas Pemerintahan, seperti dikemukakan Stephen Hess dalam
the government/press connection: press oicer and theiroice “apalagi
fungsi pemerintah di alam demokrasi ini selain untuk menyebarkan
informasi tentang jalannya pemerintahan itu sendiri ?” artinya dalam
pengertian ini humas pemerintahan adalah sebagai produsen sekaligus
pendistribusi informasi tentang segala hal aktivitas dan kebijakan yang
dihasilkan oleh pemerintah.
Sementara John D Millett menyatakan, PR Dinas Pemerintahan
sebagai berikut:
a) Learning about public desire and aspiration
b) Advising the public about what is should desire
c) Ensuring satisfactory contact between public and management oicials
d) Informing the public about what an agency is doing
perlu juga dikontraskan bagaimana sesungguhnya perbedaan antara
Humas Pemerintah dengan Humas Perusahaan, dimana humas
pemerintah berusaha memasarkan kebijaksanaan yang membutuhkan
dukungan masyarakat, sedangkan humas perusahaan memasarkan
/ produktivitas hasil. Adapun dasar pemikiran humas pemerintah,
adalah bahwa 1) publik punya hak untuk tahu dan 2) adanya kebutuhan
pemerintah sendiri untuk memperoleh masukan dari publik.
Secara umum, terdapat empat tujuan utama Humas Pemerintahan,
yaitu:
1) Memberi tahu warga negara mengenai kebijakan pemerintah,
DPRD dinas-dinas, OPD serta aktivitasnya sehari-hari.
2) Memberi kesempatan kepada warga menyatakan pandangannya
mengenai proyek-proyek yang penting / baru sebelum keputusan
dijatuhkan oleh pejabat-pejabat yang dipilih.
3) Untuk memberikan penerangan kepada warga negara mengenai
cara-cara kerja perangkat pemerintah dan memberikan informasi
kepada mereka mengenai hak-hak dan kewajibannya
4) Untuk meningkatkan rasa bangga sebagai warga negara (Black,
173)
49
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Lantas apa yang harus dilakukan Humas Pemerintah atas fakta
yang sudah ada? Humas Pemerintah di tuntut sanggup mengolah fakta
dengan cara melakukan analisis dan updating data (tiap minggu, bulan,
dll). Kemudian membuat tulisan, bahasan singkat tentang fakta tersebut
dari sudut pandang Humas, hasil ini menjadi bahan dasar (informasi)
melaksanakan tugas layanan dasar Humas Pemerintah kepada publik
internal maupun eksternal.
Metodologi Penelitian
Agar hasil kajian cukup komprehensif, maka pengumpulan data
dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:
a. Focuss Group Discussion
Dilakukan secara internal di tim kajian dan para staf humas, untuk
memperoleh data primer tentang tata kelola dan sistem kerja
Humas di pemprov Jabar.
b. Observasi & Wawancara Mendalam
Pengamatan dilakukan di kantor Humas Pemprov Jawa Barat,
ditambah dengan wawancara pada para staf bagian Humas serta
stakeholders terkait.
c. Study Pustaka
Untuk memperkuat landasan analisis, dilakukan study literature
mencakup teori dan konsep: Komunikasi politik, Hubungan
Masyarakat, PR Politik & Komunikasi Pemerintahan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teknik Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1984) yang
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh.
Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam
tiga langkah berikut:
• Reduksi Data (data reduction)
• Penyajian data (data display)
• Penarikan kesimpulan dan veriikasi (conclusion drawing and
veriication)
• Validasi Data
50
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Hasil Penelitian & Pembahasan
Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat memiliki penduduk sebanyak 46.029.699
Jiwa (2014), yang menetap di 27 Kabupaten/Kota yang tersebar di
wilayah seluas 3.709.528,44 Hektar, terbagi dalam 626 Kecamatan, 641
Kelurahan, 5.321 Desa.
Dalam konstelasi nasional, sebagai provinsi dengan jumlah
penduduk terbesar (20% dari jumlah penduduk Indonesia), pemprov
Jabar juga menjadi pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis
nasional, memiliki instalasi vital nasional bidang Pendidikan,
Penelitian dan Pengembangan serta bidang Pertahanan Keamanan,
bahkan beberapa diantaranya berkelas dunia.
Secara geograis, pemprov Jabar juga berbatasan dengan ibukota
negara, yakni pemprov Daerah Khusus Ibukota (DKI). Selain itu,
provinsi Jawa Barat dengan struktur geologi yang kompleks memiliki
tiga pusat kegiatan nasional, yakni taman nasional, suaka margasatwa
dan cagar alam.
Sebagai bagian dari NKRI, pemprov Jabar juga memberikan
kontribusi yang cukup signiikan pada tingkat nasional, antara lain
penyumbang PDB nasional sebesar 14,33%, dimana PDB sektor
industri manufaktur mencapai 60%. Dalam bidang Penanaman Modal
Asing, pemprov Jabar juga berkontribusi terhadap perekonomian
nasional sebesar 34,46% dan menyumbang produksi beras nasional
sebesar 17,32%. Sedangkan untuk sektor ekspor, pemprov Jabar
menjadi produsen komoditi ekspor nasional ke Amerika Serikat 18,4%,
dan Jepang 12,52%.
Untuk regional Jawa-Bali, pemprov Jabar merupakan lintasan utama
arus regional barang dan penumpang Sumatera-Jawa-Bali dan menjadi
provinsi dengan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) tertinggi
di pulau Jawa-Bali. Jabar juga menjadi penyedia listrik dengan kapasitas
daya terpasang 4.654 MW yang berasal dari Pembangkit Listrik tenaga Air
(PLTA) sebesar 1.941 MW, pembangkit Listrik Tenaga Geotermal 1.061
MW, dan sumber energi lainnya sebesar 1.652 MW.
Jawa Barat juga memiliki kawasan hutan terluas di Jawa-Bali
(1,04 juta hektar) memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang juga
51
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
menjadi tujuan wisata. Debit air permukaan di Jawa Barat, 81 milyar
m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/tahun.
Lebih jauh, Jawa Barat juga memberikan kontribusi yang cukup
berarti terhadap ibukota negara, yakni sebagai penyedia air baku
untuk DKI, penyedia bahan pangan, penyedia lahan dan infrastruktur
pendukung aktivitas masyarakat DKI.
Gambaran Umum Bagian Humas Pemprov Jawa Barat
Bagian Humas Pemprov Jabar, sebagai bagian dari Organisasi
Perangkat Daerah, bekerja dengan berlandaskan pada beberapa
kerangka normatif, mulai dari landasan konstitusional, UndangUndang, Peraturan Menteri hingga peraturan dan Keputusan
Gubernur. Landasan Konstitusional, terutama pasal 28F UUD 1945
hasil amandemen, mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Kutipan pasal 28F UUD 45 ini dilengkapi dengan beberapa UndangUndang, seperti UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), UU No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dan UU no
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Landasan normatif lainnya selain Undang-Undang, terdapat
Peraturan Pemerintah no 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) tepatnya pasal 23 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
tugas dan fungsi staf, pelayanan administratif serta urusan pemerintahan
umum lainnya yang tidak termasuk dalam tugas dan fungsi dinas
maupun lernbaga teknis daerah dilaksanakan oleh sekretariat daerah.
Secara rinci, dalam PP 41/2007 pasal 23 ini dilampiri dengan penjelasan
sebagai berikut : “Perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi staf
seperti bidang hukum, organisasi, hubungan masyarakat, protokol dan
pelayanan administratif, serta fungsi pemerintahan umum lainnya
antara lain bidang penanganan perbatasan dan administrasi kerja sama
luar negeri, yang termasuk sebagai bagian dari urusan pemerintahan,
dan tidak termasuk fungsi dinas maupun lembaga teknis daerah
diwadahi dalam sekretariat daerah.”
52
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Pada tingkat provinsi, Bagian Humas Pemprov Jabar bekerja secara
sistematis mengikuti dan mematuhi berbagai regulasi yang dikeluarkan
Gubernur, misalnya Pergub no 11 /2015 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan tata Kerja Sekretariat Daerah provinsi Jawa
Barat, dimana tupoksi Humas di atur dalam paragraf 4, pasal 160 ayat
(4) a, pasal 161, pasal (1) – (4), pasal 162 ayat (1) – (3), pasal 163 ayat
(1) – (3), dan pasal 164, ayat (1) – (3).
Selain itu, ada beberapa produk hukum pemprov Jabar yang
juga menjadi landasan Bagian Humas Pemprov Jabar menjalankan
tupoksinya secara profesional, yaitu Pergub no 30/2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Transparansi dalam Penyelnggaraan Pemerintah
Daerah dan Keputusan Gubernur no 042/Kep.665-Humasprotun/2014
tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di
Lingkungan Pemerintah provinsi Jawa Barat.
Pada tataran etik, bagian humas pemprov Jabar bekerja dengan
melandaskan perilakunya pada Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika no: 371/KEP/M.KOMINFO/8/2007 tentang Kode Etik
Humas Pemerintahan.
Struktur Organisasi
Mengacu pada Perda no 1 tahun 2014, bagian Humas Pemprov
jabar secara struktural berada di bawah Biro Humas, Protokol dan
Umum, dengan susunan organisasi seperti pada gambar berikut,
Gambar 2. SOTK Bagian Humas Pemprov Jabar
Sumber: www.jabarprov.go.id
53
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Tugas Pokok & Fungsi Bagian Humas Pemprov Jabar
Secara normatif, Peraturan Gubernur no 11 tahun 2015 pasal 161
menjelaskan dengan rinci tupoksi Humas, yaitu : Ayat (1) : Bagian
Hubungan Masyarakat mempunyai tugas pokok menyeleggarakan
kegiatan pelayanan publik dan administrasi aspek hubungan masyarakat,
mengkaji bahan kebijakan umum serta koordinasi, pembinaan dan
pengendalian aspek hubungan masyarakat, serta membantu kepala
Biro Humas Protokol dan Umum melaksanakan koordinasi, fasilitasi,
monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan aspek hubungan
masyarakat, meliputi pemberitaan, dokumentasi, publikasi dan
perpustakaan serta pengelolaan informasi daerah.
Adapun Fungsi bagian Humas, dijelaskan dalam Pergub 11/2015
ini secara ringkas mencakup:
o Pengkajian bahan kebijakan umum, koordinasi, pembinaan dan
pengendalian aspek humas.
o Koordinasi dan fasilitasi aspek kehumasan pemda provinsi.
o Pelayanan publik dan administrasi aspek humas
o Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
Sumber Daya Manusia Humas Pemprov Jabar
Sumber daya manusia yang dimiliki Bagian Humas Pemprov
Jawa Barat saat ini (2015) adalah sebanyak 45 orang. Teridiri dari
satu orang kepala bagian golongan IV/b, tiga orang kepala sub bagian
dengan golongan dan ruang yang beragam yakni III/c, III/d dan IV/b.
Selanjutnya ada empat orang pustakawan dengan terdiri dari golongan
IV/a dua orang dan III/d dua orang. Untuk tenaga pelaksana ada 37
orang staf, dengan rincian golongan III/d & III/c masing-masing satu
orang, III/b 14 orang, III/a empat orang, II/dua orang, II/c tiga orang,
II/b 10 orang dan golongan I/b satu orang.
Peta Masalah Bagian Humas Pemprov Jawa Barat
Dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan para staf
Bagian Humas Pemprov Jabar, diperoleh data beberapa persoalan yang
dihadapi oleh lembaga di bawah sekretariat daerah ini.
Peneliti mencoba mengkategorisasikan data penelitian peta
masalah yang dihadapi bagian Humas Pemprov Jabar ini secara garis
54
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
besar adalah:
1) Masih rancunya pemahaman tentang Hubungan Masyarakat secara
konseptual dan praktikal.
2) Posisi struktural bagian Humas yang kurang strategis karena masih
berada di bawah struktur Biro, padahal idealnya paling tidak
setingkat Biro atau Dinas.
3) Sumber Daya Manusia, yang masih belum ditunjang dengan
kapasitas berlatar belakang pendidikan sarjana Hubungan
Masyarakat atau setidaknya yang memiliki keterampilan bidang
Humas.
4) Anggaran yang kurang memadai, (jika dibandingkan dengan
provinsi lain).
5) Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan yang belum optimal.
Ke lima persoalan utama yang terpetakan ini, dalam pengamatan
peneliti, telah melahirkan beragam persoalan turunan yang berimbas
pada kurang optimalnya kinerja humas, dalam arti jika dibandingkan
dengan idealisasi konsep Humas seperti yang terdapat dalam teori.
Peneliti mencermati, secara umum permasalahan yang ditemui di
bagian Humas pemprov Jabar ini sebetulnya merupakan realitas dan
problema humas pemerintah di berbagai daerah. Pada era reformasi,
Humas Pemerintah dihadapkan pada konsekuensi logis adanya
Keterbukaan Informasi dan Kemerdekaan Pers, dimana masyarakat
Jawa Barat pun seperti halnya masyarakat daerah lain, mulai abad
21 memasuki jaman yang disebut era informasi, sebuah era yang
menyediakan beragam teknologi informasi seperti internet dan telepon
selular. Walaupun belum ada deinisi yang secara jelas menerangkan
apa itu information age, beberapa kalangan menyebutnya dengan
istilah seperti information society, global village, digital society, wired
society, post-industrial society, dan network society.
Manuel Castell, professor of Sociology and City and Regional
Planning di University of California, Berkeley mencoba mendeinisikan
dan menjelaskan information age antara tahun 1996-1998 bahwa jaringan
masyarakat sebagai struktur sosial dikarakterisasikan oleh jaringan
teknologi komunikasi dan pemrosesan informasi, “the network society
as a social structure which is characterized by networked communications
technologies and information processing.” (1996, 1997a, 2000).
55
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Perkembangan teknologi komunikasi ini ditandai dengan adanya
multi-vokal, multimedia, arus multi-dimensi informasi dan komunikasi.
Kehidupan menjadi serba digital sehingga dunia terhubung dengan
cepat dan semua jenis informasi mengalir bebas. Informasi, beredar
di seluruh dunia dengan kecepatan yang tak terbayangkan bahkan
pada satu dekade yang lalu. Terjadi pergeseran dari pandangan negarasentris & media nasional yang kemudian dideinisikan pada dua faktor
utama yaitu, kepentingan konsumen dan pasar transnasional.
Menghadapi situasi ini, pemerintah provinsi Jawa Barat telah
banyak melakukan perubahan dan perbaikan menuju tatanan yang
lebih baik, berbagai kemajuan dan prestasi monumental telah diraih.
Namun pencapaian dan prestasi itu belum terkomunikasikan dengan
baik kepada publik, padahal mengkomunikasikan upaya dan prestasi
yang sudah dicapai ini penting untuk membangun citra dan reputasi
pemerintah yang lebih positif.
Secara umum, peneliti mencermati, hal itu antara lain disebabkan
dua hal penting, yaitu 1) trend sikap redaksional media dan 2) belum
optimalnya fungsi kehumasan pemerintah. Redaksi media-media massa
di Jawa Barat dalam memberitakan aktivitas pemprov Jabar, menurut
pengamatan peneliti cenderung lebih mempertimbangkan aspek-aspek
yang menyangkut hal-hal yang berkaitan langsung dengan aspek pelayanan
publik, keterbukaan dan akuntabilitas. Sepanjang pemprov Jabar tidak
melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam tiga aspek utama tersebut,
media cenderung tidak membuat berita tentang pemprov.
Namun sebaliknya, begitu ada informasi dari masyarakat tentang
adanya pelayanan publik yang tidak optimal dari pemprov Jabar,
maka media akan langsung memuat berita tersebut, bahkan terkadang
menjadi headline.
Kecenderungan sikap redaksional media-media massa di Jawa
Barat ini menurut peneliti, memang tidak bisa dibebankan sepenuhnya
sebagai kekurang-optimalan humas dalam membangun media
relations, melainkan lebih kepada otoritas masing-masing media yang
memiliki kebijakan beragam dan diluar kontrol Humas.
Dalam konteks ini, humas Jabar memang dihadapkan pada
persoalan pengelolaan strategi komunikasi tanpa mengintervensi
independensi media dan independensi Humas sendiri.
56
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Upaya yang dapat dilakukan menghadapi dilema ini, menurut
hemat peneliti dapat dilakukan terutama dengan cara mengubah
paradigma, dimana selama ini Humas Jabar cenderung hanya berperan
sebagai technician ((teknisi yang lebih banyak mengerjakan pekerjaanpekerjaan teknis seperti membuat klipping, press release, memproduksi
informasi, diseminasi informasi, meliput aktivitas pimpinan dll) dan
sebagai bridge (jembatan atau fassilitator antara publik dan pimpinan
(gubernur, wakil gubernur, sekda), di ubah menjadi paradigma bahwa
Humas bisa berperan sebagai expert prescriber (ahli) dan problem
solver (pemecah masalah).
Andai Humas pemprov Jabar berniat mengubah paradigmanya
bahwa Humas berperan tidak hanya sebagai teknisi dan jembatan
komunikasi, tetapi lebih jauh masuk ke peran strategis sebagai konsultan
ahli dan pemecah masalah, maka terdapat beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
a. Perubahan struktur organisasi & tata kerja (SOTK) Humas,
setidaknya berada pada tingkat Biro dengan pangkat eselon 1
sebagai kepala biro humas.
b. Penempatan SDM dengan latar belakang ilmu Humas atau
Komunikasi.
c. Peningkatan kapasitas SDM yang ada dengan memberikan
pelatihan keterampilan PR.
d. Pengalokasian anggaran yang lebih proporsional.
e. Penambahan sarana dan prasarana.
Kesenjangan antara realitas kehumasan pemerintah dan tantangan
yang dihadapi, ditambah dengan persoalan dan keterbatasan yang
dihadapi humas pemprov Jabar seperti persoalan wawasan dan
pemahaman, kapasitas dan kecakapan SDM yang ada, plus persoalan
struktural kelembagaan membuat kinerja Pemprov Jabar yang
sebetulnya sudah banyak menghasilkan prestasi dan memperoleh
penghargaan itu, belum terkomunikasikan dengan baik sehingga
belum dapat mengangkat citra pemprov Jabar secara optimal di mata
masyarakatnya.
57
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Simpulan
Terdapat beberapa persoalan krusial di humas pemrov Jabar yang
memerlukan penataan sesegera mungkin, yaitu:
a) Persoalan struktur organisasi, dimana saat ini humas berada pada
level Bagian, sedangkan hasil kajian menunjukkan sebaiknya humas
pemprov Jabar berada pada level Biro.
b) Persoalan pemahaman tentang terminologi Humas, seperti
yang tertuang dalam perda dan pergub, cenderung memosisikan
humas hanya sebagai teknisi komunikasi yang bertugas mengirim
informasi kepada publik. Padahal seyogyanya humas memiliki
peran strategis sebagai pengelola opini publik dan menciptakan
image positif.
c) Persoalan SDM, dimana Humas sebaiknya diisi oleh staf dengan
kompetensi dan latar belakang pendidikan Ilmu Humas atau
setidaknya ilmu Komunikasi. Selain perlu penambahan jumlah
SDM juga sangat diperlukan ketepatan penempatan SDM dengan
latar belakang ilmu dan pengalaman yang sesuai dengan bidang
kerja humas,
d) Persoalan Anggaran, dimana anggaran yang ada sekarang dianggap
terlalu kecil dan lebih banyak digunakan untuk belanja media.
Hal ini terutama karena media komunikasi humas lebih banyak
mengandalkan pada media massa dan media luar ruang yang
cenderung hanya bersifat komunikasi satu arah. Padahal efektiitas
anggaran humas dapat dikelola dengan mengalihkan alokasi
anggaran media massa ke media komunikasi lainnya.
e) Persoalan kurangnya prasarana dan sarana Humas, terutama
sarana untuk melakukan media monitoring. Kendati hasil kajian
menunjukkan, kekuarangan prasarana dan sarana ini dapat
dialihkan dengan menyiapkan staf humas sebagai jupen (juru
penerang) virtual yang dapat menjadi inluencer pada diskusi
komunitas-komunitas pencipta opini publik di dunia maya.
Saran
Dari hasil kajian ini peneliti menyarankan Humas pemprov Jawa
Barat untukmelakukan beberapa hal sebagai berikut :
58
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
a. Membuat lokakarya untuk menyusun Grand Design strategi
komunikasi Pemprov Jabar untuk diajukan kepada pimpinan
(Sekda, Wagub dan Gubernur) agar pemprov Jabar dapat mencapai
komunikasi pemerintahan yang efektif.
b. Membuat Naskah Akademik sebagai bahan pembuatan Peraturan
Daerah dan Paeraturan Gubernur khusus tentang komunikasi
pemerintah dan Struktur Organisasi dan Tata kelola Humas di
lingkungan Pemprov Jabar.
c. Membuat Analisis kebutuhan SDM untuk ditempatkan di Humas
Pemprov jabar sesuai dengan kebutuhan yang ada dan kompetensi
yang disyaratkan.
d. Membuat pelatihan khusus staf humas dan para kepala bagian
untuk menyamakan persepsi tentang pengertian dan tugas pokok
serta fungsi Humas secara teoretik dan konseptual, agar bisa
diterapkan denggan baik pada tataran pragmatic.
59
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Datar Pustaka
Cutlip, Scott M, et al, 2000, Efective Public Relations, 8th ed, Prentice
Hall, New Jersey.
McNair, Brian, 2007, An Introduction To Political Communication, 4th
ed, Routledge, London.
Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: paradigm Baru
Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung;
Rosda.
Newsom, Dough, et al, 2000, 7th ed, his Is PR, he Realities of Public
Relations, Wadsworth homson Learning, USA.
Ritzer, George & Goodman, Douglas J, 2007, Teori Sosiologi Modern,
ed 6, alih bahasa Alimandan, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Schramm, Wilbur, 1954, he process and Efect of Mass Communication,
Urbana, Illinois.
Seitel, Fraser P, 2001, he Practice Of Public Relations, 8th ed, Prentice
Hall, New Jersey.
heaker, Alison, 2001, he Public Relations Handbook, 2nd ed,
Routledge, USA.
West, Richard & Turner, Lynn H, 2007, Introduction Communication
heories Analysis & Application, 3rd ed, McGrawHill, USA.
Wilcox, Dennis, et al, 1992, PR Strategic & Tactics, Harper Collins
Publishers, NY.
60
Komunikasi Politik Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Evie Ariadne Shinta Dewi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
� [email protected]
Pendahuluan
Hasil pengamatan pada pra riset memberikan fakta bahwa penentuan
strategi komunikasi politik seringkali terabaikan oleh Humas Pemprov Jabar
karena lebih terfokus pada pekerjaan teknis, bukan strategis. Akibatnya,
banyak konsep, keputusan, kebijakan dan bahkan issue strategis serta
prestasi pemprov Jabar yang sudah di raih, tidak dapat dipahami secara
komprehensif oleh para stakeholders, sehingga bermuara pada kurang
optimalnya kinerja komunikasi pemprov Jabar. Bagi sebuah organisasi
pemerintah setingkat pemprov Jabar, hal ini tentu akan banyak berdampak
pada citra organisasi di mata publik. Oleh karenanya, memetakan persoalan
komunikasi dan mencari model strategi komunikasi politik pemerintah
provinsi Jawa Barat melalui kajian ilmiah menjadi sebuah keniscayaan.
Untuk lebih mengarahkan pengumpulan data, maka kajian ini
lebih difokuskan pada pencarian jawaban atas masalah :
1. bagaimana persoalan-persoalan komunikasi politik yang dihadapi
pemprov Jabar dengan Stakeholders ?
2. Bagaimana Strategi Komunikasi politik yang tepat diterapkan
oleh Pemprov Jabar melalui Bagian Humas untuk memecahkan
persoalan-persoalan komunikasi tersebut?
Wilayah kajian dibatasi hanya pada pemetaan masalah dan strategi
komunikasi Humas Pemprov Jabar yang dibagi ke dalam beberapa
tahap kajian sebagai berikut:
A. Fact Finding (Analisis Situasi)
Fact Finding adalah istilah yang lazim digunakan oleh para praktisi
45
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Humas yang mengadopsi model “Empat Langkah Proses Kerja
Hubungan Masyarakat “ yakni berupa pemetaan
masalah
atau
mencari tahu secara rinci persoalan-persoalan yang dihadapi bagian
Humas Pemprov jabar.
B. Menentukan Strategi Komunikasi
Penentuan Strategi Humas dilakukan oleh tim peneliti berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil FGD dan Study Literature.
Tujuannya untuk merumuskan strategi komunikasi yang paling
tepat yang dapat diterapkan oleh Humas pemprov Jabar dalam
upaya mengoptimalkan kinerja Humas.
C. Analisis Data
Data hasil fact inding dan identiikasi publik, dianalisis dengan
menggunakan model “Empat Tahap Proses Kerja Humas” sehingga
dapat diperoleh gambaran, bagaimana selanjutnya bagian Humas
dapat meningkatkan kinerjanya dengan adanya hambatan yang
dihadapi. Selain itu juga dapat dirancang program kerja bagian
Humas ke depan sebaiknya seperti apa.
Kajian Teori
Kajian ini akan mencoba mengurai permasalahan komunikasi
politik yang dihadapi pemprov Jabar dan menawarkan model strategi
komunikasi politik dengan berlandaskan pada model yang biasa
digunakan para praktisi Public Relations (PR), termasuk PR politik
di beberapa negara asing, yakni Model Empat Tahap Proses Kerja PR
(Wheel Spinning Four Step PR Process Model) yang lazim dipakai dalam
dunia kerja Public Relations, seperti terlihat pada gambar berikut,
Gambar 1
Dimodiikasi penulis dari model “Empat Langkah Proses Kerja Hubungan
Masyarakat”, sumber : Efective Public Relations, Scott M. Cutlip, Allen H. Center,
Glen M. Broom, 8th ed, 2000, New Jersey, Prentice Hall.
46
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Alasan penggunaan model ini adalah karena pemilihan strategi
sangat terkait erat dengan pencitraan lembaga, dan pembangunan citra
positif (image building) sangat tepat jika menggunakan model proses
kerja PR .
Selain itu dalam kajian ini, digunakan paradigma deduktif dengan
melandaskan pada konsep PR Politik, yaitu sebuah strategi komunikasi
politik cukup penting dalam menunjang efektiitas komunikasi
pemerintah dengan seluruh stakeholders.
McNair mendeinisikan Komunikasi Politik sebagai “Komunikasi
yang disengaja dalam semua bentuk komunikasi yang berisi pesanpesan politik yang dilakukan oleh para aktor politik (politisi,
pemerintah, media, dll) melalui media dan strategi yang tepat untuk
mencapai sasaran tertentu”. Lebih jauh yang dimaksud dengan
pesan-pesan politik bisa berupa kebijakan pemerintah, partai politik,
keputusan DPR/D, rancangan Undang-undang, dll. Adapun strategi
mentransmisikan pesan-pesan politik dengan menggunakan strategi
PR merupakan kata lain dari PR Politik.
PR politik, seperti dikatakan McNair (2007: 118), merupakan
strategi atau upaya memelihara hubungan interpersonal antara aktor
politik dengan publiknya. Oleh karenanya PR politik sebagai strategi
komunikasi politik Pemerintah Daerah, dapat diartikan sebagai
upaya Pemprov Jabar sebagai aktor politik dalam upaya membangun
hubungan dengan publiknya dengan menyampaikan pesan-pesan
politik terkait kebijakan, program kerja serta prestasi yang telah di raih
Pemprov Jabar.
Selain pengertian komunikasi politik dan PR Politik, kajian ini
juga berlandaskan pada konsep Hubungan Masyarakat. Terdapat
beratus pengertian Humas, antara lain yang dikemukakan oleh Dr. Rex
F. Harlow ilmuwan PR yang dikutip dari buku Efective Public Relations,
karya Cutlip et al,
“Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen khusus
yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua
arah, saling pengertian, penerimaan dan kerjasama antara organisasi
dan
masyarakatnya, yang melibatkan pengelolaan problem/
masalah, membantu manajemen untuk selalu memperoleh informasi
dan
merespons pendapat umum, mendeinisikan dan menekankan
47
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat;
membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan p e r u b a h an
dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk
membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset
serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya.”
Ada juga yang menyatakan bahwa Humas merupakan “the various
methods a company uses to disseminate messages about its products,
services, or overall image to its customers, employees, stockholders,
suppliers, or other interested members of the community. he point of
public relations is to make the public think favorably about the company
and its oferings. Commonly used tools of public relations include news
releases, press conferences, speaking engagements, and community service
programs.”
Atau secara ringkas, Cutlip, center & Broom menyatakan deinisi
Humas sebagai “fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara
hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan
masyarakat, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya”
Karena objek kajian ini adalah pemerintah provinsi Jawa
Barat, maka pelu diunakan juga konsep Humas Pemerintahan.,
namun sebelum menelaah pengertian Humas Pemerintahan perlu
mendalami terlebih dahulu perbedaan antara kata “pemerintah” dan
“pemerintahan”.
Istilah pemerintah dan pemerintahan dalam masyarakat secara
umum diartikan sama, dimana kedua kata tersebut diucapkan
bergantian (pemerintah atau pemerintahan). Sebutan kedua kata atau
istilah tersebut menunjuk pada penguasa atau pejabat. Misalnya: Mulai
dari Presiden sampai tingkat Kepala Desa atau Kepala Kelurahan.
Artinya, semua orang yang memegang jabatan disebutlah pemerintah
atau pemerintahan, tetapi orang yang bekerja di dalam lingkungan
pemerintah atau pemerintahan disebut orang pemerintah(an). Mereka
yang berpandangan seperti yang disebutkan di atas tidak membedakan
pemerintah(an) dalam arti legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Siapa saja
yang memegang jabatan dan berkuasa.
C.F. Strong (1960,6) menyatakan pemerintah(an) adalah organisasi
dalam mana diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat
atau tertinggi. Selanjutnya Strong menyatakan pemerintahan itu
48
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
mempunyai kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
yudikatif. Jadi menurut C.F. Strong pemerintah dan pemerintahan itu
sama pengertiannya.
Humas Pemerintahan, seperti dikemukakan Stephen Hess dalam
the government/press connection: press oicer and theiroice “apalagi
fungsi pemerintah di alam demokrasi ini selain untuk menyebarkan
informasi tentang jalannya pemerintahan itu sendiri ?” artinya dalam
pengertian ini humas pemerintahan adalah sebagai produsen sekaligus
pendistribusi informasi tentang segala hal aktivitas dan kebijakan yang
dihasilkan oleh pemerintah.
Sementara John D Millett menyatakan, PR Dinas Pemerintahan
sebagai berikut:
a) Learning about public desire and aspiration
b) Advising the public about what is should desire
c) Ensuring satisfactory contact between public and management oicials
d) Informing the public about what an agency is doing
perlu juga dikontraskan bagaimana sesungguhnya perbedaan antara
Humas Pemerintah dengan Humas Perusahaan, dimana humas
pemerintah berusaha memasarkan kebijaksanaan yang membutuhkan
dukungan masyarakat, sedangkan humas perusahaan memasarkan
/ produktivitas hasil. Adapun dasar pemikiran humas pemerintah,
adalah bahwa 1) publik punya hak untuk tahu dan 2) adanya kebutuhan
pemerintah sendiri untuk memperoleh masukan dari publik.
Secara umum, terdapat empat tujuan utama Humas Pemerintahan,
yaitu:
1) Memberi tahu warga negara mengenai kebijakan pemerintah,
DPRD dinas-dinas, OPD serta aktivitasnya sehari-hari.
2) Memberi kesempatan kepada warga menyatakan pandangannya
mengenai proyek-proyek yang penting / baru sebelum keputusan
dijatuhkan oleh pejabat-pejabat yang dipilih.
3) Untuk memberikan penerangan kepada warga negara mengenai
cara-cara kerja perangkat pemerintah dan memberikan informasi
kepada mereka mengenai hak-hak dan kewajibannya
4) Untuk meningkatkan rasa bangga sebagai warga negara (Black,
173)
49
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Lantas apa yang harus dilakukan Humas Pemerintah atas fakta
yang sudah ada? Humas Pemerintah di tuntut sanggup mengolah fakta
dengan cara melakukan analisis dan updating data (tiap minggu, bulan,
dll). Kemudian membuat tulisan, bahasan singkat tentang fakta tersebut
dari sudut pandang Humas, hasil ini menjadi bahan dasar (informasi)
melaksanakan tugas layanan dasar Humas Pemerintah kepada publik
internal maupun eksternal.
Metodologi Penelitian
Agar hasil kajian cukup komprehensif, maka pengumpulan data
dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:
a. Focuss Group Discussion
Dilakukan secara internal di tim kajian dan para staf humas, untuk
memperoleh data primer tentang tata kelola dan sistem kerja
Humas di pemprov Jabar.
b. Observasi & Wawancara Mendalam
Pengamatan dilakukan di kantor Humas Pemprov Jawa Barat,
ditambah dengan wawancara pada para staf bagian Humas serta
stakeholders terkait.
c. Study Pustaka
Untuk memperkuat landasan analisis, dilakukan study literature
mencakup teori dan konsep: Komunikasi politik, Hubungan
Masyarakat, PR Politik & Komunikasi Pemerintahan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teknik Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1984) yang
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh.
Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam
tiga langkah berikut:
• Reduksi Data (data reduction)
• Penyajian data (data display)
• Penarikan kesimpulan dan veriikasi (conclusion drawing and
veriication)
• Validasi Data
50
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Hasil Penelitian & Pembahasan
Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat memiliki penduduk sebanyak 46.029.699
Jiwa (2014), yang menetap di 27 Kabupaten/Kota yang tersebar di
wilayah seluas 3.709.528,44 Hektar, terbagi dalam 626 Kecamatan, 641
Kelurahan, 5.321 Desa.
Dalam konstelasi nasional, sebagai provinsi dengan jumlah
penduduk terbesar (20% dari jumlah penduduk Indonesia), pemprov
Jabar juga menjadi pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis
nasional, memiliki instalasi vital nasional bidang Pendidikan,
Penelitian dan Pengembangan serta bidang Pertahanan Keamanan,
bahkan beberapa diantaranya berkelas dunia.
Secara geograis, pemprov Jabar juga berbatasan dengan ibukota
negara, yakni pemprov Daerah Khusus Ibukota (DKI). Selain itu,
provinsi Jawa Barat dengan struktur geologi yang kompleks memiliki
tiga pusat kegiatan nasional, yakni taman nasional, suaka margasatwa
dan cagar alam.
Sebagai bagian dari NKRI, pemprov Jabar juga memberikan
kontribusi yang cukup signiikan pada tingkat nasional, antara lain
penyumbang PDB nasional sebesar 14,33%, dimana PDB sektor
industri manufaktur mencapai 60%. Dalam bidang Penanaman Modal
Asing, pemprov Jabar juga berkontribusi terhadap perekonomian
nasional sebesar 34,46% dan menyumbang produksi beras nasional
sebesar 17,32%. Sedangkan untuk sektor ekspor, pemprov Jabar
menjadi produsen komoditi ekspor nasional ke Amerika Serikat 18,4%,
dan Jepang 12,52%.
Untuk regional Jawa-Bali, pemprov Jabar merupakan lintasan utama
arus regional barang dan penumpang Sumatera-Jawa-Bali dan menjadi
provinsi dengan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) tertinggi
di pulau Jawa-Bali. Jabar juga menjadi penyedia listrik dengan kapasitas
daya terpasang 4.654 MW yang berasal dari Pembangkit Listrik tenaga Air
(PLTA) sebesar 1.941 MW, pembangkit Listrik Tenaga Geotermal 1.061
MW, dan sumber energi lainnya sebesar 1.652 MW.
Jawa Barat juga memiliki kawasan hutan terluas di Jawa-Bali
(1,04 juta hektar) memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang juga
51
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
menjadi tujuan wisata. Debit air permukaan di Jawa Barat, 81 milyar
m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/tahun.
Lebih jauh, Jawa Barat juga memberikan kontribusi yang cukup
berarti terhadap ibukota negara, yakni sebagai penyedia air baku
untuk DKI, penyedia bahan pangan, penyedia lahan dan infrastruktur
pendukung aktivitas masyarakat DKI.
Gambaran Umum Bagian Humas Pemprov Jawa Barat
Bagian Humas Pemprov Jabar, sebagai bagian dari Organisasi
Perangkat Daerah, bekerja dengan berlandaskan pada beberapa
kerangka normatif, mulai dari landasan konstitusional, UndangUndang, Peraturan Menteri hingga peraturan dan Keputusan
Gubernur. Landasan Konstitusional, terutama pasal 28F UUD 1945
hasil amandemen, mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Kutipan pasal 28F UUD 45 ini dilengkapi dengan beberapa UndangUndang, seperti UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), UU No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dan UU no
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Landasan normatif lainnya selain Undang-Undang, terdapat
Peraturan Pemerintah no 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) tepatnya pasal 23 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
tugas dan fungsi staf, pelayanan administratif serta urusan pemerintahan
umum lainnya yang tidak termasuk dalam tugas dan fungsi dinas
maupun lernbaga teknis daerah dilaksanakan oleh sekretariat daerah.
Secara rinci, dalam PP 41/2007 pasal 23 ini dilampiri dengan penjelasan
sebagai berikut : “Perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi staf
seperti bidang hukum, organisasi, hubungan masyarakat, protokol dan
pelayanan administratif, serta fungsi pemerintahan umum lainnya
antara lain bidang penanganan perbatasan dan administrasi kerja sama
luar negeri, yang termasuk sebagai bagian dari urusan pemerintahan,
dan tidak termasuk fungsi dinas maupun lembaga teknis daerah
diwadahi dalam sekretariat daerah.”
52
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Pada tingkat provinsi, Bagian Humas Pemprov Jabar bekerja secara
sistematis mengikuti dan mematuhi berbagai regulasi yang dikeluarkan
Gubernur, misalnya Pergub no 11 /2015 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan tata Kerja Sekretariat Daerah provinsi Jawa
Barat, dimana tupoksi Humas di atur dalam paragraf 4, pasal 160 ayat
(4) a, pasal 161, pasal (1) – (4), pasal 162 ayat (1) – (3), pasal 163 ayat
(1) – (3), dan pasal 164, ayat (1) – (3).
Selain itu, ada beberapa produk hukum pemprov Jabar yang
juga menjadi landasan Bagian Humas Pemprov Jabar menjalankan
tupoksinya secara profesional, yaitu Pergub no 30/2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Transparansi dalam Penyelnggaraan Pemerintah
Daerah dan Keputusan Gubernur no 042/Kep.665-Humasprotun/2014
tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di
Lingkungan Pemerintah provinsi Jawa Barat.
Pada tataran etik, bagian humas pemprov Jabar bekerja dengan
melandaskan perilakunya pada Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika no: 371/KEP/M.KOMINFO/8/2007 tentang Kode Etik
Humas Pemerintahan.
Struktur Organisasi
Mengacu pada Perda no 1 tahun 2014, bagian Humas Pemprov
jabar secara struktural berada di bawah Biro Humas, Protokol dan
Umum, dengan susunan organisasi seperti pada gambar berikut,
Gambar 2. SOTK Bagian Humas Pemprov Jabar
Sumber: www.jabarprov.go.id
53
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Tugas Pokok & Fungsi Bagian Humas Pemprov Jabar
Secara normatif, Peraturan Gubernur no 11 tahun 2015 pasal 161
menjelaskan dengan rinci tupoksi Humas, yaitu : Ayat (1) : Bagian
Hubungan Masyarakat mempunyai tugas pokok menyeleggarakan
kegiatan pelayanan publik dan administrasi aspek hubungan masyarakat,
mengkaji bahan kebijakan umum serta koordinasi, pembinaan dan
pengendalian aspek hubungan masyarakat, serta membantu kepala
Biro Humas Protokol dan Umum melaksanakan koordinasi, fasilitasi,
monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan aspek hubungan
masyarakat, meliputi pemberitaan, dokumentasi, publikasi dan
perpustakaan serta pengelolaan informasi daerah.
Adapun Fungsi bagian Humas, dijelaskan dalam Pergub 11/2015
ini secara ringkas mencakup:
o Pengkajian bahan kebijakan umum, koordinasi, pembinaan dan
pengendalian aspek humas.
o Koordinasi dan fasilitasi aspek kehumasan pemda provinsi.
o Pelayanan publik dan administrasi aspek humas
o Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
Sumber Daya Manusia Humas Pemprov Jabar
Sumber daya manusia yang dimiliki Bagian Humas Pemprov
Jawa Barat saat ini (2015) adalah sebanyak 45 orang. Teridiri dari
satu orang kepala bagian golongan IV/b, tiga orang kepala sub bagian
dengan golongan dan ruang yang beragam yakni III/c, III/d dan IV/b.
Selanjutnya ada empat orang pustakawan dengan terdiri dari golongan
IV/a dua orang dan III/d dua orang. Untuk tenaga pelaksana ada 37
orang staf, dengan rincian golongan III/d & III/c masing-masing satu
orang, III/b 14 orang, III/a empat orang, II/dua orang, II/c tiga orang,
II/b 10 orang dan golongan I/b satu orang.
Peta Masalah Bagian Humas Pemprov Jawa Barat
Dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan para staf
Bagian Humas Pemprov Jabar, diperoleh data beberapa persoalan yang
dihadapi oleh lembaga di bawah sekretariat daerah ini.
Peneliti mencoba mengkategorisasikan data penelitian peta
masalah yang dihadapi bagian Humas Pemprov Jabar ini secara garis
54
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
besar adalah:
1) Masih rancunya pemahaman tentang Hubungan Masyarakat secara
konseptual dan praktikal.
2) Posisi struktural bagian Humas yang kurang strategis karena masih
berada di bawah struktur Biro, padahal idealnya paling tidak
setingkat Biro atau Dinas.
3) Sumber Daya Manusia, yang masih belum ditunjang dengan
kapasitas berlatar belakang pendidikan sarjana Hubungan
Masyarakat atau setidaknya yang memiliki keterampilan bidang
Humas.
4) Anggaran yang kurang memadai, (jika dibandingkan dengan
provinsi lain).
5) Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan yang belum optimal.
Ke lima persoalan utama yang terpetakan ini, dalam pengamatan
peneliti, telah melahirkan beragam persoalan turunan yang berimbas
pada kurang optimalnya kinerja humas, dalam arti jika dibandingkan
dengan idealisasi konsep Humas seperti yang terdapat dalam teori.
Peneliti mencermati, secara umum permasalahan yang ditemui di
bagian Humas pemprov Jabar ini sebetulnya merupakan realitas dan
problema humas pemerintah di berbagai daerah. Pada era reformasi,
Humas Pemerintah dihadapkan pada konsekuensi logis adanya
Keterbukaan Informasi dan Kemerdekaan Pers, dimana masyarakat
Jawa Barat pun seperti halnya masyarakat daerah lain, mulai abad
21 memasuki jaman yang disebut era informasi, sebuah era yang
menyediakan beragam teknologi informasi seperti internet dan telepon
selular. Walaupun belum ada deinisi yang secara jelas menerangkan
apa itu information age, beberapa kalangan menyebutnya dengan
istilah seperti information society, global village, digital society, wired
society, post-industrial society, dan network society.
Manuel Castell, professor of Sociology and City and Regional
Planning di University of California, Berkeley mencoba mendeinisikan
dan menjelaskan information age antara tahun 1996-1998 bahwa jaringan
masyarakat sebagai struktur sosial dikarakterisasikan oleh jaringan
teknologi komunikasi dan pemrosesan informasi, “the network society
as a social structure which is characterized by networked communications
technologies and information processing.” (1996, 1997a, 2000).
55
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Perkembangan teknologi komunikasi ini ditandai dengan adanya
multi-vokal, multimedia, arus multi-dimensi informasi dan komunikasi.
Kehidupan menjadi serba digital sehingga dunia terhubung dengan
cepat dan semua jenis informasi mengalir bebas. Informasi, beredar
di seluruh dunia dengan kecepatan yang tak terbayangkan bahkan
pada satu dekade yang lalu. Terjadi pergeseran dari pandangan negarasentris & media nasional yang kemudian dideinisikan pada dua faktor
utama yaitu, kepentingan konsumen dan pasar transnasional.
Menghadapi situasi ini, pemerintah provinsi Jawa Barat telah
banyak melakukan perubahan dan perbaikan menuju tatanan yang
lebih baik, berbagai kemajuan dan prestasi monumental telah diraih.
Namun pencapaian dan prestasi itu belum terkomunikasikan dengan
baik kepada publik, padahal mengkomunikasikan upaya dan prestasi
yang sudah dicapai ini penting untuk membangun citra dan reputasi
pemerintah yang lebih positif.
Secara umum, peneliti mencermati, hal itu antara lain disebabkan
dua hal penting, yaitu 1) trend sikap redaksional media dan 2) belum
optimalnya fungsi kehumasan pemerintah. Redaksi media-media massa
di Jawa Barat dalam memberitakan aktivitas pemprov Jabar, menurut
pengamatan peneliti cenderung lebih mempertimbangkan aspek-aspek
yang menyangkut hal-hal yang berkaitan langsung dengan aspek pelayanan
publik, keterbukaan dan akuntabilitas. Sepanjang pemprov Jabar tidak
melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam tiga aspek utama tersebut,
media cenderung tidak membuat berita tentang pemprov.
Namun sebaliknya, begitu ada informasi dari masyarakat tentang
adanya pelayanan publik yang tidak optimal dari pemprov Jabar,
maka media akan langsung memuat berita tersebut, bahkan terkadang
menjadi headline.
Kecenderungan sikap redaksional media-media massa di Jawa
Barat ini menurut peneliti, memang tidak bisa dibebankan sepenuhnya
sebagai kekurang-optimalan humas dalam membangun media
relations, melainkan lebih kepada otoritas masing-masing media yang
memiliki kebijakan beragam dan diluar kontrol Humas.
Dalam konteks ini, humas Jabar memang dihadapkan pada
persoalan pengelolaan strategi komunikasi tanpa mengintervensi
independensi media dan independensi Humas sendiri.
56
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
Upaya yang dapat dilakukan menghadapi dilema ini, menurut
hemat peneliti dapat dilakukan terutama dengan cara mengubah
paradigma, dimana selama ini Humas Jabar cenderung hanya berperan
sebagai technician ((teknisi yang lebih banyak mengerjakan pekerjaanpekerjaan teknis seperti membuat klipping, press release, memproduksi
informasi, diseminasi informasi, meliput aktivitas pimpinan dll) dan
sebagai bridge (jembatan atau fassilitator antara publik dan pimpinan
(gubernur, wakil gubernur, sekda), di ubah menjadi paradigma bahwa
Humas bisa berperan sebagai expert prescriber (ahli) dan problem
solver (pemecah masalah).
Andai Humas pemprov Jabar berniat mengubah paradigmanya
bahwa Humas berperan tidak hanya sebagai teknisi dan jembatan
komunikasi, tetapi lebih jauh masuk ke peran strategis sebagai konsultan
ahli dan pemecah masalah, maka terdapat beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
a. Perubahan struktur organisasi & tata kerja (SOTK) Humas,
setidaknya berada pada tingkat Biro dengan pangkat eselon 1
sebagai kepala biro humas.
b. Penempatan SDM dengan latar belakang ilmu Humas atau
Komunikasi.
c. Peningkatan kapasitas SDM yang ada dengan memberikan
pelatihan keterampilan PR.
d. Pengalokasian anggaran yang lebih proporsional.
e. Penambahan sarana dan prasarana.
Kesenjangan antara realitas kehumasan pemerintah dan tantangan
yang dihadapi, ditambah dengan persoalan dan keterbatasan yang
dihadapi humas pemprov Jabar seperti persoalan wawasan dan
pemahaman, kapasitas dan kecakapan SDM yang ada, plus persoalan
struktural kelembagaan membuat kinerja Pemprov Jabar yang
sebetulnya sudah banyak menghasilkan prestasi dan memperoleh
penghargaan itu, belum terkomunikasikan dengan baik sehingga
belum dapat mengangkat citra pemprov Jabar secara optimal di mata
masyarakatnya.
57
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Simpulan
Terdapat beberapa persoalan krusial di humas pemrov Jabar yang
memerlukan penataan sesegera mungkin, yaitu:
a) Persoalan struktur organisasi, dimana saat ini humas berada pada
level Bagian, sedangkan hasil kajian menunjukkan sebaiknya humas
pemprov Jabar berada pada level Biro.
b) Persoalan pemahaman tentang terminologi Humas, seperti
yang tertuang dalam perda dan pergub, cenderung memosisikan
humas hanya sebagai teknisi komunikasi yang bertugas mengirim
informasi kepada publik. Padahal seyogyanya humas memiliki
peran strategis sebagai pengelola opini publik dan menciptakan
image positif.
c) Persoalan SDM, dimana Humas sebaiknya diisi oleh staf dengan
kompetensi dan latar belakang pendidikan Ilmu Humas atau
setidaknya ilmu Komunikasi. Selain perlu penambahan jumlah
SDM juga sangat diperlukan ketepatan penempatan SDM dengan
latar belakang ilmu dan pengalaman yang sesuai dengan bidang
kerja humas,
d) Persoalan Anggaran, dimana anggaran yang ada sekarang dianggap
terlalu kecil dan lebih banyak digunakan untuk belanja media.
Hal ini terutama karena media komunikasi humas lebih banyak
mengandalkan pada media massa dan media luar ruang yang
cenderung hanya bersifat komunikasi satu arah. Padahal efektiitas
anggaran humas dapat dikelola dengan mengalihkan alokasi
anggaran media massa ke media komunikasi lainnya.
e) Persoalan kurangnya prasarana dan sarana Humas, terutama
sarana untuk melakukan media monitoring. Kendati hasil kajian
menunjukkan, kekuarangan prasarana dan sarana ini dapat
dialihkan dengan menyiapkan staf humas sebagai jupen (juru
penerang) virtual yang dapat menjadi inluencer pada diskusi
komunitas-komunitas pencipta opini publik di dunia maya.
Saran
Dari hasil kajian ini peneliti menyarankan Humas pemprov Jawa
Barat untukmelakukan beberapa hal sebagai berikut :
58
Evie Ariadne Shinta Dewi, Optimalisasi Fungsi Humas...
a. Membuat lokakarya untuk menyusun Grand Design strategi
komunikasi Pemprov Jabar untuk diajukan kepada pimpinan
(Sekda, Wagub dan Gubernur) agar pemprov Jabar dapat mencapai
komunikasi pemerintahan yang efektif.
b. Membuat Naskah Akademik sebagai bahan pembuatan Peraturan
Daerah dan Paeraturan Gubernur khusus tentang komunikasi
pemerintah dan Struktur Organisasi dan Tata kelola Humas di
lingkungan Pemprov Jabar.
c. Membuat Analisis kebutuhan SDM untuk ditempatkan di Humas
Pemprov jabar sesuai dengan kebutuhan yang ada dan kompetensi
yang disyaratkan.
d. Membuat pelatihan khusus staf humas dan para kepala bagian
untuk menyamakan persepsi tentang pengertian dan tugas pokok
serta fungsi Humas secara teoretik dan konseptual, agar bisa
diterapkan denggan baik pada tataran pragmatic.
59
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia
Datar Pustaka
Cutlip, Scott M, et al, 2000, Efective Public Relations, 8th ed, Prentice
Hall, New Jersey.
McNair, Brian, 2007, An Introduction To Political Communication, 4th
ed, Routledge, London.
Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: paradigm Baru
Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung;
Rosda.
Newsom, Dough, et al, 2000, 7th ed, his Is PR, he Realities of Public
Relations, Wadsworth homson Learning, USA.
Ritzer, George & Goodman, Douglas J, 2007, Teori Sosiologi Modern,
ed 6, alih bahasa Alimandan, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Schramm, Wilbur, 1954, he process and Efect of Mass Communication,
Urbana, Illinois.
Seitel, Fraser P, 2001, he Practice Of Public Relations, 8th ed, Prentice
Hall, New Jersey.
heaker, Alison, 2001, he Public Relations Handbook, 2nd ed,
Routledge, USA.
West, Richard & Turner, Lynn H, 2007, Introduction Communication
heories Analysis & Application, 3rd ed, McGrawHill, USA.
Wilcox, Dennis, et al, 1992, PR Strategic & Tactics, Harper Collins
Publishers, NY.
60