Maryati Siwigati Nattalia

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE SELF-PACING DENGAN TEKNIK
THECARD DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS
VIII SMP NASIONAL MALANG TAHUN 2016/2017
Maryati Siwigati Nattalia
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
msiwigati@yahoo.com

Abstrak: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas metode Self-pacing The Card dalam pembelajaran membaca
cepat. Tujuan khusus penelitian ini meliputi (1) mengetahui efektivitas
metode Self-pacingThe Card terhadap kecepatan membaca dan (2)
mengetahui efektivitas metode Self-pacingThe Card terhadap
pemahaman membaca. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini 130 siswa kelas VIII SMP Nasional
Malang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa dari dua kelas,
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol, masing-masing kelas terdiri
dari 34 siswa. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
randomsampling. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dan
Anova.Berdasarkan hasil uji Anova diketahui bahwa adanya perbedaan
yang signifikan antara nilai postes kecepatan membaca metodeSelfpacing The Card dengan metode konvensional. Selain itu Uji Anova
juga dilakukan pada nilai postes pemahaman membaca. Berdasarkan

perhitungan dapat disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara
nilai postest pemahaman membaca metodeSelf-pacing The Card dengan
metode konvensional. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa
hipotesis diterima, yakni metode Self-pacingThe Card efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP
Nasional Malang.
Kata-kata kunci: efektivitas, metode self-pacing the card, kecepatan
membaca, kemampuan membaca
PENDAHULUAN
Pada era global ini, setiap
individu dituntut memiliki kemampuan
menguasai dan menyerap informasi
secara cepat. Untuk mendapatkan
informasi, individu dapat mengakses
dari berbagai sumber, salah satunya
sumber informasi bentuk tulis (teks
bacaan). Adapun teks bacaan yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi di
antaranya buku, jurnal, surat kabar, dan
majalah.

Derasnya arus informasi ilmu
pengetahuan harus diimbangi dengan

kemampuan membaca yang optimal.
Individu yang ingin maju dan sukses,
segala kegiatan tidak bisa lepas dari
membaca karena dari kegiatan membaca
akan diperoleh banyak informasi.
Kenyataan di lapangan sering ditemui
banyak pembaca yang mampu membaca
cepat dengan pandai namun tidak bisa
menyerap informasi secara optimal.
Untuk itu setiap orang dituntut untuk
memiliki kemahiran membaca cepat,
efektif, dan efisien.
Di
Indonesia,
kemampuan
menyerap informasi masih rendah. Data


NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

dari Badan Pusat Statistik Nasional
(2006) menunjukkan bahwa masyarakat
belum menjadikan kegiatan membaca
sebagai sumber utama mendapatkan
informasi. Data lain dari IAE
(International Assotiation for Evalution
of Education) yang melakukan riset
tentang kemampuan membaca siswa SD
kelas IV pada 30 negara, menyatakan
bahwa Indonesia menempati urutan 29.
Angka ini menunjukkan rendahnya
minat membaca masyarakat Indonesia
(Baedowi, 2008).
Data di atas baru-baru ini
diperkuat lagi oleh hasil Programme for
International Student Assessment (PISA)
2012 dalam matematika, saint, dan
membaca yang diselenggarakan oleh

Organisation for Economic Cooperation and Development menyatakan
bahwa Indonesia di peringkat ke-64 dari
65 negara yang disurvei. Assesment
internasional
tersebut
mengukur
kecakapan siswa berusia 15 tahun dalam
mengimplementasikanpengetahuan
yangdimilikinya untuk menyelesaikan
masalah-masalah dunia nyata. Secara
statistik, nilai rata-rata membaca siswa
Indonesia 396 sedangkan dalam
kecakapan membaca, 55,2% siswa
Indonesia belum berhasil mencapai level
2 dan masih ada 4,1% yang belum
mencapai level terendah (level 1b).
Melihat data di atas maka
kegiatan membaca harus mendapat
prioritas. Hal itu dikarenakan membaca
memiliki kedudukan yang sangat

penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Kegiatan
membaca harus ditekankan sejak dini
bagi
anak-anak Indonesia untuk
mendongkrak posisi sumber daya
manusia (SDM) hingga setara dengan
negara maju. Jika tidak, anak-anak akan
mengalami
kesulitan
belajar
di
kemudian hari karena mereka tidak
memiliki kemampuan membaca yang
memadai.

Untuk itu, pemerintah telah
berupaya melalui Kurikulum 2013 (K
13). Dalam Kurikulum 2013 (K 13),
pembelajaran membaca diiplementasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia, khususnya KD
memahami teks dan menangkap makna
teks.Di SMP, kemampuan memahami
teks dan menangkap makna teks dapat
dilatihkan
melalui
pembelajaran
membaca cepat.
Membaca cepat merupakan jenis
membaca yang mengutamakan kecepatan
dengan
tidak
meninggalkan
pemahaman terhadap aspek bacaannya
(Nurhadi, 2010: 31). Membaca cepat
merupakan perpaduan antara kecepatan
membaca dengan pemahaman isi bacaan. Apabila seseorang dapat membaca
dengan waktu sedikit dan pemahaman
yang tinggi maka seseorang tersebut
dapat dikatakan pembaca cepat.

Kenyataan di lapangan kompetensi siswa dalam membaca cepat masih
rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya
siswa yang belum optimal menguasai
teks yang dibacanya.Untuk mengaktifkan kemampuan membaca cepat,
perlu latihan terus dan berkesinambungan. Nurhadi (2010:13) menyatakan
bahwa membaca itu adalah sebuah
proses yang kompleks dan rumit.Proses
membaca dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Salah
satu faktor internal
yang ikut
menentukan keberhasilan membaca
cepat adalah metode yang digunakan.
Metode yang tepat dan menarik dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami gagasan utama bacaan.
Gagasan utama digunakan untuk
membentuk makna teks dengan cara
membangkitkan ingatan tentang isi
dengan pengalaman membaca yang lalu.

Berkaitan dengan hal ini, peneliti
merasa perlu untuk mengadakan
penelitian mengenai efektivitas penggunaan metode Self-pacing dengan teknik
The Carddalam kegiatan membaca cepat

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

di SMP Nasional Malang. Adapun
tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara objektif tentang
kemampuan membaca cepat pada siswa
kelas VIII SMP Nasional malang
sebelum dan sesudah menggunakan
metode Self-pacing dengan teknik The
Card.
Wainwright (dalam Hariyati,
2010) mengemukakan bahwa membaca
cepat
ini
mempunyai
beberapa

pengertian, yaitu (1) membaca lebih
cepat tanpa kehilangan pemahaman, (2)
membaca buku sepintas lalu secara
efektif, (3) belajar secara efektif, dan (4)
membaca secara efektif.Nurhadi menegaskan bahwa membaca cepat adalah
membaca yang mengutamakan kecepatan tanpa mengabaikan pemahamannya.
Kecepatan membaca dikaitkan dengan
tujuan membaca, keperluan, dan bahan
bacaan.Pembaca yang pandai adalah
pembaca yang sadar akan berbagai
tujuan membaca, tingkat kesulitan bahan
bacaan, dan keperluan membacanya saat
itu (Nurhadi, 2010:39).Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa hal penting dalam
membaca cepat adalah memahami isi
bacaan dengan cepat. Dengan kata lain
kemampuan membaca cepat mencakup
kecepatan membaca dan pemahaman
membaca.

Tentang kecepatan membaca,
Soedarso (2004:18) menyatakan bahwa
kecepatan membaca haruslah fleksibel,
artinya kecepatan membaca bergantung
pada bahan dan tujuan membaca. Untuk
kepentingan tertentu kecepatan membaca masih bisa ditingkatkan.Namun perlu
diingat bukan hanya kecepatan yang
terpenting, melainkan juga harus diikuti
pemahaman.
Mengenai kecepatan membaca
yang memadai, Nurhadi (2016a:63)
memberikan batasan untuk seluruh
jenjang pendidikan, yakni (1) tingkat
SD/SLTP kecepatan membaca 200 kata
per menit (2) tingkat SLTA kecepatan

membaca 250 kata per menit (3)tingkat
mahasiswa kecepatan membaca 325 kata
per menit, (4) tingkat mahasiswa
program

pascasarjana
kecepatan
membaca 400 kata per menit, dan (5)
orang dewasa (yang tidak sekolah)
kecepatan membaca 200 kata per
menit.Sementara itu, Soedarso (2004:14)
menyatakan bahwa kecepatan membaca
orang dewasa Indonesia, yaitu 175 – 300
kata per menit (KPM). Akan tetapi, pada
umumnya dapat dinaikkan menjadi 350500 KPM.
Noer
(2010:36)
mengutip
pendapat Tina Konstant, kecepatan
membaca dapat diklasifikasikan seperti
berikut.
0 – 150 wpm
150 – 300 wpm
300 – 500 wpm
500 – 750 wpm
750 – 1000 wpm

Poor
Average
Good
Excellent
Unbelievable

Tabel Kecepatan Baca – dikutip
dari Teach Yourself Speed Reading oleh
Tina Konstant
Kecepatan
membaca
dapat
ditingkatkan.Berikut ini adalah cara
mengembangkan kecepatan membaca
menurut
Nurhadi
(2016a:98-99).
Pertama, membiasakan untuk membaca
pada kelompok-kelompok kata dan
menghindari membaca kata demi kata.
Jika ini menjadi kebiasaan, maka
pembaca perlu mengubah cara membaca
dengan melihat satuan kalimat yang
lebih tinggi dari kata misalnya, melihat
frasa-demi frasa. Dengan demikian,
dapat memperkecil jumlah aspek jumlah
bacaan yang perlu dilihat.
Kedua,
membaca
tidak
mengulang kalimat yang telah dibaca.
Kebiasaan
umum
yang
sering
menghambat kecepatan membaca yang
selalu mengulang-ulang apa yang telah
dibaca. Akibatnya, pembaca tidak bisa
memahami kata, frasa, atau kalimat yang

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

baru
dibaca,
melainkan
akan
memboroskan waktu.
Ketiga, pembaca tidak berhenti
lama di awal baris atau kalimat. Ini akan
memutuskan hubungan makna antar
kalimat dan antar paragraf. Pembaca
bisa lupa dengan apa yang baru dibaca.
Seharusnya, pembaca berhenti agak
lama di akhir-akhir bab, atau sub-bab,
atau bila ada judul baru.
Keempat,
pembaca
harus
mencari kata-kata yang menjadi tanda
awal dari adanya gagasan utama sebuah
kalimat. Ide pokok sebuah paragraf,
biasanya diawali dengan pernyataan
pengarang yang menunjukkan bahwa
bagian itu penting. Misalnya, sebagai
kesimpulan, jadi, ini penting untuk
diingat.
Kelima,
pembaca
harus
mengabaikan kata-kata tugas yang
sifatnya berulang-ulang. Dalam suatu
bacaan, sudah pasti terdapat kata-kata
tugas yang berulang-ulang. Kata-kata
tersebut sebaiknya diabaikan saja untuk
menghemat waktu membaca. Misalnya,
kata-kata seperti:yang, di, dari, se, dan
sebagainya.
Keenam, pembaca menggunakan
arah gerak mata yang tepat. Jika bacaan
itu dalam bentuk kolom-kolom kecil
(seperti surat kabar) maka arah gerak
mata bukan ke samping secara
horizontal, tetapi ke bawah (vertikal)
dan mengarahkan pandangan mata ke
bawah lurus terutama ketika membaca
dengan kecepatan tinggi, misalnya saat
memindai informasi.
Dalam kegiatan membaca, terdapat
pula hambatan yang dapat dialami oleh
pembaca. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan
Nurhadi
(2016a:79)
bahwaada beberapa faktor yang dapat
menghambat
kecepatan
membaca.
Faktor-faktor tersebut adalah (1)
menyuarakan apa yang akan dibaca, (2)
membaca kata demikata, (3) membantu
melihat/menelusuri baris-baris bacaan
dengan alat-alattertentu (ujung pensil,

ujung jari), (4) menggerak-gerakkan
kaki, tangan, dankepala, (5) konsentrasi
berpikir terpecah dengan hal-hal lain di
luar bacaan,(6) bergumam-gumam atau
bersenandung, (7) kehiasaan berhenti
lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub)
bab, bahkan di tengah-tengah kalimat,
dan(8) Kebiasaan mengulang-ulang unitunit bacaan yang telah dibaca.
Sementara itu Noer (2011:41)
menyatakan ada beberapa hal yang
menghambat seseorang dalam membaca
cepat yakni (1) kurangnya konsentrasi,
(2) rendahnya motivasi, (3) khawatir
tidak memahami bahan bacaan, (4)
memiliki kebiasaan buruk dalam
membaca.Beberapa kebiasaan buruk
yang lazim dimiliki orang adalah.
1) Vokalisasi.
Inidilakukandengancaramelafalkana
pa yang dibaca.
2) Sub Vokalisasi.
Ada orang membacatanpasuara di
bibir, tapi di hati.
3) GerakanBibir.
Ada juga yang tidakbersuara,
tapibibirseperti
orang
berbicaradanmelafalkansesuatu.
4) GerakanKepala.
Banyak
orang
ketikamembacakepalanyaikutberger
akmengikuti kata demi kata dalam
bahan bacaan. Dengan demikian
kepala bergerak secara teratur dari
kiri ke kanan kembali lagi ke kiri
dan seterusnya.
5) Regresi (pengulangan kebelakang). Membaca suatu kalimat atau
paragraf kemudian tidak yakin
dengan isinya atau merasa kurang
paham kemudian balik lagi dan
mengulang kalimat atau paragraf
tersebut.
Kecepatan membaca dapat diukur.
Menurut Soedarso (2004:15) untuk
mengetahui
kecepatan
membaca,
sebelum membaca, lebih dahulu dicatat
waktu mulai membaca dan setelah
menyelesaikan bacaan segera dilihat jam

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

dan dicatat setepat-tepatnya. Setelah itu
hitung berapa jumlah menit dan detik,
kemudian diteruskan dengan mengukur
pemahaman anda dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tersedia.
Kecepatan membaca pembaca dapat
diukur dengan cara menghitung/
mengukur berapa banyak kata yang
terbaca setiap menitnya. Berikut ini
adalah cara menghitung kecepatan
membaca menurut Soedarso (2004:14).
60 =

Untuk menghitung jumlah kata
dalam bacaan yang dibaca, hitung
jumlah rata-rata per baris dalam lima
baris dahulu, lalu bagi lima. Hasilnya
merupakan jumlah rata-rata per baris
dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris
yang dibaca dan kalikan dengan jumlah
rata-rata dan hasilnya merupakan jumlah
kata yang dibaca. Misalnya:
Jumlah kata per baris rata-rata = 11
Jumlah baris yang dibaca = 60
Jumlah kata yang dibaca = 11 x 60 =
660 kata

Jika kata tersebut dibaca dalam 2 menit
dan 10 detik atau total 130 detik maka
kecepatan membaca (660 kata/130detik)
x 60 = 342 kata per menit.
Sejalan dengan pendapat di atas,
Nurhadi (2010:41) menjelaskan proses/
langkah-langkah menghitung kecepatan
membaca sebagai berikut.
I.

Saat akhir membaca: jam ... menit ... detik ...
Saat mulai membaca: jam ... menit ... detik ...
Waktu yang diperlukan : ......................detik.
II. Jumlah kata X 60 = jumlah total kata.
III. Jumlah total kata : waktu yang diperlukan =
jumlah kata per menit.

Contoh :
I.

Saat akhir membaca: jam 08 : 15 : 00
Saat mulai membaca : jam 08 : 17 : 30
Waktu yang diperlukan : 150 detik.
II. Jumlah kata 400 X 60 = 144.000.
III. Jumlah total kata 144.000 : 150 = 960 kata per
menit.

Menurut Noer (2010:36) kecepatan membaca dihitung dengan satuan
jumlah kata per menit atau word per
minute
(WPM).
Adapun
rumus
penghitungannya sebagai berikut:
(

)

60 =

Misalnya,
 Tulisan yang dibacaterdiridari 1176
kata
 Waktu
yang
digunakanuntukmembaca 3 menit
30 detiksamadengan 210 detik
 Jumlah kata yang dibaca 336 per
menit
 Kategori Good
Hasil yang diperoleh kemudian dicocokan dengan tabel kecepatan membaca.
Kecepatan membaca dan pemahaman membaca merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Wainwright
(dalam Hariyati,2010) mengemukakan
bahwa kecepatan membaca jelas
mengacu pada kecepatan memahami
bacaan. Oleh sebab itu, dapat diketahui
bahwa kecepatan membaca yang rendah
biasanya menghasilkan pemahaman
yang lebih buruk sementara kecepatan
membaca
yang
tinggi
biasanya
menghasilkan pemahaman yang lebih
baik.
Wainwright
(dalam
Hariyati,2010) juga mengemukakan
bahwa pembaca bisa memperbaiki
kuantitas dan kualitas pemahamannya
terhadap materi bacaan dengan tiga cara
utama, yaitu (1) membaca materi bacaan
dengan tema luas dan beragam, (2)
diskusi, dan (3) tes. Untuk mengukur
tingkat pemahaman dinyatakan dalam
bentuk persentase.
Adapun cara
menghitungnya dengan menghitung
jumlah skor jawaban yang benar dibagi
skor jawaban ideal dari tes pemahaman
bacaan. Rumus mengukur pemahaman
bacaan sebagai berikut.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Pemahaman =

x100%

Salah satu penentu keberhasilan
membaca cepat adalah metode. Untuk
tujuan tertentu, seseorang perlu menggunakan kemampuan membaca cepat
untuk mendapatkan informasi dari bahan
bacaan secara efektif dan efisien
(Nurhadi, 2016a:96). Untuk itu diperlukan teknik atau metode tertentu dalam
membaca cepat. Terdapat beberapa
metode yang pernah dikembangkan
dalam membaca cepat, yaitu (1)
metodekosakata, (2) metode motivasi,
(3) metode bantuan alat, dan, (4) metode
gerak mata. Metode yang berhubungan
dengan penelitian ini adalahmetode
bantuan alat.
Metode bantuan alat yang dikembangkan oleh Doyle adalah metode Selfpacing.Metode Self-pacing merupakan
salah satu metode yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampaun membaca
cepat. Metode ini memberikan latihanlatihan membaca cepat dan mengajarkan
teknik-teknik mudah yang dapat
membantu memfokuskan perhatian
dengan baik pada apa yang sedang
dibacanya. Mata digerakkan mengikuti
metode tertentu untuk memfokuskan
gerakan mata pada halaman yang sedang
dibaca.
Pada metodeSelf-pacing, siswa
diajak mengorganisasikan diri dalam
upaya menjadi seorangpembaca yang
dapat membaca cepat. Pengorganisasian
diri inimeliputi langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam membaca cepat
seperti yang tertuang dalam metodeSelfpacing yaituThe Hand, The Card, The
Sweep, dan The Zig-zag or The Loop.
Teknik-teknikmembaca
cepat
ini
membantumemfokuskan gerakan mata
hanya pada halaman yang sedang dibaca
(Doyle, 2013).Menurut Doyle, dari
kelima teknik ini dapat digunakan salah
satu yang paling disukai atau yang
paling efektif menurut pembacanya.

Adapun
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah teknik The Card.
Metode Self-pacing dengan teknik
The Card adalah menggunakan kartu
atau lembaran kertas yangdilipat dan
diletakkan di atas kalimat-kalimat yang
telahdibaca. Kemudian ketikatelah membaca, kartu tersebut ditarik ke bawah
secara perlahan-lahan dan teratur.
Penggunaan kartu untuk menutup
kalimat-kalimat yang telah dibaca
ini,diusahakan membaca bagian-baris
sebelum menutupnya. Hal ini akan
membantu untuk menghindari kebiasaan
membaca bagian yang samaberulangulang. Hal inijuga akan membantu untuk
lebih
memfokuskan
perhatianpada
bagian yang dibaca. Kartu dapat ditarik
dengancepat jika memang dapat
membaca dengan cepat.

METODE
Penelitian
ini
menggunakan
metode kuasi eksperimen dengan desain
Control Group Pretes-Postes Design.
Metode ini digunakan karena peneliti
ingin mengetahui efektivitas dari
perlakuaan tertentu. Penelitian ini
menggunakan dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode Self-pacingteknik The
Card. Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan
membaca cepat siswa kelas VIII SMP
Nasional Malang tahun pelajaran
2016/2017 yang dijabarkan menjadi (1)
kecepatan membaca dan (2) pemahaman
membaca.
Penelitian ini dilakukan pada dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada desain ini, kelas
eksperimen menggunakan pembelajaran
membaca cepat dengan metode Selfpacingteknik The Cardsedangkan kelas
kontrol
menggunakan
metode
konvensional. Setelah terpilih kelas

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

eksperimen dan kelas kontrol yang
dilakukan dengan teknik populatif
sampling
kemudian
dilakukan
pengambilan data dengan langkahlangkah (1) pemberian pretes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal sebelum
diberi perlakuan, (2) melakukan kegiatan
pembelajaran dengan perlakuan yang
berbeda. Pada kelas eksperimen
menggunakan metode self-pacing teknik
The Card sedangkan kelas kontrol
menggunakan metode konvensional
(tanpa perlakuan tertentu), dan (3)
pemberian postes untuk mengetahui
kemampuan akhir setelah diberi
perlakuan.
Sebelun
pengambilan
data
dilaksanakan, terlebih dahulu disusun
intrumen berupa teks bacaan dan tes
untuk pretes dan postes. Selanjutnya
dibuat rencana pembelajaran membaca
cepat dengan perlakuan menggunakan
metode Self-pacingteknik The Carddan
rencana pembelajaran membaca cepat
dengan metode konvensional (tanpa
perlakuan tertentu).
Langkah berikutnya melakukan
uji coba intrumen.Adapun hal-hal yang
diujicobakan adalah (1) uji validitas, (2)
uji reliabelitas, (3) uji tingkat kesukaran,
dan (4) uji daya beda.
Uji validitas tes bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesesuaian soalsoal.Wahyuni dan Ibrahim (2012:86)
menyatakan bahwa validitas merupakan
suatu keadaan apabila suatu instrumen
evaluasi dapat mengukur apa yang
sebenarnya harus diukur secara tepat.
Ditambahkan oleh Grondlund (dalam
Wahyuni dan Ibrahim, 2012:86),
validitas mengarah pada ketepatan
interpretasi hasil penggunaan suatu
prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan
pengukurannya.
Uji
Reliabelitas
merupakan
kriteria ukuran apakah suatu alat ukur
dapat mengukur secara konsisten sesuatu
yang akan diukur dari waktu ke waktu

(Wahyuni dan Ibrahim, 2012:104).
Reliabelitas merujuk pada derajat
keajekan alat dalam mengukur suatu tes.
Artinya tidak berubah bila digunakan
secara berulang-ulang pada sasaran yang
sama. Tingkat reliabelitas tes dapat
diukur dengan berbagai teknik. Untuk
mengetahui reliabelitas penelitian ini,
skor hasil uji coba diperiksa dengan
menggunakan rumus K-R 21.
Uji tingkat kesukaran.Soal tes
yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Oleh
karena itu, perlu diadakan analisis
tingkat kesukaran. Dikatakan oleh
Wahyuni dan Ibrahim (2012:129),
tingkat kesulitan tes menunjukkan
seberapa sukar atau mudahnya butirbutir tes yang telah diselenggarakan.
Dengan analisis ini dapat diketahui
secara umum, apakah suatu tes tergolong
mudah, sedang, atau sulit.
Uji daya beda bertujuan untuk
mengukur sejauh mana butir soal
mampu membedakan siswa yang pandai
dan kurang pandai berdasarkan kriteria
tertentu. Daya beda atau tingkat
deskriminasi merupakan ciri bukti tes
yang digunakan untuk menunjukkan
adanya tingkat kemampuan antara
kelompok
peserta
tes
yang
berkemampuan tinggi dan rendah.
Setelah melalui berbagai uji
intrumen, dilanjutkan pengumpulan data.
Dalam penelitian ini data berupa angkaangka.
Data
yang
dikumpulkan
dibedakan menjadi dua kelompok
berikut.
1) Skor pretes dan postes kecepatan
membaca pada kelas eksperimen dan
kelas
kontrol.
2) Skor pretes dan postes pemahaman
membaca pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Pengumpulan data dilaksanakan
dengan menggunakan instrumen tes
membaca cepat yang terdiri atas
intrumen-intrumen tes (1) kecepatan

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

membaca dan (2) pemahaman membaca.
Intrumen tersebut berupa teks bacaan
yang disertai dengan pertanyaan.
Prosedur tes dilakukan dengan cara (1)
intrumen tes dibagikan kepada siswa, (2)
siswa membaca dengan tenang agar bisa
memahami, (3) selesai membaca, siswa
memjawab pertanyaan yang terdapat
dalam intrumen, dan (4) intrumen tes
dikumpulkan.
Sebelum dilaksanakan postes,
masing-masing kelas yang telah terpilih
diberi perlakuan. Perlakuan yang
diberikan pada kelas eksperimen adalah
metode Self-pacing teknik The Card
yang
berguna
untuk
melatih
memfokuskan perhatian dengan baik
pada apa yang dibacanya.Perlakuan yang
diberikan pada kelas kontrol adalah
metode konvensional yaitu konsentrasi
dan mengingat-ingat kembali.
Langkah
berikutnya
adalah
analisis data. Untuk menganalisis data
penelitian yang sudah didapatkan dari
hasil tes awal dan tes akhir digunakan
analisis uji data. Sebelum menganalisis
untuk menguji hipotesis terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas.
Setelah serangkaian uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas dilaksanakan selanjutnya
dilakukan uji hipotesis. Sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
adakah efektivitas metode Self-pacing
The Card, pengujian hipotesis dilakukan
dengan metode pengujian hipotesis
Jenis
penila
ian

Aspek

pretes

Kecepatan
membaca
Pemahama
n membaca
Kecepatan
membaca

postes

Kelas
eksperimen
Total Ratarata
5201
152,97

Kelas kontrol

5149

Ratarata
151,44

2220

65,29

2350

69,12

5491

161,50

5251

154,44

Total

alternatif. Metode
statistik
yang
digunakan adalah uji- t dua pihak dan uji
Anova dengan taraf signifikansi 0,005.
Uji-t dilaksanakan pada data skor postes

siswa. Uji-t ini untuk mengetahui adanya
perbedaan hasil belajar atau tidak. Untuk
pengujian ini menggunakan bantuan
SPSS 20 for windows dengan uji t-tes
independent sample dengan taraf
signifikansi 0,05.
Uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan metode statistik uji-t dua
pihak dengan df=(n1+n2-2) pada taraf
signifikansi 0,05. Penghitungan analisis
menggunakan analisis Compare Mean
dan Independent Sample T-test. Kriteria
pengujian hipotesis dengan uji-t dua
pihak pada taraf signifikansi =0,05,
df=(n1+n2-2)
dijabarkan
sebagai
berikut:
1. Apabila thitung≤ ttabel
( =0,05,
df=(n1+n2-2) maka hipotesis (Ha)
ditolak
2. Apabila thitung≥ttabel
( =0,05,
df=(n1+n2-2)
maka
hipotesis
(Ha)diterima
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Paparan hasil analisis data
meliputi (1) kemampuan membaca cepat
pada kelas eksperimen pada pretes dan
postes, (2) kemampuan membaca cepat
pada kelas kontrol pada pretes dan
postes,
dan
(3)
perbandingan
kemampuan membaca cepat antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol pada
pretes dan postes. Pengujian hipotesis
yang dipaparkan meliputi (1) uji
normalitas, (2) uji
homogenitas, dan (3) uji hipotesis.
Setelah dilakukan pengumpulan
data, ditentukan rata-rata nilai tes pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Hasil keseluruhan tampak pada tabel
berikut.
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Kemampuan
Membaca Kelas Eksperimen dengan Kelas
Kontrol

Dari tabel tersebut dapat dilihat
perbandingan nilai pretes kecepatan
membaca antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Perolehan nilai

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

pretes kecepatan membaca pada kelas
eksperimen sebesar 5201 dengan ratarata kecepatan 152,97 kata per menit.
Perolehan nilai pretes kecepatan
membaca pada kelas kontrol sebesar
5149 dengan rata-rata kecepatan 151,44
kata per menit. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa rata-rata nilai pretes
kecepatan
membaca
pada
kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Dari tabel itu pula dapat dilihat
perbandingan nilai postes kecepatan
membaca antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Perolehan nilai
postes kecepatan membaca pada kelas
eksperimen sebesar 5491 dengan ratarata kecepatan 161,50 kata per menit.
Perolehan nilai postes kecepatan
membaca pada kelas kontrol sebesar
5251 dengan rata-rata kecepatan 154,44
kata per menit. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa rata-rata nilai postes
kecepatan
membaca
pada
kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Dari tabel tersebut tampak pula
perbandingan nilai pretes pemahaman
membaca antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Perolehan nilai
pretes pemahaman membaca pada kelas
eksperimen sebesar 2220 dengan ratarata pemahaman 65,29%. Perolehan nilai
pretes pemahaman membaca pada kelas
kontrol sebesar 2350 dengan rata-rata
pemahaman 69,12 %. Dari data tersebut
dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai
pretes pemahaman membaca pada kelas
eksperimen lebih rendah daripada kelas
kontrol.
Dari tabel itu pula dapat dilihat
perbandingan nilai postes pemahaman
membaca antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Perolehan nilai
postes pemahaman membaca pada kelas
eksperimen sebesar 2780 dengan ratarata pemahaman 81,76 %. Perolehan
nilai postes pemahaman membaca pada
kelas kontrol sebesar 2725 dengan rata-

rata pemahaman 80,15 %. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata
nilai postes pemahaman membaca pada
kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Dari perolehan hasil rata-rata
nilai tersebut kemudian dilakukan uji-t
dan uji Anova dengan menggunakan
SPSS 20. Dari sistem tersebut diperoleh
hasil yang dapat disimpulkan bahwa
metode Self-pacing teknik The Card
efektif untuk meningkatkan kemampuan
membaca cepat pada siswa kelas VIII
SMP Nasional Malang.
Pembahasan
Berdasarkan
catatan
dan
pengamatan peneliti, hasil penelitian
dijabarkan sebagai berikut.
Kemampuan Membaca Cepat pada
Kelas Eksperimen pada Pretes dan
Postes.
Total nilai pretes kecepatan
membaca yang diperoleh 5201 dengan
nilai rata-rata kecepatan 152,97 kata per
menit untuk kecepatan membaca.
Kecepatan membaca yang dicapai siswa
tersebut termasuk kategori average atau
sedang. Pengakategorian ini sejalan
dengan kutipan Noer (2010:36) dari
Teach Yourself Speed Reading oleh Tina
Konstant yang dinyatakan dalam tabel
kecepatan baca. Kecepatan baca
seseorang di antara kisaran 150-300
wpm termasuk kategori average
(sedang).
Berbeda
dengan
Nurhadi
(2004:29) memberi batasan untuk
seluruh jenjang pendidikan, yakni untuk
tingkat SD/SLTP kecepatan membaca
yang memadai adalah 200 kata per
menit. Dengan demikian kecepatan
membaca siswa pada pretes belum
memadai.
Hasil kecepatan membaca yang
termasuk sedang bahkan kurang
memadai ini tentu saja ada penyebabnya.
Menurut hasil pengamatan peneliti,

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

penyebabnya antara lain (1) siswa tidak
tertarik dengan pembelajaran membaca
cepat, (2) siswa bosan dengan metode
yang digunakan, dan (3) siswa tidak tahu
tujuan membaca.
Selain yang telah disebutkan di
atas, siswa bersuara ketika membaca.
Ada siswa yang membaca dengan
mengeja (membaca kata demi kata)
bahwa beberapa siswa membaca sambil
mengerak-gerakkan kepala. Ini semua
bisa menghambat kecepatan membaca
siswa. Hal ini juga diungkapkan Nurhadi
(2004:31) bahwa ada beberapa faktor
yang dapat menghambat kecepatan
membaca. Beberapa faktor tersebut
adalah (1) menyuarakan apa yang akan
dibaca, (2) membaca kata demi kata, (3)
menggerak-gerakkan kaki, tangan, dan
kepala,
(4)
bergumam
atau
bersenandung dan lain-lain.
Total nilai pretes pemahaman
membaca 2220 dengan rata-rata 65,29%.
Nilai ini dapat dikategorikan kurang
karena belum mencapai pemahaman
70%. Menurut Soedarso (2004:14)
ukuran ideal membaca cepat adalah
apabila
siswa
telah
mencapai
pemahaman 70%, sejalan dengan Noer
(2013:38)
Anda
telah
berhasil
menguasai minimal 70% dari bahan
bacaan tersebut. Apabila ditinjau
perolehan nilai pemahaman secara
invidu, siswa yang telah mencapai
pemahaman baik (70%) sebanyak 15
siswa. Siswa yang memperoleh nilai
kurang sebanyak 19 siswa.
Selain
tingkat
kecepatan
membaca siswa yang sedang atau
bahkan kurang memadai ternyata juga
diikuti dengan rendahnya pemahaman
membaca siswa. Nilai rata-rata yang
dicapai oleh siswa 65, 29 %.
Pemahaman membaca siswa belum
mencapai batas ketuntasan belajar
karena masih di bawah 70 %. Sejalan
dengan Noer (2013:38) jika telah
berhasil menguasai minimal 70% dari
bahan bacaan berarti kemampuan

menyerap dan menangkap hal-hal
penting dari tulisan sudah cukup baik.
Dari pengamatan peneliti, hasil
pemahaman siswa masih di bawah 70%
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
ketika siswa disodori teks yang panjang,
mereka tampak kebingungan sehingga
konsentrasi
siswa
menurun
dan
hilangnya pemahaman. Kedua, motivasi
membaca
siswa
rendah.
Ketika
menghadapi teks yang panjang siswa
malas membaca sehingga mereka
membaca dengan lambat. Ketiga,
menghadapi teks yang terlalu panjang
ada rasa khawatir mengalami kesulitan
dalam memahaminya. Dalam proses
membaca mereka merasa memikul
beban berat dan terpaksa melakukan.
Keempat, siswa sering mengulang
kembali kalimat atau baris-baris yang
telah dibaca (regresi). Kesalahan
keempat inilah yang paling sering
dilakukan siswa. Seperti diungkapkan
Noer (2013:40) banyak orang memiliki
kebiasaan buruk dalam membaca
sehingga memperlambat
kecepatan termasuk membuat tingkat
pemahaman lebih rendah.
Nilai yang dicapai siswa pada
saat pretes bisa dikatakan belum
memadai. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Saat berlangsung
pretes, peneliti mengamati dan mencatat
perilaku siswa berkaitan dengan
membaca. Ketika guru membagi teks,
siswa riuh. Namun ketika diminta
membaca teks, siswa menjadi tenang
dan mulai membaca. Ada beberapa
siswa membaca sambil bersuara,
membaca kata demi kata, membaca
dengan ogah-ogahan, melihat ke kiri dan
ke kanan, dan berhenti di tengah-tengah
baris yang dibaca. Hal-hal semacam
itulah yang diduga menghambat
kemampuan membaca. Noer (2013:41)
juga menyatakan ada beberapa hal yang
menghambat seseorang dalam membaca
cepat yakni (1) kurangnya konsentrasi,
(2) rendahnya motivasi, (3) khawatir

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

tidak memahami bahan bacaan, dan (4)
memiliki kebiasaan buruk dalam
membaca.
Setelah siswa diberi perlakuan
dengan metode Self-pacingThe Card dan
diakhiri dengan postes, nilai yang
diperoleh siswa lebih meningkat.
Perolehan nilai postes kecepatan
membaca sebesar 5491dengan rata-rata
nilai 161,50 kata per menit lebih tinggi
daripada perolehan nilai pretes sebesar
5201 dengan rata-rata nilai 152,97 kata
per menit. Peningkatan nilai kecepatan
membaca belum kelihatan karena masih
kategori average (sedang).
Setelah siswa diberi perlakuan
dengan metode Self-pacingThe Card dan
diakhiri dengan postes, nilai pemahaman
membaca yang diperoleh siswa juga
lebih meningkat. Perolehan nilai postes
pemahaman membaca sebesar 2780
dengan rata-rata nilai 81,78% lebih
tinggi daripada perolehan nilai pretes
pemahaman membaca sebesar 2220
dengan rata-rata nilai 65,29%. Perolehan
peningkatan nilai pemahaman membaca
sudah
bagus
karena
nilai-rata
pemahaman sudah mencapai 73,97%.
Hal ini bisa ditafsirkan bahwa siswa
sudah menguasai materi sebesar 70%.
Peningkatan nilai postes ini
diduga karena perlakuan dengan metode
Self-pacing yang dipilih, yakni The
Card. Metode Self-pacing merupakan
salah satu metode untuk meningkatkan
kemampuan membaca cepat dengan
memfokuskan gerakan mata hanya pada
halaman yang dibaca.
Dari catatan dan pengamatan
guru, selama pelaksanaan latihan
membaca dengan metode Self-pacing
The Card, siswa bisa memusatkan
perhatian pada bidang baca yang
dihadapi. Mereka tidak menggerakkan
kepala untuk melihat dan membaca
latihan. Mereka memusatkan perhatian
pada baris-baris yang dibaca dan tidak
berusaha untuk melihat kembali barisbaris yang telah dibaca. Mereka duduk

dengan tenang namun mata mereka
bergerak mengikuti kartu atau kertas
yang menutup baris-baris yang sedang
dibaca. Sejalan dengan pendapat Doyle
(2009), mereka memfokuskan gerakan
mata hanya pada halaman yang sedang
dibaca.
Kemampuan Membaca Cepat pada
Kelas Kontrol pada Pretes dan Postes.
Total nilai pretes kecepatan
membaca yang diperoleh 5149 dengan
nilai rata-rata kecepatan 151,44kata per
menit untuk kecepatan membaca.
Kecepatan membaca yang dicapai siswa
tersebut termasuk kategori average atau
sedang.Total nilai pretes pemahaman
bacaan 2350 dengan rata-rata 69,12%.
Nilai ini dapat dikategorikan kurang
karena belum mencapai pemahaman
70%.Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Ada beberapa siswa membaca
sambil bersuara, membaca kata demi
kata, membaca dengan ogah-ogahan,
melihat ke kiri dan ke kanan,dan
berhenti di tengah-tengah baris yang
dibaca. Faktor-faktor lain yang diduga
menghambat kecepatan membaca di
kelas ini adalah siswa tidak bisa
konsentrasi sehingga daya ingatnya
berkurang. Siswa tidak bisa konsentrasi
karena tidak bisa tenang. Mereka sering
melakukan hal-hal yang menghambat
konsentrasi, misal bicara sendiri, banyak
bergerak, dan ada siswa kelas lain yang
lalu lalang di depan kelas, dan lain-lain.
Setelah siswa diberi perlakuan
dengan metode konvensional dan
diakhiri dengan postes, nilai yang
diperoleh siswa lebih meningkat.
Perolehan nilai postes kecepatan
membaca sebesar 5251dengan rata-rata
nilai 154,44 kata per menit lebih tinggi
daripada perolehan nilai pretes sebesar
5149 dengan rata-rata nilai 151,44 kata
per menit. Peningkatan nilai kecepatan
membaca belum kelihatan karena masih
kategori average (sedang).

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Nilai pemahaman membaca yang
diperoleh siswa juga lebih meningkat.
perolehan nilai postes pemahaman
membaca sebesar 2725 dengan rata-rata
nilai 80,15 lebih tinggi daripada
perolehan nilai pretes pemahaman
membaca sebesar 2350 dengan rata-rata
nilai 69,12%.
Efektivitas Penggunaan Metode Selfpacing Teknik The Card dalam
Pembelajaran Membaca Cepat Siswa
Kelas VIII SMP Nasional Malang
Setelah
membandingkan
perolehan
rata-rata
nilai
postes
kemampuan membaca pada kelas
eksperimen dengan kelas kontrol,
diperoleh hasil bahwa nilai kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Nilai rata-rata postes kecepatan
membaca pada kelas eksperimen161,50
kata per menit sedangkan nilai rata-rata
postes kecepatan membaca pada kelas
kontrol 154,44 kata per menit.
Peningkatan ini karena kelas eksperimen
diberi perlakuan dengan metode Selfpacing The Card. Di kelas kontrol diberi
perlakuan dengan metode konvensional.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa metode Self-pacing The Card
lebihefektif
dibanding
metode
konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat ditarik simpulan
sebagai berikut.
1) Kemampuan membaca cepat yang
mencakup kecepatan membaca dan
pemahaman membaca pada kelas
eksperimen menunjukkan adanya
peningkatan. Peningkatan ini tampak
pada perolehan rata-rata nilai.
Dengan kata lain nilai postes
kecepatan
membaca
maupun
kemampuan membaca lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai pretes.
2) Kemampuan membaca cepat yang
mencakup kecepatan membaca dan

pemahaman membaca pada kelas
kontrol
menunjukkan
adanya
peningkatan. Peningkatan ini tampak
pada perolehan rata-rata nilai.
3) Berdasarkan hasil uji Anova terhadap
rata-rata nilai postes kecepatan
membaca pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol didapat tingkat
signifikansi 0,021. Oleh karena
tingkat signifikansi 0,021 < 0,05
maka hipotesis diterima. Demikian
pula untuk rata-rata nilai pemahaman
membaca didapat tingkat signifikansi
0,025.
Oleh
karena
tingkat
sgnifikansi 0,025 < 0,05 maka
hipotesis diterma. Dari hasil tersebut
dapat diartikan bahwa perlakuan
yang diberikan di kelas eksperimen
efektif meningkatkan nilai secara
signifikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa metode Self-pacing dengan
teknik The Card efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca
cepat, yang mencakup kecepatan
membaca dan pemahaman membaca
pada siswa kelas VIII SMP Nasional
Malang.
DAFTAR RUJUKAN
Ahuja, Pramila & G.C Ahuja. 2004.
Membaca Secara Efektif dan
Efisien. Bandung: PT Kiblat Buku
Utama.
Baedowi, Ahmad. 2010. Teologi
Membaca, (Online),
(http.www.kickandy.com/friend/4/37
/1134/read/Teologi-Membaca),
diakses 6 November 2010.
Doyle, D. 2009.Self-pacing Methods.
(Online).
(http://english.glendale.cc.ca.us/
Doyle. html, diakses 12 Oktober
2013)
Haryati, Nuria Reny. 2010. Pengaruh
Pola3-Per terhadap Kemampuan
Membaca Cepat Siswa XI SMA
Negeri 1 Ngoro-Jombang. Tesis.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Noer, M. 2013. Speed Reading for
Beginners. (Online).
(http://www.Membaca Cepat.com),
diakses 15 September 2013
Nurhadi. 2004. Bagaimana
Meningkatkan Kemampuan
Membaca? Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Nurhadi. 2009. Dasar-Dasar Teori
Membaca. Malang: JP Book.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan
Efektif. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Nurhadi. 2016a.Strategi Meningkatkan
Daya Baca. Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi. 2016b.Teknik Membaca.
Jakarta: Bumi Aksara
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Soedarso. 2004. Speed Reading: Sistem
Membaca Cepat dan Efektif.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiyono.2010.Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung : Alfabeta.
Sunarti. 2003. Pengaruh Bentuk Latihan
dan Jenis Teks Terhadap Hasil
Belajar Membaca Pemahaman
Siswa SLTP. Disertasi. Tidak
diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Wahyuni, Sri dan Ibrahim.2012.Asesmen
Pembelajaran Bahasa.Bandung:
Refika Aditama.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 14