SISKEUDES PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA | Pondok Edukasi Desa PENATAUSAHAAN
PENATAUSAHAAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
A.
ALUR PEMBUKUAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA
Sebelum berbicara tentang materi secara detail, terlebih dahulu akan digambarkan
bagaimana alur Pembukuan & Penatausahaan Keuangan Desa secara utuh.
Sehingga pemahaman kita tentang SISKEUDES tidak dipahami secara parsial. Dari
berbagai pelatihan yang sudah diikuti, ketika masuk pada persoalan pembukuan dan
penatausahaan, semua langsung berbicara tentang Penerimaan Desa, Mutasi Kas,
SPP Kegiatan, dll yang masuk wilayah penatausahaan. Dan sebagian besar hanya
berkutat pada persoalan PENATAUSAHAAN, sedangkan materi PEMBUKUAN hanya
sedikit yang membahasnya dan bahkan tidak dibahas sama sekali.
Tulisan ini akan mengulas secara berbeda dari semua tulisan yang sudah ada dimana
PENATAUSAHAAN akan dimulai setelah persoalan PEMBUKUAN (SALDO AWAL)
selesai. Tetapi sebelum masuk materi pembukuan, ada prasyarat yang harus dipenuhi
diantaranya Bunga Bank, Admin Bank, dll sudah dianggarkan atau belum. Rekening
desa, sudah diinput atau belum. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka kita
sudah siap masuk ke Pembukuan. Berikut gambaran secara umum alur pembukuan
dan penatausahaan keuangan desa:
1.
2.
3.
4.
PASTIKAN BUNGA BANK SUDAH DIANGGARKAN DI PENDAPATAN DESA
PASTIKAN ADMIN BANK, DLL SUDAH DIANGGARKAN DI BELANJA DESA
MASUKKAN REKENING DESA.
PEMBUKUAN – SALDO AWAL
REKENING DESA & KAS BENDAHARA
: DEBET
EKUITAS SAL
: KREDIT
5. PEMBUKUAN – JURNAL PENYESUAIAN
SILPA
: KREDIT
EKUTAS SAL : DEBET
6. CEK LAPORAN PENATAUSAHAAN
BUKU KAS UMUM
BUKU BANK
LAPORAN REALISASI APBDES (SILPA HARUS NOL)
7. PENERIMAAN DESA : PENERIMAAN BANK, TUNAI
8. PENATAUSAHAAN
MUTASI KAS : PENDAPATAN BUNGA BANK, ADMIN & PAJAK
PENGAMBILAN, PENYETORAN
9. SPP KEGIATAN
SPP DEFINITIF
SPP PANJAR
10. PENCAIRAN SPP
11. SPJ KEGIATAN :
SPJ PANJAR
SISA PANJAR
12. JURNAL PENYESUAIAN
BELANJA MODAL
: DEBET
EKUITAS
: KREDIT
13. CEK LAPORAN PEMBUKUAN
B.
PASTIKAN BUNGA BANK, ADMIN BANK, DLL SUDAH DIANGGARKAN DI
PENDAPATAN DESA
LOGIKA DASAR
Di bendahara desa ada tiga buku yaitu Buku Kas Umum Tunai, Buku Bank Dan
Buku Bantu Pajak. Diluar itu, ada buku bantu kegiatan yang ada di Pelaksana Teknis
Kegiatan. Dari semua buku yang ada, maka SISKEUDES harus bisa menggambarkan
semua jenis transasksi. Inilah LOGIKA DASAR yang harus dibangun dari awal.
Sekilas mari kita urai satu per satu dari ketiga jenis buku di atas:
1. Buku Kas Umum
: Transaksi kas tunai yang ada di bendahara
2. Buku Bantu Bank
- Penyetoran
-
Penarikan
Pajak
Bunga Bank
Administrasi
: Mutasi dari kas bendahara ke Bank
(Saldo Awal, Transfer, Setoran Tunai)
: Mutasi dari Bank ke Kas Bendahara
: Pengeluaran Pajak
: Penerimaan Pendapatan dari Bunga Bank
: Pengeluaran Administrasi
3. Buku Bantu Pajak
: Pengenakan Pajak atas kegiatan yang dilaksanakan
(Pajak yang ada di buku bantu pajak berbeda dengan pajak yang ada di buku
bank)
4. Buku Bantu Kegiatan
: Buku yang ada di Pelaksana Teknis Kegiatan
Pertanyaannya adalah apakah semua transaksi sudah tertuang dalam ke empat jenis
buku diatas? Jika sudah, maka sudah selesai.
Tetapi, apakah kita hanya akan berhenti sampai di sini saja? Tentu tidak.
Ada pertanyaan lanjutan, apakah semua transasksi sudah tercatat sesuai dengan
tempatnya masing-masing? Jawaban atas pertanyaan ini, membawa kita pada
penjelasan lebih lanjut.
TRANSAKSI DI BANK
Sebelum masuk ke PENATAUSAHAAN, ada dua pertanyaan DASAR yang jadi
SYARAT UTAMA yang harus terpenuhi.
Berikut dua pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1. Di PENDAPATAN DESA (APBDes), apakah sudah dianggarkan untuk
PENDAPATAN BUNGA BANK?
Jika belum dianggarkan, maka bisa dipastikan di APLIKASI SISKEUDES tidak
akan muncul Rekening Pendapatan Bunga Bank. Implikasinya adalah pada saat
kita input pendapatan dari bunga bank, di buku bantu bank, bunga bank akan
masuk di kolom penerimaan – setoran dan bukan pada kolom penerimaan –
bunga.
Perlu diingat bahwa kolom setoran, hanya diperuntukkan pendapatan yang berasal
dari saldo awal, transfer dan setoran tunai. Bukan untuk pendapatan dari bunga
bank, karena bunga bank sudah ada kolom tersendiri.
Solusinya adalah menambahkan atau menganggarkan pendapatan bunga bank
selama satu tahun. Perkirakan, kira-kira dalam satu tahun, desa mendapatkan
pendapatan dari bunga bank berapa rupiah. Jika desa kesulitan memperkirakan
pendapatan bunga bank, maka bisa dianggarkan nol (0).
Catatan:
Pendapatan dari Bunga Bank masuk di PAD – Pendapatan Lain-Lain Desa Yang
Sah. Sekali lagi masuk di PAD.
Bukan masuk di Pendapatan Lain-Lain (DLL).
2. Di BELANJA DESA (APBDes), apakah sudah dianggarkan untuk BELANJA
ADMINISTRASI BANK, DLL?
Jika belum dianggarkan, maka sudah dapat dipastikan rekening untuk
ADMINISTRASI BANK, dll tidak akan muncul. Jika kesulitan memperkirakan, bisa
dianggarkan nol (0). Walaupun nol, tetap harus dianggarkan, jika tidak maka kode
rincian untuk belanja admin bank, dll tidak akan muncul.
Implikasinya adalah pada saat kita akan input biaya administrasi, pada pencatatan
buku bank, biaya administrasi tidak masuk pada kolom adminitrasi melainkan
masuk pada kolom penarikan.
Perlu diingat bahwa kolom penarikan hanya digunakan untuk mutasi dari rekening
desa ke kas bendahara. Sedangkan administrasi tidak melakukan penarikan.
Jika buku pembantu bank kita benar maka,
Pendapatan bunga
= masuk pada kolom bunga bank
Pajak
= masuk pada kolom pajak
Admin bank
= masuk pada kolom
Untuk lebih detailnya mari kita lihat contoh transaksi buku bank seperti pada gambar di
bawah ini:
Gbr.1 : Buku Bantu Bank
C.
PEMBUKUAN - SALDO AWAL
Setelah syarat utama dari kedua pertanyaan diawal sudah terpenuhi, tahapan
selanjutnya adalah masuk di PEMBUKUAN, lebih tepatnya masuk di SALDO AWAL.
Ada beberapa alasan kenapa dimulai dari PEMBUKUAN --- SALDO AWAL
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hampir sebagian besar, PENATAUSAHAAN dimulai dari Penerimaan Desa
2. Karena dimulai dari Penerimaan Desa, banyak yang melupakan SALDO AWAL.
Padahal SALDO AWAL adalah induk persoalan sebelum memulai semua transaksi
3. SALDO AWAL dikatakan sebagai Induk Persoalan, karena pada saat kita input di
SALDO AWAL, kita dihadapkan pada persoalan INVENTARISASI KEKAYAAN
MILIK DESA yang selama ini banyak diabaikan. Banyak desa yang mengalami
kesulitan untuk menghitung berapa Total Kekayaan yang dimiliki Desa pada akhir
tahun.
4. Selain itu banyak juga yang masih kebingungan dalam menghitung serta
membedakan antara Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Kurang Lancar, Ekuitas dan
Ekuitas SAL.
5. Berdasarkan dari pengalaman selama pendampingan, sebagian besar langsung
masuk PENATAUSAHAAN pada PENERIMAAN DESA. Hal ini tidak dapat
dipungkiri mengingat, proses pembelajaran PENATAAUSAHAAN dimulai setelah
ada Transfer Dana ADD ke rekening desa dan dilanjutkan sampai Pencairan Dana
ADD.
6. Setelah itu, kebanyakan desa kebingungan menyusun SPJ kegiatan. Sehingga
tidak heran jika frame berpikir lebih berfokus pada Penerimaan Desa – SPP
Kegiatan – Pencairan SPP – SPJ Kegiatan – Penyetoran Pajak – Mutasi Kas.
7. Dampaknya adalah SALDO AWAL seolah dianggap tidak penting dan diabaikan.
Sehingga yang terjadi adalah pada saat penyusunan data SALDO AWAL,
prinsipnya yang penting balance tanpa melihat apakah perhitungan SALDO AWAL
sudah benar-benar akurat atau tidak.
8. Untuk menghindari adanya double pencatatan. Hal ini terjadi disebabkan karena
dimulai dari penerimaan desa dimana SILPA dianggap sebagai penerimaan awal
desa. Padahal SILPA sudah masuk pada perhitungan SALDO AWAL. Untuk
melihat apakah terjadi double pencatatan atau tidak, bisa dicek di Buku Bank,
Buku Kas Umum Tunai dan SALDO AWAL.
Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut diatas, maka PENATAUSAHAAN dimulai
dari PEMBUKUAN – SALDO AWAL dengan inventarisir Kekayaan Milik Desa. File
contoh format Buku Kekayaan Milik Desa, ada di file tersendiri.
Untuk sementara, format kekayaan milik desa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gbr.2 : Buku Kekayaan Milik Desa
Aset Lancar
=
Kekayaan yang nilai maupun jenisnya masih dapat berubah dimana nilainya bisa
bertambah atau berkurang. Jenisnya pun juga masih bisa berubah, apakah berupa
belanja barang jasa atau belanja modal.
Sebagai contoh di tahun 2017 telah dianggarkan Dana Cadangan sebesar 20 juta
untuk Pilkades. Dari 20 juta tersebut, kita belum tahu berapakah nantinya, nilai yang
akan dibelanjakan untuk barang dan jasa dan berapa belanja modalnya. Tetapi,
walaupun saat ini masih belum diketahui nilai dan jenis akhirnya, tetap dihitung
sebagai kekayaan desa yang masih bergerak (Aset Lancar).
Aset Tetap
=
Kekayaan yang jenisnya sudah tetap. Jenisnya sudah tetap yaitu belanja modal.
Tetapi untuk nilainya akan mengalami perubahan dari tahun ke tahun karena faktor
penyusutan.
( Penempatan Aset Lancar & Aset Tetap berada pada kolom Debet ).
Ekuitas
=
Nilai dari sebuah aset tetap
Ekuitas SAL =
Nilai dari sebuah aset lancar
( Penempatan Ekuitas & Ekuitas SAL berada pada kolom Kredit ).
CATATAN:
Karena ekuitas merupakan mutasi dari BELANJA MODAL menjadi ASET TETAP,
maka perlu diperhatikan dengan sangat hati-hati dalam menentukan jenis belanja
desa. Jika kegiatan yang di danai dari APBDes tidak akan menjadi aset desa, maka
sebaiknya dimasukkan dalam belanja barang dan jasa. Sebagai contoh Rehab Rumah
Tidak Layak Huni atau Pembangunan MCK / Jamban Keluarga. Walaupun kegiatan
merupakan kegiatan Infrastruktur, tidak bisa masuk ke belanja modal karena jika
masuk ke belanja modal, akan dihitung menjadi kekayaan aset desa. Lebih lanjut akan
dibahas pada jurnal penyesuaian.
Mutasi dari Belanja Modal menjadi Aktiva Tetap dapat dilihat dalam table korolari
dibawah ini:
Tabel Korolari dari Belanja Modal ke Aktiva Tetap.
Gbr.3 : Korolari Belanja Modal Ke Aktiva Tetap
TAHAPAN LANGKAH INPUT SALDO AWAL
Identifikasi SILPA tahun sebelumnya per sumber dana, berapa jumlah SILPA/SALDO
AWAL di rekening desa dan berapa yang ada di bendahara desa. Sebagai contoh
simulasinya bisa dilihat seperti table di bawah ini:
NO
1
2
3
4
SILPA TAHUN
SEBELUMNYA
SILPA ADD 2016
SILPA DDS 2016
SILPA PAD 2016
SILPA PBK 2016
JUMLAH TOTAL
KAS DI REKENING
39.146.322
65.627.851
4.500.000
6.672.000
115.946.173
KAS DI BENDAHARA
DESA
20.000.000
20.000.000
TOTAL SILPA
59.146.322
65.627.851
4.500.000
6.672.000
135.946.173
Setelah teridentifikasi SILPA di tahun sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
memasukkan data di SALDO AWAL. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Data entri – pilih pembukuan – pilih saldo awal – pilih kecamatan - pilih desa.
2. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih aset lancar – pilih kas dan bank – pilih
kas bendahara desa – masukkan di kolom DEBET jumlah total uang sebesar yang
ada di kas bendahara desa (dalam contoh ini sebesar 20.000.000) – simpan.
3. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih aset lancar – pilih kas dan bank – pilih
rekening kas desa – masukkan di kolom DEBET jumlah total uang sebesar yang
ada di kas bendahara desa (dalam contoh ini sebesar 115.946.173) – simpan.
4. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih ekuitas dana lancar – pilih ekuitas –
masukkan di kolom KREDIT jumlah total uang sebesar yang ada di rekening kas
desa (dalam contoh ini sebesar 135.946.173) – simpan.
CATATAN: Jumlah kolom DEBET dan KREDIT harus sama / balance. Jika tidak, tidak
dapat disimpan.
Untuk sementara, persoalan SALDO AWAL sudah selesai, minimal kita bisa
memasukkan data SILPA tahun sebelumnya baik yang ada di BENDAHARA
ataupun yang ada di BANK.
D.
PEMBUKUAN – JURNAL PENYESUAIAN
1. PENYESUAIAN SALDO AWAL
Jurnal penyesuaian digunakan untuk mencatat mutasi penambahan atau
pengurangan aset dalam tahun berjalan, penyesuaian Laporan Kekayaan Milik
Desa. Menu ini juga digunakan untuk menyesuaikan pendapatan dan belanja yang
sudah bersifat definitif, penyesuaian Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa. Selain itu juga digunakan ketika ada transaksi yang perlu
“dikoreksi” atau di sesuaikan.
Buka menu Data Entri – Pembukuan – Penyesuaian sehingga tampak form
sebagai berikut:
Tahapan selanjutnya adalah :
1. Klik [TAMBAH warna hitam]
2. Masukkan tanggal penyesuaian misal tanggal 2 januari 2017
3. Masukkan Nomor Bukti sesuai urutan seperti berikut: 0001/JU/06.10/2017
4. Pada uraian, masukkan JURNAL PENYESUAIAN SALDO AWAL.
5. Klik [TAMBAH warna merah] lalu muncul tampilan layar seperti di bawah ini:
6. Pilih akun NERACA, lalu pilih EKUITAS SAL.
7. Klik pada kolom DEBET, Masukkan jumlah saldo awal / penerimaan tunai
(135.946.173).
8. Klik TAMBAH warna merah – Pilih Akun LRA – Pilih Silpa Tahun Sebelumnya.
Misalnya saja dalam simulasi ada SILPA yang berasal dari beberapa sumber:
SILPA ADD :
SILPA DDS :
SILPA PAD :
SILPA PBK :
9. Klik pada kolom KREDIT, Masukkan jumlah nilai SILPA sesuai sumber dananya.
10. Ulangi langkah no 8 – 9, hingga SILPA dari semua sumber dana terinput
11. Simpan, dan akan muncul pada layar seperti di bawah ini:
12. Lakukan posting
13. Cetak untuk melihat hasilnya seperti tampak pada gambar dibawah ini:
2. CEK DI LAPORAN PENATAUSAHAAN & PEMBUKUAN
Jika pembukuan kita benar, maka pada Laporan Realisasi Anggaran, SILPA akan
menjadi NOL.
Di laporan penatausahaan, di cek BUKU KAS UMUM TUNAI, BUKU BANTU
BANK. Saldo awal kedua buku tersebut adalah SILPA tahun sebelumnya. Jika
BUKU KAS UMUM TUNAI, BUKU BANTU BANK jumlahnya sama dengan SILPA
tahun sebelumnya, maka pembukuan kita sudah benar. Tetapi jika belum, maka
ada yang perlu dikoreksi. Setelah pembukuan kita sudah dianggap benar,
selanjutnya kita sandingkan dengan BUKU REKNING BANK, apakah jumlahnya
sudah sesuai atau belum. Jika sudah sesuai maka pembukuan kita sudah benarbenar BENAR dan siap untuk melanjutkan ke PENATAUSAHAAN.
Ini adalah SARINGAN PERTAMA kita untuk memastikan bahwa pembukuan kita
sudah BENAR.
E.
CEK PENERIMAAN DESA
Cek pada saat bulan berjalan apakah ada penerimaan baik penerimaan tunai atau
penerimaan bank. Jika ada, masuk dulu ke penerimaan desa. Tetapi jika tidak ada,
langsung masuk ke mutasi kas.
Gbr.4 : Ilustrasi Penerimaan Desa
Setelah input data pada penerimaan desa, sekarang bisa kita lihat pada laporan
Laporan Penerimaan dan Buku Kas Umum. Pada buku Laporan Penerimaan,
menunjukkan hanya ada penerimaan dalam bentuk Transfer dan tidak ada
penerimaan dalam bentuk tunai. Karena belum ada Penerimaan Tunai, maka di Buku
Kas tidak ada transaksi penerimaan, kecuali saldo sebelumnya karena sudah di input
pada SALDO AWAL sehingga tidak akan terjadi double pencatatan. Silahkan lihat
gambar di bawah ini:
Gbr.5 : Laporan Buku Kas Tunai
F.
MUTASI KAS
Di Mutasi Kas ada 4 jenis transaksi : Pengambilan, Penyetoran, Pendapatan Bunga
dan Administrasi Bank, dll (di dalamnya termasuk Pajak).
Seperti penjelasan di awal, Pendapatan Bunga dan Administrasi Bank akan
muncul jika di APBDes sudah dianggarkan Pendapatan Bunga pada Pendapatan
Desa dan Administrasi Bank pada Belanja Desa.
TAHAPANNYA:
1. Masukkan semua pendapatan BUNGA BANK
2. Masukkan semua biaya PAJAK dan ADMIN BANK
3. Masukkan semua transaksi PENGAMBILAN
4. Masukkan semua transaksi PENYETORAN BANK (jika ada)
Contoh untuk Pendapatan Bunga Bank
Contoh Pajak dan Adminitrasi Bank
Pembahasan pajak, secara lebih detail akan dibahas pada bab selanjutnya.
JIKA PEMBUKUAN KITA BENAR, MAKA BUKU PEMBANTU BANK AKAN SAMA PERSIS
DENGAN BUKU YANG ADA DI REKENING BANK (SARINGAN KEDUA)
Contoh Laporan Buku Bantu Bank
G.
SPP KEGIATAN
SPP Definitf berangkat dari Bukti Pengeluaran. Dari semua bukti pengeluaran yang
ada, dikelompokkan sesuai kode rincian:
1. ATK
=
2. Benda Pos
=
3. Jasa Kantor
=
4. Fotocopy dan penggandaan
=
5. Surat Kabar / Majalah
= _____________
TOTAL
=
Setelah ketemu jumlah total, baru diajukan SPP Kegiatan. Berangkat dari bukti
pengeluaran, maka pada penggunaan SPP Definitif tidak ada dana yang tersisa atau
saldo, karena pengajuan berdasarkan bukti transaksi yang ada.
Contoh bukti transaksi
Contoh Rincian SPP yang sudah dikelompokkan
Contoh SPP Kegiatan Operasional
CATATAN:
Kata kunci untuk SPP Definitif adalah Transaksi dilakukan sebelum SPP Kegiatan diajukan. Apapun bentuk kegiatan itu. Jadi tidak bisa
dipastikan bahwa kegiatan A harus SPP Definitif atau kegiatan B harus SPP Panjar.
SPP Panjar
SPP Panjar kebalikan dari SPP Definitif, dimana SPP Panjar berangkat dari Rencana
Penggunaan Dana. Karena berangkat dari Rencana, maka dalam SPP Panjar ada
SPJ Kegiatan dan ada Sisa Panjar.
Contoh SPP Panjar
Rincian SPP Panjar Kegiatan
H.
PENCAIRAN SPP
Pencairan SPP Kegiatan
I.
SPJ PANJAR
Laporan Panjar
SPJ Kegiatan
SPTB
Bukti Pengeluaran
J.
SISA PANJAR
Bukti Pengembalian Sisa Panjar
K.
PENYETORAN PAJAK
Penyetoran pajak dilakukan secara global dengan memisahkan PPN dan PPh nya.
Tetapi untuk pemotongan pajak, dilakukan secara rinci. Lebih jelasnya silahkan lihat
gambar dibawah ini:
Rekap potongan pajak dapat dilihat pada buku bantu pajak
L.
JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal penyesuaian digunakan untuk mencatat mutasi penambahan atau pengurangan
aset dalam tahun berjalan, penyesuaian Laporan Kekayaan Milik Desa. Menu ini juga
digunakan untuk menyesuaikan pendapatan dan belanja yang sudah bersifat definitif,
penyesuaian Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Buka menu Data Entri – Pembukuan – Penyesuaian sehingga tampak form sebagai
berikut:
Tahapan selanjutnya adalah :
1. Klik [TAMBAH warna hitam]
2. Masukkan tanggal penyesuaian
3. Masukkan Nomor Bukti sesuai urutan seperti berikut: 0001/JU/06.10/2017
4. Pada uraian, masukkan Nama Kegiatan dan Lokasi yang akan disesuaikan
menjadi aset tetap.
5. Klik [TAMBAH warna merah] lalu muncul tampilan layar seperti di bawah ini:
6. Pilih akun LRA, lalu cari kode rincian Sumber Dana kegiatan. Sebagai contoh pada
simulasi ini, kegiatan Pembangunan Talud RW.01 sumber dana dari Dana Desa
dengan kode rincian 5.1.3.27 DDS, masuk di Belanja Modal Pengadaan Desa
Lainnya, kemudian pilih.
7. Klik pada kolom DEBET, Masukkan jumlah nilai kegiatan (71.016.500)
8. Klik TAMBAH warna merah – Pilih LRA – Pilih kode rincian SD (sama seperti pada
langkah nomor 6 = kode rincian 5.1.3.27 DDS, masuk di Belanja Modal
Pengadaan Desa Lainnya), kemudian pilih.
9. Klik pada kolom KREDIT, Masukkan jumlah nilai kegiatan (71.016.500)
10. Simpan, dan akan muncul pada layar seperti di bawah ini:
11. Lakukan posting
12. Cetak untuk melihat hasilnya seperti tampak pada gambar dibawah ini:
Jika sudah diposting, maka secara otomatis akan masuk menjadi kekayaan milik desa.
Lihat pada buku kekayaan milik desa, jumlah Aset dan Ekuitas di Tahun 2017 sudah
bertambah sebesar Rp.162.446.500,-. Nilai itu berasal dari penambahan dua kegiatan
yaitu kegiatan Pembangunan Talud RW.01 sebesar Rp.91.430.000,- dan kegiatan
Pembangunan Talud Bronjong sebesar Rp.71.016.500.
Jurnal penyesuaian hanya akan dapat diisi jika pelaksanaan kegiatan sudah selesai.
Jika belum selesai kita tidak akan dapat melakukan input data karena tidak ada yang
disesuaikan. Disesuaikan disini maksudnya adalah peralihan dari Belanja Modal
menjadi Aset Desa. Maka seperti penjelasan sebelumnya, kita harus sangat hati-hati
dalam menentukan jenis belanja, apakah belanja modal atau belanja barang dan jasa.
M.
CATATAN PEMBELAJARAN
Teori tanpa praktek sama halnya bohong dan tidak akan memiliki makna apapun,
sebaliknya praktek tanpa teori yang benar akan sesat. Tetapi Tingkatan tertinggi dari
Ilmu adalah Praktek. Banyak orang berbicara tentang Tuhan, Agama dan moralitas
tinggi, tetapi hanya sedikit orang yang dapat mempraktekkan dalam kehidupan seharihari. Itu artinya praktek lebih sulit dibandingkan hanya sekedar teori.
SISKEUDES adalah aplikasi yang membutuhkan praktek, bukan hanya sekedar teori.
Jika kita punya keinginan yang kuat untuk dapat mengaplikasikannya, jangan pernah
takut untuk mencoba. Jangan pernah takut untuk salah dan gagal. Kita bisa saja
mempelajari SISKEUDES hanya dengan teori, tetapi saya tekankan sekali lagi bahwa
tanpa praktek, kita tidak akan dapat memahami secara utuh. Resiko kegagalan dalam
proses belajar adalah mengulang kembali. Percayalah, kita tidak akan pernah masuk
penjara hanya gara-gara gagal dalam belajar.
------ PRAKTEK – TEORI – PRAKTEK ----SEMOGA BERMANFAAT
--- Hidup Tanpa Ilmu Pengetahuan Sama Halnya Gambar Kematian ---Selalu belajar dan belajar
[ Teguh Kristyanto ]
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
A.
ALUR PEMBUKUAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA
Sebelum berbicara tentang materi secara detail, terlebih dahulu akan digambarkan
bagaimana alur Pembukuan & Penatausahaan Keuangan Desa secara utuh.
Sehingga pemahaman kita tentang SISKEUDES tidak dipahami secara parsial. Dari
berbagai pelatihan yang sudah diikuti, ketika masuk pada persoalan pembukuan dan
penatausahaan, semua langsung berbicara tentang Penerimaan Desa, Mutasi Kas,
SPP Kegiatan, dll yang masuk wilayah penatausahaan. Dan sebagian besar hanya
berkutat pada persoalan PENATAUSAHAAN, sedangkan materi PEMBUKUAN hanya
sedikit yang membahasnya dan bahkan tidak dibahas sama sekali.
Tulisan ini akan mengulas secara berbeda dari semua tulisan yang sudah ada dimana
PENATAUSAHAAN akan dimulai setelah persoalan PEMBUKUAN (SALDO AWAL)
selesai. Tetapi sebelum masuk materi pembukuan, ada prasyarat yang harus dipenuhi
diantaranya Bunga Bank, Admin Bank, dll sudah dianggarkan atau belum. Rekening
desa, sudah diinput atau belum. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka kita
sudah siap masuk ke Pembukuan. Berikut gambaran secara umum alur pembukuan
dan penatausahaan keuangan desa:
1.
2.
3.
4.
PASTIKAN BUNGA BANK SUDAH DIANGGARKAN DI PENDAPATAN DESA
PASTIKAN ADMIN BANK, DLL SUDAH DIANGGARKAN DI BELANJA DESA
MASUKKAN REKENING DESA.
PEMBUKUAN – SALDO AWAL
REKENING DESA & KAS BENDAHARA
: DEBET
EKUITAS SAL
: KREDIT
5. PEMBUKUAN – JURNAL PENYESUAIAN
SILPA
: KREDIT
EKUTAS SAL : DEBET
6. CEK LAPORAN PENATAUSAHAAN
BUKU KAS UMUM
BUKU BANK
LAPORAN REALISASI APBDES (SILPA HARUS NOL)
7. PENERIMAAN DESA : PENERIMAAN BANK, TUNAI
8. PENATAUSAHAAN
MUTASI KAS : PENDAPATAN BUNGA BANK, ADMIN & PAJAK
PENGAMBILAN, PENYETORAN
9. SPP KEGIATAN
SPP DEFINITIF
SPP PANJAR
10. PENCAIRAN SPP
11. SPJ KEGIATAN :
SPJ PANJAR
SISA PANJAR
12. JURNAL PENYESUAIAN
BELANJA MODAL
: DEBET
EKUITAS
: KREDIT
13. CEK LAPORAN PEMBUKUAN
B.
PASTIKAN BUNGA BANK, ADMIN BANK, DLL SUDAH DIANGGARKAN DI
PENDAPATAN DESA
LOGIKA DASAR
Di bendahara desa ada tiga buku yaitu Buku Kas Umum Tunai, Buku Bank Dan
Buku Bantu Pajak. Diluar itu, ada buku bantu kegiatan yang ada di Pelaksana Teknis
Kegiatan. Dari semua buku yang ada, maka SISKEUDES harus bisa menggambarkan
semua jenis transasksi. Inilah LOGIKA DASAR yang harus dibangun dari awal.
Sekilas mari kita urai satu per satu dari ketiga jenis buku di atas:
1. Buku Kas Umum
: Transaksi kas tunai yang ada di bendahara
2. Buku Bantu Bank
- Penyetoran
-
Penarikan
Pajak
Bunga Bank
Administrasi
: Mutasi dari kas bendahara ke Bank
(Saldo Awal, Transfer, Setoran Tunai)
: Mutasi dari Bank ke Kas Bendahara
: Pengeluaran Pajak
: Penerimaan Pendapatan dari Bunga Bank
: Pengeluaran Administrasi
3. Buku Bantu Pajak
: Pengenakan Pajak atas kegiatan yang dilaksanakan
(Pajak yang ada di buku bantu pajak berbeda dengan pajak yang ada di buku
bank)
4. Buku Bantu Kegiatan
: Buku yang ada di Pelaksana Teknis Kegiatan
Pertanyaannya adalah apakah semua transaksi sudah tertuang dalam ke empat jenis
buku diatas? Jika sudah, maka sudah selesai.
Tetapi, apakah kita hanya akan berhenti sampai di sini saja? Tentu tidak.
Ada pertanyaan lanjutan, apakah semua transasksi sudah tercatat sesuai dengan
tempatnya masing-masing? Jawaban atas pertanyaan ini, membawa kita pada
penjelasan lebih lanjut.
TRANSAKSI DI BANK
Sebelum masuk ke PENATAUSAHAAN, ada dua pertanyaan DASAR yang jadi
SYARAT UTAMA yang harus terpenuhi.
Berikut dua pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1. Di PENDAPATAN DESA (APBDes), apakah sudah dianggarkan untuk
PENDAPATAN BUNGA BANK?
Jika belum dianggarkan, maka bisa dipastikan di APLIKASI SISKEUDES tidak
akan muncul Rekening Pendapatan Bunga Bank. Implikasinya adalah pada saat
kita input pendapatan dari bunga bank, di buku bantu bank, bunga bank akan
masuk di kolom penerimaan – setoran dan bukan pada kolom penerimaan –
bunga.
Perlu diingat bahwa kolom setoran, hanya diperuntukkan pendapatan yang berasal
dari saldo awal, transfer dan setoran tunai. Bukan untuk pendapatan dari bunga
bank, karena bunga bank sudah ada kolom tersendiri.
Solusinya adalah menambahkan atau menganggarkan pendapatan bunga bank
selama satu tahun. Perkirakan, kira-kira dalam satu tahun, desa mendapatkan
pendapatan dari bunga bank berapa rupiah. Jika desa kesulitan memperkirakan
pendapatan bunga bank, maka bisa dianggarkan nol (0).
Catatan:
Pendapatan dari Bunga Bank masuk di PAD – Pendapatan Lain-Lain Desa Yang
Sah. Sekali lagi masuk di PAD.
Bukan masuk di Pendapatan Lain-Lain (DLL).
2. Di BELANJA DESA (APBDes), apakah sudah dianggarkan untuk BELANJA
ADMINISTRASI BANK, DLL?
Jika belum dianggarkan, maka sudah dapat dipastikan rekening untuk
ADMINISTRASI BANK, dll tidak akan muncul. Jika kesulitan memperkirakan, bisa
dianggarkan nol (0). Walaupun nol, tetap harus dianggarkan, jika tidak maka kode
rincian untuk belanja admin bank, dll tidak akan muncul.
Implikasinya adalah pada saat kita akan input biaya administrasi, pada pencatatan
buku bank, biaya administrasi tidak masuk pada kolom adminitrasi melainkan
masuk pada kolom penarikan.
Perlu diingat bahwa kolom penarikan hanya digunakan untuk mutasi dari rekening
desa ke kas bendahara. Sedangkan administrasi tidak melakukan penarikan.
Jika buku pembantu bank kita benar maka,
Pendapatan bunga
= masuk pada kolom bunga bank
Pajak
= masuk pada kolom pajak
Admin bank
= masuk pada kolom
Untuk lebih detailnya mari kita lihat contoh transaksi buku bank seperti pada gambar di
bawah ini:
Gbr.1 : Buku Bantu Bank
C.
PEMBUKUAN - SALDO AWAL
Setelah syarat utama dari kedua pertanyaan diawal sudah terpenuhi, tahapan
selanjutnya adalah masuk di PEMBUKUAN, lebih tepatnya masuk di SALDO AWAL.
Ada beberapa alasan kenapa dimulai dari PEMBUKUAN --- SALDO AWAL
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hampir sebagian besar, PENATAUSAHAAN dimulai dari Penerimaan Desa
2. Karena dimulai dari Penerimaan Desa, banyak yang melupakan SALDO AWAL.
Padahal SALDO AWAL adalah induk persoalan sebelum memulai semua transaksi
3. SALDO AWAL dikatakan sebagai Induk Persoalan, karena pada saat kita input di
SALDO AWAL, kita dihadapkan pada persoalan INVENTARISASI KEKAYAAN
MILIK DESA yang selama ini banyak diabaikan. Banyak desa yang mengalami
kesulitan untuk menghitung berapa Total Kekayaan yang dimiliki Desa pada akhir
tahun.
4. Selain itu banyak juga yang masih kebingungan dalam menghitung serta
membedakan antara Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Kurang Lancar, Ekuitas dan
Ekuitas SAL.
5. Berdasarkan dari pengalaman selama pendampingan, sebagian besar langsung
masuk PENATAUSAHAAN pada PENERIMAAN DESA. Hal ini tidak dapat
dipungkiri mengingat, proses pembelajaran PENATAAUSAHAAN dimulai setelah
ada Transfer Dana ADD ke rekening desa dan dilanjutkan sampai Pencairan Dana
ADD.
6. Setelah itu, kebanyakan desa kebingungan menyusun SPJ kegiatan. Sehingga
tidak heran jika frame berpikir lebih berfokus pada Penerimaan Desa – SPP
Kegiatan – Pencairan SPP – SPJ Kegiatan – Penyetoran Pajak – Mutasi Kas.
7. Dampaknya adalah SALDO AWAL seolah dianggap tidak penting dan diabaikan.
Sehingga yang terjadi adalah pada saat penyusunan data SALDO AWAL,
prinsipnya yang penting balance tanpa melihat apakah perhitungan SALDO AWAL
sudah benar-benar akurat atau tidak.
8. Untuk menghindari adanya double pencatatan. Hal ini terjadi disebabkan karena
dimulai dari penerimaan desa dimana SILPA dianggap sebagai penerimaan awal
desa. Padahal SILPA sudah masuk pada perhitungan SALDO AWAL. Untuk
melihat apakah terjadi double pencatatan atau tidak, bisa dicek di Buku Bank,
Buku Kas Umum Tunai dan SALDO AWAL.
Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut diatas, maka PENATAUSAHAAN dimulai
dari PEMBUKUAN – SALDO AWAL dengan inventarisir Kekayaan Milik Desa. File
contoh format Buku Kekayaan Milik Desa, ada di file tersendiri.
Untuk sementara, format kekayaan milik desa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gbr.2 : Buku Kekayaan Milik Desa
Aset Lancar
=
Kekayaan yang nilai maupun jenisnya masih dapat berubah dimana nilainya bisa
bertambah atau berkurang. Jenisnya pun juga masih bisa berubah, apakah berupa
belanja barang jasa atau belanja modal.
Sebagai contoh di tahun 2017 telah dianggarkan Dana Cadangan sebesar 20 juta
untuk Pilkades. Dari 20 juta tersebut, kita belum tahu berapakah nantinya, nilai yang
akan dibelanjakan untuk barang dan jasa dan berapa belanja modalnya. Tetapi,
walaupun saat ini masih belum diketahui nilai dan jenis akhirnya, tetap dihitung
sebagai kekayaan desa yang masih bergerak (Aset Lancar).
Aset Tetap
=
Kekayaan yang jenisnya sudah tetap. Jenisnya sudah tetap yaitu belanja modal.
Tetapi untuk nilainya akan mengalami perubahan dari tahun ke tahun karena faktor
penyusutan.
( Penempatan Aset Lancar & Aset Tetap berada pada kolom Debet ).
Ekuitas
=
Nilai dari sebuah aset tetap
Ekuitas SAL =
Nilai dari sebuah aset lancar
( Penempatan Ekuitas & Ekuitas SAL berada pada kolom Kredit ).
CATATAN:
Karena ekuitas merupakan mutasi dari BELANJA MODAL menjadi ASET TETAP,
maka perlu diperhatikan dengan sangat hati-hati dalam menentukan jenis belanja
desa. Jika kegiatan yang di danai dari APBDes tidak akan menjadi aset desa, maka
sebaiknya dimasukkan dalam belanja barang dan jasa. Sebagai contoh Rehab Rumah
Tidak Layak Huni atau Pembangunan MCK / Jamban Keluarga. Walaupun kegiatan
merupakan kegiatan Infrastruktur, tidak bisa masuk ke belanja modal karena jika
masuk ke belanja modal, akan dihitung menjadi kekayaan aset desa. Lebih lanjut akan
dibahas pada jurnal penyesuaian.
Mutasi dari Belanja Modal menjadi Aktiva Tetap dapat dilihat dalam table korolari
dibawah ini:
Tabel Korolari dari Belanja Modal ke Aktiva Tetap.
Gbr.3 : Korolari Belanja Modal Ke Aktiva Tetap
TAHAPAN LANGKAH INPUT SALDO AWAL
Identifikasi SILPA tahun sebelumnya per sumber dana, berapa jumlah SILPA/SALDO
AWAL di rekening desa dan berapa yang ada di bendahara desa. Sebagai contoh
simulasinya bisa dilihat seperti table di bawah ini:
NO
1
2
3
4
SILPA TAHUN
SEBELUMNYA
SILPA ADD 2016
SILPA DDS 2016
SILPA PAD 2016
SILPA PBK 2016
JUMLAH TOTAL
KAS DI REKENING
39.146.322
65.627.851
4.500.000
6.672.000
115.946.173
KAS DI BENDAHARA
DESA
20.000.000
20.000.000
TOTAL SILPA
59.146.322
65.627.851
4.500.000
6.672.000
135.946.173
Setelah teridentifikasi SILPA di tahun sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
memasukkan data di SALDO AWAL. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Data entri – pilih pembukuan – pilih saldo awal – pilih kecamatan - pilih desa.
2. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih aset lancar – pilih kas dan bank – pilih
kas bendahara desa – masukkan di kolom DEBET jumlah total uang sebesar yang
ada di kas bendahara desa (dalam contoh ini sebesar 20.000.000) – simpan.
3. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih aset lancar – pilih kas dan bank – pilih
rekening kas desa – masukkan di kolom DEBET jumlah total uang sebesar yang
ada di kas bendahara desa (dalam contoh ini sebesar 115.946.173) – simpan.
4. Pilih laporan kekayaan – pilih tambah – pilih ekuitas dana lancar – pilih ekuitas –
masukkan di kolom KREDIT jumlah total uang sebesar yang ada di rekening kas
desa (dalam contoh ini sebesar 135.946.173) – simpan.
CATATAN: Jumlah kolom DEBET dan KREDIT harus sama / balance. Jika tidak, tidak
dapat disimpan.
Untuk sementara, persoalan SALDO AWAL sudah selesai, minimal kita bisa
memasukkan data SILPA tahun sebelumnya baik yang ada di BENDAHARA
ataupun yang ada di BANK.
D.
PEMBUKUAN – JURNAL PENYESUAIAN
1. PENYESUAIAN SALDO AWAL
Jurnal penyesuaian digunakan untuk mencatat mutasi penambahan atau
pengurangan aset dalam tahun berjalan, penyesuaian Laporan Kekayaan Milik
Desa. Menu ini juga digunakan untuk menyesuaikan pendapatan dan belanja yang
sudah bersifat definitif, penyesuaian Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa. Selain itu juga digunakan ketika ada transaksi yang perlu
“dikoreksi” atau di sesuaikan.
Buka menu Data Entri – Pembukuan – Penyesuaian sehingga tampak form
sebagai berikut:
Tahapan selanjutnya adalah :
1. Klik [TAMBAH warna hitam]
2. Masukkan tanggal penyesuaian misal tanggal 2 januari 2017
3. Masukkan Nomor Bukti sesuai urutan seperti berikut: 0001/JU/06.10/2017
4. Pada uraian, masukkan JURNAL PENYESUAIAN SALDO AWAL.
5. Klik [TAMBAH warna merah] lalu muncul tampilan layar seperti di bawah ini:
6. Pilih akun NERACA, lalu pilih EKUITAS SAL.
7. Klik pada kolom DEBET, Masukkan jumlah saldo awal / penerimaan tunai
(135.946.173).
8. Klik TAMBAH warna merah – Pilih Akun LRA – Pilih Silpa Tahun Sebelumnya.
Misalnya saja dalam simulasi ada SILPA yang berasal dari beberapa sumber:
SILPA ADD :
SILPA DDS :
SILPA PAD :
SILPA PBK :
9. Klik pada kolom KREDIT, Masukkan jumlah nilai SILPA sesuai sumber dananya.
10. Ulangi langkah no 8 – 9, hingga SILPA dari semua sumber dana terinput
11. Simpan, dan akan muncul pada layar seperti di bawah ini:
12. Lakukan posting
13. Cetak untuk melihat hasilnya seperti tampak pada gambar dibawah ini:
2. CEK DI LAPORAN PENATAUSAHAAN & PEMBUKUAN
Jika pembukuan kita benar, maka pada Laporan Realisasi Anggaran, SILPA akan
menjadi NOL.
Di laporan penatausahaan, di cek BUKU KAS UMUM TUNAI, BUKU BANTU
BANK. Saldo awal kedua buku tersebut adalah SILPA tahun sebelumnya. Jika
BUKU KAS UMUM TUNAI, BUKU BANTU BANK jumlahnya sama dengan SILPA
tahun sebelumnya, maka pembukuan kita sudah benar. Tetapi jika belum, maka
ada yang perlu dikoreksi. Setelah pembukuan kita sudah dianggap benar,
selanjutnya kita sandingkan dengan BUKU REKNING BANK, apakah jumlahnya
sudah sesuai atau belum. Jika sudah sesuai maka pembukuan kita sudah benarbenar BENAR dan siap untuk melanjutkan ke PENATAUSAHAAN.
Ini adalah SARINGAN PERTAMA kita untuk memastikan bahwa pembukuan kita
sudah BENAR.
E.
CEK PENERIMAAN DESA
Cek pada saat bulan berjalan apakah ada penerimaan baik penerimaan tunai atau
penerimaan bank. Jika ada, masuk dulu ke penerimaan desa. Tetapi jika tidak ada,
langsung masuk ke mutasi kas.
Gbr.4 : Ilustrasi Penerimaan Desa
Setelah input data pada penerimaan desa, sekarang bisa kita lihat pada laporan
Laporan Penerimaan dan Buku Kas Umum. Pada buku Laporan Penerimaan,
menunjukkan hanya ada penerimaan dalam bentuk Transfer dan tidak ada
penerimaan dalam bentuk tunai. Karena belum ada Penerimaan Tunai, maka di Buku
Kas tidak ada transaksi penerimaan, kecuali saldo sebelumnya karena sudah di input
pada SALDO AWAL sehingga tidak akan terjadi double pencatatan. Silahkan lihat
gambar di bawah ini:
Gbr.5 : Laporan Buku Kas Tunai
F.
MUTASI KAS
Di Mutasi Kas ada 4 jenis transaksi : Pengambilan, Penyetoran, Pendapatan Bunga
dan Administrasi Bank, dll (di dalamnya termasuk Pajak).
Seperti penjelasan di awal, Pendapatan Bunga dan Administrasi Bank akan
muncul jika di APBDes sudah dianggarkan Pendapatan Bunga pada Pendapatan
Desa dan Administrasi Bank pada Belanja Desa.
TAHAPANNYA:
1. Masukkan semua pendapatan BUNGA BANK
2. Masukkan semua biaya PAJAK dan ADMIN BANK
3. Masukkan semua transaksi PENGAMBILAN
4. Masukkan semua transaksi PENYETORAN BANK (jika ada)
Contoh untuk Pendapatan Bunga Bank
Contoh Pajak dan Adminitrasi Bank
Pembahasan pajak, secara lebih detail akan dibahas pada bab selanjutnya.
JIKA PEMBUKUAN KITA BENAR, MAKA BUKU PEMBANTU BANK AKAN SAMA PERSIS
DENGAN BUKU YANG ADA DI REKENING BANK (SARINGAN KEDUA)
Contoh Laporan Buku Bantu Bank
G.
SPP KEGIATAN
SPP Definitf berangkat dari Bukti Pengeluaran. Dari semua bukti pengeluaran yang
ada, dikelompokkan sesuai kode rincian:
1. ATK
=
2. Benda Pos
=
3. Jasa Kantor
=
4. Fotocopy dan penggandaan
=
5. Surat Kabar / Majalah
= _____________
TOTAL
=
Setelah ketemu jumlah total, baru diajukan SPP Kegiatan. Berangkat dari bukti
pengeluaran, maka pada penggunaan SPP Definitif tidak ada dana yang tersisa atau
saldo, karena pengajuan berdasarkan bukti transaksi yang ada.
Contoh bukti transaksi
Contoh Rincian SPP yang sudah dikelompokkan
Contoh SPP Kegiatan Operasional
CATATAN:
Kata kunci untuk SPP Definitif adalah Transaksi dilakukan sebelum SPP Kegiatan diajukan. Apapun bentuk kegiatan itu. Jadi tidak bisa
dipastikan bahwa kegiatan A harus SPP Definitif atau kegiatan B harus SPP Panjar.
SPP Panjar
SPP Panjar kebalikan dari SPP Definitif, dimana SPP Panjar berangkat dari Rencana
Penggunaan Dana. Karena berangkat dari Rencana, maka dalam SPP Panjar ada
SPJ Kegiatan dan ada Sisa Panjar.
Contoh SPP Panjar
Rincian SPP Panjar Kegiatan
H.
PENCAIRAN SPP
Pencairan SPP Kegiatan
I.
SPJ PANJAR
Laporan Panjar
SPJ Kegiatan
SPTB
Bukti Pengeluaran
J.
SISA PANJAR
Bukti Pengembalian Sisa Panjar
K.
PENYETORAN PAJAK
Penyetoran pajak dilakukan secara global dengan memisahkan PPN dan PPh nya.
Tetapi untuk pemotongan pajak, dilakukan secara rinci. Lebih jelasnya silahkan lihat
gambar dibawah ini:
Rekap potongan pajak dapat dilihat pada buku bantu pajak
L.
JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal penyesuaian digunakan untuk mencatat mutasi penambahan atau pengurangan
aset dalam tahun berjalan, penyesuaian Laporan Kekayaan Milik Desa. Menu ini juga
digunakan untuk menyesuaikan pendapatan dan belanja yang sudah bersifat definitif,
penyesuaian Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Buka menu Data Entri – Pembukuan – Penyesuaian sehingga tampak form sebagai
berikut:
Tahapan selanjutnya adalah :
1. Klik [TAMBAH warna hitam]
2. Masukkan tanggal penyesuaian
3. Masukkan Nomor Bukti sesuai urutan seperti berikut: 0001/JU/06.10/2017
4. Pada uraian, masukkan Nama Kegiatan dan Lokasi yang akan disesuaikan
menjadi aset tetap.
5. Klik [TAMBAH warna merah] lalu muncul tampilan layar seperti di bawah ini:
6. Pilih akun LRA, lalu cari kode rincian Sumber Dana kegiatan. Sebagai contoh pada
simulasi ini, kegiatan Pembangunan Talud RW.01 sumber dana dari Dana Desa
dengan kode rincian 5.1.3.27 DDS, masuk di Belanja Modal Pengadaan Desa
Lainnya, kemudian pilih.
7. Klik pada kolom DEBET, Masukkan jumlah nilai kegiatan (71.016.500)
8. Klik TAMBAH warna merah – Pilih LRA – Pilih kode rincian SD (sama seperti pada
langkah nomor 6 = kode rincian 5.1.3.27 DDS, masuk di Belanja Modal
Pengadaan Desa Lainnya), kemudian pilih.
9. Klik pada kolom KREDIT, Masukkan jumlah nilai kegiatan (71.016.500)
10. Simpan, dan akan muncul pada layar seperti di bawah ini:
11. Lakukan posting
12. Cetak untuk melihat hasilnya seperti tampak pada gambar dibawah ini:
Jika sudah diposting, maka secara otomatis akan masuk menjadi kekayaan milik desa.
Lihat pada buku kekayaan milik desa, jumlah Aset dan Ekuitas di Tahun 2017 sudah
bertambah sebesar Rp.162.446.500,-. Nilai itu berasal dari penambahan dua kegiatan
yaitu kegiatan Pembangunan Talud RW.01 sebesar Rp.91.430.000,- dan kegiatan
Pembangunan Talud Bronjong sebesar Rp.71.016.500.
Jurnal penyesuaian hanya akan dapat diisi jika pelaksanaan kegiatan sudah selesai.
Jika belum selesai kita tidak akan dapat melakukan input data karena tidak ada yang
disesuaikan. Disesuaikan disini maksudnya adalah peralihan dari Belanja Modal
menjadi Aset Desa. Maka seperti penjelasan sebelumnya, kita harus sangat hati-hati
dalam menentukan jenis belanja, apakah belanja modal atau belanja barang dan jasa.
M.
CATATAN PEMBELAJARAN
Teori tanpa praktek sama halnya bohong dan tidak akan memiliki makna apapun,
sebaliknya praktek tanpa teori yang benar akan sesat. Tetapi Tingkatan tertinggi dari
Ilmu adalah Praktek. Banyak orang berbicara tentang Tuhan, Agama dan moralitas
tinggi, tetapi hanya sedikit orang yang dapat mempraktekkan dalam kehidupan seharihari. Itu artinya praktek lebih sulit dibandingkan hanya sekedar teori.
SISKEUDES adalah aplikasi yang membutuhkan praktek, bukan hanya sekedar teori.
Jika kita punya keinginan yang kuat untuk dapat mengaplikasikannya, jangan pernah
takut untuk mencoba. Jangan pernah takut untuk salah dan gagal. Kita bisa saja
mempelajari SISKEUDES hanya dengan teori, tetapi saya tekankan sekali lagi bahwa
tanpa praktek, kita tidak akan dapat memahami secara utuh. Resiko kegagalan dalam
proses belajar adalah mengulang kembali. Percayalah, kita tidak akan pernah masuk
penjara hanya gara-gara gagal dalam belajar.
------ PRAKTEK – TEORI – PRAKTEK ----SEMOGA BERMANFAAT
--- Hidup Tanpa Ilmu Pengetahuan Sama Halnya Gambar Kematian ---Selalu belajar dan belajar
[ Teguh Kristyanto ]