Contoh Makalah Valuta Asing dalam Perspektif Hukum Islam

JUAL BELI VALUTA ASING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Oleh :
Febriansyah Yoes Ramadhan Putra (1206209311)
Gitta Nur Wulan (1206209425)
Rizabella Anggiani (1206209500)
Makalah Akhir untuk Tugas Mata Kuliah
Hukum Islam Reguler kelas C

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Jual Beli Valuta Asing dalam
Perspektif Hukum Islam” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas akhir mata kuliah Hukum
Islam

Reguler kelas D yang dibimbing oleh Ibu Sulaikin Lubis, S.H., M.H. dan Ibur


Wirdyaningsih, S.H, M.H. Makalah ini berisikan informasi tentang merokok serta pandangan
dari sudut hukum Islam mengenai kegiatan merokok.

Makalah ini diharapkan dapat

memberikan informasi terkait dengan valuta asing dalam prespektif hukum Islam.
Kesempurnaan tentunya hanyalah milik Allah semata oleh karenanya penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,segala bentuk
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak dan segala
sumber yang telah berperan serta membantu dalam proses penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir sehingga berbentuk satu makalah yang utuh. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 15 April 2013
Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1.1.


Latar Belakang
Pasar valuta asing adalah pasar yang memfasilitasi pertukaran valuta untuk

mempermudah transaksi-transaksi keuangan perdagangan dan keuangan
internasional.Transaksi valas (foreign exchange transaction) adalah pertukaran suatu mata
uang dengan mata uang lain.
Setelah perang dunia I dan setelah depresi ekonomi dunia pada tahun 1930-an, dunia
menginginkan tercapainya suatu stabilitas ekonomi yang lebih baik.

Pada tahun 1944 lahirlah suatu system moneter Internasional yang dikenal dengan nilai
tukar tetap (fixed exchange rate) hasil persetujuan Bretton woods.Setiap Negara
memberlakukankurs yang tetap dari mata uangnya terhadap US. Sejak saat itu ekonomi
negara-negara Eropa serta Amerika mulai tumbuh pesat. Pentingnya aktivitas dalam foreign
exchange timbul sehubungan dengan berkembangnya perdagangan internasional serta
semakin meningkatnya perpindahan uang dan capital international. Dari sini bisa dilihat
bahwa foreign exchange bukan sebatas money change tetapi lebih luas dari itu. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa pasar valuta asing adalah suatu pasar di mana surat-surat berharga
jangka pendek diperdagangkan. Dan dalam perkembangannya uang berkembang menjadi
komoditas yang bisa di perdagangkan.

Pengertian Kurs Mata Uang Definisi kurs / juga dikenal sebagai nilai tukar adalah rasio
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda negara. Atau dengan kata lain kurs dapat
diartikan sebagai harga satu unit mata uang asing dinyatakan dalam mata uang domestik.
Dalam Forex trading (membeli dan menjual mata uang) yang biasanya dilakukan pada bank
atau transaksi lain yang bisa dilakukan secara online, biasanya terjadi dua transaksi: satu
untuk membeli dan satu lagi untuk dijual. Sebagai contoh: jika kita ingin membeli dolar,
maka kita harus membayar pertukaran uang sebanyak 9,018.08 rupiah per dolar. Tapi jika kita
ingin menjual dolar,kita akan mendapatkan 8,900 rupiah untuk setiap dolar yang kita berikan.

Dari sini timbulah perdebatan akan hukum jual-beli valuta asing ini ditinjau dari segi
hukum islam. Dalam hukum islam, perdagangan haruslah menyertakan barang secara
nyata/riil,

1. Ada Ijab-Qobul: ---> Ada perjanjian untuk member dan menerima
• Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai.
• Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan.
• Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakantindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat)
2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli.
Oleh karena itu kita akan mencoba menguak,apakah sebenarnya jual beli valuta asing ini
diperbolehkan ataukah diharamkan dalam islam.

.
1.2.

Pokok permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat
diuraikan lebih lanjut, yaitu :
a. Apa itu valuta asing dan pasar valuta asing?
b. Bagaimana pengaturan perundang-undangan di Indonesia mengenai valuta asing?
c. Bagaimana pandangan mengenai merokok ditinjau dari hukum Islam yang
meliputi tinjauan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist, Mazhab, dan Fatwa?

1.3.

Tujuan Penulisan
Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini
yakni :
a. Mengetahui definisi tentang valuta asing
b. Mengetahui peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang valuta asing di
Indonesia.
c. Mengetahui tentang valuta sing menurut pandangan hukum Islam ditinjau dari sisi

Al-Quran, Hadist, mazhab, dan fatwa .

BAB II ISI
2.1. Definisi Valuta Asing , Jual Beli Valuta Asing
Valuta asing adalah valuta atau mata uang dari suatu negara yang merupakan alat
pembayaran sah di negara tersebut yang dipergunakan sebagai mata uang asing bagi negara
lain karena dipakai dalam melakukan atau membiyayai transaksi keuangan internasional atau
luar negerinya. Valuta asing ini ditransaksikan di pasar-pasar dan bursa valas dalam dan luar
negeri melalui bannk-bank atau money changer.

Perkembangan perdagangan valuta asing (Forex Trading) pesat sejak tahun 1970-an
dan mulai dianggap salah satu bisnis alternative sebab bisa mendatangkan keuntungan bagi
pelakunya. Hal ini ditandai dengan berkembangnya secara pesat peralihan pada sebagian
besar Negara-negara besar di dunia yang awalnya menganut system fixed rate (nilai tukar
tetap) menjadi system free floating (mengambang bebas). Sistem free floating ini berarti
membiarkan nilai tukar mata uang untuk bebas bergerak naik turun atau berfluktuasi
mengikuti pasar yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik ekonomi, politik, dan lain
sebagainya.
Kemudian terdapat perkembangan yang pesat, sehingga perdagangan valuta asing
tidak hanya digunakan dalam kegiatan perdagangan antar negara atau ekspor-impor, tetapi

juga digunakan sebagai instrumen investasi atau sarana untuk mendapatkan keuntungan.
Transakasi valuta asing mengalami perkembangan sangat pesat setelah diberlakukannya
sistem free floating, karena meningkatnya ketertarikan para pelaku pasar serta investor
individu yang mengincar keuntungan dari pergerakan nilai tukar, sehingga kini banyak
investor pribadi yang terjun ke dunia perdagangan valuta asing semata-mata untuk mencari
keuntungan (profit making)
2.2. Valuta Asing dalam hukum positif Indonesia
Ditinjau dari hukum positif atau Undang-Undamg yang berlaku di Republik
Indonesia. Jual beli valuta asing atau trading forex ini diatur di dalam Undang-Undang No.7
tahun 2011 tentang uang. Tepatnya pada pasal 2 ayat (5) Undang-Undang No.23 tahun 1999.
Pengecualian sebagaimana dimaksudkan pada pasal 2 ayat (3) Undang-Undang No.23 tahun
1999, diberikan untuk keperluan pembayaran ditempat atau di daerah tertentu,untuk maksud
pembayaran, atau untuk memenuhi kewajiban dalam valuta asingyang telah
diperjanjikansecara tertulis, yangyang akan ditetapkan denganPeraturan Bank Indonesia.
(pengecualian yang diaturoleh Peraturan Bank Indonesia tersebut adalah untuk transaksi
valuta asing. Transaksi valuta asing dalam transaksi derivatif.
Meninjau dari peraturan Undang-Undang diatas, maka dapat kita simpulkan
bahwa hukum jual beli valuta asing dalam hukum positif di Indonesia adalah legal dan tidak
melanggar undang-undang.
2.3 Valuta Asing dalam pandangan hukum Islam


Menurut pandangan islam valuta asing dapat disebut dengan al-sarf menurut Ensiklopedia
hukum Islam secara harfiah merupakan penambahan, penukaran, penghindaran,
pemalingan atau transaksi jual beli. Secara istilah al-sarf merupakan penukaran valuta
asing dengan valuta asing lainnya.
2.3.1. Dari segi Al-Qur’an
‫خرب بط لله ال ربشيث ب‬
‫طالن رمبن ال ثبمررس بذل ربك ربأ بن ر بلهثم بقاللوا ث إرن ر ببما ال ثببيثلع رمثثلل الرررببا‬
‫ال ر برذي ثبن ي بأ ثلكل لثوبن الرررببا ل ب ي بقلثولمثوبن إرل ر ب بكبما ي بقلثولم ال ر برذي ي بتب ب‬
‫ل ال ثببيثبع‬
‫ح ر بل ا ل‬
‫بوأ ب ب‬
‫ل‬
‫ب‬
‫ح ربربم الرررببا بفبمن بجابءله بمثو ر‬
‫ب ال ربنارر لهثم رفيثبها‬
‫عظ بةة ررمن ربررربره بفان ثتببهى بفل بله بما بسل ببف بوأ بثملرله إربلى ا ر‬
‫ل بوبمثن ب‬
‫بو ب‬
‫عابد بفأثول بئربك أثصبحا ل‬

‫خال رلدثوبن‬
‫ب‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(AlBaqarah: 275)

2.3.2. Dari segi Al-Hadits
-

Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Abu Sa’id RA yang berbunyi :

“Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama timbangannya dan janganlah
menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak
kecuali sama timbangannya dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian lain,
dan janganlah kamu jual barang yang ghaib (tidak ditempat) dengan barang yang rill

(nyata)” (HR. Muslim).
-

Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri:Rasulullah
SAW bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan
(antara kedua belah pihak)' (HR. albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban).

-

"Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan

teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas dengan
emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta
secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara
tunai.".
Dalam semua hadits ini dapat dipahami bahwa terdapat beberapa syarat pertukaran
mata uang yakni kualitas dan kuantitasnya harus sama, dilakukan secara tunai, dijelaskan
pula apabila nilai tukar yang diperjualbelikan itu dalam jenis yang tidak sama, maka

boleh ada penambahan pada salah satu jenisnya.
2.3.3. Dari Segi Fatwa dan Ijtihad terhadap valuta asing
FATWA MUI TENTANG PERDAGANGAN VALAS
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
Menimbang :
A. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali
diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar
mata uang berlainan jenis, B. Bahwa dalam 'urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli
mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan ajaran
Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain, C. Bahwa agar kegiatan transaksi
tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa
tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
1. "Firman Allah, QS. Al-Baqarah[2]:275: "...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba..." 2. "Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id alKhudri:Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas
dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)' (HR. albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban). 3. "Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn
Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas


dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara
tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.".
Memperhatikan :
1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/2/878
2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14
Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.
Memutuskan : Dewan Syari'ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI
MATA UANG (AL-SHARF).
Pertama : Ketentuan Umum. Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan
secara tunai (at-taqabudh).
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada
saat transaksi dan secara tunai.
Kedua : Jenis-jenis transaksi Valuta Asing
1. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua
hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap
sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.
2. Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2x24
jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan

adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian
hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang
disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak
dapat dihindari (lil hajah)
3. Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot
yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
4. Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak
untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan
jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir
(spekulasi).
Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M
DEWAN SYARI'AH NASIONAL - MAJELIS ULAMA INDONESIA
2.3.4. Valuta Asing dalam Al-Ahkam Al-Kamsah
Untuk dapat mengklasifikasikan valuta asing dari segi al ahkam al khamsah ini, perlu
kita tinjau dahulu tentang pengertian al ahkam al khamsah itu sendiri agar lebih mudah untuk
mengklasifikasikan masalah hukum jual beli valuta asing ini.
Al Ahkam Al Khamsah atau biasa disebut Hukum Taklifi adalah ketentuan hukum
yang menuntut para mukallaf atau orang yang dipandang oleh hukum cakap melakukan
perbuatan hukum baik dalam bentuk hak, kewajiban maupun larangan. kelima hukum taklifi
antara lain
1.Wajib (fardhu), dalam hukum islam yakni sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kepada
manusia mukallaf untuk mengerjakannya.
2. Sunnah (mandub), Sunnah / mandup adalah suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah
atau Rasulnya pada manusia atau mukallaf namun bentuk anjuran itu diimbangi dengan
pahala kepada orang mukallaf yang mengerjakannya dan tidak mendapatkan dosa bagi orang
yang meninggalkan.

3. Haram, haram adalah suatu tuntutan hukum islam kepada orang mukallaf untuk
meninggalkannya dengan tuntutan mengikat dan bagi yang meninggalkannya mendapat
imbalan pahala dan bagi yang melanggarnya mendapat dosa.
4. Makruh, Makruh adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah atau Rasullnya kepada
manusia mukallaf namun bentuk larangan itu tidak sampai kepada haram.
5. Jaiz / mubah , adalah sesuatu perbuatan yang di bolehkan untuk memilih oleh Allah dan
rasullnya kepada manusia mukallaf untuk mengerjakan atau meninggalkannya. ketentuan
mubah ada tiga yaitu : meniadakan dosa bagi suatu perbuatan, pengungkapan halal bagi suatu
perbuatan dan tidak ada pernyataan bagi suatu perbuatan.
Jadi, menilik dari beberapa aturan tentang fatwa MUI mengenai hukum jual beli valuta
asing ini, dapat disimpulkan bahwa menurut klasifikasi al Ahkam al Khamsah, jual beli
valuta asing hukumnya adalah Jaiz atau mubah. Yaitu suatu perbuatan yang diperbolehkan
untuk memilih oleh Allah dan Rasul-Nya kepada manusia untuk meninggalkan atau
mengerjakannya.
Hal ini menjelaskan bahwa Forex (Perdagangan Valuta asing) diperbolehkan dalam
hukum islam. Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang
kebutuhan/komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini
tentu memerlukan alat bayar yaitu uang yang masing-masing negara mempunyai ketentuan
sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara
negara-negara tersebut sehingga timbul perbandingan nilai mata uang antar negara.
Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu bursa atau pasar
yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling
menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah
(berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan
dan penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam pandangan Islam transaksi jual bei valuta asing diperbolehkan asalkan
memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan transaksi yang diperbolehkan (jaiz) adalah transaksi
pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena
dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak

bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. Dengan keluarnya fatwa dari Majelis
Ulama Indonesia menjadi jelas bagaimana mengenai transaksi jual beli valuta asing jenis
jenisnya dan hukumnya pada setiap jenis transasi valuta asing tersebut walaupun pada
praktenya masih banyak transaksi jual beli vauta asing yang masih dianggap oeh masyarakat
diperbolehkan padahal sebetulnya telah melanggar aturan.
3.2. Saran
Hendaknya ada penelitian dan pengkajian yang lebih lagi menenai al-sarf atau
transaksi jual beli valuta asing ini yang enyesuaikan dengan perkembangan jaman agar tidak
menimbulkan kebingungan di masyarakat, pemberitahuan kepada masyarakat melalui
berbagai media pun sangat dibuuhkan agar masyarakat muslim terutama lebih mengetahui
dan berhati-hati dalam memilih jenis transaksi jual beli valuta asing agar tidak terjebak dalam
riba.

Daftar Pustaka
1. Al-Quran al-Karim, Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen agama R.I, Jakarta :
PT. Bumi Restu, 2003
2. Huda, Nurul, dkk. (2008). Ekonomi Mkro Islam, Kencana Prenada Media
Group : Jakarta
3. Asia, Maxwell. (2009). Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam, Syarif
Hidayatullah : Jakarta
4. Arsjad, Nurjaman. 1992. Ekonomi,Keuangan dan Moneter, Intermedia:Jakarta.
5. Umam, Chairul. 2002. Jual Beli Valuta Asing (Al-Sarf) dalam Prespektif Hukum
Islam. Universitas Indonesia:Depok.