Pengaruh Ketebalan Lapisan Opak dengan Lapisan Dentin terhadap Kesesuaian Warna pada Mahkota Keramik-Logam

41

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Mahkota tiruan adalah gigitiruan yang menggantikan sebagian atau seluruh
jaringan mahkota gigi yang sudah rusak atau hilang, disemenkan secara permanen
terhadap gigi asli atau akar atau implan yang merupakan pendukung utama dari
gigitiruan. Mahkota tiruan terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan bahan yang
digunakan, yaitu mahkota logam penuh, mahkota keramik-logam, mahkota keramik
penuh (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk.
2004).
Mahkota keramik-logam merupakan jenis gigitiruan yang paling sering
digunakan oleh dokter gigi karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain: memiliki
nilai estetik yang lebih baik jika dibandingkan dengan mahkota logam penuh dan
akrilik penuh, memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menahan beban
pengunyahan karena didukung oleh koping logam, memiliki adaptasi yang baik

terhadap jaringan gigi, lebih tahan terhadap fraktur, memiliki koefisien panas yang
hampir sama dengan gigi, serta biaya lebih murah jika dibandingkan dengan mahkota
keramik-penuh. Pasien yang menggunakan mahkota tiruan pada umumnya sangat
memperhatikan faktor estetik, terutama pada gigi anterior. Aspek estetik mahkota
tiruan ditentukan oleh bentuk, ukuran dan warna gigitiruan (Shillingburg dkk. 2012;
Rosentiel dkk. 2004). Namun mahkota keramik-logam memiliki kekurangan, yaitu

42

sering terlihat adanya bayangan hitam yang dipantulkan oleh koping logam, yang
membedakannya dengan struktur gigi asli, sehingga warna yang dihasilkan dari
proses laboratorium sering tidak sesuai dengan warna shade guide yang telah
ditentukan di klinik, mengakibatkan estetik kurang memuaskan (Shillingburg dkk.
2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004; Sahara 2006; Madhav
2010). Oleh karena itu sangat dibutuhkan seni, keahlian dan komunikasi yang baik
antara dokter gigi dan teknisi di laboratorium dalam menentukan dan menyesuaikan
warna porselen untuk mencapai hasil estetik yang maksimal (Ahmad dkk. 2011;
Jasinevicius dkk. 2009; Sikri 2010; Joiner 2004; Baltzer dkk. 2004). Hasil penelitian
Milleding dkk. (dikutip dari Wee dkk. 2002) dalam penelitian klinis selama dua tahun
menyatakan bahwa dari 40 mahkota keramik-logam yang telah disemenkan ke dalam

mulut, terdapat 61% warna porselen yang tidak sesuai dengan gigi alami di
sebelahnya. Bergman P, dkk (dikutip dari Wee dkk. 2002) juga dalam penelitian
klinis longitudinal selama lima tahun, menyatakan bahwa 63% dari 44 mahkota
keramik-logam yang telah disemenkan ke dalam mulut tidak sesuai dengan gigi alami
di sebelahnya.
Kesesuaian warna mahkota keramik-logam terhadap gigi asli merupakan
kunci keberhasilan untuk mencapai hasil estetik dalam ilmu prostodontik. Keakuratan
penentuan dan penyesuaian warna mahkota keramik-logam merupakan masalah bagi
dokter gigi dan teknisi di laboratorium (Ahmad dkk. 2011; Jasinevicius dkk. 2009;
Sikri 2010; Joiner 2004; Baltzer dkk. 2004). Keberhasilan warna pada pembuatan
mahkota keramik-logam dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain: faktor-faktor

43

penentuan warna di klinik, komunikasi yang baik antara dokter gigi dengan teknisi di
laboratorium, dan faktor-faktor penyesuaian warna di laboratorium (Rosentiel dkk.
2004). Faktor-faktor penentuan warna di klinik, termasuk teknik penentuan warna,
sumber cahaya, metamerisme, keadaan lingkungan, operator, dan posisi pasien (AlHamdan 2010; Paul dkk. 2004; Li dkk. 2009; Hen 2012; Corcodel dkk. 2010;
Mclaren 2011; Hassel dkk. 2005; Raigrodski dkk. 2006; Ginting 2003; Awinashe
dkk. 2010; Corcodel dkk. 2009; Dosari dkk. 2010; Baharin dkk. 2013). Faktor lain di

klinik yang juga harus dipertimbangkan dalam mencapai keberhasilan warna pada
mahkota keramik-logam diantaranya ketebalan preparasi gigi penyangga yang
dilakukan oleh dokter gigi berkisar 1,2-2,0 mm (Rosentiel dkk. 2004). Faktor-faktor
penyesuaian warna di laboratorium, termasuk teknik kondensasi porselen, siklus
pembakaran porselen, siklus glazing porselen, jenis porselen, perbandingan antara
bubuk porselen dengan cairan pada saat pengadukan, jenis logam dan ketebalan
lapisan porselen (Lakatos dkk. 2007; Janardanan 2012; Anitha dkk. 2013; Chaiyabutr
dkk. 2011; Xie dkk. 2009; Cheung dkk. 2002; Marquez dkk. 2008; Naik dkk. 2011;
Jacobs dkk. 1987; Kourtis dkk. 2004; Jarad dkk. 2006; Corciolani dkk. 2006; Fazi
dkk. 2009; Corciolani dkk. 2009; Corciolani dkk. 2010; Ozcelik dkk. 2008; Reddy
dkk. 2012; O’Brien dkk.1994; Woolsey dkk. 1984; Wood 2007; Hammad dkk. 1996).
Mahkota keramik-logam terdiri dari dua komponen utama, yaitu lapisan
porselen yang membentuk keramik gigi dan koping logam. Koping logam
merupakan bahan logam yang berfungsi mendukung lapisan porselen dengan
perlekatannya secara mekanis dan kimia untuk membentuk gigitiruan keramik-logam.

44

Perlekatan secara kimia diperoleh melalui siklus pembakaran. Koping logam
diperkirakan tidak akan mampu mendukung lapisan porselen dengan ketebalan lebih

dari 2,0 mm akibatnya gigitiruan mudah patah. Koping logam harus memiliki
ketebalan yang optimal untuk mencegah terjadinya distorsi pada waktu proses
pembakaran. Ketebalan logam berkisar antara 0,2-0,7 mm tergantung jenis logam
yang dipakai. Sifat mekanis mahkota keramik-logam sangat tergantung pada
ketebalan koping logam. Keramik gigi terdiri atas beberapa lapisan porselen yang
berfungsi menghasilkan warna gigitiruan sehingga menyerupai warna gigi asli di
sebelahnya. Lapisan porselen pada mahkota keramik-logam, terdiri dari lapisan opak,
lapisan dentin dan lapisan enamel. Lapisan opak merupakan lapisan porselen yang
mengandung oksida logam, berfungsi untuk menutup koping logam dan merupakan
lapisan awal yang memberi warna. Ketebalan lapisan opak berkisar antara 0,1-0,3
mm. Kemudian lapisan opak ditutup dengan lapisan dentin yang berfungsi
memberikan sejumlah translusensi dan juga mengandung sedikit oksida untuk
penyesuaian warna keramik. Ketebalan lapisan dentin berkisar antara 0,5-1,0 mm,
hasil akhir warna mahkota keramik-logam sangat dipengaruhi oleh lapisan dentin.
Selanjutnya dilakukan pelapisan enamel, disebut juga lapisan translusen, dengan
ketebalan berkisar 0,1-0,7 mm. Untuk memperoleh hasil dengan permukaan yang
mengkilat, dilakukan glazing melalui siklus pembakaran tambahan setelah semua
lapisan porselen selesai dibentuk. Ketebalan koping logam dan lapisan porselen di
laboratorium sangat tergantung pada ketebalan hasil preparasi gigi yang dilakukan


45

dokter gigi di klinik (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002;
Rosentiel dkk. 2004).
Ketebalan lapisan porselen untuk mencapai kesesuaian warna pada mahkota
keramik-logam

bervariasi

menurut

berbagai

penelitian,

namun

harus

mempertimbangkan kekuatan untuk mencegah resiko patah ketika gigitiruan

berfungsi. Berbagai penelitian tentang pengaruh ketebalan lapisan porselen terhadap
kesesuaian warna pada pembuatan mahkota keramik-logam, dengan ketebalannya
yang berbeda-beda, baik pada lapisan opak, lapisan dentin maupun lapisan enamel.
Jacob dkk. (1987) mengevaluasi perubahan nilai hue, value dan chroma secara [visual
dan instrumental dengan alat

spektrofotometer terhadap lapisan porselen dentin

dengan ketebalan 0,5; 1,0; dan 1,5 mm, pada spesimen Gold-Platinum-Palladium
(Au-Pt-Pd), high Palladium (Pd), Nickel-Chromium (Ni-Cr) dengan ketebalan logam
0,5 mm, dan lapisan opak dengan ketebalan antara 0,09-0,12 mm.

Dari hasil

penelitiannya menyatakan bahwa lapisan porselen dentin dengan ketebalan 1,0 mm
menghasilkan warna yang lebih baik pada ketiga jenis logam. Barghi dkk, dan
Terrada dkk. (dikutip dari Kourtis dkk. 2004) menyatakan bahwa ketebalan lapisan
opak 0,2-0,3 mm dapat menutup oksida logam, dan ketebalan lapisan opak lebih dari
0,3 mm tidak mempengaruhi perubahan warna porselen. Kourtis dkk. (2004) meneliti
pengaruh jenis logam dan porselen terhadap hasil warna akhir pada restorasi keramiklogam, menggunakan ketebalan lapisan opak 0,2 mm, lapisan dentin 1,0 mm, dan

ketebalan logam 1,0 mm. Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa warna yang
dihasilkan pada spesimen keramik-logam dipengaruhi oleh jenis koping logam dan

46

porselen yang dipakai. Jarad dkk. (2006) dalam penelitiannya menggunakan lapisan
opak, lapisan dentin dan lapisan enamel masing-masing dengan ketebalan 0,6; 0,8;
dan 0,6 mm, ketebalan logam 0,6 mm, kemudian ketebalan lapisan enamel diturunkan
menjadi 0,3 mm. Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa perubahan ketebalan
enamel mempengaruhi perubahan nilai chroma. Corciolani dkk. (2006) menyatakan
bahwa restorasi keramik-logam sebaiknya di bawah 1.5 mm, dan ketebalan lapisan
warna (dentin dan opak) berkisar 0,2-0,4 mm di bawah lapisan enamel. Fazi dkk.
(2009) mengevaluasi kesesuaian warna dari empat jenis porselen (Vita omega 900,
Duceram Kiss, Ivoclar, Wielan Reflex) dan tiga warna yang berbeda (A2, A3, dan
A3,5), dengan ketebalan lapisan opak 0,1-0,15 mm, ketebalan lapisan translusen
(enamel dan dentin) 1,0 mm dan ketebalan logam 0,3 mm. Corciolani dkk. (2009)
mengevaluasi kesesuaian warna jenis porselen Vita Omega 900 dengan alat
spektrofotometer, dengan membandingkan dua jenis shade guide yang berbeda (Vita
classical warna A3 dan Vita 3D master warna 2M3), pada ketebalan lapisan opak
0,15 mm, lapisan opak dentin yang berbeda (0,25 mm; 0,35 mm; 0,45 mm), lapisan

dentin yang berbeda (0,6 mm; 0,7 mm; 0,5 mm), lapisan enamel yang berbeda (0,3
mm; 0,10 mm dan 0,20 mm), dan ketebalan logam 0,3 mm. Dari hasil penelitiannya
menyatakan bahwa warna pada shade guide Vita 3D Master lebih sesuai dengan
warna spesimen Vita Omega 900. Corciolani dkk. (2010) mengevaluasi pengaruh
ketebalan lapisan porselen terhadap warna yang dihasilkan, dengan membedakan
ketebalan lapisan base dentin (0,25; 0,30, 0,35; 0,40; 0,45; 0,70; 0,75; 0,90 mm),
transparant dentin (0,35; 0,40; 0,45; 0,50; 0,45; 0,65; 0,75 mm), dan lapisan enamel

47

(0,15; 0,20; 0,30; dan 0,50 mm), ketebalan logam 0,3 mm, serta ketebalan lapisan
opak 0,15 mm. Lapisan base dentin yang lebih tebal menghasilkan warna kromatik
yang lebih tinggi. Sebaliknya, dengan peningkatan ketebalan lapisan transparant
dentin dan enamel akan menurunkan nilai chroma. Peningkatan ketebalan lapisan
enamel akan menurunkan nilai lightness (value). Ozcelik dkk. (2008) menyatakan
bahwa ketebalan lapisan opak 0,1 mm yang diaplikasikan pada logam Ni-Cr dan
Cobalt-Chromium (Co-Cr) tidak dapat memberikan perubahan warna pada gigitiruan
keramik-logam, namun terdapat perbedaan warna yang signifikan jika lapisan opak
0,1 mm diaplikasikan pada logam Au-Pd yang berfungsi sebagai kelompok kontrol.
Reddy dkk.(2012) meneliti perbedaan warna yang dihasilkan oleh dua jenis porselen

yang berbeda (Vita dan Ivoclar) dengan ketebalan lapisan dentin dan enamel 0,5; 1,0
dan 1,5 mm, ketebalan lapisan opak 0,1 mm, pada logam Ni-Cr dengan ketebalan 0,4
mm. Total ketebalan gigitiruan keramik-logam menjadi 1,0 mm, 1,5 mm dan 2,0 mm.
Dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa jenis porselen Ivoclar dengan ketebalan
2,0 mm menghasilkan warna yang lebih sesuai dengan shade guide. Nilai value (L),
a*(merah-hijau), dan b*(kuning-biru) pada gigitiruan keramik-logam lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai L, a*, dan b* pada shade guide. Nilai value pada
gigitiruan keramik-logam dengan ketebalan 1,0 mm mendekati shade guide, jika
dibandingkan dengan nilai value pada ketebalan 1,5 mm dan 2,0 mm.

48

1.2

Permasalahan

Keakuratan penentuan dan penyesuaian warna mahkota keramik-logam
merupakan masalah bagi dokter gigi dan teknisi di laboratorium (Ahmad dkk. 2011;
Jasinevicius dkk. 2009; Sikri 2010; Joiner 2004). Keberhasilan warna pada
pembuatan mahkota keramik-logam dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain: faktorfaktor penentuan warna di klinik, komunikasi yang baik antara dokter gigi dengan

teknisi di laboratorium, dan faktor-faktor penyesuaian warna di laboratorium
(Rosentiel dkk. 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian warna di
laboratorium adalah ketebalan lapisan porselen, yang terdiri dari lapisan opak, lapisan
dentin, dan lapisan enamel, pada saat pengaplikasian di atas permukaan logam.
Lapisan opak merupakan lapisan porselen yang berfungsi untuk menutup bayangan
hitam logam dan menghasilkan warna pada mahkota keramik-logam (O’Brien dkk.
1994; Woolsey dkk. 1984; Wood 2007). Warna mahkota keramik-logam yang
dihasilkan oleh teknisi di laboratorium sering tidak sesuai dengan warna yang telah
ditetapkan berdasarkan shade guide di klinik, hal ini menurut beberapa penelitian,
terutama disebabkan lapisan opak tidak mampu menutup bayangan hitam yang
dipantulkan oleh oksida logam sehubungan dengan lapisan yang terlalu tipis, dan
perbandingan antara ketebalan lapisan opak dengan lapisan dentin yang kurang tepat
(Ozcelik 2008). Barghi dkk. dan Terrada Y dkk. (dikutip dari Kourtis dkk. 2004)
menyatakan bahwa ketebalan lapisan opak 0,2-0,3 mm dapat menutup oksida logam,
dan ketebalan lapisan opak lebih dari 0,3 mm tidak mempengaruhi perubahan warna
porselen. Corciolani dkk. 2006, menyatakan bahwa restorasi keramik-logam

49

sebaiknya di bawah 1.5 mm, dan ketebalan lapisan warna (dentin dan opak) berkisar

0,2-0,4 mm, ketebalan lapis.an dentin umumnya berkisar 1,0-1,5 mm. Ozcelik TB.,
dkk., 2008, menyatakan bahwa ketebalan lapisan opak 0,1 mm yang diaplikasikan
pada logam Ni-Cr dan Co-Cr tidak dapat memberikan perubahan warna pada
gigitiruan keramik-logam, namun terdapat perbedaan warna yang signifikan jika
lapisan opak 0,1 mm diaplikasikan pada logam Au-Pd yang berfungsi sebagai
kelompok kontrol.
Dari perbedaan pendapat para ahli tentang variasi ketebalan lapisan porselen
yang berbeda-beda baik lapisan opak, lapisan dentin maupun lapisan enamel dalam
mencapai kesesuaian warna pada pembuatan mahkota keramik-logam, maka peneliti
merasa perlu mengevaluasi pengaruh ketebalan lapisan porselen opak yang
diaplikasikan

pada lapisan dentin dengan ketebalan tertentu

untuk mencapai

kesesuaian warna di laboratorium berdasarkan shade guide yang telah ditentukan di
klinik.
1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Apakah ada pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan
1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam?

2.

Apakah ada pengaruh ketebalan lapisan opak 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan
1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam?

3.

Apakah ada perbedaan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan lapisan
dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

50

4.

Apakah ada perbandingan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan
lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramiklogam.

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk :
1. Mengetahui pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan
1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.
2. Mengetahui pengaruh ketebalan lapisan opak 0,3 mm dengan lapisan dentin 0,5; 0,7; dan
1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.
3. Mengetahui perbedaan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan lapisan
dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.
4. Mengetahui perbandingan pengaruh ketebalan lapisan opak 0,2 dan 0,3 mm dengan
lapisan dentin 0,5; 0,7; dan 1,0 mm terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramiklogam.

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang Kedokteran Gigi khususnya bidang
Prostodonsia tentang adanya pengaruh ketebalan lapisan opak dengan lapisan dentin
terhadap kesesuaian warna pada mahkota keramik-logam.

51

1.5.2

Manfaat Praktis
a. Manfaat Klinis
Sebagai pedoman bagi dokter gigi dalam penentuan warna berdasarkan shade
guide dan panduan dalam melakukan preparasi gigi penyangga sehingga
mencapai ketebalan yang optimal untuk menyediakan ruangan bagi lapisan opak
dengan dentin dalam perbandingan ketebalan yang tepat sehingga mencapai
warna yang sesuai dengan shade guide pada mahkota keramik-logam.
b. Manfaat Laboratoris
Sebagai pedoman bagi teknisi di laboratorium dalam pengaplikasian lapisan
opak dengan lapisan dentin dalam perbandingan yang tepat untuk mencapai
warna yang sesuai dengan shade guide pada mahkota keramik-logam.