PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU DENGAN PENDEKATAN SAVI PADA MATERI ANALISIS ENZIM HATI | Sulistyowati | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 5092 11130 1 SM

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU DENGAN
PENDEKATAN SAVI PADA MATERI ANALISIS
ENZIM HATI
Anastasia Rina Sulistyowati1, Suciati Sudarisman2, Sugiyarto3
Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta, 57155, Indonesia
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan Analis
Kesehatan berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor melalui implementasi perangkat
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi
analisis enzim hati. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang
telah ada dengan menggunakan metode R and D berdasarkan Borg and Gall. Penelitian ini
meliputi: identifikasi masalah; pengumpulan informasi; desain produk; validasi desain; revisi
desain; uji terbatas; revisi produk; uji lapangan; revisi produk. Data yang diperoleh merupakan
hasil belajar mahasiswa yang dianalisis dengan Uji Beda dan uji lanjut dengan bantuan Software
PASW versi 18. Hasil validasi susunan (construct) 97,82 dengan keterangan validasi Layak
Digunakan. Validasi isi (content) diperoleh nilai rerata 100 dengan keterangan validasi Layak
Digunakan. Desain produk dinyatakan layak digunakan untuk diujikan di lapangan sampai dengan

uji terbatas. Hasil uji terbatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor mahasiswa setelah dilakukan implementasi perangkat pembelajaran model
Problem Based Learning (PBL) dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi analisis enzim hati.
.
Kata kunci: Perangkat pembelajaran, PBL, SAVI, analisis enzim hati

I.

Pendahuluan
Kualitas pelayanan di bidang kesehatan pada era globalisasi dan perkembangan
IPTEK perlu terus ditingkatkan, khususnya bidang kesehatan. Bidang pelayanan tenaga
kesehatan khususnya tenaga laboratorium kesehatan, idealnya memiliki kualitas
kompetensi yang memadai. Laboratorium kesehatan sebagai salah satu unit pelayanan
kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang hasil uji
laboratorium. Seiring tuntutan global dan IPTEK serta perkembangan pengetahuan bidang
Patologi Klinik, maka idealnya kualitas tenaga laboratorium kesehatan terus ditingkatkan
melalui peningkatan kualitas pendidikan bagi tenaga laboratorium kesehatan.
Akademi Analis Kesehatan (AAK) sebagai salah satu institusi penghasil tenaga
kesehatan di bidang laboratorium kesehatan dituntut menghasilkan tenaga analis yang
kompeten. Hal ini relevan dengan visi Akademi Analis Kesehatan (AAK) yaitu menjadi

Institusi Pendidikan Analis Kesehatan yang bermutu dan berdaya saing.
Tugas pokok tenaga laboratorium kesehatan yaitu melaksanakan pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi bidang: Kimia Klinik serta penerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dalam pemeriksaan laboratorium. Analis Kesehatan bertanggung

jawab terhadap: ketelitian dan ketepatan hasil pengujian laboratorium, interpretasi analitik
hasil pengujian serta pengembangan prosedur pengujian (Kurikulum Inti DepKes, 2010).
Kurikulum Inti AAK (2010) dikembangkan meliputi 3 aspek, yaitu aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Aspek kognitif diberikan melalui beberapa mata kuliah
diantaranya: Kimia Klinik. Mata kuliah Kimia Klinik merupakan cabang ilmu Biologi
yang mempelajari tentang metabolisme mahluk hidup terutama cairan-cairan yang terdapat
di dalam tubuh manusia. Mata kuliah Kimia Klinik ditujukan agar mahasiswa dapat
menganalisis berbagai macam cairan tubuh dengan melakukan pengujian laboratorium.
Kompetensi tenaga laboratorium relevan dengan hakikat sains yang meliputi 3
aspek yaitu: produk, proses dan sikap. Aspek kognitif dipandang sebagai produk, artinya
hasil belajar berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Aplikasinya berupa metode
ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek psikomotor dipandang sebagai proses belajar,
artinya proses belajar berupa kegiatan: penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Aspek afektif dipandang
sebagai sikap ilmiah meliputi: rasa ingin tahu, jujur, terbuka, toleran, tekun, optimis,

skeptis (kritis), berani, dan bekerjasama (Toharudin at al., 2011).
Namun demikian kualitas tenaga kesehatan secara umum rendah, kondisi ini
ditunjukkan dengan data Pusat Dinas Kesehatan Tahun 2007 (cit. Silviani, 2013), diketahui
bahwa negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Timur Tengah dan Malaysia lebih
menyukai tenaga kesehatan dari Filipina dan Thailand. Hal ini berarti tenaga kesehatan
dari Indonesia belum mampu bersaing dengan tenaga kesehatan dari luar negeri.
Kondisi rendahnya kualitas tenaga kesehatan tersebut juga terjadi di lingkungan
AAK Nasional Surakarta. Hasil evaluasi terhadap lulusan Akademi Analis Kesehatan
(AAK) oleh pengguna (user) terungkap bahwa kemampuan mahasiswa dalam pemecahan
kasus-kasus, terutama di laboratorium Kimia Klinik dan Hematologi rendah (2010).
Berdasarkan hasil angket survey pengguna lulusan terungkap bahwa kepuasan pengguna
terhadap lulusan AAK Nasional dalam hal pemecahan kasus masih kurang (2013).
Ditinjau dari aspek kurikulum, ketiga aspek (kognitif, psikomotor dan afektif)
belum dikembangkan secara optimal. Berdasarkan hasil analisis perangkat pembelajaran,
indikator cenderung mengarah pada aspek kognitif saja, sementara aspek psikomotor dan
aspek afektif kurang ditekankan. Pembelajaran cenderung verbal, sehingga mahasiswa
cenderung pasif mendengarkan penjelasan dosen. Soal yang digunakan dalam tes
cenderung dalam bentuk pilihan ganda dan kurang diarahkan pada pemecahan masalah.
Motivasi mahasiswa dalam belajar kurang, hal ini tampak pada saat diberi kasus,
mahasiswa cenderung tidak dapat menyelesaikan. Akibatnya capaian nilai hasil belajar

khususnya pada mata kuliah Kimia Klinik belum optimal Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Kimia Klinik
Tahun Akademik
2009/2010
2010/2011
2011/2012
Sumber : Data BAAK AAK Nasional Surakarta

Capaian Nilai (%)
A
B
C
D
2,7
50
47,3 20,3 66,3 11,8 1,6
6,3
23,4 70,3 -

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan bahwa terdapat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya kesenjangan perlu diatasi dengan
mengarahkan pembelajaran yang mendorong mahasiswa berpikir memecahkan masalah.
Model pembelajaran yang dimaksud adalah PBL. Model PBL merupakan model
pembelajaran berdasarkan masalah. PBL memiliki sintaks sebagai berikut: (1)

mengorientasikan mahasiswa pada masalah; (2) mengorganisasikan mahasiswa untuk
belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil karya serta memamerkannya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Manfaat pembelajaran PBL dirancang terutama membantu
mahasiswa untuk: (1) mengembangkan keterampilan berpikir, memecahkan masalah, dan
intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu
melalui situasi nyata atau yang disimulasikan; dan (3) menjadi mandiri (Nur, 2011).
Materi Analisis Enzim Hati relevan dengan pembelajaran model PBL, sebab
Analisis Enzim Hati merupakan satu-satunya petunjuk adanya cedera sel pada penyakit
hati dini (Sacher and Pherson, 2004). Penyajian materi Analisis Enzim Hati cenderung
disajikan dalam bentuk pemecahan masalah.
Model PBL akan lebih efektif apabila dipadukan dengan pendekatan yang dapat
menciptakan situasi pembelajaran yang penuh antusias yang melibatkan seluruh indera.
Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah SAVI. SAVI merupakan teknik pendekatan
dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua

indera. SAVI memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) Somatis, yaitu belajar dengan
bergerak dan berbuat; (2) Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar; (3)
Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan; (4) Intelektual, yaitu belajar
dengan memecahkan masalah dan merenung (Meier, 2002).
II. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di AAK Nasional Surakarta pada bulan Mei 2013,
implementasi produk perangkat pembelajaran dilakukan pada mahasiswa Tingkat II
semester IV program Reguler A sebagai uji terbatas dengan jumlah mahasiswa 21 orang.
Metode penelitian ini adalah Reserch and Development Modifikasi Borg and Gall yang
meliputi: tahap studi pendahuluan, tahap perencanaan, tahap mengembangkan bentuk awal
produk, validasi ahli, revisi produk, uji coba terbatas dan uji pelaksanaan lapangan (Emzir,
2008).
Tahap studi lapangan awal dilakukan dengan menganalisis hasil belajar mahasiswa
pada mata kuliah Kimia Klinik materi analisis enzim pada Tahun Akademik 2009/2010 –
2011/2012 melalui observasi.
Tahap perencanaan yang dilakukan adalah mengidentifikasi materi analisis enzim
hati dengan menyusun rancangan perangkat pembelajaran. Hasil rancangan perangkat
pembelajaran digunakan sebagai pengembangan perangkat pembelajaran. Tahap awal
pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan perangkat yang telah ada.
Pengembangan perangkat pembelajaran diawali dengan mengembangkan perangkat

pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi analisis
enzim hati. Pengembangan perangkat pembelajaran yang telah disusun, dilakukan validasi
oleh ahli. Tahap validasi produk ini dilakukan untuk mendapatkan penilaian dan kelayakan
perangkat pembelajaran oleh ahli. Proses validasi meliputi validasi construct yang akan
melihat konstruksi dari perangkat pembelajaran yang telah disusun dan validasi content
yang akan melihat kesesuaian isi materi dengan bidang pendidikan dan karakteristik
mahasiswa. Revisi dilakukan berdasarkan saran dari validator ahli dan dilakukan uji coba
terbatas. Pada uji coba terbatas didapatkan masukan dari praktisi dan observer ahli.
Selanjutnya dilakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran berdasarkan masukan yang
telah diberikan. Teknik pengumpulan data prestasi kognitif diperoleh dengan metode tes,
sedangkan pengumpulan data prestasi afektif dan psikomotor diperoleh dengan observasi.
Analisis data dilakukan dengan cara diskriptif kualitatif.

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Tahap Studi Pendahuluan
Penelitian ini dimulai dari identifikasi masalah dengan cara melakukan pengamatan
(observasi) terhadap proses pembelajaran di AAK Nasional Surakarta. Hasil observasi
menunjukkan bahwa proses kegiatan pembelajaran Kimia Klinik pada materi analisis
enzim belum berjalan secara optimal. Kondisi ini tercermin dari hasil belajar mahasiswa
pada materi pembelajaran Kimia Klinik yang diperoleh mahasiswa pada tahun 2009/2010

menunjukkan bahwa 47,3% memperoleh nilai Cukup (C), sedangkan yang memperoleh
nilai Baik Sekali (A) hanya 2,7%, kemudian pada tahun 2010/2011 capaian nilai Baik (B)
mencapai 66,3%, tetapi nilai Kurang (D) muncul berkisar 1,6%, ini berarti ada mahasiswa
yang tidak lulus untuk mata kuliah Kimia Klinik dan pada tahun 2011/2012 nilai Cukup
muncul dengan persentase yang besar yaitu 70,3% dan nilai Baik Sekali (A) hanya 6,3%.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas selanjutnya dilakukan pengumpulan
informasi untuk mengetahui faktor-faktor penyebab belum optimalnya capaian nilai pada
materi pembelajaran Kimia Klinik. Tinjauan diarahkan pada 3 aspek yaitu: Dosen,
Mahasiswa dan Perangkat Pembelajaran. Pertama, ditinjau dari aspek pembelajaran yang
dilakukan oleh Dosen di lingkungan AAK Nasional Surakarta, menunjukkan bahwa
pembelajaran yang berlangsung cenderung menggunakan metode ceramah bervariasi.
Hasil pengamatan terhadap 8 Dosen menunjukkan bahwa 50% Dosen menggunakan
metode ceramah dengan variasi metode demonstrasi, sehingga mahasiswa cenderung pasif;
25% Dosen menggunakan variasi metode ceramah dengan tanya jawab, kondisi ini sangat
merugikan bagi mahasiswa yang kurang aktif; 12,5% Dosen menggunakan variasi metode
ceramah dengan diskusi, kondisi ini kurang mendorong mahasiswa yang pasif untuk ikut
aktif dalam kegiatan diskusi dan 12,5% Dosen hanya menggunakan metode ceramah
sepanjang kegiatan pembelajaran. Secara keseluruhan metode yang digunakan oleh Dosen
adalah dengan ceramah, kondisi ini menyebabkan mahasiswa cenderung pasif. Kedua,
ditinjau dari antusiasme mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat diberikan

pertanyaan atau kasus permasalahan oleh Dosen hanya 9,5% mahasiswa yang mampu
menjawab pertanyaan atau memecahkan kasus dengan benar; 28,6% mahasiswa hanya
mengajukan pertanyaan karena merasa ada materi yang belum dipahami; 61,9%
mahasiswa pasif, Kondisi ini menunjukkan bahwa antusiasme mahasiswa dalam belajar
rendah. Ketiga, ditinjau dari perangkat pembelajaran yang disusun oleh Dosen, meliputi:
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Penilaian, Lembar Kerja Mahasiswa
(LKM). Hasil analisis Silabus menunjukkan bahwa indikator cenderung mengarah pada
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya menjadi kurang terukur. Hasil analisis
terhadap RPP, menunjukkan penekanan pada aspek kognitif sementara aspek afektif dan
psikomotor tidak diabaikan. Alokasi waktu belum terperinci dengan baik. Evaluasi
pembelajaran tidak sesuai dengan indikator dan belum dilengkapi kisi-kisi soal tes,
sehingga ketercapaian indikator semua aspek pembelajaran tidak terukur dengan baik.
Hasil analisis terhadap materi atau sumber bacaan yang tercantum dalam RPP
menunjukkan bahwa mahasiswa diberikan konsep terlebih dahulu oleh Dosen, sehingga
transfer pengetahuan belum mengacu pada pembelajaran konstruktivisme, dimana
seharusnya pengetahuan dibangun dalam pikiran mahasiswa melalui pengetahuan kegiatan
pembelajaran dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2011). Kegiatan
pembelajaran didominasi oleh Dosen sehingga bersifat Teacher Centered Learning. Hasil
analisis terhadap Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), diketahui bahwa LKM belum efektif
karena LKM dipersiapkan oleh Dosen hanya dalam bentuk lembaran kosong yang bersifat

momentum yaitu mahasiswa hanya mengisi/mengerjakan laporan sesuai dengan petunjuk
dosen, sehingga kurang mendorong mahasiswa dalam mengemukakan gagasan/ide-idenya

untuk memecahkan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah dan pengumpulan informasi
tersebut, maka di AAK Nasional Surakarta diperlukan adanya perangkat pembelajaran
yang mendorong mahasiswa berpikir memecahkan masalah melalui penemuan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar dan antusiasme mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan dan Pengembangan Bentuk Awal Produk
Pengembangan produk yang dilakukan yaitu : pengembangan Silabus,
pengembangan RPP dan pengembangan LKM. Pertama pengembangan silabus.
Pengembangan silabus berdasarkan silabus yang sudah ada yaitu pada komponen indikator
yang bersifat umum dikembangkan menjadi lebih spesifik. Komponen indikator kognitif
dikembangkan menjadi komponen kognitif proses dan kognitif produk yang disesuaikan
dengan Taksonomi Bloom; indikator psikomotor dikembangkan berdasarkan Ketrampilan
Proses Sains (KPS) dan indikator afektif dikembangkan berdasarkan sikap ilmiah. Kedua,
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dikembangkan
berdasarkan silabus berdasarkan silabus yang telah direvisi yaitu adanya tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan indikator; adanya materi pembelajaran yang dilengkapi
dengan tujuan kegiatan; alat dan bahan serta cara kerja; adanya perubahan model dan
metode pembelajaran; adanya langkah-langkah pembelajaran yang di dalamnya memuat

sintaks dalam PBL dan unsur-unsur dalam SAVI; adanya sumber pustaka yang jelas dan
kriteria penilaian yang dilengkapi dengan kisi-kisi soal yang dapat mengukur ketercapaian
indikator pembelajaran, serta teknik-teknik penilaian yang dapat dilakukan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Ketiga, pengembangan LKM yang disesuaikan
dengan RPP yang telah direvisi yaitu terdapat format panduan yang dapat membantu
mahasiswa untuk menyusun rancangan kegiatan. LKM memuat adanya kompetensi dasar;
tujuan pembelajaran; bab pendahuluan yang memuat bacaan yang berhubungan dengan
materi pembelajaran; adanya kolom-kolom yang dapat digunakan untuk merumuskan
permasalahan, membuat hipotesis, menyusun rancangan dan cara kerja percobaan,
menuliskan tujuan percobaan, alat dan bahan percobaan serta kolom untuk membuat hasil
karya.
3. Validasi Ahli
Validasi desain produk dilakukan meliputi validasi susunan atau kontruksi
(construct validation) dan validasi isi (content validation). Validasi susunan (construct)
dilakukan oleh Dr. Budiyono Saputro, M.Pd., aspek yang dinilai pada validasi susunan
adalah validasi Silabus meliputi kesesuaian perumusan standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator; relevansi materi dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator; kesesuaian perumusan pengalaman belajar; pemilihan media atau sumber
belajar; pengembangan alat penilian pembelajaran; rincian alokasi waktu dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator; penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Validasi RPP yaitu: pertama validasi isi RPP meliputi: perumusan tujuan pembelajaran
yang berisi kejelasan rumusan, kelengkapan cakupan indikator, kejelasan penjenjangan
indikator dan kesesuaian perumusan dengan kompetensi dasar; pemilihan dan
pengorganisasian materi ajar meliputi kesesuaian tujuan pemebelajaran, karakteristik
peserta didik, keruntutan sistematika materi dan kesesuaian alokasi waktu; pemilihan
sumber belajar atau media pembelajaran meliputi kesesuaian sumber belajar atau media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan karakteristik peserta
didik; metode pembelajaran meliputi kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan
tujuan dan materi pembelajaran, kesesuaian alokasi waktu dengan tahap pembelajaran;
penilaian hasil belajar meliputi kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran,
kejelasan prosedur penilaian dan kelengkapan instrumen (soal, kunci jawaban dan
pedoman penskoran); kedua adalah kisi-kisi soal meliputi: ranah materi yaitu kesesuian
butir soal dan isi materi dengan indikator, kesesuaian isi materi yang ditanyakan dengan

jenjang pendidikan, jenis sekolah dan tingkat pendidikan; ranah konstruksi yaitu pokok
soal dirumuskan dengan jelas dan tegas, tidak memberikan petunjuk atau mengarah pada
jawaban yang benar dan mengandung pernyataan tegas dan wacana, gambar benar-benar
berfungsi, serta antar butir soal tidak bergantung satu dengan yang lain; ranah bahasa
meliputi rumusan kalimat yang komunikatif, penggunaan bahasa yang baik dan benar,
perumusan kalimat yang tidak menimbulkan penafsiran ganda, penggunaan kata kerja yang
umum dan rumusan soal yang tidak mengandung kata-kata yang menyinggung perasaan
peserta didik; ketiga adalah matrik observasi kinerja mahasiswa meliputi: kesesuaian
aspek yang diamati dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil
belajar; aspek yang diamati mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor; aspek yang
dinilai mudah diamati; kesesuian aspek yang diamati dengan penskoran dan dapat
disimpulkan dengan rata-rata skor; kriteria kemampuan yang diukur tidak terlalu banyak;
aspek yang diamati dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat diulang penilaiannya;
kesesuian urutan aspek dengan kriteria penilaian dan relevansi kriteria penilaian dengan
kriteria penilaian yang sudah dibuat orang di lapangan. Validasi Lembar Kerja
Mahasiswa (LKM) meliputi: format penilaian LKM mengenai cakupan dan keterbacaan
LKM; pertanyaan dalam LKM mengenai ketercapaian tujuan dan bahasa yang digunakan;
pelaksanaan LKM meliputi kesesuaian prosedur pelaksaan percobaan dengan pembelajaran
dan keterbacaan. Hasil validasi adalah 97,82 dengan keterangan validasi Layak Digunakan.
Validasi isi (content) dilakukan oleh dr. Andriani Tri.S, M.Sc. Sp.PK. Validasi isi meliputi:
kesesuian materi dengan indikator; kesesuaian materi dengan karakter pesesrta didik;
kedalaman materi mengenai analisis enzim; kebenaran konsep mengenai analisis enzim,
kesesuaian butir soal dengan indikator; kesesuaian isi materi yang ditanyakan pada soal
dengan jenjang pendidikan, perguruan tinggi dan tingkatan kelas mahasiswa; penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Hasil validasi kedua diperoleh nilai rerata 100 dengan
keterangan validasi Layak Digunakan.
4. Revisi Produk
Berdasarkan validasi desain produk yang dilakukan oleh validator construct maka
diberikan beberapa saran yaitu menyertakan media dalam penyusunan silabus dan
memunculkan SAVI pada penyusunan RPP dan LKM. Sedangkan validator content
memberikan saran meliputi judul isi materi agar lebih spesifik pada satu organ saja
sehingga pembahasan materi tidak meluas; pada cara kerja menyesuaikan prosedur yang
terdapat dalam reagen dan menghilangkan materi analisis enzim CKMB (Creatine Kinase
Myocardial Band) karena enzim ini berasal dari organ yang berbeda yaitu dari jantung.
Selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator
construct dan content. Hasil perbaikan desain produk kemudian dilakukan uji coba produk
secara terbatas.
5. Uji Coba Terbatas
Uji coba produk dilakukan dengan cara mengimplementasikan desain produk
terhadap 21 mahasiswa di AAK Nasional Surakarta. Uji coba dilakukan selama 8
pertemuan yang berlangsung pada Mei 2013. Pada uji terbatas tersebut didapatkan hasil
yang tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Evaluasi Kemampuan Kognitif, Afektif dan Psikomotor Pada Proses
Kegiatan Uji Coba Produk Secara Terbatas
Aspek Kemampuan
Nilai Rerata
Kognitif

72,49

Afektif

78,04

Psikomotor

77,07

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aspek kemampuan kognitif mahasiswa
memperoleh nilai rerata 72,49; kondisi ini menunjukkan bahwa indikator kegiatan
pembelajaran tercapai dengan baik. Kemampuan aspek afektif mahasiswa pada setiap
pertemuan memperoleh nilai rerata 78,04; ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa
dalam bersikap ilmiah selama kegiatan pemelajaran berlangsung mendapatkan nilai yang
baik. Pada aspek kemampuan Psikomotor mahasiswa diperoleh nilai rerata 77,07; ini
menunjukkan bahwa kemampuan psikomotor mahasiswa dalam melakukan seluruh
kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Pada kegiatan pembelajaran juga
dilakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan sintaks PBL yang dipadu dengan SAVI
yang dilakukan oleh observer sekaligus praktisi. Hasil penilaian dari praktisi tersaji pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran Oleh Praktisi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Elemen yang Dinilai
Silabus
RPP
Kisi-kisi soal
LKM
Lembar kinerja mahasiswa
Isi materi
Rerata

Nilai
96,88
97,06
100
100
100
96,43
98,40

Selain penilaian juga diberikan masukan terhadap alokasi waktu yang dirasa masih kurang.
6. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan sesuai dengan masukan yang diberikan, yaitu pada alokasi
waktu yang harus ditambahkan agar kegiatan diskusi mahasiswa lebih terakomodir.
Penambahan waktu diberikan pada perangkat pembelajaran. Penambahan alokasi waktu
diberikan berkisar 10 menit.
IV.

Simpulan
Berdasarkan hasil uji terbatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa setelah dilakukan implementasi
perangkat pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dipadu dengan pendekatan
SAVI pada materi analisis enzim hati.
V. Daftar Pustaka
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.

Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan. (2010). Pusat pendidikan Nakes
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.
Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook : Penduan Kreatif Dan Efektif
Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan. New York: McGraw-Hill.
Nur, M. (2011). Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains Dan
Matematika Sekolah UNESA.
Silviani, Y. (2013). Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching
Dengan Teknik Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau Dari
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Tesis S2 Program Studi
Pendidikan Sains UNS. Surakarta. (Tidak diterbitkan).
Sacher, R.A & McPherson, R.A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: EGC.
Toharudin, U. & Hernawati, S. & Rustaman,H.A. (2011). Membangun Literasi Sains.
Jakarta: Humaniora.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi : kuasi eksperimen di MAN Mauk Kabupaten Tangerang

1 12 0

REDESIGN PEMBELAJARAN KONSEP USAHA BERBASIS LEARNING COMMUNITY | - | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 4946 10831 1 SM

0 0 3

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKURIKULUM 2013 | Hamdu | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 9861 20984 1 SM

0 0 6

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA KULIAH KONSEP SAINS II | Aprilia | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 9855 20972 1 SM

0 0 8

PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SENYAWA HIDROKARBON DAN TURUNANNYA KELAS XI SMK KESEHATAN NGAWI | Febriana | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 5065 11078 1 SM

0 0 10

PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PENCEMARAN UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMA NEGERI 1 KARANGANYAR | Primarinda | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains)

0 0 11

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL DAN LITERASI SAINS PADA SISWA KELAS X SMA KRISTEN 1 SURAKARTA | Puspitarini | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 5062 11072 1 SM

0 1 9

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA KELAS X SMAN 2 MEJAYAN | Susdarwati | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 9817 20896 1 SM

0 1 10

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA | Rokhim | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 9833 20927 1 SM

0 0 8

PENDEKATAN SPICES DAN PROBLEM BASED LEAR

0 0 1