Perpres Nomor 91 Tahun 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 91 TAHUN 2017
TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a.

bahwa

perkembangan

jumlah,

penyebaran,


skala,

maupun efisiensi kegiatan usaha merupakan penentu
utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja, pengurangan kemiskinan serta ketimpangan antar
daerah maupun antar kelompok pendapatan;
b.

bahwa

perizinan

berusaha

yang

diterbitkan

oleh


kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk
memulai, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan
usaha, perlu ditata kembali agar menjadi pendukung
dan bukan sebaliknya menjadi hambatan perkembangan
kegiatan usaha;
c.

bahwa penataan kembali sebagaimana dimaksud dalam
huruf

b,

diwujudkan

dalam

bentuk

pelayanan,


pengawalan (end to end), dan peran aktif penyelesaian
hambatan pelaksanaan berusaha melalui pembentukan
Satuan Tugas pada tingkat nasional, kementerian/
lembaga, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota;
d.

bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan berusaha
di kawasan ekonomi khusus, kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas, kawasan industri, dan/atau
kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist);
e.bahwa ...

-2 -

e.

bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut perlu diatur
dan


ditetapkan

kembali

kementerian/lembaga,
kabupaten/kota,

standar

daerah

melalui

pelayanan

provinsi,

reformasi

dan


pada
daerah

peraturan

yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan usaha;
f.

bahwa

untuk

pelayanan

mempercepat

untuk


dan

berusaha

mempermudah

perlu

menerapkan

penggunaan teknologi informasi melalui Sistem Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission);
g.

bahwa

berdasarkan


pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha;

Mengingat

: 1.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2.

Undang-Undang

Nomor


36

Tahun

2000

tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang

Nomor

Perdagangan

1

Bebas

Tahun

dan

2000

tentang

Pelabuhan

Kawasan

Bebas

Menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007
tentang


Penetapan

Peraturan

Undang-Undang

Nomor

Perubahan

Undang-Undang

atas

2000tgtentang

Penetapan

1


Pemerintah
Tahun

Pengganti

2007

Nomor

Peraturan

36

tentang
Tahun

Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Kawasan ...

-3 -

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Menjadi

Undang-Undang

Menjadi

Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4775);
3.

Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2007

tentang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
4.

Undang-Undang

Nomor

10

Tahun

2009

tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
5.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5066);

6.

Undang-Undang

Nomor

3

Tahun

2014

tentang

Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
7.

Undang-Undang
Pemerintahan

Nomor
Daerah

23

Tahun

(Lembaran

2014

Negara

tentang
Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pe
emerintaPemerintahan ...

-4 -

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN

PRESIDEN

TENTANG

PERCEPATAN

PELAKSANAAN BERUSAHA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1.

Satuan Tugas adalah satuan tugas yang dibentuk untuk
meningkatkan

pelayanan,

pengawalan,

penyelesaian

hambatan, penyederhanaan, dan pengembangan sistem
online dalam rangka percepatan pelaksanaan perizinan
berusaha

termasuk

bagi

usaha

mikro,

kecil,

dan

menengah setelah mendapatkan persetujuan penanaman
modal.
2.

Perizinan Berusaha adalah persetujuan yang diperlukan
Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha
dan

diberikan

dituangkan

dalam

dalam

bentuk

bentuk

persetujuan

yang

surat/keputusan

atau

pemenuhan persyaratan (checklist).
3.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang

memegang

kekuasaan

pemerintahan

negara

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Keputusan ...

-5 -

4.

Keputusan Berbentuk Elektronis adalah keputusan yang
dibuat atau disampaikan dengan menggunakan atau
memanfaatkan media elektronik.

5.

Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan
usaha

yang

mengajukan

permohonan

penerbitan

Perizinan Berusaha untuk kegiatan berusaha.
6.

Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai

pedoman

penyelenggaraan

pelayanan

oleh

pemerintah yang memuat ketentuan mengenai pelaku
usaha yang berhak, persyaratan, prosedur penyelesaian,
dan jangka waktu penyelesaian.
7.

Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkat
KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang

ditetapkan

untuk

menyelenggarakan

fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
8.

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang
selanjutnya disingkat KPBPB adalah suatu kawasan
yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean
sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
dan cukai.

9.

Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri.

10. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya
disingkat KSPN adalah kawasan strategis pariwisata
sebagaimana …

-6 -

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
11. Pelayanan

Terpadu

Satu

Pintu

yang

selanjutnya

disingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi
dalam

satu

kesatuan

proses

dimulai

dari

tahap

permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk
pelayanan melalui satu pintu.
12.

PTSP Pusat adalah pelayanan terkait penanaman modal
yang

menjadi

kewenangan

Pemerintah

Pusat

diselenggarakan secara terintegrasi dalam satu kesatuan
proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan
tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu
di Badan Koordinasi Penanaman Modal.
13. PTSP KEK adalah PTSP yang diselenggarakan oleh
administrator KEK.
14. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi yang selanjutnya disingkat DPMPTSP
Provinsi adalah penyelenggara PTSP di provinsi.
15. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu

Kabupaten/Kota

yang

selanjutnya

disingkat

DPMPTSP Kabupaten/Kota adalah penyelenggara PTSP
di kabupaten/kota.

Pasal 2
(1)

Percepatan Pelaksanaan Berusaha dilakukan dalam 2
(dua) tahap, yaitu:
a.

Tahap Kesatu, yaitu:
1.

pengawalan

dan

penyelesaian

hambatan

melalui pembentukan Satuan Tugas;
2. pelaksanaan …

-7 -

2.

pelaksanaan Perizinan Berusaha dalam bentuk
pemenuhan

persyaratan

(checklist)

yang

dilakukan di KEK, KPBPB, Kawasan Industri,
dan KSPN; dan
3.

pelaksanaan

Perizinan

Berusaha

dengan

menggunakan data sharing dan penyampaiangyang
tidak berulang yang dilakukan di luar KEK,
KPBPB, Kawasan Industri, dan KSPN;
b.

Tahap Kedua, yaitu:
1.

pelaksanaan

reformasi

peraturan

Perizinan

Berusaha; dan
2.

penerapan

Sistem

Perizinan

Berusaha

Terintegrasi secara elektronik (Online Single
Submission).
(2)

Pelaksanaan tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan secara bersamaan.

BAB II
TAHAP KESATU
Bagian Kesatu
Satuan Tugas

Pasal 3
(1)

Untuk

meningkatkan

penyelesaian

pelayanan,

hambatan,

pengawalan,

penyederhanaan,

dan

pengembangan sistem online dalam rangka percepatan
penyelesaian

Perizinan

Berusaha

dibentuk

Satuan

Tugas.
(2)

Satuan Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Satuan …

-8 -

a.

Satuan Tugas Nasional;

b.

Satuan Tugas Kementerian/Lembaga;

c.

Satuan Tugas Provinsi; dan

d.

Satuan Tugas Kabupaten/Kota.

Bagian Kedua
Satuan Tugas Nasional

Pasal 4
(1)

Satuan Tugas Nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf a mempunyai tugas sebagai
berikut:
a.

mengembangkan kebijakan peningkatan pelayanan,
pengawalan,

penyelesaian

hambatan,

penyederhanaan, dan pengembangan sistem online
dalam rangka percepatan penyelesaian Perizinan
Berusaha;
b.

menetapkan

prioritas

penyelesaian

Perizinan

Berusaha sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c.

melakukan

penyelesaian

atas

hambatan

pelaksanaan Perizinan Berusaha yang disampaikan
oleh Satuan Tugas Kementerian/Lembaga, Satuan
Tugas Provinsi, Satuan Tugas Kabupaten/Kota,
dan/atau Pelaku Usaha;
d.

menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai
Perizinan Berusaha yang tidak diselesaikan oleh
menteri/kepala

lembaga,

gubernur,

dan/atau

bupati/walikota; dan
e.

membentuk

layanan

pengaduan

dalam

rangka

percepatan penyelesaian Perizinan Berusaha.
(2) Susunan …

-9 -

(2)

Susunan keanggotaan Satuan Tugas Nasional sebagai
berikut:
Ketua

: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

Anggota

: 1.

Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;

2.

Menteri

Koordinator

Bidang

Koordinator

Bidang

Kemaritiman;
3.

Menteri

Pembangunan

Manusia

dan

Kebudayaan;
4.

Menteri Dalam Negeri;

5.

Menteri Keuangan;

6.

Menteri

Hukum

dan

Hak

Asasi

Manusia;
7.

Menteri Komunikasi dan Informatika;

8.

Menteri Sekretaris Negara;

9.

Menteri

Pendayagunaan

Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi;
10. Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
11. Sekretaris Kabinet; dan
12. Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal.
Sekretaris : Sekretaris

Kementerian

Koordinator

Bidang Perekonomian
(3)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Satuan

Tugas

Nasional

melaporkan

pelaksanaan

tugasnya kepada Presiden secara berkala pada minggu
kedua

setiap

bulan

atau

sewaktu-waktu

apabila

diperlukan.
(4) Satuan ...

- 10 -

(4)

Satuan Tugas Nasional dalam pelaksanaan tugasnya
dibantu oleh Tim Pelaksana.

(5)

Pada Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Satuan Tugas Nasional membentuk klinik-klinik
untuk

memfasilitasi

percepatan

penyelesaian

pelaksanaan berusaha.
(6)

Tugas dan keanggotaan Tim Pelaksana ditetapkan oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Satuan Tugas Nasional.

Pasal 5
(1)

Satuan Tugas Nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal

4

secara

administratif

berkedudukan

di

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
(2)

Untuk membantu pelaksanaan tugas Satuan Tugas
Nasional dibentuk Manajemen Pelaksana oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Satuan
Tugas Nasional.

(3)

Manajemen Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berkedudukan di Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian

yang

dikoordinasikan

oleh

Sekretaris

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Pasal 6
(1)

Dalam rangka pelaksanaan tugas Manajemen Pelaksana,
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat merekrut tenaga ahli perseorangan dan/atau
badan usaha sesuai dengan kebutuhan.
(2) Perekrutan …

- 11 -

(2)

Perekrutan tenaga ahli perseorangan dan/atau badan
usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Tahun

Anggaran

2017

dapat

dilakukan

melalui

penunjukan langsung.
(3)

Prosedur penunjukan langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 7
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Satuan Tugas Nasional, Tim Pelaksana dan Manajemen
Pelaksana dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja

Negara

Kementerian

Koordinator

Bidang

Perekonomian dan sumber pendanaan lainnya yang sah.
Bagian Ketiga
Satuan Tugas Kementerian/Lembaga
Pasal 8
(1)

Setiap

kementerian/lembaga

kewenangan

Perizinan

yang

Berusaha

mempunyai

sesuai

dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, membentuk
Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b.
(2)

Satuan Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berfungsi sebagai:
a. utama (leading) dalam hal Perizinan Berusaha merupakan
kewenangan menteri/kepala lembaga yang bertanggung
jawab untuk melakukan pembinaan, pengembangan usaha,
dan pelayanan Perizinan Berusaha pada sektor yang menjadi
kewenangan menteri/kepala lembaga tersebut; dan/atau
b. pendukung ...

- 12 -

b. pendukung

(supporting)

dalam

hal

Perizinan

Berusaha merupakan kewenangan menteri/kepala
lembaga

yang

Berusaha

memberikan

yang

lembaga

lainnya,

bupati/walikota
(leading)

diperlukan

dalam

yang

pelayanan
oleh

menteri/kepala

gubernur,
berfungsi

rangka

Perizinan

dan/atau

sebagai

menerbitkan

utama

Perizinan

Berusaha.
(3)

Satuan Tugas Kementerian/Lembaga yang berfungsi
sebagai utama (leading), mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. melakukan inventarisasi seluruh Perizinan Berusaha
sektor masing-masing, baik yang perizinannya berada
dalam

lingkup

menteri/kepala

lembaga

maupun

perizinan terkait yang berada di luar menteri/kepala
lembaga;
b. melakukan

pengawalan,

pemantauan,

dan

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha di
sektornya (end to end);
c.

melakukan peningkatan pelayanan seluruh Perizinan
Berusaha di sektornya (end to end);

d. menyampaikan kepada Satuan Tugas Nasional atas
hambatan penyelesaian Perizinan Berusaha yang
tidak ditindaklanjuti oleh menteri/kepala lembaga
lainnya, gubernur, dan/atau bupati/walikota; dan
e. membentuk

layanan

pengaduan

dalam

rangka

percepatan penyelesaian Perizinan Berusaha.
(4)

Satuan Tugas Kementerian/Lembaga yang berfungsi
sebagai utama (leading) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a mencakup:
a. Kementerian ...

- 13 -

a.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

b.

Kementerian Pertanian;

c.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

d.

Kementerian

Pekerjaan

Umum

dan

Perumahan

Rakyat;
e.

Kementerian Kelautan dan Perikanan;

f.

Kementerian Kesehatan;

g.

Kementerian Perindustrian;

h.

Kementerian Perdagangan;

i.

Kementerian Perhubungan;

j.

Kementerian Komunikasi dan Informatika;

k.

Kementerian Keuangan;

l.

Kementerian Pariwisata;

m.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; dan

n.

kementerian/lembaga lainnya yang ditetapkan oleh
Satuan Tugas Nasional.

(5)

Satuan Tugas Kementerian/Lembaga yang berfungsi
sebagai

pendukung

(supporting),

mempunyai

tugas

pemantauan,

dan

sebagai berikut:
a.

melakukan

pengawalan,

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangannya yang diperlukan oleh
menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/
walikota yang berfungsi sebagai utama (leading);
b.

melakukan

peningkatan

pelayanan

dan

penyederhanaan Perizinan Berusaha yang menjadi
kewenangannya; dan

c. melakukan ...

- 14 -

c.

melakukan koordinasi dengan Satuan Tugas Nasional,
Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga, Satuan Tugas

Provinsi, dan/atau Satuan Tugas Kabupaten/ Kota
yang berfungsi sebagai utama (leading).
Pasal 9
(1)

Susunan

keanggotaan

Satuan

Tugas

Kementerian/

Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
terdiri atas seorang ketua, sekretaris, dan anggota yang
ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga.
(2)

Ketua Satuan Tugas Kementerian/Lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh pejabat eselon I
(jabatan pimpinan tinggi madya).

(3)

Ketua Satuan Tugas Kementerian/Lembaga merupakan:
a.

penanggung jawab penyelesaian Perizinan Berusaha
di kementerian/lembaga; dan

b.

penghubung dengan Satuan Tugas Nasional, Satuan
Tugas

Provinsi,

dan/atau

Satuan

Tugas

Kabupaten/Kota.
(4)

Menteri/kepala
kepada

Ketua

lembaga
Satuan

memberikan
Tugas

kewenangan

Kementerian/Lembaga

untuk dan atas nama menteri/kepala lembaga dalam
mengambil

langkah-langkah

penyelesaian

hambatan

percepatan

Perizinan

dan

Berusaha

di

kementerian/lembaga.
(5)

Menteri/kepala

lembaga

menyampaikan

laporan

pelaksanaan tugas Satuan Tugas Kementerian/Lembaga
kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Satuan Tugas Nasional pada minggu pertama
setiap bulan.

Pasal ...

- 15 -

Pasal 10
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Satuan Tugas Kementerian/Lembaga dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kementerian/
lembaga, dan sumber pendanaan lainnya yang sah.
Bagian Keempat
Satuan Tugas Provinsi

Pasal 11
(1)

Setiap

provinsi

membentuk

Satuan

Tugas

Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c.
(2)

Satuan Tugas Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berfungsi sebagai:
a. utama

(leading)

dalam

hal

Perizinan

Berusaha

merupakan kewenangan gubernur dan dilakukan
oleh gubernur bersangkutan; dan/atau
b. pendukung (supporting) dalam hal perizinan yang
menjadi

kewenangan

gubernur

bersangkutan

diperlukan oleh menteri/kepala lembaga dan/atau
bupati/walikota

yang

berfungsi

sebagai

utama

(leading) untuk menerbitkan Perizinan Berusaha.
(3)

Satuan Tugas Provinsi yang berfungsi sebagai utama
(leading), mempunyai tugas sebagai berikut:
a.

melakukan inventarisasi seluruh perizinan yang
diperlukan

sebagai

persyaratan

dari

Perizinan

Berusaha yang menjadi kewenangan gubernur;
b.

melakukan

pengawalan,

pemantauan,

dan

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangan gubernur (end to end);
c. melakukan ...

- 16 -

c.

melakukan
Perizinan

peningkatan
Berusaha

pelayanan

yang

menjadi

seluruh

kewenangan

gubernur (end to end);
d.

menyampaikan kepada Satuan Tugas Nasional atas
hambatan penyelesaian Perizinan Berusaha yang
tidak ditindaklanjuti oleh menteri/kepala lembaga
dan/atau bupati/walikota; dan

e.

membentuk

layanan

pengaduan

dalam

rangka

percepatan penyelesaian Perizinan Berusaha.
(4)

Satuan

Tugas

pendukung

Provinsi

(supporting),

yang

berfungsi

mempunyai

sebagai

tugas

sebagai

berikut:
a.

melakukan

pengawalan,

pemantauan,

dan

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha
yang

menjadi

diperlukan

kewenangan

oleh

bupati/walikota

gubernur

menteri/kepala
yang

yang

lembaga

dan

berfungsi

sebagai

utama

dengan

Satuan

Tugas

(leading); dan
b.

melakukan

koordinasi

Nasional,

Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga,

dan/atau

Satuan

Tugas

Kabupaten/Kota

yang

berfungsi sebagai utama (leading).
Pasal 12
(1)

Susunan

keanggotaan

Satuan

Tugas

Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) terdiri
atas

seorang

ketua,

sekretaris,

dan

anggota

yang

ditetapkan oleh gubernur.
(2)

Ketua Satuan Tugas Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dijabat oleh sekretaris gubernur.

(3)

Ketua Satuan Tugas Provinsi merupakan:
a. penanggung …

- 17 -

a.

penanggung jawab penyelesaian Perizinan Berusaha
di daerah provinsi; dan

b.

penghubung dengan Satuan Tugas Nasional, Satuan
Tugas

Kementerian/Lembaga,

dan/atau

Satuan

Tugas Kabupaten/Kota.
(4)

Gubernur

memberikan

kewenangan

kepada

Ketua

Satuan Tugas Provinsi untuk dan atas nama gubernur
dalam

mengambil

langkah-langkah

percepatan

dan

penyelesaian hambatan Perizinan Berusaha di daerah
provinsi.
(5)

Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan Perizinan
Berusaha di provinsi dan pelaksanaan tugas Satuan
Tugas Provinsi

kepada

Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian selaku Ketua Satuan Tugas Nasional pada
minggu pertama setiap bulan.

Pasal 13
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Satuan

Tugas

Provinsi

dibebankan

kepada

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi bersangkutan, dan
sumber pendanaan lainnya yang sah.

Bagian Kelima
Satuan Tugas Kabupaten/Kota
Pasal 14
(1)

Setiap

daerah

kabupaten/kota

membentuk

Satuan

Tugas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf d.
(2)

Satuan Tugas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berfungsi sebagai:
a. utama ...

- 18 -

a. utama

(leading)

merupakan

dalam

hal

kewenangan

dilakukan

oleh

Perizinan

Berusaha

bupati/walikota

bupati/walikota

dan

bersangkutan;

dan/atau
b. pendukung (supporting) dalam hal perizinan yang
menjadi

kewenangan

bersangkutan

daerah

diperlukan

oleh

kabupaten/kota
menteri/kepala

lembaga dan/atau gubernur yang berfungsi sebagai
utama

(leading)

untuk

menerbitkan

Perizinan

Berusaha.
(3)

Satuan Tugas Kabupaten/Kota yang berfungsi sebagai
utama (leading), mempunyai tugas sebagai berikut:
a.

melakukan inventarisasi seluruh perizinan yang
diperlukan

sebagai

berusaha

persyaratan

yang

dari

menjadi

perizinan

kewenangan

bupati/walikota;
b.

melakukan

pengawalan,

pemantauan,

dan

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangan bupati/walikota (end to
end);
c.

melakukan
Perizinan

peningkatan
Berusaha

yang

pelayanan
menjadi

seluruh

kewenangan

bupati/walikota (end to end);
d.

menyampaikan kepada Satuan Tugas Nasional atas
hambatan penyelesaian Perizinan Berusaha yang
tidak ditindaklanjuti oleh menteri/kepala lembaga
dan/atau gubernur; dan

e.

membentuk

layanan

pengaduan

dalam

rangka

percepatan penyelesaian Perizinan Berusaha.

(4) Satuan ...

- 19 -

(4)

Satuan Tugas Kabupaten/Kota yang berfungsi sebagai
pendukung

(supporting),

mempunyai

tugas

sebagai

berikut:
a.

melakukan

pengawalan,

pemantauan,

dan

penyelesaian hambatan atas Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangan bupati/walikota yang
diperlukan

oleh

menteri/kepala

lembaga

dan

gubernur yang berfungsi sebagai utama (leading);
dan
b.

melakukan
Nasional,

koordinasi
Satuan

dengan

Tugas

Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga,

dan/atau Satuan Tugas Provinsi yang berfungsi
sebagai utama (leading).

Pasal 15
(1)

Susunan keanggotaan Satuan Tugas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) terdiri
atas

seorang

ketua,

sekretaris,

dan

anggota

yang

ditetapkan oleh bupati/walikota.
(2)

Ketua

Satuan

Tugas

Kabupaten/Kota

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh sekretaris daerah
kabupaten/kota.
(3)

Ketua Satuan Tugas Kabupaten/Kota merupakan:
a.

penanggung jawab penyelesaian Perizinan Berusaha
di daerah kabupaten/kota; dan

b.

penghubung dengan Satuan Tugas Nasional, Satuan
Tugas

Kementerian/Lembaga,

dan/atau

Satuan

Tugas Provinsi.

(4) Bupati ...

- 20 -

(4)

Bupati/walikota memberikan kewenangan kepada Ketua
Satuan Tugas Kabupaten/Kota untuk dan atas nama
bupati/walikota
percepatan

dan

dalam

mengambil

penyelesaian

langkah-langkah

hambatan

Perizinan

Berusaha di daerah kabupaten/kota.
(5)

Bupati/walikota menyampaikan laporan pelaksanaan
Perizinan Berusaha di daerah kabupaten/kota dan
pelaksanaan

tugas

Satuan

Tugas

Kabupaten/Kota

kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Satuan Tugas Nasional, dengan tembusan kepada
Satuan Tugas Provinsi pada minggu pertama setiap
bulan.

Pasal 16
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Satuan Tugas Kabupaten/Kota dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan sumber
pendanaan lainnya yang sah.

Bagian Keenam
Percepatan Perizinan Berusaha di Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 17
Administrator/PTSP KEK melaksanakan percepatan Perizinan
Berusaha di KEK dalam bentuk pemenuhan persyaratan
(checklist).
Pasal 18
(1)

Pelaku Usaha mengajukan Perizinan Berusaha kepada
Administrator/PTSP

KEK

untuk

mendapatkan

pendaftaran penanaman modal serta:

a. Akta ...

- 21 -

a.

Akta Pendirian Badan Usaha dan Pengesahannya
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(2)

b.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c.

Tanda Daftar Perusahaan;

d.

Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);

e.

Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);

f.

Angka Pengenal Impor (API); dan

g.

Akses Kepabeanan.

Pengajuan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

sekaligus

pengajuan

permohonan

penerbitan perizinan yang diperlukan, dalam bentuk
komitmen pemenuhan persyaratan (checklist), berupa:
a.

perizinan dalam rangka konstruksi dan komersial,
yang mencakup paling sedikit:
1.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL);

2.

Sertifikat tanah; dan

3.

Teknis bangunan/Izin Mendirikan Bangunan
(IMB);

b.

Fasilitas dalam hal diperlukan, yaitu:
1.

fasilitas Pajak Penghasilan;

2.

fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah;

3.

fasilitas kepabeanan dan cukai;

4.

fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang;

5.

fasilitas dan kemudahan ketenagakerjaan;

6.

fasilitas

dan

kemudahan

keimigrasian;

dan/atau
7.

fasilitas dan kemudahan pertanahan.
(3) Pelaku ...

- 22 -

(3)

Pelaku Usaha mengisi dan menandatangani formulir
permohonan penerbitan perizinan yang diperlukan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) secara mandiri disertai dengan
komitmen dan jangka waktu pemenuhan persyaratan
yang harus dipenuhi.

(4)

Formulir permohonan yang disertai dengan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diregister oleh
Administrator/PTSP KEK.

(5)

Pendaftaran penanaman modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan register sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) merupakan Perizinan Berusaha sementara untuk
memulai kegiatan konstruksi dan berusaha.

(6)

Administrator/PTSP

KEK

melaporkan

pendaftaran

penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan register sebagaimana dimaksud pada (4) kepada
Satuan Tugas Nasional dan dalam hal dipandang perlu
dapat

menyampaikan

kepada

Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga dan Satuan Tugas Provinsi terkait.
(7)

Pelaku Usaha harus memulai pelaksanaan konstruksi
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak diregister
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(8)

Dalam hal Pelaku Usaha tidak memenuhi seluruh atau
sebagian

persyaratan

yang

dimuat

dalam

bentuk

pemenuhan persyaratan (checklist) dan komitmen waktu
penyelesaiannya

serta

belum

memulai

konstruksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Administrator/
PTSP KEK:
a.

memberikan teguran tertulis;

b.

memberikan

penangguhan

Perizinan

Berusaha

dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist);
c. memberikan ...

- 23 -

c.

memberikan perpanjangan waktu untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi;

(9)

d.

menghentikan kegiatan sementara; dan/atau

e.

mencabut Perizinan Berusaha sementara.

Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi seluruh
persyaratan yang dimuat dalam bentuk pemenuhan
persyaratan

(checklist),

Administrator/PTSP

KEK

menerbitkan Perizinan Berusaha.
(10) Pelaku Usaha dapat menyampaikan hambatan dalam
pelaksanaan percepatan berusaha di KEK kepada Satuan
Tugas Nasional dan dalam hal dipandang perlu dapat
menyampaikan

kepada

Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga dan Satuan Tugas Provinsi terkait
melalui layanan pengaduan.
(11) Pelaksanaan

komitmen

(checklist)

sebagaimana

dilakukan

berdasarkan

sesuai

dengan

pemenuhan
dimaksud
standar

ketentuan

persyaratan

pada

ayat

Perizinan

peraturan

(2)

Berusaha
perundang-

undangan.

Pasal 19
(1)

Dalam hal untuk pelaksanaan konstruksi dan komersial
masih diperlukan persyaratan teknis lainnya, Pelaku
Usaha

mengajukan

dimaksud

kepada

pemenuhan

persyaratan

kementerian/lembaga

teknis
melalui

Administrator/PTSP KEK.
(2)

Administrator/PTSP

KEK

melakukan

fasilitasi

penyelesaian perizinan teknis sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

secara

berkoordinasi

dengan

kementerian/lembaga.
Bagian …

- 24 -

Bagian Ketujuh
Percepatan Perizinan Berusaha di Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas

Pasal 20
PTSP

pada

KPBPB

melaksanakan

percepatan

Perizinan

Berusaha dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist).

Pasal 21
(1)

Perizinan

Berusaha

diajukan

kepada

Badan

Pengusahaan KPBPB sesuai dengan kewenangannya
untuk mendapatkan pendaftaran penanaman modal
serta:
a. Akta Pendirian Badan Usaha dan Pengesahannya
dari Kementerian Hukum dan HAM;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Tanda Daftar Perusahaan;
d. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
e. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
f. Angka Pengenal Impor (API); dan
g. Akses Kepabeanan.
(2)

Pengajuan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

sekaligus

pengajuan

permohonan

penerbitan Perizinan Berusaha yang diperlukan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist), berupa:
a.

perizinan dalam rangka konstruksi dan komersial,
yang mencakup paling sedikit:

1. Upaya ...

- 25 -

1.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKLUPL);

2.

sertifikat tanah;

3.

teknis bangunan/Izin Mendirikan Bangunan
(IMB); dan

4.

Izin Usaha sesuai dengan ketentuan sektor
usaha.

b.

fasilitas dalam hal diperlukan, yaitu:
1.

fasilitas Pajak Penghasilan;

2.

fasilitas dan kemudahan ketenagakerjaan;

3.

fasilitas

dan

kemudahan

keimigrasian;

dan/atau
4.
(3)

fasilitas dan kemudahan pertanahan.

Pelaku Usaha mengisi dan menandatangani formulir
permohonan penerbitan perizinan yang diperlukan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) secara mandiri disertai dengan
komitmen dan jangka waktu pemenuhan persyaratan
yang harus dipenuhi.

(4)

Formulir permohonan yang disertai dengan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diregister oleh
PTSP pada Badan Pengusahaan KPBPB.

(5)

Pendaftaran penanaman modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan register sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) merupakan Perizinan Berusaha sementara untuk
memulai kegiatan konstruksi dan berusaha.

(6) PTSP ...

- 26 -

(6)

PTSP pada Badan Pengusahaan KPBPB melaporkan
pendaftaran penanaman modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan register sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) kepada Satuan Tugas Nasional dan dalam hal
dipandang perlu dapat menyampaikan kepada Satuan
Tugas Kementerian/Lembaga dan Satuan Tugas Provinsi
terkait.

(7)

Pelaku Usaha harus memulai pelaksanaan konstruksi
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak diregister
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(8)

Dalam hal Pelaku Usaha tidak memenuhi seluruh atau
sebagian

persyaratan

yang

dimuat

dalam

bentuk

pemenuhan persyaratan (checklist) dan komitmen waktu
penyelesaiannya,

serta

belum

memulai

konstruksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (7), PTSP pada Badan
Pengusahaan KPBPB:
a.

memberikan teguran tertulis;

b.

memberikan

penangguhan

Perizinan

Berusaha

dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist);
c.

memberikan perpanjangan waktu untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi;

(9)

d.

menghentikan kegiatan sementara; dan/atau

e.

mencabut Perizinan Berusaha sementara.

Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi seluruh
persyaratan yang dimuat dalam bentuk pemenuhan
persyaratan (checklist), PTSP pada Badan Pengusahaan
KPBPB menerbitkan Perizinan Berusaha.

(10) Pelaku ...

- 27 -

(10) Pelaku Usaha dapat menyampaikan hambatan dalam
pelaksanaan percepatan berusaha di KPBPB kepada
Satuan Tugas Nasional dan dalam hal dipandang perlu
dapat

menyampaikan

kepada

Satuan

Tugas

Kementerian/Lembaga dan Satuan Tugas Provinsi terkait
melalui layanan pengaduan.
(11) Pelaksanaan

komitmen

(checklist)

sebagaimana

dilakukan

berdasarkan

sesuai

dengan

pemenuhan
dimaksud
standar

ketentuan

persyaratan

pada

ayat

Perizinan

peraturan

(2)

Berusaha
perundang-

undangan dan pendelegasian kewenangan Perizinan
Berusaha

dari

menteri/kepala,

gubernur,

dan/atau

bupati/walikota kepada Badan Pengusahaan KPBPB.
(12) Dalam

hal

kewenangan

Perizinan

Berusaha

belum

didelegasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (11),
Badan

Pengusahaan

KPBPB

melakukan

fasilitasi

penyelesaian Perizinan Berusaha secara berkoordinasi
dengan kementerian/lembaga, daerah provinsi, dan/atau
daerah kabupaten/kota.

Pasal 22
(1)

Dalam hal untuk pelaksanaan konstruksi dan komersial
masih diperlukan persyaratan teknis lainnya, Pelaku
Usaha

mengajukan

pemenuhan

persyaratan

teknis

dimaksud kepada kementerian/lembaga melalui Badan
Pengusahaan KPBPB.
(2)

Badan

Pengusahaan

KPBPB

melakukan

fasilitasi

penyelesaian perizinan teknis sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

secara

berkoordinasi

dengan

kementerian/lembaga.
Bagian …

- 28 -

Bagian Kedelapan
Percepatan Perizinan Berusaha di Kawasan Industri dan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Pasal 23
(1)

DPMPTSP

Provinsi

melaksanakan

atau

DPMPTSP

percepatan

kabupaten/kota

Perizinan

Berusaha

di

Kawasan Industri dan KSPN dalam bentuk pemenuhan
persyaratan (checklist).
(2)

Pelaksanaan

Percepatan

Perizinan

Berusaha

dalam

bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kesiapan
DPMPTSP

Provinsi

atau

DPMPTSP

kabupaten/kota

untuk penerapannya.

Pasal 24
(1)

Perizinan

Berusaha

DPMPTSP Provinsi,
sesuai

dengan

diajukan
atau

kepada

DPMPTSP

PTSP

Pusat,

Kabupaten/Kota

kewenangannya untuk mendapatkan

pendaftaran penanaman modal serta:
a. Akta Pendirian Badan Usaha dan Pengesahannya
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Tanda Daftar Perusahaan;
d. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
e. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
f. Angka Pengenal Impor (API); dan
g. Akses Kepabeanan.
(2) Pengajuan …

- 29 -

(2)

Pengajuan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada

ayat

(1)

sekaligus

pengajuan

permohonan

penerbitan Perizinan Berusaha yang diperlukan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist), berupa:
a.

perizinan dalam rangka konstruksi dan komersial,
yang mencakup paling sedikit:
1.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL);

2.

sertifikat tanah;

3.

teknis bangunan/Izin Mendirikan Bangunan
(IMB); dan

4.

Izin Usaha Industri (IUI) atau Tanda Daftar
Usaha Pariwisata (TDUP).

b.

fasilitas dalam hal diperlukan, yaitu:
1.

fasilitas Pajak Penghasilan;

2.

fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah;

3.

fasilitas kepabeanan dan/atau cukai;

4.

fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang;

5.

fasilitas dan kemudahan ketenagakerjaan;

6.

fasilitas

dan

kemudahan

keimigrasian;

dan/atau
7.
(3)

fasilitas dan kemudahan pertanahan.

Pelaku Usaha mengisi dan menandatangani formulir
permohonan penerbitan perizinan yang diperlukan dalam
bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) secara mandiri disertai dengan
komitmen dan jangka waktu pemenuhan persyaratan
yang harus dipenuhi.
(4) Formulir …

- 30 -

(4)

Formulir permohonan yang disertai dengan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diregister oleh
PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Provinsi,

atau

DPMPTSP

pada

ayat

Kabupaten/Kota.
(5)

Register

sebagaimana

merupakan

Perizinan

dimaksud
Berusaha

sementara

(4)

untuk

memulai kegiatan konstruksi dan berusaha.
(6)

PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Provinsi,

atau

DPMPTSP

Kabupaten/Kota melaporkan pendaftaran penanaman
modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan register
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada Satuan
Tugas Nasional dan dalam hal dipandang perlu dapat
menyampaikan kepada Satuan Tugas Kementerian/
Lembaga, Satuan Tugas Provinsi, dan/atau Satuan
Tugas Kabupaten/Kota terkait.
(7)

Pelaku Usaha harus memulai pelaksanaan konstruksi
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak diregister
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(8)

Dalam hal Pelaku Usaha tidak memenuhi seluruh atau
sebagian

persyaratan

yang

dimuat

dalam

bentuk

pemenuhan persyaratan (checklist) dan komitmen waktu
penyelesaiannya,

serta

belum

memulai

konstruksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (7), PTSP Pusat,
DPMPTSP Provinsi, atau DPMPTSP Kabupaten/Kota:
a.

memberikan teguran tertulis;

b.

memberikan

penangguhan

perizinan

berusaha

dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist);
c.

memberikan perpanjangan waktu untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi;

d.

menghentikan kegiatan sementara; dan/atau

e.

mencabut Perizinan Berusaha sementara.
(9) Dalam ...

- 31 -

(9)

Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi seluruh
persyaratan yang dimuat dalam bentuk pemenuhan
persyaratan (checklist), PTSP Pusat, DPMPTSP Provinsi,
atau DPMPTSP Kabupaten/Kota menerbitkan Perizinan
Berusaha.

(10) Pelaku Usaha dapat menyampaikan hambatan dalam
pelaksanaan percepatan berusaha di Kawasan Industri
dan KSPN kepada Satuan Tugas Nasional dan dalam hal
dipandang perlu dapat menyampaikan kepada Satuan
Tugas Kementerian/Lembaga, Satuan Tugas Provinsi,
dan/atau Satuan Tugas Kabupaten/Kota terkait melalui
layanan pengaduan.
(11) Pelaksanaan

komitmen

(checklist)

sebagaimana

dilakukan

berdasarkan

sesuai

dengan

pemenuhan
dimaksud
standar

ketentuan

persyaratan

pada

Perizinan

peraturan

ayat

(2)

Berusaha
perundang-

undangan.

Pasal 25
(1)

Dalam

hal

untuk

pelaksanaan

komersial

masih

diperlukan persyaratan teknis lainnya, Pelaku Usaha
mengajukan pemenuhan persyaratan teknis dimaksud
kepada

kementerian/lembaga

melalui

PTSP

Pusat,

DPMPTSP Provinsi, atau DPMPTSP Kabupaten/Kota.
(2)

PTSP

Pusat,

Kabupaten/Kota

DPMPTSP

Provinsi,

melakukan

atau

fasilitasi

DPMPTSP

penyelesaian

perizinan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang berkoordinasi dengan kementerian/lembaga.

Bagian ...

- 32 -

Bagian Kesembilan
Percepatan Perizinan Berusaha di luar Kawasan Ekonomi
Khusus, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,
Kawasan Industri, serta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Pasal 26
(1)

Pelaku Usaha mengajukan Perizinan Berusaha kepada
PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Kabupaten/Kota
permohonan

Provinsi,

dengan

yang

telah

atau

DPMPTSP

menyampaikan
diisi

dengan

formulir

benar

dan

melengkapi seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam
Perizinan Berusaha.
(2)

Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan 1 (satu) kali oleh Pelaku Usaha.

(3)

Dalam

hal

Perizinan

Berusaha

dari

kementerian/

lembaga belum didelegasikan kepada PTSP Pusat, Pelaku
Usaha mengajukan kepada unit kerja kementerian/
lembaga.
(4)

PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Provinsi,

atau

DPMPTSP

Kabupaten/Kota yang menerima permohonan Perizinan
Berusaha

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

menerbitkan Pendaftaran Penanaman Modal serta:
a. Akta Pendirian Badan Usaha dan Pengesahannya
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
c. Tanda Daftar Perusahaan.
(5)

Pendaftaran Penanaman Modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) digunakan untuk mendapatkan:

a. dokumen ...

- 33 -

a.

dokumen

yang

diperlukan

untuk

konstruksi

bangunan, yang mencakup paling sedikit: izin
lokasi, izin mendirikan bangunan, izin lingkungan,
analisa dampak lalu lintas, sertifikat laik fungsi,
teknis bangunan, Izin Usaha Industri (IUI), dan
perizinan sektor industri; dan/atau
b.

fasilitas dalam hal diperlukan, yaitu: perpajakan,
kepabeanan, cukai, dan fasilitas lainnya.

(6)

PTSP Pusat, unit kerja kementerian/lembaga, DPMPTSP
Provinsi, atau DPMPTSP Kabupaten/Kota melakukan
pemeriksaan persyaratan teknis dan kelengkapannya
paling lama 5 (lima) hari kerja.

(7)

Penyelesaian

dokumen

yang

diperlukan

untuk

konstruksi bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), dilakukan bersamaan melalui penggunaan data
secara bersama (data sharing).
(8)

Dalam hal persyaratan Pelaku Usaha telah lengkap dan
benar, PTSP Pusat, unit kerja kementerian/lembaga,
DPMPTSP Provinsi,

atau DPMPTSP

Kabupaten/Kota

memberikan tanda terima permohonan.
(9)

Dalam hal persyaratan Pelaku Usaha telah lengkap dan
benar, penerbitan Perizinan Berusaha dilakukan paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak tanda terima permohonan
diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (8).

(10) Dalam hal persyaratan Pelaku Usaha tidak lengkap
dan/atau

benar,

kementerian/lembaga,
DPMPTSP

PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Kabupaten/Kota

wajib

unit
Provinsi,

kerja
atau

memberitahukan

kepada
kepada ...

- 34 -

kepada Pelaku Usaha untuk melengkapi persyaratan
yang belum lengkap dan/atau benar dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanda terima
permohonan diterbitkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8).
(11) Pelaku Usaha segera melengkapi persyaratan yang belum
lengkap dan/atau benar sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) dan menyampaikan kepada PTSP Pusat, unit
kerja kementerian/lembaga, DPMPTSP Provinsi, atau
DPMPTSP Kabupaten/Kota.
(12) Dalam hal Pelaku Usaha telah melengkapi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10), PTSP Pusat, unit
kerja kementerian/lembaga, DPMPTSP Provinsi, atau
DPMPTSP Kabupaten/Kota memberikan tanda terima
kelengkapan persyaratan.
(13) Dalam hal Pelaku Usaha telah mendapatkan tanda terima
kelengkapan

persyaratan,

PTSP

Pusat,

unit

kerja

kementerian/lembaga, DPMPTSP Provinsi, atau DPMPTSP
Kabupaten/Kota wajib menerbitkan Perizinan Berusaha
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanda terima
diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (12).
(14) PTSP

Pusat,

DPMPTSP

Provinsi,

atau

DPMPTSP

Kabupaten/Kota melaporkan pendaftaran penanaman
modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (13) kepada Satuan Tugas Nasional dan

dalam hal

dipandang perlu dapat menyampaikan kepada Satuan
Tugas

Kementerian/Lembaga, Satuan Tugas Provinsi,

dan/atau Satuan Tugas Kabupaten/Kota terkait.
(15) Pelaku ...

- 35 -

(15) Pelaku Usaha dapat menyampaikan hambatan dalam
pelaksanaan percepatan berusaha di luar KEK, KPBPB,
Kawasan Industri, serta KSPN kepada Satuan Tugas
Nasional dan dalam hal dipandang perlu dapat menyampaikan kepada Satuan Tugas Kementerian/Lembaga,
Satuan

Tugas

Provinsi,

dan/atau

Satuan

Tugas

Kabupaten/Kota terkait melalui layanan pengaduan.
(16) Penggunaan
sebagaimana

data

secara

dimaksud

bersama

pada

(data

ayat

(7)

sharing)
dilakukan

berdasarkan standar Perizinan Berusaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27
(1)

PTSP Pusat, unit kerja kementerian/lembaga, DPMPTSP
Provinsi,

atau

DPMPTSP

Kabupaten/Kota

dapat

melaksanakan percepatan Perizinan Berusaha di luar
KEK, KPBPB, Kawasan Industri, dan KSPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dalam bentuk pemenuhan
persyaratan (checklist).
(2)

Pelaksanaan

percepatan

Perizinan

Berusaha

dalam

bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal:
a.

Perizinan

Berusaha

yang

tidak

membahayakan

keselamatan dan keamanan masyarakat;
b.

telah memiliki rencana detail tata ruang kabupaten/
kota atau rencana tata ruang kawasan strategis
daerah kabupaten/kota; dan/atau

c.

telah memiliki standar teknis yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(3) Ketentuan …

- 36 -

(3)

Ketentuan mengenai pelaksanaan percepatan Perizinan
Berusaha

dalam

bentuk

pemenuhan

persyaratan

(checklist) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
secara

mutatis

mutandis

terhadap

pelaksanaan

Percepatan Perizinan Berusaha di Kawasan Industri, dan
KSPN.
BAB III
TAHAP KEDUA

Bagian Kesatu
Reformasi Peraturan Perizinan Berusaha

Pasal 28
(1)

Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
melakukan

evaluasi

atas

seluruh

dasar

hukum

pelaksanaan proses Perizinan Berusaha yang merupakan
kewenangannya, termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan
menengah.
(2)

Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
pula

rekomendasi

penyempurnaan

atas

peraturan

perundang-undangan yang menjadi referensi atau dasar
hukum

penerbitan

Perizinan

Berusaha

yang

dilaksanakan oleh Satuan Tugas Nasional, Satuan Tugas
Kementerian/Lembaga, Satuan Tugas Provinsi, dan/atau
Satuan Tugas Kabupaten/Kota.
(3)

Berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/
walikota mengganti peraturan yang merupakan dasar
hukum pelaksanaan Perizinan Berusaha sebelumnya.

(4) Peraturan ...

- 37 -

(4)

Peraturan

pengganti

dasar

hukum

pelaksanaan

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat ketentuan:
a.

Standar

Pelayanan

Perizinan

Berusaha,

yang

mengatur mengenai, Pelaku Usaha yang dapat
mengajukan

permohonan,

penyampaian
prosedur

permohonan

penyelesaian,

persyaratan,

dan

dan

pendaftaran,

jangka

waktu

penyelesaian;
b.

biaya penerbitan Perizinan Berusaha dalam hal
dikenakan penerimaan negara bukan pajak atau
pajak daerah dan retribusi daerah;

c.

Perizinan Berusaha wajib diberikan setelah semua
persyaratan telah lengkap dan benar;

d.

layanan pengaduan Perizinan Berusaha; dan

e.

penerapan

teknologi

informasi

online

dalam

pelaksanaan Perizinan Berusaha dan Keputusan
Berbentuk Elektronis.
(5)

Peraturan

pengganti

dasar

hukum

pelaksanaan

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan dan diundangkan paling lambat 30 November
2017.
(6)

Peraturan

pengganti

dasar

hukum

pelaksanaan

Perizinan

Berusaha

yang

telah

diundangkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5), disampaikan oleh
menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
kepada Satuan Tugas Nasional paling lambat 5 (lima)
hari kerja sejak tanggal diundangkan.

(7) Peraturan ...

- 38 -

(7)

Peraturan

pengganti

dasar

hukum

pelaksanaan

Perizinan

Berusaha

yang

telah

diundangkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diumumkan
oleh

menteri/kepala

lembaga,

gubernur,

dan/atau

bupati/walikota kepada masyarakat melalui media cetak,
media elektronik, dan/atau media lainnya.

Pasal 29
(1)

Keputusan Berbentuk Elektronis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (4) huruf e memiliki kekuatan
hukum yang sama dengan Perizinan Berusaha yang
diterbitkan dalam bentuk tertulis dan berlaku sejak
diterimanya Perizinan Berusaha tersebut oleh Pelaku
Usaha.

(2)

Dalam hal penerbitan Perizinan Berusaha dalam bentuk
tertulis tidak disampaikan, maka yang berlaku adalah
penerbitan Perizinan Berusaha dalam bentuk Keputusan
Berbentuk Elektronis.

Pasal 30
(1)

Dalam rangka penyusunan peraturan menteri/kepala
lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(3),

Kementerian

Hukum

dan

Hak

Asasi

28 ayat
Manusia

memberikan asistensi teknik penyusunan rancangan
peraturan menteri/kepala lembaga.
(2)

Dalam rangka penyusunan peraturan daerah/peraturan
kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (3):

a. Kementerian ...

- 39 -

a.

Kementerian
bersama

Hukum

dengan

memberikan
rancangan

dan

Hak

Asasi

Kementerian

asistensi
peraturan

Dalam

teknik
daerah

Manusia
Negeri

penyusunan

atau

rancangan

peraturan kepala daerah; dan
b.

kementerian/lembaga

yang

kewenangannya

didelegasikan ke pemerintah daerah, memberikan
asistensi
rancangan

terhadap

materi

peraturan

yang

daerah

dimuat

atau

dalam

rancangan

peraturan kepala daerah.

Bagian Kedua
Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
(Online Single Submission)
Pasal 31
(1)

Seluruh Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangan
menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
wajib dilakukan melalui Sistem Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission).

(2)

Sistem

Perizinan

Elektronik

(Online

Berusaha
Single

Terintegrasi

Submission)

Secara

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan utama (single
reference) dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha yang
berlaku sepanjang belum diatur atau tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
(3)

Sistem

Perizinan

Elektronik

(Online

Berusaha
Single

Terintegrasi

Submission)

Secara

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan sistem
pelayanan pemerintahan yang telah ada, paling sedikit
mencakup ...

- 40 -

mencakup: Nomor Induk Kependudukan, pengesahan
pendirian

badan

usaha,

Indonesia

National

Single

Window, PTSP, dan sistem dari kementerian/lembaga
terkait lainnya.
Pasal 32
(1)

Pembangunan dan penerapan Sistem Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission)
sebagaimana

dimaksud

dalam

Pasal

31

ayat

(1)

dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Satuan
Tugas Nasional.
(2)

Sistem

Perizinan

Berusaha

Terintegrasi

Secara

Elektronik (Online Single Submission) mulai disusun
sejak diundangkannya Peraturan Presiden ini dan uji
coba dilaksanakan paling lambat 1 Januari 2018.
(3)

Sistem

Perizinan

Berusaha

Terintegrasi

Secara

Elektronik (Online Single Submission) dibuat dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
(4)

Sistem

Perizinan

Berusaha

Terintegrasi

Secara

Elektronik (Online Single Submission) beroperasi secara
bertahap dan dimulai pada tanggal 1 Maret 2018.
(5)

Dalam rangka operasional Sistem Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Satuan Tugas
Nasional

menetapkan

pengelola

Sistem

Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission).
(6)

Operasional dan pengelola Sistem Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission)
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dalam 1
(satu) gedung yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(7) Dalam ...

- 41 -

(7)

Dalam rangka pembangunan dan penerapan Sistem
Perizinan

Berusaha

Terintegrasi

Secara

Elektronik

(Online Single Submission), Menteri Komunikasi dan
Informatika:
a.

menyediakan

nama

laman

sistem

Perizinan

Berusaha terintegrasi; dan
b.

memberikan dukungan infra