S IND 1001030 Chapter5

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dari hasil penelitian
ini terkait dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Dari data yang didapat yaitu sebanyak 101 data abreviasi dalam ranah
kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, ditemukan 96 data jenis
abreviasi berupa singkatan dengan 10 pola pembentukan, yang terdiri dari 4
pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana
dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Data-data yang termasuk jenis
abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF,
ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV,
CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS,
DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV,
HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1,
IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC,
NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT,
UTI, VSD. Selain singkatan, juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim
sebanyak 4 data yang terdiri dari 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah

pembantukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola
baru. Data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa akronim adalah Ca,
AIDS, ISPA, dan TEN. Selain itu, ditemukan juga 1 data jenis abreviasi
berupa penggalan dengan pola baru, yaitu flu.
2. Pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan berupa nama-nama
penyakit dan virus ditemukan sebanyak 96 data dengan jenis abreviasi
singkatan yang terdiri atas 10 macam pola pembentukan. Pola pembentukan
tersebut terdiri atas 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan
menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Empat
macam pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan menurut
95
Silfi Pitriyanti, 2014
Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

96

Kridalaksana terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen
sebanyak 71 data, yaitu AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD,
CAD, CAH, CC, CF, CHD, CHF, CLL, DA, DADS, DBD, DCA, DIC, DLE,

DM, DMG, DS, DSS, FHF, GBS, GGA, GGK, HAV, HB, HBV, HF, HHD,
HIE, HIV, HNP, HSV, HTLV, IHD, IRDS, ISK, KDK, LBP, LN, LNH, MI,
MM, MS, MSA, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PFO, PH, PID, PJB, PMS,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TF, TIA, TN, UTI, VSD. Kedua,
pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi
dan preposisi, artikulasi dan kata sebanyak 4 data, yaitu BKB, CDH, PPHN,
dan TTN. Ketiga, pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga sebanyak 1 data,
yaitu TB. Keempat, pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama
kata kedua dari gabungan kata sebanyak 2 data, yaitu BP dan GE. Sedangkan
6 pola pembentukan baru yang ditemukan terdiri dari, pertama pengekalan
huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari
gabungan kata komponen pertama sebanyak 10 data, yaitu BMJ, CVA CVD,
EKN, FAM, GED, GERD, GNA, IVH, PEB. Kedua, pengekalan huruf
pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari
gabungan kata komponen kedua sebanyak 3 data, yaitu DCM, HPV, dan NEC.
Ketiga, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf
pertama kata kedua dari gabungan kata komponen ketiga, yaitu CTEV.
Keempat, pengekalan huruf pertama pada beberapa komponen disertai
pelesapan kata dan konjungsi sebanyak 2 data, yaitu H1N1 dan H5N1.
Kelima, pengekalan huruf pertama, ketujuh, dan kedua belas sebanyak 1 data,

yaitu PKU. Keenam, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan
pengekalan huruf ketiga atau kesembilan atau terakhir komponen pertama
sebanyak satu data 1 data, yaitu UDT. Selain jenis abreviasi berupa singkatan,
juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim sebanyak 4 data yang terdiri
atas 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah
pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola
baru. Satu pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan
menurut Kridalaksana yaitu pengekalan huruf pertama tiap komponen
Silfi Pitriyanti, 2014
Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

97

sebanyak 2 data, yaitu ISPA dan TEN. Sedangkan 2 pola pembentukan yang
baru, terdiri dari pertama pengekalan huruf pertama setiap komponen pertama
dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata pada komponen
kedua sebanyak 1 data, yaitu AIDS. Kedua, pengekalan 2 huruf partama dari
kata sebanyak 1 data, yaitu Ca. Terakhir ditemukan juga jenis abreviasi berupa
penggalan sebanyak 1 data dengan pola pembentukan baru, yaitu penggalan

suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan
kelima dari suatu kata, yaitu flu.
3. Dari hasil penganalisian ditemukan jenis abreviasi yang paling dominan
terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah
singkatan, yaitu sebanyak 96 data. Adapun data-data yang termasuk jenis
abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF,
ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV,
CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS,
DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV,
HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1,
IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC,
NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT,
UTI, VSD.
4. Pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah
kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) pada kelompok A (SMP dan SMA)
yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, pedagang, dan ibu rumah tangga
mempunyai persentase sebanyak 157 atau 6,1% responden mengetahui
singkatannya,


sebanyak

221

atau

8,6%

responden

mengetahui

kepanjangannya, sebanyak 195 atau 7,6% responden mengetahui singkatan
dan kepanjangannya, dan sebanyak 2002 atau 77,7% responden tidak
mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Semantara kelompok B (D3
dan S1) berprofesi sebagai guru, perawat, bidan, wiraswasta, ajun akuntansi,
engineer, dan ibu rumah tangga lebih dominan mengetahui dengan persentase
sebanyak 317 atau 12,2% responden mengetahui singkatannya, sebanyak 319
Silfi Pitriyanti, 2014
Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

98

atau 12,4% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 591 atau 22,9%
responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 1348
atau 52,5% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya.
Tetapi dari kedua kelompok tersebut tetap presentasi terbanyak yaitu lebih
dari 50% responden tidak mengetahui baik singkatan ataupun kepanjangan
data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) dengan
persentasenya adalah sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5%
pada kelompok B.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian,
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Data penelititan ini banyak berupa nama-nama asing, selain dikarenakan
penamaan-penamaan pada ranah kesehatan khususnya penyakit dan virus ini
memang berasal dari bahasa asing, juga karena sumber data yang diperoleh.
Oleh karenanya terjadi penyerapan bahasa asing pada ranah kesehatan dan hal

ini tampaknya akan menarik untuk dikaji lebih lanjut.
2. Pada penelititan ini yang dikaji adalah penggunaan abreviasi pada ranah
kesehatan khususnya berupa nama-nama penyakit dan virus. Oleh karena itu,
memungkinkan sekali adanya penggunaan abreviasi pada bidang lainnya
ataupun bidang yang sama tetapi cakupan yang berbeda misalnya penggunaan
abreviasi pada ranah kesehatan berupa peralatan-peralatan di rumah sakit.

Silfi Pitriyanti, 2014
Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu