J01093

MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 10-12 TAHUN MELALUI
TERAPI BERMAIN DI PPA AGAPE IO-847 SALATIGA
INCREASING PROSOCIAL BEHAVIOR OF 10-12 YEARS CHILD THROUGH PLAY
THERAPY AT PPA AGAPE IO-847 - SALATIGA, CENTRAL JAVA
Adhi Krisna Maria Agustin, Sumardjono Padmomartono and Yustinus Windrawanto
Guidance and Counseling Department, Faculty of Teachers Training and Education
Satya Wacana Christian University
Crisnamaria95@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this study is to increase prosocial behavior through play
therapy for children age group 10-12 years at the Child Development Center
Agape IO-847 Salatiga, Central Java. This research is a quasi-experimental
design. Subjects in this study were 12 children who were categorized as low and
very low prosocial behavior. Of these 12 children were divided into two groups:
the experimental group consisted of 6 children and the other 6 children were
assigned as the control group. The instrument used to measure the children
prosocial behavior was compiled by the authors based on the theory of Eisenberg
and Mussen (1989), consisting of 30 items. The validity of the Prosocial Behavior
Scale showed all of the 30 items were valid with the lowest validity coefficient
was 0.230 and the highest validity coefficient was 0,782, whereas the Cronbach
reliability of the instrument was α = 0.903. In this study, the experimental group

was given treatment with play therapy for 9 sessions. The analysis technique used
was Mann Whitney Test through SPSS for Window Release 16.0. The results of
the difference between the means of the pretest scores (6.00) with the means of
the posttest scores (9.30) of the experimental groups obtained Asymp. Sig. 2-tailed
0.004 < 0.01. It means that there was significant difference between the means of
the pretest scores of the prosocial behavior (6.00) with the means of the post test
scores (9.30) of the experimental group. Thus, play therapy techniques have
improved significantly the prosocial behavior scores of the children age group 1012 years at the Child Development Center Agape IO-847 Salatiga, Central Java.
Keywords: Play Therapy, prosocial behavior, Child Development Center Agape
IO-847 Salatiga

Latar Belakang Penelitian
Perkembangan individu berlangsung sejak lahir sampai akhir hayat yang dapat dilihat
melalui fase-fase perkembangannya. Fase perkembangan individu terdiri dari masa usia pra
sekolah, masa usia sekolah dasar, masa usia sekolah menengah dan masa usia mahasiswa (Yusuf,
2011). Perluasan hubungan dengan masyarakat dan pembentukan ikatan baru dengan teman sebaya
dimulai pada perkembangan masa usia sekolah dasar. Usia sekolah dasar dibagi menjadi dua kelas
1

yaitu kelas rendah antara usia 6 – 10 tahun dan kelas tinggi antara usia 10 – 13 tahun. Pada masa ini

anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tanpa didampingi orang tua. Anak mulai
bersosialisasi dan belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Menurut Hurlock (1991)
proses sosialisasi anak mencakup tiga proses, yaitu belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial, anak memainkan peran sosial yang dapat diterima dan anak mengembangkan sikap sosial.
Tugas perkembangan pada masa anak sekolah berdasarkan pandangan Havighurst (Hurlock,
1991), yaitu: 1) Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak. 2) Membangun
sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme yang bertumbuh. 3) Belajar bergaul
dengan teman sebaya. 4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 5) Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. 6) Mengembangkan konsep
yang diperlukan untuk sehari-hari. 7) Mencapai kemandirian pribadi. 8) Mengembangkan sikap
yang positif terhadap kelompok sosial.
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dinyatakan dalam sikap
menghargai orang lain, mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tengggang rasa, mau
bekerja sama dengan orang lain dan toleransi terhadap orang lain (Yusuf, 2011). Untuk mencapai
tugas-tugas perkembangannya, anak membutuhkan keterampilan sosial yang penting yaitu perilaku
prososial. Batson (dalam Taylor, 2009) menyebutkan bahwa perilaku prososial mencakup setiap
tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain terlepas dari motif si
penolong. Perilaku prososial anak usia sekolah dasar ditunjukkan dengan membantu teman sebaya,
bergabung dalam kelompok, menghormati orang lain, mendukung sesama teman.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Pusat Pengembangan Anak AGAPE IO847 Salatiga pada anak-anak usia yang ke 10 – 12 tahun melalui skala sikap perilaku prososial anak
yang dirancang sendiri oleh penulis berdasarkan teori dari Eisenberg dan Mussen (Dayakisni dan

Hudaniah, 2006), menunjukkan bahwa lebih dari 50% anak PPA Agape IO-847 kelompok usia 10 –
12 tahun berada pada kategori rendah dan sangat rendah perilaku prososialnya. Berikut hasil pra
penelitian perilaku prososial anak kelompok usia 10 – 12 tahun di PPA Agape IO-847 Salatiga.
Tabel 1. Hasil Pra Penelitian Perilaku Prososial Anak Kelompok Usia
10 – 12 tahun PPA Agape IO-847 Salatiga
Interval
79 – 88
70 – 78
61 – 69
52 – 60

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah

Jumlah Siswa
8
2

8
4

2

Presentase
36,4 %
9,1 %
36,4%
18,1%

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada anak maupun
kepada staf mentor dan koordinator PPA, diketahui bahwa perilaku prososial anak yang rendah
ditunjukkan dengan perilaku anak yang tidak menghormati mentor, seenaknya sendiri, mengejek
teman, memukul teman, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, tidak peduli terhadap teman
yang lain, membentak orang lain, dan perilaku-perilaku lainnya yang cenderung tidak dapat
diterima secara sosial. Fenomena ini menunjukkan bahwa anak PPA Agape IO-847 kelompok usia
10 – 12 tahun perlu dibantu meningkatkan perilaku prososialnya agar mencapai perkembangan
sosial yang lebih baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
Meningkatkan perilaku prososial pada anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah

satunya adalah dengan terapi bermain. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan, sehingga
dengan bermain anak bisa mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Terapi bermain
merupakan suatu teknik konseling yang diberikan orang dewasa kepada anak-anak dengan didasari
oleh konsep bermain sebagai suatu cara komunikasi anak-anak dengan orang dewasa untuk
mengungkapkan ekspresinya yang alami. Orang dewasa menggunakan pendekatan ini untuk
mengintervensi atau mengajak dialog dengan anak sehingga tercipta perasaan yang lebih baik dan
mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah (Mashar, 2010).
Penelitian yang dilakukan Anindya Putri Rahimsyah (2013) mengenai Program Hipotetik
Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk mengembangkan perilaku Prososial
Peserta didik SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung menghasilkan temuan sebagai berikut:
Gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium UPI Bandung berada
pada kategori sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan perilaku prososial
seperti empati, murah hati, kerjasama dan kasih sayang. Gambaran umum perilaku prososial peserta
didik berdasarkan indikator berada pada kategori sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu
menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada
seseorang yang mendapatkan kebahagiaan, berbagi sesuatu dengan orang lain, memberi sesuatu
kepada orang lain, bergiliran tanpa “rewel”, memenuhi permintaan tanpa “rewel”, membantu orang
lain mengerjakan tugas, dan membantu orang lain yang membutuhkan.
Penelitian lain yang dilakukan Wildaniah (2013) mengenai Program Bimbingan untuk
Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini menunjukkan hasil dari 5 subjek yang diteliti

ditemukan 3 subjek memiliki perilaku prososial yang baik dan konsisten, 1 subjek belum mampu
berperilaku empati dengan optimal dan 1 subjek belum mampu berperilaku empati, murah hati dan
peduli dengan baik dan konsisten.

3

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti, apakah teknik Terapi Bermain
dapat meningkatkan perilaku prososial pada anak kelompok usia 10 – 12 di PPA Agape IO-847.
KAJIAN TEORI
Perilaku prososial mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk
membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong (Batson, dalam Taylor, 2009). Perilaku
prososial bisa dimulai dari tindakan altruisme tanpa pamrih sampai tindakan yang dimotivasi oleh
pamrih atau kepentingan pribadi. Perilaku prososial dipengaruhi oleh tipe relasi antar orang, entah
itu karena suka, merasa berkewajiban, memiliki pamrih, atau empati (Taylor, 2009).
William (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006) membatasi perilaku prososial secara lebih
rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis
penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun
psikologis. Menanamkan perilaku prososial pada anak sangat penting untuk mencapai tugas
perkembangannya. Sebagai anak-anak yang nantinya akan bertumbuh dewasa, perilaku prososial
menjadi lebih penting dalam pengaruh sosial, sedangkan perilaku antisosial kurang ditoleransi oleh

kelompok teman sebaya (Hawley, dalam Wardle dan Warden, 2011).
Ketiadaaan perilaku prososial akan menghasilkan penolakan dari teman sebaya dan sering
menimbulkan interaksi sosial yang negatif pada masa remajanya (Patterson dan Skinner, dalam
Wardle, Hunter dan Warden, 2011). Di lain pihak, Eisenberg dan Mussen (1989) mengatakan
bahwa perilaku prososial adalah tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau
menguntungkan kelompok individu atau individu lain. Perilaku prososial didefinisikan dalam hal
bagaimana konsekuaensi tindakan anak pada orang lain. Anak melakukannya secara sukarela dan
tanpa paksaan. Anak yang telah dikembangkan kapasitasnya untuk mengetahui apa yang „benar‟
belum tentu akan terlibat dalam perilaku prososial. Karena perilaku prososial membutuhkan
keterampilan dan motivasi untuk dapat melakukannya.
Eisenberg dan Mussen (Dayakisni dan Hudaniah, 2006) menyatakan bahwa perilaku
prososial mencakup tindakan-tindakan:
1) Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana
suka maupun duka.
2) Kerjasama (cooperative), yaitu kesediaan untuk kerjasama dengan orang lain demi tercapainya
tujuan kooperatif dan saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan
menenangkan.

4


3) Menyumbang (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang
miliknya kepada orang yang membutuhkan.
4) Menolong (helping), yaitu kesediaan menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan,
meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya
kegiatan orang lain.
5) Kejujuran (honesty), yaitu kesediaan untuk berkata jujur dan tidak berbuat curang pada orang
lain.
6) Kedermawanan (generosity), yaitu kesediaan memberi secara sukarela untuk orang yang
membutuhkan.
Dapat

disimpulkan

perilaku

prososial

merupakan

tindakan


berbagi,

kerjasama,

menyumbang, menolong, kejujuran dan kedermawanan dengan mempertimbangan dan menghargai
hak orang lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan orang yang mendapatkan pertolongan.
Terapi Bermain
Sebagian besar interaksi dengan teman sebaya di masa anak-anak melibatkan permainan.
Karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam
permainan. Permainan bukan hanya terkait dengan alat permainan, teman bermain, tempat bermain,
dan lingkungan. Pemainan memiliki beberapa arti yang didesinisikan oleh tokoh-tokoh psikologi.
Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak mengatakan bahwa bermain
merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Hurlock (1991) menyebutkan bahwa
bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang.
Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan
atau tekanan dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan
yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.
METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian
Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah anak kelompok usia 10 – 12 tahun di PPA
Agape IO-847 Salatiga, dengan pertimbangan hasil dari skala sikap perilaku prososial anak. Subjek
yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa dengan kategori perilaku prososial yang rendah dan
sangat rendah. Dari 22 siswa yang memiliki perilaku prososial rendah sebanyak 8 anak dan sangat

5

rendah semanyak 4 anak. Anak dibagi dalam 2 kelompok yaitu 6 anak dalam kelompok eksperimen
dan 6 anak dalam kelompok kontrol.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan skala perilaku prososial anak yang disusun sendiri
oleh peneliti. Penyusunan skala berdasarkan teori dari Eisenberg dan Mussen (dalam Dayakisni dan
Hudaniah, 2006) mengenai aspek-aspek dalam perilaku prososial. Skala Perilaku Prososial terdiri
dari 16 item favourable dan 14 item unfavourable dengan 4 kategori jawaban dan skoring sesuai
dengan pilihan jawaban. Selain itu juga digunakan metode observasi dalam bentuk checklist untuk
mengetahui perilaku-perilaku yang muncul berkaitan dengan perilaku prososial, serta pedoman
observasi yang digunakan sebagai pengamatan proses saat anak menerima layanan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U yaitu

untuk melihat perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Jika hasil post test kelompok eksperimen lebih tinggi secara signifikan dibanding
kelompok kontrol, maka dapat dikatakan bahwa teknik terapi bermain dapat meningkatkan perilaku
prososial anak kelompok usia 10 – 12 tahun PPA Agape IO-847.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Terapi bermain yang diberikan kepada kelompok eksperimen terdiri dalari 9 sesi pertemuan.
Penyususnan topik layanan berdasarkan pada aspek-aspek perilaku prososial menurut Eisenberg
(dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006). Aspek-aspek perilaku prososial yaitu: Sharing (berbagi),
Cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran),
generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Dalam setiap sesi terapi bermain dilakukan evaluasi dengan melibatkan pengamat yang
ditugaskan untk mengamati kegiatan. Dengan menggunakan hasil pengamatan diketahui bahwa di
setiap sesi terapi bermain, kelompok selalu antusias dan bersemangat, serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Setelah sembilan sesi selesai dilaksanakan, penulis menyebarkan skala perilaku
prososial kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebagai
post test. Hasil dari post test akan menjadi pembanding antara kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi peningkatan perilaku prososial pada kelompok

6

eksperimen. Hal tersebut diketahui dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok
eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
Tabel 2. Perbandingan Hasil Post Test Skala Perilaku Prososial
pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelompok Eksperimen
Jenis Kelamin Skor
Kategori
Perempuan
91 Tinggi
Perempuan
96 Sangat tinggi
Perempuan
101 Sangat tinggi
Perempuan
83 Tinggi
Perempuan
99 Sangat tinggi
Perempuan
89 Tinggi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelompok Kontrol
Jenis Kelamin Skor
Kategori
Perempuan
68 Rendah
Perempuan
57 Sangat Rendah
Laki-laki
63 Rendah
Laki-Laki
54 Sangat Rendah
Laki-Laki
69 Rendah
Laki-Laki
59 Sangat Rendah

Berikut merupakan hasil analisis data perbadingan hasil post test skala perilaku prososial
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji menggunakan Analisis data Mann
Whitney.

Ranks

Prososial

Kelompok
kelompok eksperimen
kelompok kontrol
Total

N
6
6
12

Mean Rank
9.50
3.50

Sum of Ranks
57.00
21.00

Test Statisticsb
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Prososial
.000
21.000
-2.887
.004
.002a

a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah diberikan
treatment berupa terapi bermain pada kelompok eksperimen, mean rank perilaku prososial pada

kelompok eksperimen sebesar 9.50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
treatment, memperoleh mean rank 3.50. Dapat dilihat bahwa mean rank perilaku prososial

kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank perilaku prososial kelompok kontrol.
7

Berdasar hasil analisis di atas, terbukti ada perbedaan yang signifikan antara perilaku
prososial kelompok eksperimen dengan perilaku prososial kelompok kontrol. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis sebesar 0.004 < 0.01. Berdasarkan hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan terapi bermain dapat meningkatkan perilaku prososial anak.
Bertolak dari hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
perilaku prososial anak yang berkategori rendah dan sangat rendah. Pada studi pendahuluan,
ditunjukkan data bahwa lebih dari 50% anak berada pada kategori perilaku prososial yang rendah
dan sangat rendah. Hal ini perlu dicermati oleh pendidik dan orangtua. Pada usia sekolah dasar,
anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan di
luar keluarga. Apabila dalam perkembangan ini anak tidak menunjukkan perilaku prososial bahkan
menyimpang, maka lingkungan tidak akan menerimanya, dan perkembangan anak akan terganggu.
Eisenberg dan Mussen (1989) menyatakan bahwa anak yang telah dikembangkan
kapasitasnya untuk mengetahui apa yang “benar” belum tentu akan terlibat dalam perilaku
prososial, karena perilaku prososial membutuhkan keterampilan dan motivasi untuk dapat
melakukannya. Keterampilan dan motivasi anak dalam meningkatkan perilaku prososial seharusnya
didapatkan anak di rumah dan di sekolah. PPA sebagai pusat pengembangan anak juga turut serta
dalam melatih anak dalam pencapaian tugas perkembangannya, terutama dalam perkembangan
sosialnya.
Dari data yang telah diperoleh, terapi bermain efektif dalam meningkatkan perilaku
prososial anak, sehingga pendidik atau PPA dapat menggunakan temuan ini sebagai dasar untuk
membantu anak mencapai perilaku prososial. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Anak
akan lebih peka dan lebih tertarik dengan bermain. Dengan bermain pula, anak dapat
mengekspresikan emosinya secara natural dan leluasa.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: “Ada peningkatan perilaku prososial yang signifikan pada anak kelompok usia 10 – 12
tahun di PPA AGAPE IO-847 Salatiga melalui terapi bermain.”
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dikemukakan beberapa saran bagi pihak yang
terkait dengan penelitian ini, yaitu:

8

1) Bagi Koordinator PPA: berdasarkan hasil penelitian ini terapi bermain dapat meningkatkan
perilaku prososial anak. Saran bagi koordinator PPA adalah ada baiknya apabila terapi bermain
digunakan untuk meningkatkan pencapaian dalam perilaku prososial.
2) Bagi anak-anak PPA: berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan anak-anak lebih aktif dan
bersemangat dalam mengikuti kegiatan di PPA.
3) Bagi peneliti selanjutnya: bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar lebih kreatif dalam memilih
teknik bermain, serta mempertimbangkan waktu, tempat dan subjek penelitian dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dayakisni, T. dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Eisenberg, N. and Mussen, P. H. 1989. The Roots Of Prosocial Behavior In Children.
Cambridge : Cambridge University Press.
Hughes. 1999. Children, Play and Development: Focus on Speaking. Sydney: NCELTR.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Mashar, Riana. 2010. Psikodiagnostik Permasalahan Anak Usia Dini. Edukasi, Jurnal Penelitian
dan Artikel Pendidikan, 2 (5), Hlm. 68-118.
Rahimsyah, Anandha Putri. 2013. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik
Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik: Studi Deskriptif
terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun
Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling – UPI Bandung.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Taylor, Shelley E. 2009. Psikologi Sosial, Edisi Keduabelas, Alih bahasa Tri Wibowo. Jakarta:
Kencana.
Wardle, G., Hunter, S.C. and Warden, D. 2011. Prosocial and antisocial children‟s perceptions of
peers‟ motives for prosocial behaviours. British Journal of Developmental Psychology, 29,
396-408.
Wildaniah, Firsty. 2013. Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia
Dini Melalui Bermain di TPA Taman Isola. Tesis. Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Sekolah Pascasarjana – UPI Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Yusuf, Syamsu, 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rajawali Pers.

9

Dokumen yang terkait