Materi Paparan Setjen Kemenhub

1

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEBIJAKAN DAN PELUANG INVESTASI
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
MELALUI PERAN SERTA SWASTA DAN BUMN
BAHAN PEMAPARAN SEKRETARIS JENDERAL

Rapat Kerja Kementerian Perhubungan
Jakarta, 17 November 2016

2

OUTLINE
1.

KEBUTUHAN DAN KEMAMPUAN
MEMBIAYAI SEKTOR TRANSPORTASI

PEMERINTAH


DALAM

2.

PELUANG SWASTA DAN BUMN UNTUK MELAKUKAN INVESTASI
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

3.

INVESTASI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI ATAS PRAKARSA
SWASTA DAN BUMN (KEBIJAKAN PERIJINAN)

4.

INVESTASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR YANG TELAH
DIBANGUN OLEH PEMERINTAH (KONSESI, BLU, KSP BMN/ASET
NEGARA)

2


KEBUTUHAN & KEMAMPUAN PEMERINTAH
DALAM INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI

3

4
KERANGKA PIKIR PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TAHUN 2015-2019

AMANAT RPJPN

Infrastruktur Memadai  Pendapatan per kapita USD 14 Ribu
 Pengangguran < 5%  Penduduk Miskin > 5%  HDI dan GDI Meningkat

PERMASALAHAN
1. Kondisi jalan daerah
kurang memadai
2. Pembangunan Kereta
api masih terbatas.

3. Kinerja Pelabuhan
kurang kompetitif
4. Perkotaan yang
semakin padat

TANTANGAN
1.
2.
3.
4.
5.

Geopolitik
Geoekonomi
Bonus Demografi
Agenda Paska 2015
Perubahan Iklim

ISU STRATEGIS


 Peningkatan
Ketersediaan
Penguatan
Konektivitas
Nasional
 Pengembangan
Transportasi
Massal Perkotaan
 Peningkatan
Efektivitas dan
Efisiensi
Pembiayaan
Penyediaan
Infrastruktur

REGULASI

SASARAN RPJMN
2015-2019


KEBIJAKAN DAN SRATEGI

 Kondisi mantap jalan nasional 100%
 Waktu tempuh perjalanan darat dari
2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam
per 100 km
 Biaya logistik menurun menjadi
19,2% terhdap PDB
 Pangsa Pasar Angkutan Umum
32%
 On time performance penerbangan
mencapai 95%
 Jumlah penumpang pesawat
sebanyak 162 juta penumpang per
tahun
 Menurunnya angka fatalitas korban
kecelakaan transportasi jalan hingga
50 persen dari kondisi baseline.
 Menurunnya rasio kecelakaan
transportasi udara pada AOC 121

dan AOC 135 menjadi kurang dari 3
kejadian/1 juta flight cycle.
 Menurunnya jumlah kejadian
kecelakaan transportasi laut menjadi
kurang dari 50 kejadian/tahun.
 Menurunnya rasio angka
kecelakaan kereta api menjadi
kurang dari 0,025 kecelakaan per 1
juta-km perjalanan kereta api.

 Pembangunan Transportasi Multimoda
dan mendukung Sislognas, kawasan
industri,
 Mempercepat pembangunan Sistem
Transportasi Multimoda
 Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional
dengan transportasi yang berorientasi
lokal dan kewilayahan.
 Membangun sistem dan jaringan

transportasi yang terintegrasi untuk
mendukung investasi pada Koridor
Ekonomi, Kawasan Industri Khusus,
Kompleks Industri, dan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi
 Meningkatkan keselamatan dan
keamanan dalam penyelengaraan
transportasi
 Mengembangkan sarana dan prasarana
transportasi yang ramah lingkungan
 Mengembangkan sistem angkutan umum
massal yang modern
 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas
Jaringan Jalan Kota
 Mengembangkan manajemen
transportasi perkotaan yang berimbang

KELEMBAGAAN

PROYEK STRATEGIS


VISI/MISI PRESIDEN + NAWA CITA

PENDANAAN

PERBAIKAN REGULASI, TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN PENDANAAN
KREATIF

4

TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
TAHUN 2015-2019
 Pembangunan BRT di 34 kota dengan
pengadaan 3.170 bus
 Pembangunan angkutan massal cepat di
kawasan kota metropolitan
 Pembangunan/ pengembangan Terminal
Penumpang Tipe A pada 41 lokasi
 Penerapan teknologi ATCS di seluruh ibu
kota provinsi

 Pembangunan Pelabuhan
Penyeberangan di 65 lokasi
 Pembangunan/ pengembangan
dermaga sungai dan danau di 120 lokasi
 Pengadaan kapal penyeberangan
(terutama perintis) sebanyak 50 unit
 Pembangunan Jalur sepanjang KA 3.258
km’sp di Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan dan Papua
 Penyelenggaraan kereta api perintis pada
10 lintas

 Pengembangan 100 Pelabuhan Non
Komersial
 Pengerukan alur pelayaran/kolam pelabuhan
pada 65 lokasi
 Pembangunan 103 Kapal Perintis
 Terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis
 Penyelenggaraan Rute Angkutan Laut Tetap
Dan Teratur untuk Mendukung Tol Laut pada

13 rute
 Penyelesaian dan Pembangunan Kapal
Negara Kenavigasian 41 Unit
 Penyelesaian dan Pembangunan Kapal
Patroli 282 Unit
 Pembangunan 15 Bandara baru
 Pengembangan Bandara untuk pelayanan
Kargo Udara di 9 Lokasi
 Pembangunan/ pengembangan bandara di
100 lokasi
 Pembangunan/ pengembangan terminal
penumpang di 26 bandara

 Pembangunan dan pengembangan
kampus baru pada 27 lokasi

5

SEPERTIGA PERJALANAN NAWACITA
Target Sesuai Renstra

2015-2019
41 Lokasi
82 Stasiun
306 Pelabuhan
100 Bandara
185 Lokasi
3.258 km’sp

103 Unit

C
A
P
A
I
A
N

50 Unit
282 Unit
41 Unit
3.170 BRT
6

KEBUTUHAN PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019
Perkiraan Pendanaan Kemampuan
APBN sesuai dengan RPJMN
Tahun 2015-2019

Kebutuhan Pendanaan
Infrastruktur Transportasi

Investasi
Swasta Murni

1400
182

1200

Rp. 1,283 T
(non-road)

1000
563

800
600

GAP

Terdapat GAP pembiayaan investasi
sebesar Rp. 791 Triliun untuk
periode 2015-2019

Peningkatan
Peran BUMN

91
30

KPS

169

400

71
101

278

200

Rp. 491 T
(non-road)

232
55

0

KA

Perkotaan

ASDP

Sumber : Bappenas, 2015

Laut

Udara

Darat

KA

Laut

Udara

BPSDM

• Kebutuhan pendanaan infratruktur transportasi sebesar Rp.1,283 Triliun diperoleh melalui pendekatan makro
didasarkan atas asumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 : 6-8%, inflasi 2,5-4,5%, tingkat suku bunga
4-5-6,5%. Selain itu, perkiraan perhitungan juga mempertimbangkan skenario kebutuhan pendanaan transportasi
yang tertuang dalam Rencana Induk, Cetak Biru dan Kajian Latar Belakang Transportasi Perkotaan.

7

PELUANG SWASTA DAN BUMN
UNTUK MELAKUKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI

8

INVESTASI & PEMBIAYAAN
INVESTASI
TRANSPORTASI

APBN dan
Pembelanjaan
Sektor Publik

Infrastruktur dasar,
non-komersial, non
cost-recovery, secara
ekonomi sangat
layak, secara finansial
tidak layak, strategis
secara nasional, akses
kepada daerah
tertinggal dan
perdesaan,
meningkatkan
ekonomi nasional dan
lokal dan merupakan
kewajiban
pemerintah (Public
Service Obligation,
PSO)

Kemitraan
Pemerintah dan
Swasta

Investasi
Swasta Murni

Infrastruktur dasar,
komersial dan nonkomersial, potensi
cost-recovery, secara
ekonomi sangat
layak, secara finansial
layak atau kurang
layak, dapat menjadi
layak apabila ada
dukungan
pemerintah, strategis
secara nasional, akses
kepada daerah
tertinggal dan
perdesaan,
meningkatkan
ekonomi nasional dan
lokal, mendukung
logistik dan koridor
ekonomi

Infrastruktur ekonomi
yang komersial, full
cost-recovery, secara
ekonomi sangat
layak, secara finansial
juga layak, strategis
secara nasional, akses
kepada pelabuhan
dan bandara
internasional ,
meningkatkan
ekonomi nasional dan
lokal. Penyediaan
infrastruktur khusus
seperti Special
Railways, Special
Ports, dan Special
Airports dapat
menggunakan skema
ini dengan sifat
unsolicited dan tanpa
tender.

*) Idealnya skema 1 diserahkan penuh kepada pihak swasta sepanjang
sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan sesuai dengan
konsesi, bahwa proyek tersebut dapat diserahkan kepada swasta.
*) BUMN/BUMD mengerjakan skema 2 dan 3
*) Kontribusi Pemerintah = Dukungan Pemerintah, dapat dilakukan melalui :
a) Pendanaan pembebasan lahan
b) Pembiayaan sebagian konstruksi;
c) Pemberian Viability Gap Fund (VGF)

Solicited

Program
Pemerintah

Unsolicited

Inisiatif Swasta,
Special Facilities

KPS
Konvensional

Pemerintah
melakukan
persiapan

KPS Aliansi
Strategis

Pemerintah &
Swasta bersamasama sejak awal

Investasi Swasta
Murni

Kerjasama
Pemerintah
Swasta

9

LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN KEMENHUB
1.

Telah dibentuk Tim Pendanaan Investasi Infrastruktur Perhubungan melalui Keputusan
Menteri Perhubungan No KP.590 Tahun 2016 yang bertugas merencanakan dan
mempersiapkan proyek Infrastruktur Perhubungan yang akan di biayai oleh skema
alternatif selain APBN.

2.

Telah dilakukan pembahasan awal dengan internal Perhubungan maupun dengan
Bappenas, PT. SMI (Sarana Multi Infrastruktur), dll untuk mempersiapkan dan
merencanakan proyek Perhubungan yang akan dibiayai skema alternative selain APBN.

3.

Usulan awal proyek Perhubungan yang biayai skema alternatif selain APBN adalah
No.
Unit Eselon I
1 Ditjen Phb Darat
2

Ditjen Perkeretaapian

3
4

Ditjen Phb Laut
Ditjen Phb Udara

Kegiatan
a. Pengembangan Terminal Mengwi di Badung, Bali
b. Pengembangan Terminal Tirtonadi, Solo
c. Pembangunan Angkutan Massal Perkotaan
a. KA Express Line Bandara Internasional Soekarno - Hatta (SHIA)  (KPBU)
b. Program Pembangunan KA Akses Bandara Adi Sumarmo - Solo (Stasiun & Sarana)
c. Program Pembangunan KA Kertapati-Simpang-Tanjung Api-api
d. Program Pembangunan Kereta Cepat/High Speed Train (HST) Jakarta – Surabaya
Pelabuhan Kuala Tanjung
a. Bandara Karawang
b. Bandara Bali Utara

Catatan : Perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut

10

INVESTASI INFRANSTRUKTUR TRANSPORTASI
ATAS PRAKARSA SWASTA DAN BUMN
(KEBIJAKAN PERIJINAN)

11

Pendelegasian Perizinan

PM 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas PM 3 Tahun 2015
tentang Pelaksanan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang
Perhubungan Di Badan Koordinasi Penanaman Modal
DITJEN PERHUBUNGAN LAUT
Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL)
Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS)
Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan;
Surat Izin Usaha Perusahaan Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;
Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (IUPPAK)

DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
Izin Pengusahaan Bandar Udara Komersil (Izin Badan Usaha Bandar Udara);
Izin Usaha Angkutan Udara;
Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi Yang Dilakukan Oleh Usaha Patungan (Joint Venture) atau Yang
Berstatus Penanaman Modal Asing;
Penetapan Recognized Security Organization (RSO);
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
Izin Penetapan Lokasi Terminal Angkutan Barang;
Izin Pembangunan Pelabuhan Sungai Danau (Pelayanan Antar Propinsi dan Lintas Batas Negara);
Izin Pembangunan Terminal Khusus Sungai dan Danau; dan

DITJEN PERKERETAAPIAN
Izin Usaha Sarana Perkeretaapian Umum

12

DEREGULASI PERATURAN BIDANG PERHUBUNGAN
POSISI SAAT INI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN YANG SEDANG
DALAM PROSES PENGUSULAN DEREGULASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 45 TAHUN 2015
TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG
TRANSPORTASI;

13

INVESTASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
YANG TELAH DIBANGUN OLEH PEMERINTAH
(KONSESI, BLU, KSP BMN/ASET NEGARA)

14

BENTUK PEMANFAATAN BMN
NON INFRASTRUKTUR

PINJAM PAKAI

INFRASTRUKTUR

SEWA
KERJA SAMA
PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR

BGS / BSG

KERJA SAMA
PEMANFAATAN

15

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELEMBAGAAN

16

KONSESI

17

DASAR HUKUM KONSESI
• Ditjen Perhubungan Udara :
– Undang Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Pasal 235.
– Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku
pada Kemenhub, Pasal 2, ayat 1.d. dan lampiran IV K.2 a s/d f.
– Peraturan Menteri Perhubungan No. 193 Tahun 2015 tentang Konsesi dan Bentuk
Kerjasama Lainnya antara Pemerintah dengan Badan Usaha Bandar Udara untuk
Pelayanan Jasa Kebandarudaraan.

• Ditjen Perhubungan Laut :
– Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, Pasal 92.
– Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2015 tentang Kepelabuhanan, Pasal 1, ayat 30.
– Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku
pada Kemenhub, Pasal 2, ayat 1.b.
– Peraturan Menteri Perhubungan 15 Tahun 2015 tentang Konsesi dan bentuk
kerjasama lainnya antara pemerintah dengan Badan Usaha Pelabuhan dibidang
Kepelabuhanan.

18

18

KONSESI DI LINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA/LAUT
KONSESI
adalah pemberian hak oleh Penyelenggara Pelabuhan
kepada Badan Usaha Bandar Udara/ Badan Usaha
Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan
dan/atau
pelayanan
jasa
kebandarudaraan/
kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu
dan kompensasi tertentu.

Dalam hal masa konsesi telah berakhir, fasilitas bandar udara/
pelabuhan hasil konsesi beralih atau diserahkan kepada
Penyelenggara Bandar Udara/ Pelabuhan
Pendapatan konsesi dihitung berdasarkan formula hubungan antara
proyeksi tarif bandar udara/ pelabuhan, besaran investasi, besaran
konsesi min 2,5 % dari pendapatan bruto jasa kebandarudaraan/
kepelabuhanan, dan masa konsesi
Sesuai PP 15 Tahun 2016 (lampiran) diatur khusus untuk tarif konsesi
dalam penggunaan sarana dan prasarana di bandar udara
Pendapatan konsesi merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

KERJASAMA DALAM BENTUK KONSESI
PENYELENGGARA
BANDAR UDARA/
PELABUHAN

BUBU/
BUP

Dituangkan dalam bentuk perjanjian

Penyediaan dan
atau pelayanan jasa kepelabuhanan/
kebandarudaraan

MEKANISME PEMBERIAN KONSESI
MEKANISME
PENUGASAN/PENUNJUKAN

MEKANISME PELELANGAN
• Pelelangan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
• Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur



Lahan dimiliki oleh Badan Usaha
Pelabuhan;
Investasi
sepenuhnya
dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan
dan tidak menggunakan pendanaan yang
bersumber dari APBN/APBD
19

KONSESI DI LINGKUNGAN
DITJEN HUBUD
Kegiatan Atas Pelayanan Jasa terkait Bandar Udara pada UPBU (26 LOKASI)
• Optimalisasi penggunaan lahan dan bangunan di area komersial UPBU
(konsesi dihitung senilai 5 % dari pendapatan operasional)
• Optimalisasi penggunaan lahan parkir di UPBU
(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)
• Konsesi atas pengelolaan ground handling
(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)
• Konsesi atas jasa wrapping
(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)

KONSESI YANG TELAH
BERJALAN



KONSESI SEDANG
DALAM PROSES

Pemberian hak pengelolaan atas jasa kebandar udaraan (Direktorat
Bandar Udara) kepada Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) yaitu
PT.Angkasa Pura I dan II
Posisi saat ini belum terealisasi , pihak BUBU minta agar dibahas kembali
atas perhitungan nilai konsesi yang sudah ditetapkan, berdasarkan
Laporan Keuangan PT. Angkasa Pura I dan II
20

PELABUHAN EKSISTING (4 LOKASI)
• OP Belawan & PT. Pelindo I
• OP Tanjung Priok& PT. Pelindo II
• OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III
• OP Makassar & PT. Pelindo IV

KONSESI DI LINGKUNGAN
DITJEN HUBLA

PELABUHAN/ TERMINAL NON EKSISTING (7 LOKASI)
• Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok
(OP Tanjung Priok& PT. Pelindo II)
• Pengusahaan Terminal Petikemas Belawan Fase II 350m
(OP Belawan & PT. Pelindo I)
• Pengusahaan Dermaga Terminal Curah Cair Pelabuhan Kuala Tanjung
(OP Belawan & PT. Pelindo I)
• Pengusahaan Terminal Multipurpose Teluk Lamong Di Surabaya
(OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III)
• Pengusahaan Terminal Petikemas Makassar New Port Tahap I di Makassar
(OP Makassar & PT. Pelindo IV)
• Pengusahaan Terminal Petikemas Muaro Jambi di Pelabuhan Talang Duku
(KSOP Talang Duku & PT. Wahyu Samudra Indah)
• Pengusahaan Terminal Cigading di Pelabuhan Banten
(KSOP Banten & PT. Krakatau Bandar Samudera)

KONSESI YANG TELAH
DITANDATANGANI

ALUR PELAYARAN (1 LOKASI)
• Penyediaan dan Pelayanan Jasa Penggunaan Alur Pelayaran Barat Surabaya
(OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III)

KONSESI SEDANG
DALAM PROSES









ADDENDUM PERJANJIAN KONSESI TERMINAL KUALA TANJUNG (PT. PELINDO I)
(CURAH CAIR MENJADI MULTIPURPOSE)
PT. PELABUHAN TEGAR INDONESIA (PT. PTI)
PT. KARYA CITRA NUSANTARA (PT. KCN)
PT. BANDAR BAKAU JAYA (PT. BBJ) – BAKAUHENI
PT. BANDAR BAKAU JAYA (PT. BBJ) – BANTEN
PT. BERLIAN MANYAR SEJAHTERA (PT. BMS)
PT. INDONESIA MULTI PURPOSE TERMINAL

21

Kerjasama Pemanfaatan (KSP)

22

PENERIMAAN NEGARA
PRINSIP DASAR
PP JENIS DAN TARIF
PNBP DI KEMENHUB

PP 15 Tahun 2016

NON TUSI
TUSI

PP 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan BMN/D

Pemanfaatan aset dalam rangka menunjang
tupoksi di lingkungan Kementerian
Perhubungan

 Pemanfaatan aset yang tidak terkait atau
tidak dalam rangka mendukung pelaksanaan
tupoksi dengan persetujuan Pengelola Barang
(Kementerian Keuangan)

Dapat dilakukan kerjasama dengan Badan
Usaha dan Swasta dengan tarif lainnya
apabila telah menjadi BLU berpedoman
sesuai PMK 136 tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset pada Badan Layanan Umum

 Dapat dilakukan kerjasama antara Pemerintah
dengan Badan Usaha dan Swasta dengan
pertimbangan tertentu sesuai ketentuan

Kerjasama dengan BLU :
Kerjasama Operasional (KSO)
Kerjasama manajerial (KSM)

Utilisasi dalam Bentuk Pemanfaatan BMN
sesuai ketentuan PP 27 Tahun 2014 
Tidak terjadi pengalihan Kepemilikan Aset
23

KERJA SAMA PEMANFAATAN BMN
Pengertian KSP
>> Pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan
Penerimaan Negara dan sumber pembiayaan lainnya.

Nilai Tambah KSP

Ketentuan/Pertimbangan KSP

Optimalisasi
Mengoptimalkan daya guna dan
hasil guna BMN

PNBP

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana
dlm APBN utk memenuhi biaya terkait BMN
(operasional, pemeliharaan, perbaikan)

Meningkatkan penerimaan negara

 Kontribusi tetap.
 Pembagian keuntungan hasil

pendapatan KSP.

Jangka Waktu KSP

Sesuai PMK 78 tahun 2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan
Pemanfaatan
BMN
“Bahwa
pemanfaatan BMN adalah pemanfaatan BMN di luar
tugas dan fungsinya”

Paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang
24

KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Pengertian KSPI
>> Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertimbangan KSPI

Nilai Tambah KSPI

Dalam rangka kepentingan umum dan/atau penyediaan Mendapatkan pembagian kelebihan keuntungan
infrastruktur guna mendukung tugas
dan fungsi
pemerintahan

Jangka Waktu KSPI

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana
dlm APBN utk penyediaan infrastruktur

Paling lama 50 tahun dan dapat diperpanjang

Termasuk dalam daftar prioritas proyek
program penyediaan infrastruktur yg telah
ditetapkan

Tercantum dalam Renstra Kemenhub

25

KERJASAMA PEMANFAATAN KSOP DENGAN PT. PELINDO I, II, III, DAN IV
(PERSERO)
PT. Pelindo (Persero) dapat ditunjuk sebagai mitra KSP Pelabuhan
Pelaksanaan KSP Pelabuhan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang
(Kementerian Keuangan)
UU No. 17

KSP kepada PT.
PELINDO I, II, III,
DAN IV

Sebagai mitra KSP Pelabuhan, PT. Pelindo (Persero), dipersyaratkan sebagai berikut:
Tahun 2008
1. meningkatkan kinerja pelabuhan
Ttg Pelayaran
2. Dapat mengusulkan kenaikan tarif setelah adanya peningkatan kinerja pelabuhan
3. Investasi yang akan dilakukan PT. Pelindo harus jelas terlebih dahulu;
4. Hasil KSP (aset BMN dan hasil pengembangan dari PT. Pelindo) merupakan aset milik pemerintah
5. Wajib membayar kontribusi tetap dan pembagian keuntungan;
6. Memberikan jaminan peningkatan throughtput cargo pada pelabuhan tersebut;
7. Menyusun rencana bisnis dalam jangka waktu pengusahaan maksimal 30 tahun;
8. Pelindo wajib menampung Pegawai apabila di UPT tersebut kelebihan Pegawai.
PMK 78 Tahun 2014

(Pasal 96) Ttg Tata Cara
PT. Pelindo (Persero) agar menyiapkan dokumen sebagai berikut:
Pelaksanaan
1. Pertimbangan yang mendasari usulan Kerjasama Pemanfaatan;
Pemanfaatan
BMN
2. Data pemohon kerjasama pemanfaatan, yang meliputi:
• nama
• alamat
• Nomor Pokok Wajib Pajak
• Bentuk kelembagaan, jenis kegiatan usaha, fotokopi surat izin usaha.
3. Data Barang Milik Negara (BMN) yang direncanakan untuk dilakukan kerjasama pemanfaatan;
4. Proposal rencana usaha kerjasama pemanfaatan (business plan) yang antara lain terdiri atas latar
belakang permohonan, rencana peruntukan kerjasama pemanfaatan, jangka waktu kerjasama
pemanfaatan, dan usulan penerimaan negara dari kerjasama pemanfaatan dimaksud;
5. Usulan besaran kontribusi tetap dan persentase pembagian keuntungan pelaksanaan Kerjasama
Pemanfaatan

26

27

KERJASAMA PADA SATKER
BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

BENTUK KERJA SAMA BLU ..[1]
Dasar Hukum dan Tujuan
• Dasar: PMK No.136 Tahun 2016 tentang Pengelolaan
aset Pada Badan Layanan Umum (BLU);
• meningkatkan penyediaan pelayanan umum kepada
masyarakat;
• mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Aset BLU; dan
• meningkatkan pendapatan BLU yang dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA.

Perencanaan
• Pemimpin BLU menyusun rencana KSO dan/atau KSM
yang paling sedikit menjelaskan secara ringkas mengenai
maksud dan tujuan, bentuk, dan hasil analisis dan
evaluasi dari aspek teknis, aspek keuangan, dan aspek
hukum.
• Analisis dan evaluasi dari aspek teknis termasuk berupa
spesifikasi teknis/kualifikasi dan/atau kegiatan terkait
objek KSO dan/atau KSM.
• Analisis dan evaluasi dari aspek keuangan termasuk
proyeksi pendapatan dan biaya yang timbul dari
pelaksanaan KSO dan/atau KSM.
• Analisis dan evaluasi dari aspek hukum termasuk
kelengkapan bukti kepemilikan aset, resiko, dan/atau
rekam jejak Mitra.
• Rencana KSO dan/atau KSM dicantumkan dalam RBA.

Pelaksanaan





Pemimpin BLU melakukan KSO dan/atau KSM dalam
rangka Tugas dan Fungsi pada BLU.
KSO dan/atau KSM dilaksanakan dengan melibatkan
pihak lain sebagai Mitra.
KSO dan/atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian
antara pemimpin BLU dengan Mitra.
Tarif yang dikenakan kepada masyarakat terhadap
layanan yang dihasilkan dari KSO dan/atau KSM
ditetapkan oleh pemimpin BLU sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan
keuangan BLU.

Mitra










pemerintah daerah;
badan usaha milik negara;
badan usaha milik daerah;
BLU;
BLU daerah;
perusahaan swasta;
yayasan;
koperasi; dan/atau
perorangan.
28

BENTUK KERJA SAMA BLU ..[2]
Bentuk
“Sewa” (A)
Tanah dan Bangunan
Aset BLU

Aset Pihak Lain

KSM

Bangun-Guna-Serah (C)
Selain Tanah dan/atau
Bangunan

KSO

SDM/Managerial BLU
SDM/Managerial Pihak
Lain

Bangun-Serah-Guna (B)

Peralatan dan Mesin

termasuk aset tak berwujud yang
terdiri atas:
• perangkat lunak
komputer(software);
• lisensi dan franchise;
• hasil kajian/penelitian yang
memberikan manfaat jangka
panjang;
• hak cipta (copyright), paten,
dan hak kekayaan intelektual
lainnya;
• merk dagang;
• karya seni yang mempunyai
nilai sejarah/budaya; dan
• aset tak berwujud lainnya.

2929

BENTUK KERJA SAMA BLU ..[3]
Bentuk Kerja Sama
Kerja Sama Operasional (KSO)
Aset BLU
Tanah dan Bangunan
Selain Tanah dan/atau
Sewa
BSG/BOT
BGS(BTO)
Bangunan
Keputusan Pemimpin Keputusan Pemimpin Keputusan Pemimpin Keputusan Pemimpin
BLU
BLU
BLU
BLU
Max 30 th
Dapat diperpanjang
Max 15 th dan dapat Max 30 th
setelah dilakukan
diperpanjang setelah
evaluasi, dan
dilakukan evaluasi
penyesuaian klausul
dlm perjanjian
Kompensasi tetap dan Hanya berlaku utk 1 Hanya berlaku utk 1 kompensasi tetap,
Imbal hasil
kali perjanjian dan tdk kali perjanjian dan tdk imbal hasil, dan/atau
dpt dilakukan
dpt dilakukan
manfaat ekonomi
perpanjangan
perpanjangan
lainnya
Penunjukan langsung Dapat melakukan
kerja sama dgn bentuk
KSO Tanah dan
Bangunan (A)
Kompensensi tetap
dan/atau imbal hasil
Lelang

Kerja Sama Manajemen (KSM)
Aset Pihak lain
Peralatan dan Mesin

SDM/Manajerial BLU

SDM/Manajerial Pihak
Lain

Keputusan Pemimpin Keputusan Pemimpin Keputusan Pemimpin
BLU
BLU
BLU
Memperhitungkan
Max 5 th
Max 5 th
masa manfaat

Kompensasi tetap,
imbal hasil, dan/atau
manfaat ekonomi
lainnya

Dapat melakukan
Penunjukan langsung, Lelang
kerja sama dgn bentuk perizinan, atau lelang
KSO Tanah dan
Bangunan (A)
Kompensensi tetap
dan/atau imbal hasil
Lelang

Dapat diperpanjang
setelah dilakukan
evaluasi, dan
penyesuaian klausul
dlm perjanjian
Perizinan

Dapat diperpanjang
setelah dilakukan
evaluasi, dan
penyesuaian klausul
dlm perjanjian
Lelang

3030

PELUANG KERJASAMA PADA UPT BLU DILINGKUNGAN
KEMENHUB DENGAN SKEMA KSO/KSM
1. UPBU Raden Inten II Lampung
2. UPBU Fatmawati Soekarno
3. UPBU Sentani

Pada UPBU yang telah
dilakukan pembahasan di
Kemenkeu yaitu :

4. UPBU Juwata
5. UPBU Mutiara Sis Al Jufri
6. UPBU HAS Hanandjoedin
7. UPBU Haluoleo Kendari

Peluang
Kerjasama

1. UPBU Fatmawati
Soekarno

9. UPBU Kalimarau

2. UPBU Raden Inten II
Lampung

10. UPBU Wamena

3. UPBU Juwata

8. UPBU Tjilik Riwut Palangkaraya

11. UPBU Djalaludin
12. UPBU Sultan Babullah Ternate

4. UPBU Sentani

13. UPBU Rendani
14. UPBU Domine Eduard Osok Sorong
15. UPBU Mopah

3131

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
32

LAMPIRAN

33

MATRIKS IDENTIFIKASI PERIJINAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
(POSISI OKTOBER 2016)
TELAH
DIDELEGASIKAN
KE BKPM

TETAP DI
KEMENTERIAN

NO

UNIT KERJA

JUMLAH
IZIN

1

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

9

3

6

2

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

26

7

19

3

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

109

2

107

4

Direktorat Jenderal Perkeretaapian

13

1

12

157

13

144

JUMLAH
Sumber:

1.
2.
3.
4.

Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.002/76/1/DJPL-16 Tanggal 18 Oktober 2016;
Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor HK.601/1/3/DJPU.KUM–2016 Tanggal 7 Oktober 2016;
Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor DI.101/767/X/AMM/2016 Tanggal 12 Oktober 2016;
Surat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Nomor HK.601/90/K1/DJKA/IX/16 Tanggal 23 September 2016;

Catatan :
Sesuai Hasil Rapat Pembahasan Perkembangan PTSP Pusat di BKPM oleh Kementerian Perhubungan Tanggal
pelaksanaan 1 Agustus 2016 tempat di Ruang Rapat Kutai Gedung Karsa Lantai 7 Kementerian Perhubungan
34

PRO DAN KONTRA DARI MODEL OPERASI APBN MURNI,
AP DAN KONSESI
APBN Murni

Availability Payment

Konsesi

Dampak
terhadap
timeline
konstruksi

Kecil - Skema sudah disusun,
dan disepakati

Kecil - Membutuhkan pembuatan
OBC, dan penunjukan kontraktor
untuk fasilitas below rail, yang
harusnya bisa dilakukan sesuai jadwal
seperti APBN Murni.

Besar – Menstrukturkan proyek
konsesi dalam perkeretaapian cukup
kompleks, dan kemungkinan besar
memerlukan waktu yang cukup
panjang.

Dampak
terhadap
likuiditas
anggaran

Besar - Anggaran tidak
akan cukup pada APBN
2017, dan tidak
diperkirakan akan cukup
pada tahun berikutnya

Baik - Diperkirakan baru ada
permintaan anggaran pada tahun
2018-2019, dan permintaan per tahun
relatif rendah

Sedang - Diperkirakan baru ada
permintaan anggaran pada tahun
2018-2019 dalam bentuk PSO untuk
Operator (Kontraktor dibayar oleh
operator melalui TAC) sehingga
dibutuhkan skema pendanaan yang
baru.

Value for
money

Sulit diprediksi – Proyek
sering mengalami
keterlambatan, dan kenaikan
biaya

Jelas – Apabila pihak swasta tidak
mengikuti pada jadwal kontrak, maka
tidak perlu dibayar.

Jelas - Apabila pihak swasta tidak
mengikuti pada jadwal kontrak,
maka tidak perlu dibayar.

Risiko

Lebih banyak di pemerintah

Sebagian dipindahkan ke swasta

Sebagian dipindahkan ke swasta

Rangkuman

Proyek dapat ditunda lama,
dan risiko ditanggung
pemerintah

Proyek dapat jalan sesuai jadwal,
dampak likuiditas baik, risiko juga
dipindahkan ke swasta

Proyek dapat ditunda, namun ada
kelebihannya di likuiditas dan risiko
35

KEBUTUHAN PENDANAAN PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN 2015-2019
PERBANDINGAN ANGGARAN DALAM RENSTRA KEMENHUB 2015-2019 DENGAN REALISASI ANGGARAN
No.

UNIT KERJA

1 DITJEN PERHUBUNGAN DARAT

2015

ALOKASI RENSTRA 2015-2019 (Rp. Miliar)
2016
2017
2018
2019

JUMLAH

REALISASI PENGANGGARAN (Rp. Miliar)
2015
2016
2017

6.077,11

10.620,24

13.031,64

13.481,22

14.053,45

57.263,66

6.077,11

3.811,62

4.522,32

2 DITJEN PERKERETAAPIAN

18.670,67

39.558,85

46.200,81

63.253,29

65.641,93

233.325,55

18.670,67

13.209,11

18.031,44

3 DITJEN PERHUBUNGAN LAUT

22.842,96

25.513,01

25.216,71

25.362,23

26.985,45

125.920,35

22.842,96

14.437,68

11.662,27

4 DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

11.745,87

18.376,11

17.820,38

17.620,36

17.748,30

83.311,02

11.745,87

10.307,84

9.306,55

4.401,61

6.712,10

6.741,82

6.819,24

7.507,36

32.182,13

4.401,61

5.497,53

4.347,87

6 BADAN LITBANG

228,26

240,36

251,11

237,05

247,94

1.204,71

228,26

217,26

124,16

7 INSPEKTORAT JENDERAL

100,31

105,33

110,59

116,12

122,93

555,28

100,31

100,31

90,31

8 SEKRETARIAT JENDERAL

887,22

1.036,89

1.031,46

1.087,93

1.148,37

5.191,87

887,22

884,29

526,83

-

-

120,44

5 BPSDMP

9 BPTJ
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
% PENGANGGARAN

64.954,00

102.162,88

110.404,53

127.977,43

133.455,74

538.954,59

64.954,00
100,00%

48.465,64
47,44%

48.732,19
44,14%
36

36

PENDELEGASIAN PERIZINAN
YANG TELAH DAN BELUM DILENGKAPI SOP
9 perizinan yang telah dilengkapi SOP
Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL);
Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS);
Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan;
Izin Usaha Perusahaan Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;
Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (SIUPPAK);
Izin Jasa Pengurusan Transportasi Yang Dilakukan Oleh Usaha Patungan (Joint Venture) atau Yang
Berstatus Penanaman Modal Asing;
• Izin Badan Usaha Bandar Udara Komersil (BUBU);
• Izin Usaha Angkutan Udara;
• Izin Usaha Sarana Perkeretaapian Umum.








4 perizinan yang belum dilengkapi SOP





Izin Penetapan Lokasi Terminal Angkutan Barang;
Izin Pembangunan Pelabuhan Sungai Danau (Pelayanan Antar Propinsi dan Lintas Batas Negara);
Izin Pembangunan Terminal Khusus Sungai dan Danau;
Penetapan Recognized Security Orgazation (RSO);
37

DEREGULASI PERATURAN BIDANG PERHUBUNGAN

PERATURAN
MENTERI
PERHUBUNGAN
YANG SEDANG
DALAM PROSES
PENGUSULAN
DEREGULASI

• PERATURAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR PM
45 TAHUN 2015 TENTANG
PERSYARATAN KEPEMILIKAN
MODAL BADAN USAHA DI
BIDANG TRANSPORTASI

38

SOP PERMOHONAN IZIN DI PTSP PUSAT DI BKPM

No

Tahapan Kegiatan / LangkahLangkah

Waktu

1

Berkas pemohon diterima
Liasion Officer (LO) Kementerian
Perhubungan

1 hari

2

BO menerima dokumen lengkap
dari Pemohon melalui LO

1 hari

3

Dokumen lengkap diteruskan ke
Tim Pokja PTSP Pusat (Dokumen
tidak lengkap dikembalikan ke
LO)

1 hari

4

Tim Pokja mengirim dokumen ke
Kementerian Perhubungan

1 hari

5

Kementerian Perhubungan
memverifikasi Administrasi dan
Teknis

6

Dokumen diambil kembali oleh
TU PTSP Pusat di BKPM

1 hari

Total waktu penyelesaian

5 hari

Pemohon

LO Kemenhub
pada PTSP

BO Kemenhub
pada PTSP

Catatan :
LO/BO 1 hari kerja jika dokumen diterima sebelum pukul 12.00 WIB di hari yang sama

Tim
Pokja
PTSP
Pusat

Kemenhub

TU PTSP
PUSAT

3939

KESIMPULAN
4 (empat) jenis perizinan yang belum Standar Operating Prosedur (SOP)/Bussines Proses segera
dilengkapi;
Rancangan SOP 4 (empat) perizinan segera dibahas dengan BKPM;
Permohonan perijinan diselesaikan sesuai SLA (Service Level Agreement);
SOP Pemohon Izin Usaha di PTSP Pusat sesuai dengan hasil kesepakatan;
Petugas PTSP Kemenhub agar menyusun rekap laporan pelayanan perizinan kepada Sekretaris
Jenderal melalui Kepala Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan secara berkala.

4040

PROFIL SINGKAT PROYEK PERHUBUNGAN
YANG DIUSULKAN DIBIAYAI SKEMA
PEMBIAYAAN ALTERNATIF SELAIN APBN

41

PROFIL TERMINAL MENGWI
8°33'32.6"S 115°10'05.6"E
Pembiayaan pembangunan melalui dana
APBN Kementerian Perhubungan Tahun
2007 sebesar Rp. 30 Milyar
Luas 12,244 Ha
Jalan masuk seluas 2,9943 Ha
Nilai Manfaat : Terminal Mengwi sebagai
simpul transportasi yang melayani Angkutan
AKAP dan AKDP dari dan ke wilayah Bali.

42

PROFIL TERMINAL TIRTONADI
Jangka Waktu Pembangunan :
Tahun 2009 s/d 2016
Total Investasi Pembangunan :
Rp. 156.000.000.000,- (APBN + APBD)
Luas total ± 35.500 m2 dengan rincian :
Luas landasan
: 16.000 m2
Luas pelataran parkir
: 3.400 m2
Luas ruang tunggu (2 lokasi) :
694 m2
Luas emplasemen
: 1.806 m2
Nilai Manfaat : Terminal Tirtonadi sebagai
simpul transportasi yang melayani Angkutan
AKAP dan AKDP di wilayah Jawa, Sumatera
dan Bali.

43

PEMBANGUNAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA (BSH) EXPRESS LINE

Panjang Jalur

:

33,86 Km (hasil Pra-FS PT. SMI)

Rute

:

Halim-Manggarai-Dukuh Atas-Tanah
Abang-Pluit-SHIA

Stasiun & Depo

:

6 unit stasiun & 1 unit depo

Jenis Konstruksi

:

Elevated / Layang (Konstruksi Beton,
Slab Track)

Skema Pembiayaan

:

USD. 2,039 Juta (Eq. Rp. 20
Triliun) (Swasta)

Tarif sesuai
perhitungan

:

Rp. 70.000

Rencana Konstruksi

:

2018

Rencana Operasi

:

2022

Posisi Saat Ini:
 Penyelesaian Perpres tentang KA Bandara Soetta Expressline (Kemenko Perekonomian , Seskab dan Kemenhub);
 Pemilihan trase dalam pra-FS masuk kedalam lingkup penugasan Perpres;
 Perlu ditetapkan skema pendanaan (Skema KPBU atau Penugasan BUMN).
44

PROGRAM PEMBANGUNAN KA AKSES BANDARA ADI SUMARMO, SOLO
Rencana Trase
A. Total Rencana Panjang Jalur ± 26,07 Km’sp, terdiri atas ± 6,73 Km’sp track eksisting dan ±
19,34 Km’sp track baru
B. Indikasi Kebutuhan Pembebasan Lahan : ± 410.650 m2
C. Indikasi Kebutuhan Pendanaan : ± Rp. 900 Milyar (tidak termasuk lahan & rollingstock)
Jalur Kereta Rencana Koridor Utara
= 7,14 km (At Grade)

Jalur Kereta
Eksisting = 6,73 km

Jalur Kereta Koridor Barat :
12,2 km (elevated)

Keterangan
: Jalur KA Eksisting
: Jalur KA Rencana
: Jalur KA Rencana (Elevated)
: Bandar Udara

45

RENCANA PENGEMBANGAN KERETA CEPAT (HST) DI PULAU JAWA

Alt 1 : Pembangunan dilakukan mulai
dari Karawang, Track Jakarta-Karawang
menggunakan track kereta cepat
Jakarta-Bandung,
sehingga
dapat
menghemat biaya konstruksi
Alt 2 : Rute alternatif dibangun dengan
melanjutkan trase kereta cepat JakartaBandung diteruskan ke Bandara
Kertajati-Cirebon-Semarang-Surabaya,
kesulitan trase ini adalah wilayah
Bandung-Cirebon melewati kontur
perbukitan dan pegunungan sehingga
membutuhkan biaya yang lebih tinggi

1

Tarif sesuai perhitungan : Rp. 500.000 s.d Rp. 900.000 (terbagi atas kelas Ekonomi, Bisnis dan Executive)

2

Lebar spoor (gauge) 1.435 mm dan tidak menggunakan rel eksisiting yang sudah ada

3

Panjang track direncanakan sepanjang + 685,4 Km dengan jumlah stasiun sebanyak 9 (sembilan) lokasi dan 1 unit depo

4

Jika pembangunan menyambungkan jalur KA cepat Jakarta-Bandung di Karawang maka jarak bisa berkurang ± 50 Km sehingga jarak
yang dibangun menjadi 635,4 Km

5

Kecepatan maksimum didesain sampai dengan 350 Km/Jam dan kecepatan operasi adalah 300 Km/Jam

6

Waktu tempuh kurang dari 3 jam

7

Total biaya yang dibutuhkan untuk kontruksi, pembebasan lahan maupun pengadaan rolling stock adalah sebesar Rp. 253,8 Trilliun

8

Rencana Operasi tahun 2030

Lokasi Stasiun
Estimasi Kebutuhan Lahan

46

Rencana Pengembangan KA Kertapati-Simpang-Tanjung Api-Api

Panjang
Jalur

:

96 Km’sp

Rute

:

Kertapati-Simpang-Tanjung
Api-Api

Stasiun &
Depo

:

10 stasiun ( KertapatiSimpang-Solok Rasau-Talang
Kemang-Talang ilir-GasingJalur 19-Sebalik-Paku
Rancah-Tanjung Api-Api

Jenis
Konstruksi

:

At Grade (Bantalan beton)

Skema
Pembiayaan

:

Rp 2,4 Triliun (KPBU)

Rencana
Operasi

:

2020

Posisi Saat Ini:
Desain telah dilaksanakan tahun 2006 namun perlu direview karena adanya perubahan trase (review desain diprogramkan tahun 2017)

47

PENGEMBANGAN PELABUHAN KUALA TANJUNG
TERMINAL CURAH CAIR &
MULTIPURPOSE (1)
• Rencana
Induk
Pelabuhan
Nomor KP 148 Tahun 2016
• Perjanjian Konsesi Pengusahaan
Dermaga Terminal Curah Cair
antara KSOP Kuala Tanjung dan
PT. Pelindo I (Persero) pada
tanggal 23 Januari 2015
• Finalisasi Adendum Perjanjian
Konsesi menjadi Pengusahaan
Terminal Multipupose
• Konstruksi Fisik 59%

TERMINAL PETIKEMAS (2)
• Rencana Induk Pelabuhan Nomor KP 148 Tahun 2016
• Studi Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Hub Internasional melalui
APBN Ditjen Hubla TA 2014
• Studi Outlined Bussiness Case oleh Kemenko Perekonomian Tahun 2016

Pembangunan Terminal Multipurpose telah dimulai tahun 2015 oleh Pelindo I.
 (2)Pada Tahap I (jangka pendek) juga dikembangkan Pelabuhan Hub
Internasional yang dimulai pada Tahun 2017



(1)

48

PENGEMBANGAN PELABUHAN KUALA TANJUNG
PERKIRAAN KEBUTUHAN ANGGARAN
Pelabuhan
Multipurpose*
Hub International

Kebutuhan Anggaran Rp.
Tahap I
2016-2021

Tahap II
2022-2026

Tahap III
2027-2031

Tahap IV
2032-2041

Tahap V
Setelah 2042

-

-

-

-

-

13.728,75 M

5.520,904 M

9.041,382 M

8.809,793 M

12.360,45 M

* Ket: Pembangunan Terminal Multipurpose telah dimulai tahun 2015 oleh Pelindo I

Total Perkiraan Kebutuhan Anggaran Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung Hub
Internasional dari Tahap I sampai dengan Tahap V sebesar Rp. 49.461,28 Milyar

49

PEMBANGUNAN BANDARA KARAWANG
Struktur Kerjasama

PJPK

Kementerian Perhubungan

Peran Swasta

BOT

Ruang Lingkup

Pembangunan Bandara baru
Jadwal Pelaksanaan Proyek (Maret 2011, JICA)

Status
• Telah pernah dilakukan kajian “Master Plan Study On Multiple Airport
Development For Greater Jakarta Metropolitan Area” yang dilakukan oleh
Kementerian Perhubugan dengan JICA
Tindak Lanjut
• Perlu penetapan rencana pembangunan bandara Karawang dalam RTRW
Kabupaten Karawang dan RTRW Provinsi Jawa Barat.
• Perlu dilakukan review rencana pembangunan Bandara Karawang terkait
dengan telah adanya perubahan faktor eksternal yaitu sedang dilakukan
kegiatan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta serta sedang dibangunnya
Bandara Kertajati di Majalengka

Tahap I (2019) direncanakan memiliki 2 landas pacu dengan panjang masingmasing 3.600 meter dengan kapasitas 370.000
pergerakan pesawat dan dapat melayani 60 juta
penumpang/ tahun;
Tahap II (2030) direncanakan memiliki 3 landas pacu dengan panjang masingmasing 3.600 meter dengan kapasitas 470.000
pergerakan pewawat dan dapat melayani 75 juta
penumpang/ tahun;
Tahap Ultimate direncanakan memiliki 4 landas pacu dengan panjang masingmasing 3.600 meter dengan kapasitas 570.000
pergerakan pesawat dan dapat melayani 90 juta
penumpang/ tahun.
Perkiraan Pendanaan (Maret 2011, JIKA)

Tahap 1 akan dibangun dengan perkiraan kebutuhan pendanaan sebesar
Rp.37,512 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 27,84 triliun
pendanaan dalam negeri dan Rp 9,67 triliun pendanaan luar
negeri;
Tahap 2 akan dibangun dengan perkiraan kebutuhan pendanaan sebesar
Rp.44,54 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 25,96 triliun
pendanaan dalam negeri dan Rp 18,573 triliun pendanaan luar
negeri;
Total keseluruhan diperkirakan akan membutuhkan pendanaan sebesar
Rp.82,05 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 53,80 triliun
pendanaan dalam negeri dan Rp 28,245 triliun pendanaan luar
negeri (65% dalam negeri dan 35% luar negeri).

50

PEMBANGUNAN BANDARA BALI BARU……….1
Struktur Kerjasama
PJPK

Pemerintah Provinsi Bali

Peran Swasta

BOT

Ruang Lingkup

Pembangunan bandara baru di wilayah bali bagian utara
Ringkasan Proyek

Estimasi Capex (Nilai Investasi)

Rp 5,6 T

Tindak Lanjut
• Diperlukan pertemuan antara Kementerian Perhubungan dan Pemerintah
Provinsi Bali terkait kejelasan skema pembiayaan proyek.

Status
• Dalam proses penyiapan proyek: pembahasan skema pembiayaan proyek
• Pra Feasibility Study sudah dilakukan oleh Pemprov Bali. Disamping itu terdapat
swasta (PT Pembangunan Bali Mandiri) yang melakukan pra studi kelayakan juga.
• Berdasarkan hasil rapat pada Agustus 2014 di Kemenko Perekonomian
disimpulkan bahwa masih perlu dilakukan FS lanjutan atau kajian lebih
terperinci untuk menentukan titik koordinat lokasi, serta diarahkan agar proyek
ini dilaksanakan dengan skema solicited.
• Persiapan studi lanjutan atau kajian lebih terperinci untuk menentukan titik
koordinat dalam rangka penetapan lokasi

51

PEMBANGUNAN BANDARA BALI BARU……….2
KENDALA TEKNIS DI LOKASI ALTERNATIF TERPILIH (rekomendasi PT. PBM)
Rencana Landas Pacu kedua
memerlukan pekerjaan reklamasi

Kebutuhan Lahan untuk 1 (satu) landas
pacu : 672± Ha
Kebutuhan Lahan untuk 2 (dua) landas
pacu (tahap ultimate) : 1.120 ± Ha
Rencana Landas Pacu kedua
memerlukan pekerjaan reklamasi






Lahan merupakan sawah dengan sistem subak.
Perlu Relokasi ± 409 rumah penduduk, 6 pura, sungai
sepanjang 2.250 m dan jalan.
Perlu pekerjaan galian dan timbunan dengan volume yang
besar (galian ± 5,4 juta m³ dan timbunan ± 4,9 juta m³ ).
Kemungkinan memerlukan pekerjaan reklamasi untuk
pembangunan landas pacu kedua.

52

53

DASAR HUKUM
 Peraturan Pemerintah
Pengelolaan BMN/D.

Nomor

27

Tahun

 Perpres Nomor : 56 Tahun 2011
Pemerintah Dengan Badan Usaha
Infrastruktur.

2014

tentang

tentang Kerjasama
Dalam Penyediaan

 Permen PPN Nomor : 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur.
 PMK Nomor : 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan BMN.
 PMK Nomor : 164 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan BMN Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur.

54

INVESTASI
PEMERINTAH
(PP nomor 1 Tahun 2008 yang diubah dengan PP 49 Tahun 2011 tentang Investasi Pemerintah)
Investasi Pemerintah
penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi
pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya

Investasi Langsung
Penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi
pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha

Penyertaan Modal
Bentuk investasi pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak
kepemilikan
55

INVESTASI PEMERINTAH

(PP nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah)

Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang
Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu
permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi
Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara tidak berkelanjutan

Investasi Permanen
a.
b.

Penyertaan modal pemerintah;
Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat ( misal :
pemanfaatan BMN)
56

56

KERJASAMA PEMANFAATAN BMN
Pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan Penerimaan
Negara dan sumber pembiayaan lainnya.
Optimalisasi

PNBP
Pemeliharaan

 KSP tidak mengubah status BMN.
Mengoptimalkan daya guna dan
hasil guna BMN

 Tanah, gedung, bangunan, sarana dan fasilitas yang

Meningkatkan penerimaan negara



Tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dana dlm APBN utk
memenuhi biaya terkait BMN




 Kontribusi tetap.
 Pembagian keuntungan hasil

pendapatan KSP.



dibangun oleh Mitra KSP menjadi BMN sejak
diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian
atau pada saat berakhirnya perjanjian
Biaya persiapan KSP yang dikeluarkan oleh
Pengelola Barang atau Pengguna Barang s.d.
Penunjukan Mitra KSP dibebankan pada APBN
Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah
ditetapkannya Mitra KSP dibebankan pada Mitra
KSP
Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman
Mitra KSP, dibebankan pada Mitra KSP dan tidak
diperhitungkan dalam pembagian keuntungan
Mitra KSP ditentukan melalui tender, kecuali BMN
yang bersifat khusus.

57

KSP BMN
PIHAK YANG DAPAT MELAKSANAKAN KSP
PENGGUNA

PENGELOLA

• Tanah/Bangunan
• Sebagian T/B
• Selain T/B

• Tanah/Bangunan
• Sebagian T/B
• Selain T/B

PIHAK YANG DAPAT MENJADI MITRA KSP
BUMN/D
Swasta

• Badan Usaha Milik Negara
• Badan Usaha Milik Daerah
Kecuali, Perorangan

dengan persetujuan
Pengelola Barang

JANGKA WAKTU KSP:
 Paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian KSP dan dapat diperpanjang
 Jangka waktu KSP BMN untuk penyediaan infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak

perjanjian KSP ditandatangani dan dapat diperpanjang

PERPANJANGAN KSP
Permohonan persetujuan perpanjangan jangka waktu KSP paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka
waktu berakhir, dengan pertimbangan :
 sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan
negara; dan
 selama pelaksanaan KSP terdahulu, mitra KSP mematuhi peraturan dan perjanjian KSP.
58

KSP BMN
PENUNJUKAN MITRA KSP
Pemilihan Mitra KSP dilakukan melalui tender, kecuali objek Pemanfaatan dalam bentuk KSP merupakan
BMN yang bersifat khusus
BMN BERSIFAT KHUSUS:
BMN yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Barang yang memiliki kompleksitas khusus seperti
bandar udara, pelabuhan laut, kilang, instalasi tenaga
listrik, dan bendungan/waduk;
Barang yang dikerjasamakan dalam investasi yang
berdasarkan perjanjian, hubungan bilateral antar
Negara; atau

PENUNJUKAN LANGSUNG MITRA KSP
Penunjukan langsung Mitra KSP atas BMN yang
bersifat khusus dilakukan oleh :

PENGGUNA

PENGELOLA

• Tanah/bangunan
• Sebagian T/B
• Selain T/B

• Tanah/bangunan
• Sebagian T/B
• Selain T/B

terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki
bidang dan/atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BMN lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang

59

KONTRIBUSI TETAP DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Penerimaan negara yang wajib disetorkan Mitra KSP selama jangka waktu KSP, terdiri atas:

 kontribusi tetap; dan
 pembagian keuntungan KSP.
KONTRIBUSI TETAP
Perhitungan Kontribusi Tetap :

Besaran persentase kontribusi tetap X nilai wajar BMN objek KSP
Keterangan :
Besaran persentase kontribusi tetap didasarkan pada hasil perhitungan tim berdasarkan hasil Penilaian
Nilai wajar BMN didasarkan pada :
a. hasil Penilaian oleh Penilai pemerintah, untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan*;
b. hasil Penilaian oleh tim yang dibentuk Pengguna Barang, untuk BMN selain tanah dan/atau bangunan
* Dalam hal terdapat nilai BMN yang berbeda dengan nilai wajar hasil Penilaian, dalam rangka Pemanfaatan BMN digunakan nilai
wajar hasil Penilaian
60

KONTRIBUSI TETAP DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Perhitungan Pembagian Keuntungan X besaran keuntungan pelaksanaan KSP
Perhitungan Pembagian Keuntungan dilakukan
dengan mempertimbangkan :
1. Nilai investasi pemerintah;
2. Nilai investasi mitra KSP; dan
3. Risiko yang ditanggung mitra KSP.

Keterangan :
Besaran nilai investasi pemerintah didasarkan pada
nilai wajar BMN yang menjadi objek KSP.
Besaran nilai investasi mitra KSP didasarkan pada
estimasi investasi dalam proposal KSP.

Perhitungan pembagian keuntungan dimaksud ditentukan oleh Pengelola Barang dari hasil perhitungan tim
berdasarkan hasil Penilaian
Besaran pembagian keuntungan dapat ditinjau kembali oleh Pengelola Barang dalam hal realisasi investasi yang
dikeluarkan oleh mitra KSP (didasarkan dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor independen), lebih rendah dari
estimasi investasi sebagaimana tertuang dalam perjanjian.
Bentuk kontribusi tetap dan pembagian keuntungan atas pelaksanaan KSP BMN dapat berupa bangunan beserta
fasilitasnya yang dibangun dalam satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek KSP paling banyak
10% (sepuluh persen) dari total penerimaan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan selama masa KSP.

61

KSP OPERASIONAL DAN
KSP BMN UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
KSP OPERASIONAL

KSP BMN UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KSP operasional atas BMN bukan merupakan
Penggunaan BMN Yang Dioperasikan oleh Pihak
Lain.

Dalam hal mitra KSP BMN untuk penyediaan infrastruktur
berbentuk Badan Usaha Milik Negara/Daerah, kontribusi tetap
dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling tinggi
sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil perhitungan tim
KSP.

Dalam hal mitra KSP hanya mengoperasional-kan
BMN, bagian keuntungan yang menjadi bagian
mitra KSP ditentukan oleh Pengelola Barang
berdasarkan persentase tertentu dari besaran
keuntungan yang diperoleh mitra KSP terkait
pelaksanaan KSP.

Penetapan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kondisi
keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan hasil analisis
kelayakan bisnis KSP oleh Pengelola Barang dengan
mempertimbangkan usulan Pengguna Barang

Ketentuan lebih lanjut atas pelaksanaan KSP Operasional dan mengenai besaran penetapan kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan atas pelaksanaan KSP untuk penyediaan infrastruktur diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan.

62

LINGKUP INFRASTRUKTUR
1

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
meliputi : pelabuhan laut, sungai dan/atau danau, bandar udara, terminal, dan/atau jaringan rel
dan/atau stasiun kereta api;

2

INFRASTRUKTUR JALAN
meliputi : jalan jalur khusus, jalan tol, dan/atau jembatan tol

3

INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
meliputi : saluran pembawa air baku dan/atau waduk/bendungan;

4

INFRASTRUKTUR AIR MINUM
meliputi : bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan/atau
instalasi pengolahan air minum

63

LINGKUP INFRASTRUKTUR
5

INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH
meliputi : meliputi : instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan/atau jaringan utama,
dan/atau sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan/atau tempat pembuangan;

6

INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI
meliputi : jaringan telekomunikasi.

7

INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN
meliputi : meliputi : pembangkit, transmisi, distribusi dan/atau instalasi tenaga listrik;

8

INFRASTRUKTUR MINYAK DAN/ATAU GAS BUMI
meliputi : instalasi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan/atau distribusi minyak
dan/atau gas bumi.

64

KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
 Mitra KSPI yang telah ditetapkan, selama jangka

Pendukung

Penyediaan

Prioritas

Mendukung tugas dan fungsi
pemerintahan

Tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dana dlm APBN utk
penyediaan infrastruktur
Termasuk dalam daftar prioritas
proyek program penyediaan
infrastruktur yg telah ditetapkan

waktu KSPI:
a. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau
memindahtangankan BMN yang menjadi objek
KSPI;
b. wajib memelihara objek KSPI dan barang hasil
KSPI; dan
c. dapat
dibebankan pembagian kelebihan
keuntungan sepanjang terdapat kelebihan
keuntungan yang diperoleh dari yang
ditentukan pada saat perjanjian dimulai
(clawback).
 Mitra KSPI harus menyerahkan objek KSPI dan
barang hasil KSPI kepada pemerinta