T1 212009018 Full text

(1)

PEMIMPIN DAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN DALAM TIM (Studi Kasus Tim Rektorat UKSW Periode 2009-2013)

Oleh : Stephanie Tjoegito ABSTRACT

This research aimstoknow the perceptions of members and leader about team diversity and actionstaken by leader in managing team diversity. Data was collected from the rectorat team of Christian University Satya Wacana,in the period of 2009-2013. This is qualitative research. Using empirical data,which collected from interviews with leader and members of the team rectorate. This reseach uses thematic analysis. The results shows that diversity management undertaken by team leader can be divided into three parts, namely: the principles (transparent, free speech, professional, willing to learn , have a clear vision);actions (aware of diversity, gives authorize and trust an task,create a trust, to act fairly, listening, created a good relationship with the other member,good communication) ; and authority (postpone the decision and seek information, the highest authority by leader, shared responsibility).

Keywords: Leader, Diversity Management, Team Diversity PENDAHULUAN

Setiap organisasi modern membutuhkan tim kerja. Tim dipandang dapat melakukan berbagai hal yang belum tentu dapat dilakukan secara individual. Kerja sama tim juga bisa memberikan hasil yang lebih baik dari individual. Delapan puluh persen perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Fortune,lima ratus di antaranya dikerjakan oleh tim, dan enam puluh delapan persen perusahaan manufaktur di AS juga menggunakan tim (Robbins dan Judge, 2008). Hal ini dapat diperkuat dengan mengatakan bahwa tim berkontribusi terhadap hasil yang lebih baik bagi organisasi karena peningkatan kinerja karyawan. Dengan melihat dari contoh banyak perusahaan besar yang menggunakan tim, maka tim dirasa mampu untuk memberikan sinergi yang baik untuk organisasi (Greenberg, 2005).


(2)

Tim terdiri dari orang-orang yang heterogen latar belakang kemampuannya. Karena beragam latar belakang kemampuan tersebut, maka dalam tim setiap anggota juga memiliki peran yang beragam (Pohan, 2010). Tim dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi akan meningkatkan keanekaragaman sudut pandang yang berpotensi untuk menciptakan proses berfikir kreatif. Sekelompok orang dengan domain pengetahuan dan keahlian yang berbeda-beda dipercaya akan lebih kreatif dikarenakan mereka akan cenderung membangun ide-ide yang baru.

Dalam melakukan penyelesaian tugas di dalam tim dibutuhkan suatu kolaborasi yang baik, antar anggota tim. Hal ini diperkuat oleh pandangan (Kozlowski & Bell, 2001) dimana ketergantungan tugas dalam tim atau kelompok membutuhkan kolaborasi masing- masing anggotanya. Kolaborasi yang baik itulah yang mengakibatkan timsukses. Zaccaro, Rittman, dan Marks (2001) mengatakan bahwa tim yang sukses membutuhkan tindakan 1) identifikasi yang sesuai kontribusi anggota individu, dan 2) rencana terbaik dalam kontribusi tersebut dapat dikombinasikan untuk membuat respons tim terpadu. Itulah mengapa bisa dikatakan bahwa tim merupakan hal yang cukup penting dan baik untuk organisasi modern saat ini.

Keanekaragaman karenanya merupakan hal yang baik dalam tim kerja. Perbedaan memberikan lingkungan yang jauh lebih kaya, memiliki keberagaman dapat membuat sudut pandang dan produktivitas yang lebih besar (Horwitz& Horwitz, 2007). Beberapa penelitian berpendapat bahwa keanekaragaman tim memiliki dampak positif pada kinerja karena atribut kognitif yang unik pada tiap anggota yang dibawa ke dalam tim (Horwitz& Horwitz, 2007). Keanekaragaman menjadi sangat berharga ketika menambah munculnya informasi kepada anggota tim lainnya (Horwitz& Horwitz, 2007). Anggota yang


(3)

heterogen didalam tim akan memberikan pemecahan, inovasi, dan juga adanya kreativitas yang lebih besar sehingga dapat mempengaruhi kinerja yang lebih unggul dalam tim (Horwitz & Horwitz, 2007) mengacu pada argumen Cox & Blake (1991).

Namun keanekaragaman juga merupakan sebuah tantangan bagi tim. Semakin beragam orang yang berada di dalam tim tersebut, maka semakin kompleks pula segala hal yang terjadi di dalam tim tersebut. (Greenberg, 2005) mengatakan tim memang memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja dan sikap pekerja, tetapi tidak semua memiliki hasil yang positif. (Horwitz & Horwitz 2007) mengatakan bahwa karakteristik anggota yang berbeda- beda seperti usia, etnis, dan keahlian dapat memberikan dampak merugikan pada hasil tim, serta keanekaragaman juga berdampak negatif pada kinerja tim. Karena keanekaragaman dalam tim merupakan hal yang sangat kompleks oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang mampu mengelola keanekaragaman yang ada di dalam tim.

Kepemimpinan menjadi hal yang sangat vital dalam tim bercirikan keanekaragaman. Contohnya saja bila terjadi sharing di dalam tim, maka peran pemimpin menjadi hal yang penting. Bahwa (Srivastava, Bartol, Locke, 2006)mengatakan sharing di dalam tim tidak dapat terjadi secara otomatis, dan pemimpin di dalam tim sangat penting dalam memainkan perannya. Pemimpin harus memberikan kontribusinya di dalam tim, dalam hal memperlakukan semua individu dengan mengakui perbedaan dan merespons perbedaan tersebut, dan pada saat yang sama tidak mendiskriminasi (Robbins dan Judge, 2008). (Srivastavadkk, 2006) pemimpin harus mempelajari bagaimana menghargai karyawan secara individu maupun secara tim.(Somech, 2009) yang mengacu pada hasil penelitian Simon perilaku yang tepat dari pemimpin yaitu dapat memainkan


(4)

peran, karena ketika pemmpin dapat memainkan perannya sehingga dapat mengkonversi fungsi dari heterogenitas tim dalam proses konstruktif. Tanpa intervensi dari pemimpin, tim yang beranekaragam tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga tim menjadi sumber daya yang belum di manfaatkan, ada namun tidak pernah digunakan.

Dalam rangka memahami tindakan-tindakan pemimpin secara aktual dalam mengelola tim yang memiliki keanekaragaman didalamnya, masih relatif sedikit literatur yang membahasnya. Banyak penelitian yang hanya meneliti bagaimana pengambilan keputusan bersama, atau setidaknya pengaruh bersama dalam pengambilan keputusan oleh karyawan unggul, dan kepemimpinan direktif, yang didefinisikan sebagai menyediakan anggota tim dengan kerangka kerja untuk membuat keputusan dalam bertindak dan keselarasan dengan visi pengawas, serta bagaimana gaya kepemimpinan dapat membentuk dasar untuk memeriksa yang lebih kompleks dalam kerja tim (Somech, 2009). Penelitian ini dilakukan didalam tim Rektorat UKSW, dimana peneliti ingin mempelajari bagaimana pengelolahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam timnya yang memiliki keragaman, selain itu tim rektorat juga merupakan kumpulan dari pemimpin- pemimpin didalamnya. Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa penelitian ini baik untuk diteliti, karena masih kurangnya penelitian tentang bagaiman seorang pemimpin dapat mengelola tim yang memiliki keanekaragaman didalamnya.

Persoalan yang diangkat dari penelitian ini adalah,

1) Bagaimana persepsi anggota tim dan pemimpin tentang keanekaragaman dalam tim? 2) Bagaimana pemimpin dan anggota tim menilai pemimpin dalam mengelola heterogen?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemimpin dan anggota tim serta tindakan pemimpin mengelola keanekaragaman. Penelitian ini


(5)

bermanfaat sebagai dasar atau rujukan bagi penelitian- penelitian serupa di masa mendatang. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian lainnya yang ingin meneliti lebih jauh dan mendalam terhadap hal- hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.

TINJAUAN TEORITIS Peran Tim dalam Organisasi

Tim dapat didefinisikan sebagai orang yang anggotanya berasal dari beberapa divisi yang berbeda, seperti divisi keuangan, marketing, produksi atau divisi ahli lainnya (Gustomo, 2011). Tim dapat dikatakan lebih fleksibel dibandingakn dengan kelompok, tim dapat melakukan perputaran peran pemimpin, tanggung jawab individual maupun bersama, serta adanya umpan balik, adanya diskusi secara terbuka maupun tertutup (Bachroni, 2011).

Untuk menghadapi tantangan dalam dunia yang lebih modern. Membuat organisasi memunculkan tim didalamnya untuk dapat bertahan di lingkungan global, dimana tim dianggap mampu untuk menghadapi tantangan kompetisi (Pohan, 2010). Selain itu organisasi juga penting membentuk tim karena dengan adanya tim maka akan memberikan inovasi, meningkatkan produktifitas organisasi tersebut, tim juga merupakan hal yang sangat baik dalam organisasi karena dengan adanya tim maka akan lebih banyak pencapaian tujuan yang berhasil dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individu (Bachroni, 2011).

Tim juga dapat menjadi faktor yang memberikan hasil positif. Dengan adanya tim dalam organisasi maka pencapaian tujuan melalui orang lain dapat terjadi dengan baik. Dengan adanya tim membuat kecenderungan anggota tim untuk berkolaborasi, untuk mempercayai anggota tim, dan merasa diberdayakan dan dapat menyuarakan


(6)

pendapatnya, dengan adanya perbedaan, maka para anggota tim dapat belajar dari perspektif yang berbeda, tim juga dapat berfungsi untuk membalikkan efek negatif dari keanekaragaman (Joshi & Roh, 2007).

Tim dapat menyelesaikan penyelesaian tugas yang lebih banyak.Karena pembagian peran didalamnya maka tugas yang bervariasi atau tugas yang mengharuskan untuk memiliki banyak sudut pandang dalam peyelesaiannya dapat terselesaikan lebih cepat (Robbins dan Judge, 2008) oleh karena itu secara umum tim terdiri dari berbagai jenis yaitu,Tim penyelesaian masalah, dengan adanya tim maka penyelesaian masalah dapat dilakukan lebih cepat, karena munculnya berbagai ide yang berbeda.Tim yang mengelola diri sendiri, dimana tim ini bersama-sama melakukan tanggung jawabnya atas hasil yang telah diputuskan bersama.Tim lintas fungsional, diamanapara anggotanya berasal dari hierarkis sama namun dari bidang pekerjaan yang berbeda.Tim virtual, tim ini tidak bertemu secara langsung dengan para anggota tim lainnya, namum memalalui media lain seperti video, tetapi tim ini tetap melakukan keputusan secara bersama serta berbagi informasi.

(Pohan, 2010) dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Gullymengatakan bahwa kekuatan hubungan timsangat dipengaruhi oleh konteks di dalam tim yakni ketika tugas dan konteks menuntut adanya koordinasi, komunikasi dan kerjasama antara anggota tim.Tim dapat dikategorikan menjadi tiga dimensi yaitu, 1) karakteristik yang berbeda dari tim dan anggotanya dapat dipelajari termasuk ukuran demografi, kemampuan, keterampilan, dan kepribadian. 2) distribusi karakteristik tertentu dalam suatu kelompok dapat dinilai. 3) perspektif analisis yang berbeda dapat diambil


(7)

terhadap komposisi dari sebuah tim (misalnya fenomena, atau penyebab yang mempengaruhi struktur tim, dinamika, atau kinerja) (Kozlowski & Bell, 2001).

Tim dapat saling melengkapi peran internal. Tujuan adanya pemberian peran didalam tim adalah untuk mengisi setiap pekerjaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu peran-peran utama dari suatu tim dibagi menjadi sembilan peran yaitu, peran sebagai penghubung yang bertugas mengkoordinasi dan mengintegrasikan, peran pencipta dimana pada peran ini mengajukan ide-ide kreatif, promotor bertugas untuk memperjuangkan ide-ide setelah diajukan, penilai bertugas menawarkan berbagai pilihan analisia yang berwawasan, organisator yang bertugas memberikan struktur, produser memberikan pengarahan dan tindakan lanjutan, pengontrol yang memeriksa detail dan menjalankan peraturan, pemeliharaan yang memerangi perlawanan dari luar, dan yang terakhir berperan sebagai penasihat bertugas untuk mendorong mencari informasi sebanyak-banyaknya (Robbins dan Judge, 2008).

Keragaman dalam Tim

Keragaman dalam tim didefinisikan sebagai sejauh mana anggota tim berbeda dalam hal keahlian, pengalaman, dan perspektif (Horwitz &Horwitz, 2007). Persepsi akan keragaman tim (perception of team diversity) memiliki tiga buah dimensi seperti yang diungkapkan oleh (Maryen, 2011) yaitu : perbedaan pengetahuan (knowledge), perbedaan kemampuan (abilities), dan perbedaan keahlian (skill). Ketika sebuah tim memiliki keragaman dalam hal kepribadian, gender, usia pendidikan, spesialisasi fungsional, dan pengalaman, terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa tim tersebut akan memiliki karakteristik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif (Robbins dan Judge, 2008). Hal tersebut diperkuat oleh (Horwitz & Horwitz,


(8)

2007) berdasarkan argumen Miliken & Matins (1996) keanekaragman dalam tim dikategorikan menjadi dua yaitu berdasarkan demografis serta keanekaragaman individu berdasarkan keahlian fungsianal, pendidikan, serta masa kerja organisasi.

Keanekaragaman pada tim terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, 1) efek dari keanekaragaman mungkin tergantung pada sifat dari tugas tim, 2) keanekaragaman memberikan efek positif bagi kinerja, tetapi efek yang lebih negatif pada aspek perilaku, 3) penelitian telah menunjukan bahwa dampak keanekaragaman dapat bervariasi sepanjang waktu (Kozlowski dan Bell, 2001). Keanekaragaman dalam karakteristik demografi mungkin memiliki konsekuensi negatif, tetapi keragaman dari segi keterampilan dan keahlian mungkin memiliki efek positif (Horwitz & Horwitz, 2007).

Setiap anggota tim harus memainkan perannya masing-masing dalam organisasi. Tidak ada peran anggota tim yang satu lebih tinggi dari peran anggota yang lainnya. Peran tim menggambarkan pola karakteristik perilaku cara, dimana salah satu anggota tim berinteraksi dengan yang lain, dimana penampilannya berfungsi untuk memfasilitasi kemajuan tim secara keseluruhan (Belbin, 1997). Mengingat tentang kemampuan dan karakteristik tiap anggota tim,sehingga keberhasilan atau kegagalan tim dapat diprediksi. Tim dapat dikatakan berhasil dengan menganalisis kekurangan mereka dan membuat perubahan (Belbin, 1997). Tetapi juga penting bagi individu dalam tim untuk memahami peran yang lain bermain, kapan dan bagaimana untuk membiarkan anggota tim lain mengambil alih, dan bagaimana untuk mengkompensasi kekurangan.Kerja tim dapat dilihat dari berbagai ukuran di dalam organisasi, namun beberapa aspek memberikan dasar yaitu dimana tim terdiri dari dua atau lebih individu, yang ada untuk melakukan tugas- tugas organisasi yang relevan, dan saling berinteraksi (Kozlowski & Bell, 2001).


(9)

Meskipun dengan adanya keberagaman bisa memberikan konflik yang cukup beragam pula di dalam tim. Adanya keragaman dalam tim membuat kemungkinan terjadinya konflik didalam tim tersebut karena adanya perbedaan pengalaman, persepsi, usia, motivasi, ataupun perbedaan budaya (Irawati, 2007).

Kepemimpinan dalam Tim yang Beragam

Pemimpin merupakan hal yang penting dalam pengelolaan tim yang beragam. Definsi kepemimpin dalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan Daft (2003).Hal ini diperkuat pula oleh pendapat Mayasari (2010) mengatakan bahwa pemimpin yang selalu melibatkan karyawannya dalam pengambilan keputusan, menempatkan bawahannya sebagai mitra kerja serta mengedepankan rasa sosial dan menumpukan sikap positif dari bawahan.

Pemimpin tim harus menyadari bahwa dengan terdapatnya keberagaman di dalam tim, oleh karena itu peran pemimpin dalam melakukan pengelolaan yaitu dengan menciptakan timbulnya berbagai motivasi (Intristic Interest), persepsi, kebiasaan, pendapat serta pengalaman yang berbeda dari setiap individu dalam memandang pekerjaan mereka (Irawati, 2007).Salah satu peran seorang pemimpin agar dapat mengarahkan dan mengontrol para anggota timnya yang beragam dengan cara menerjemahkan visi dalam realita, dengan kata lain pemimpin harus melibatkan orang lain dan lebih mengutamakan visi diatas segalanya (Bennis, 2007). Berkaitan dengan bagaimana peran pemimpin menugaskan para anggota timnya untuk dapat memainkan peran yang berbeda-beda, hal ini membantu dalam pencapaian tujuan, para anggota memberi kontribusi dengan cara yang berbeda, terkait dengan penjelasan sebelumnya tantang peran dalam tim.


(10)

Keragaman dalam tim memiliki implikasi penting terhadap praktek seorang pemimpin (Robbins dan Judge, 2007).Menurut (Rath dan Conchie, 2008) dibutuhkan pemimpin yang handal untuk tim yang heterogen dimana pemimpin tersebut dapat membangun hubungan seperti kemampuan beradaptasi, sebagai penghubung, pengembang, empati, dapat menciptakan tim yang harmoni dengan adanya heterogenitas dan berfikir positif, dan juga pemimpin diposisikan sebagai perekat kebersamaan tim. Dimana dengan adanya heterogenitas dalam tim pemimpin juga mampu untuk berfikir strategis serta mampu menganalisis informasi serta rincian fenomena sebab akibat untuk memperkirakan kondisi masa depan. (Kozlowski dan Bell, 2001) tadinya pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin untuk menghadapi perbedaan di dalam tim adalah dengan menggunakan cara melting pot (melebur) namun anggota tim tidak mengesampingkan nilai kultural, gaya hidup ,dan perbedaan ketika mereka bekerja, oleh karena itu asumsi melting pot diganti oleh sebuah asumsi yang mengakui dan menghargai perbedaan. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moleong, 2007). Data yang digunakan merupakan data empiris, makna yang ada dalam analisis empiris tidaklah jelas dengan sendirinya oleh karena itu perlu penafsiran dan mendefinisikan pengalaman tersebut (Denzin, 2009 p:180).

Metode pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara tak terstruktur / Unstructured Interview. Wawancara tak terstruktur bersifat terbuka, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman dalam


(11)

melakukan wawancara hanya berupa garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan (Satori, 2011 p:136). Wawancara tak terstruktur memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan dengan tipe wawancara yang lain (Denzin, 2009 p: 507). Wawancara dilakukan secara langsung dengan pemimpin dan para anggota tim. Sehingga data yang diperoleh akurat.

Proses pengumpulan data yang dilakukan tidak mudah. Pengambilan data dilakukan yaitu dengan cara membuat janji terlebih dahulu setelah itu melakukan wawancara, dalam melakukan wawancara dengan orang-orang yang cukup sibuk terdapat kendala yang dihadapi, maka seringkali sulit untuk bertemu dengan anggota tim rektorat, selain itu juga apabila ada anggota tim rektorat yang sedang melakukan studi lanjut maka wawancara dilakukan melalui via email, dan juga keterbatasan waktu dalam melakukan wawancara. Lama waktu dalam melakukan wawacara sekitar lima belas menit sampai satu jam untuk setiap anggota tim rektorat yang diwawancarai, wawancara dilakukan dengan merekam hasil wawancara dengan bantuan alat perekam. Ketika sudah mendapatkan hasil wawancara, dan hasil wawancara terebut dianalisis namun ternyata masih ada yang kurang, lalu peneliti melakukan janji kembali dengan para anggota tim untuk melakuan wawancara, wawancara tidak dilakukan hanya satu kali pertemuan dengan para anggota tim namun dilakukan beberapa kali.

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis tema. Analisis tema merupakan analisis entnografi dimana memperesentasikan pengalaman serta realita, pelaporan selama melakukan penelitian (Bungin, 2012 p: 639). Analisis tema berusaha menemukan hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis sehingga membentuk suatu kesatuan yang holistik, terpola dalam bentuk complex pattern yang akhirnya


(12)

muncul tema-tema atau faktor yang paling mendominasi dan mana yang kurang mendominasi (Bungin, 2012 p: 98). Langkah-langkah dalam melakukan analisis datasetelah data dari hasil wawancara terkumpul yaitu, Pertama, dengan mendengarkan kembali hasil dari wawancara yang telah direkam dan dituliskan kembali. Kedua, dengan melakukan coding dan memasukkannya kedalam tema-tema. Analisis data dan pengembangan teori dengan cara meletakkan paragraf-paragraf teks pada bagian analisis data dan meng-kode teks tersebut untuk menunjukan bagaimana pengkodean (coding) dilakukan (Denzin, 2009 p: 289). Ketiga, tema- tema tersebut lalu dinarasikan

TEMUAN

Fakta Keanekaragaman

Terdapat berbagai macam latar belakang yang berbeda didalam Tim Rektorat UKSW.Tim rektorat terdiri dari enam orang dengan komposisi dua perempuan dan empat priayang membuat keberagaman gender, latar belakang pendidikanuntuk Rektor Teologi (Fakultas Teologi), PR 1 FTI (Fakultas Teknologi dan Informasi), PR 2 FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), PR 3 FH (Fakultas Hukum), PR 4 FBS (Fakultas Bahasa dan Sastra), PR 5 FSM (Fakultas Sains dan Matematika). Keberagaman dalam latar belakang gereja dan juga latar belakang suku: Ambon, Rote, Jawa, Timor, Manado. Terkait dengan fakta keberagaman yang dijumpai pada Tim Rektorat (UKSW), salah seorang anggota tim mengungkapkan bahwa,

"...sehingga dia sejak pertama sudah beranekaragam. Oleh karena itu dalam kepemimpinan, keanekaragaman itu harus dimasukkan dalam pertimbangan supaya yang beragam ada terwakili, sehingga dukungan dari sivitas akademika para dosen yang beragam itu juga terwakili.Mereka merasa ada bagiannya.Itu dengan sendirinya." (Diungkapkan oleh A).


(13)

Persepsi Atas Keanekaragaman Tim

Secara umum dapat dikatakan semua anggota tim setuju dengan adanya keberagaman dan menerima keberagaman dalam tim rektorat. Ada sejumlah alasan yang diajukan atas sikap itu, di antaranya,

“Setuju, dengan keanekaragaman.Perlu, karena latar belakang pendidikan itu perlu supaya kita dapat mengenal program studi yang beragam.”(Diungkapkan oleh F).

“Saya setuju, kita saling melengkapi dengan adanya keberagaman, sehingga tidak ada masalah.Pencapain tujuan melalui orang lain. Komunikasi atas bawah, dan samping juga penting.”(Diungkapkan oleh C).

Dampak Keberagaman dan Kemungkinan yang Dihadapi

Keanekaragaman dalamtim sering digambarkan sebagai kekuatan positif yang mengarah ke fungsi efektif dari tim. Keanekaragaman yang terjadi dalam tim rektoratmemberikan hasil yang positif seperti yang diungkapkan oleh anggota tim rektorat yang mengatakan bahwa,

“Pada titik tertentu, keanekaragaman, baik pendidikan, budaya dan ras dan disiplin ilmu, menolong dan memperkaya pemahaman pimpinan atau pihak- pihak terkait di UKSW dalam menangani sebuah isu atau masalah. Disini dibutuhkan kemampuan memahami secara lintas budaya dan lintas ilmu sehingga proses berjalan dengan baik”. (Diungkapkan oleh D).

Namun, tidak selalu keberagaman itu diterima sebagai hal positif. Pada hal-hal tertentu tertentu keberagaman mungkin dapat menghambat, berikut diungkapkan salah seorang anggota tim rektorat yang mengatakan kendala itu,


(14)

“Walaupun kadang-kadang juga tidak lancar seperti yang kita bayangkan, karena (daerah) satu dengan yang lain hal dalam(kultur) keragaman, itu selalu ada stereotipe.Si ini dari daerah ini biasanya begini.Asumsi-asumsi seperti itu kadang-kadang bisa menghambat.Kepercayaan terkadang-kadang tidak bisa diberikan sepenuhnya (karena asumsi tadi).Itu ada seperti itu”.(Diungkapkan oleh A).

Terkait dengan isu-isu yang mungkin terjadi karena keberagaman. Terkadang ada juga permasalahan yang cukup menimbulkan ketegangan, seperti yang diungkapakan oleh salah satu anggota tim yaitu,

“Ketegangan selalu ada dalam berbagai dimensi, baik akademik maupun administrative (keuangan, staffing, pengembangan SDM dan investasi).”(Diungkapkan oleh D).

Pengelolaan Keanekaragaman

Pengelolaan keberagaman sangat menentukan bagaimana dampak dan peran keanekaragaman tim, pengelolaan yang dilakukan dapat memberikan dampak berkolaborasi dengan baik atau tidak.

Rapat merupakan salah satu hal yang dilakukan dalam pengelolaan keanekaragaman tim. Namun dalam menciptkan kolaborasi dalam tim yang beranekaragaman tidak hanya melakukan rapat-rapat yang dilakukan secara berkala, seringkali adanya satgas-satgas maupun memanggil orang yang berkaitan langsung tentang masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan informasi.

RAPIM dilakukan secara berkala seminggu sekali yang diadakan setiap hari Selasa pukul 10.00 pagi. Proses didalam rapat yaitu setiap anggota diberi materi, bahannya yaitumasalah atau isu-isu yangakan dibahas, diurutkan mulai masalah yang utama, kemudian berlanjut jadi masalah ketenagaan, lalu membahassurat-surat yang harus dibahas.


(15)

“Harus mengadakan rapat komunikasi secara reguler, dan itu yang kita lakukan rapat rutin setiap hari Selasa, adalah bagian dari kolaborasi jadi anda tidak perlu menunggu lama-lama. Kalau ada hal yang sudah jelas penyelesaiannya kita putuskan tidak harus menunggu RAPIM, tapi memang ada hal yang terkait satu sama lainya kita tunggu RAPIM, rapat itu penting tidak bisa pemimpin memutuskan sendiri setiap saat atau anggota tim lainnya memutuskan sendiri.”(Diungkapkan Oleh F).

Pengelolaan keragaman dalam tim rektorat UKSW dibagi menjadi tiga bagian yaitu,

Prinsip- prinsip dalam Pengelolaan Keanekaragaman Transparasi

Pemimpin memberikansemua informasi, dan pemimpin memberikan stimulus kepada para anggotanya untuk dapat memberikan pendapat.Memberikan pengertian tentang masalah yang harus diputuskan,

“Cara untuk mengelola semuanya supaya berjalan. Kita jelaskan kita maunya apa, apakah semua orang setuju kan tidak juga.”(Diungkapkan oleh A).

Kebebasan Berpendapat

Para anggota tim juga ditunjuk untuk dapat memberikan pendapat dalam menyelesaikan masalah atau isu-isu yang sedang terjadi. Karena setiap anggota tim merupakan kesatuan pemimpin, oleh karena itu anggota tim memiliki kewajiban untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan mengungkapkan ide-idenya maka permasalahan atau isu-isu yang sedang terjadi dapat diputuskan bersama. Sehingga para anggota tim tidak hanya diam saja namun juga aktif dalam memainkan perannya. (Diungkapkan oleh B).


(16)

Profesionalisme

Tindakan profesional tidak hanya dilakukan didalam rapat saja, namun tidakan profesional juga dilakukan diluar rapat. sehingga pencapaian tujuan melalui orang lain dapat tercapai dengan baik. Ketika tindakan profesional dilakukan maka anggota tidak merasa terbebani dengan adanya keberagaman, malah menyadari dengan keahliannya yang beragam dan dapat berkolaborasi dengan baik.

“Tentu di luar rapat juga harus ada tindakan-tindakan yang profesional yang bisa menimbulkan kepercayaan.”(Diungkapkan oleh A).

"Dengan catatan, tetap mempertimbangkan aspek profesionalitas dan kemampuan pribadi orang tersebut." (Diungkapkan oleh D).

Kemauan untuk Belajar

Kemauan untuk belajar juga perlu diperhatikan. Karena dengan adanya kemauan untuk belajar bisa mengasah potensi yang mungkin ada didalam diri anggota tim tersebut, seperti yang diungkapkan oleh anggota tim,

“…karna memang punya suatu kemampuan, tapi juga mau belajar ya kita jangan lupa kemampuan seseorang.Dia tidak punya sekarang tapi dia mau belajar mungkin ada sesuatu yang lebih bagus.”(Diungkapkan oleh B).

Visi yang Jelas

Seorang pemimpin dalam tim juga harus tahu kemana timnya mau diarahkan dan tahu bagaimana caranya. Salah satu cara pengelolaan keanekaragaman tim untuk dapat mengontrol anggotanya yaitu dengan visi yang jelas, dengan demikian maka pencapaian tujuan dapat dilakukan sesuai dengan arahnya. Sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu anggota tim. yaitu,


(17)

“Seorang pimpinan itu harus punya visi yang jelas mau dibawa kemana dan bagaimana caranya begitu. Bukan karena saya mau menyenangkan bagian (tertentu) ini, tapi apakah itu benar atau tidak”(Diungkapkan oleh B).

Tindakan dalam Pengelolaan Menyadari Adanya Keberagaman

Anggota dalam tim perlu menyadari akan adanya perbedaan yang ada, dan namun tetap menghargai tiap perbedaan yang ada dalam tim. seperti pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu anggota tim yaitu,

“ Harus menyesuaikan diri memang dengan keperbedaan itu.” (Diungkapkan oleh E)

Menciptakan Trust

Menciptakan trust antar anggota tim rektorat juga harus dilakukan, dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada kecurigaan yang dapat menimbulkan konflik dalam keberagaman. Menciptakan trust tidaklah mudah, oleh karena itu harus dilakukan dengan adanya keterbukaan dan pendekatan kepada pemimpin dengan anggotanya, dengan adanya keterbukaan maka tidak ada kecurigaan antar anggota maupun kepada pemimpin.

“Kalau kepercayaan ada saya kira orang tidak akan curiga lagi, jadi kunci di dalam mengelola keragaman itu adalah trust itu dan itu hanya bisa dicapai bila ada keterbukaan.”(Diungkapkan oleh A).


(18)

Bertindak Adil

Terkait dengan pembahasan sebelumnya, bagaimana untuk menciptakan trust. Pemimpin didalam tim yang heterogen juga harus bertindak adil. Adanya tindakan yang adil, maka akan tercipta rasa percaya terhadap sesama anggota tim.

“Bukan karna aku suka kamu ya usulanmu terima saja, harus fair ke semua orang bukan karna usulan orang yang kita tidak suka kita tidak terima.Ya mungkin ada kebenaran disitu.Supaya kita bersikap adil dalam setiap keputusan.”(Diungkapakan oleh B).

Memberikan Wewenang dan Kepercayaan Tugas

Dengan adanya pemberian wewenang dan kepercayaanmaka dapat mempengaruhi kolaborasi antar anggota tim dengan pemimpin, sehingga para anggota dapat merasa memiliki peran didalam tim rektorat tersebut.

“Selama saya menjadi bagian dari pimpinan, saya merasa bahwa rektor memberi kepercayaan penuh dalam menjalankan berbagai tugas dan kewenangan yang ada.demikian pula dalam rapat-rapat, termasuk rapat pimpinan, semua pimpinan dimintai pendapat atau tanggapan atas berbagai isu yg muncul, dan apabila hal tersebut mendapat persetujuan maka putusan tersebut ditambat dan dieksekusi.” (Diungkapakan oleh D).

Mendengarkan Pendapat Orang Lain

Terkait dengan pembasahan sebelumnya, salah satu cara yang dilakukan untuk agar keanekaragaman itu dapat berjalan dengan baik yaitu dengan mendengarkan pendapat maupun ide-ide anggota tim yang lainnya, dengan mendengarkan pendapat orang lain maka orang tersebut merasa dihargai, dan harmonisasi dalam keragaman dapat tercipta.


(19)

“Keberanian untuk belajar dan mendengarkan pendapat orang lain, itu suatu kader dari pimpinan yang perlu ada, pimpinan itu butuh lisening mendengarkan orang lain, ketika mendengarkan orang lain baru membuat keputusan.(Diungkapkan oleh B).

Menciptakan Kolaborasi yang Baik Antara Anggota Tim

Kolaborasi yang baik juga baik sangat diperlukan dalam pengelolaan tim. Adanya kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang baik dengan orang lain. Namun hendaknya menciptakan kolaborasi tidak hanya dilakukan dalam tim anggota tim rektorat saja, namun juga dilakukan secara lebih luas contohnya seperti di biro-biro fakultas,dan mahasiswa. Ketika kolaborasi berjalan baik,maka dalam penyampaian tujuan akan lebih mudah dilakukan serta dapat menjembatani bagian yang lebih luas diluar tim rektorat.(Diungkapkan oleh B).

Berkomunikasi dengan Baik

Menciptakan komunikasi yang baik sangat penting. Adanya komunikasi yang baik membuat orang dapat menyingkirkan prasangka-prasangka yang buruk, dan dapat melihat para anggota tim lebih positif. Komunikasi yang baikyang dilakukan oleh timdilakukan dengan cara pembicaraan dua arah atausetara, setara artinya orang tidak melihat lawan bicaranya itu lebih rendah atau lebih tinggi. (Diungkapkan oleh E).

Penggunaan Kewenangan yang Ditetapkan Pemimpin Pemegang Otoritas Tertinggi

Pemimpin yang pada akhirnya memutuskan keputusan tarakhir. Dasar pemimpin yang memberikan keputusan terakhir adalah karena sistemnya pemimpin adalah formatur tunggal sehingga pada akhirnya pemimpinlah yang memutuskan dan penanggung jawab utama dalam keputusan yang diambil.


(20)

“Diberikan pengertian tentang masalah yang harus diputuskan, ketika terjadi keputusan semua tahu, perlu kejujuran, perbedaan itu hanya bisa di atasi dengan keterbukaan dan kejujuran, orang kan bisa mempertimbangkan.”(Diungkapkan oleh A)

Menunda Keputusan dan Mencari Informasi

Dalam pengelolaan yang dilakukan seringkali ada hal yang tidak dapat diputuskan pada hari itu juga atau adanya perbedaan pendapat yang cukup keras karena latar belakang pendidikan yang berbeda.Oleh karena itu biasanya ketika terjadi isu atau masalah yang tidak dapat langsung diputuskan jalan keluanyaadanya penundaan keputusan, dicarikan informasi lebih lanjut, dan ketika informasi sudah terkumpul maka dilakukan rapat kembali dan diputuskan bersama.Bila ada perbedaan pendapat yang cukup keras didalam rapat biasanya pemimpin melakukan berdoa bersama untuk menenangkan kembali emosi dan menciptakan keharmonisan antar anggota tim rektorat. (Diungkapakan oleh F).

Bertanggung Jawab Bersama

Meskipun pada akhirnya pemimpin yang memberikan keputuskan terakhir,namun sebetulnya tanggung jawaban atas setiap keputusan dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota tim lainnya. Adanya rasa tanggung jawab bersama akan membuat para anggota tim yang lainnya memiliki rasa kebersamaan dan rasa berbagai keputusan menjadi penting.Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah penyataan yang mengatakan,

“Walaupun rektor adalah penanggung jawab tertinggi, tapi sifat pertanggungjawaban atas berbagai putusan adalah kolegial dan kolektif.artinya semua pimpinan bertanggungjawab secara tanggung renteng atau bersama atas berbagai keputusan yang diambil.”(Diungkapkan oleh D).


(21)

PEMBAHASAN

Tim rektorat UKSW memiliki keanekaragaman didalamnya. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa keanekaragaman tidak hanya pada perbedaan usia, jenis kelamin, etnis, namun keragaman dapat dilihat dari sisi yang lebih mendalam seperti keyakinan, sikap, dan nilai-nilai yang tidak terlihat sebelumnya, namun dapat dipelajari seiring kebersamaan dari para anggota tim yang beragam (Horwitz & Horwitz, 2009). Terkait dengan penelitian sebelumnya dari hasil penelitian yang dilakukan di tim rektorat UKSW menunjukkan bahwa keragaman yang ada didalamnya kurang beragam seperti pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, karena keragaman yang ada pada tim rektorat UKSW hanya berdasarkan pada perbedaan seperti usia, etnis, gender, keahlian. Belum ditemukan perbedaan yang lebih mendalam antar anggota tim rektorat UKSW.

Penerimaan terhadap keanakeragaman dalam tim rektorat, ditunjukan melalui sikap para anggota tim yang merasa memiliki bagiannya di dalam tim.Implikasinya mereka dapat dengan bebas untuk mengungkapkan ide-idenya, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Penerimaan terhadap keberagaman juga dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu adanya harmoni didalamnya, merasa dihargai oleh tim, dan juga dapat menyumbangkan ide-ide maupun pendapatnya (Greenberg, 2005).

Keberagaman juga memberikan pengaruh yang positif dalam tim rektorat. Keberagaman dapat membuat para anggota tim memiliki kekayaan sudut pandang yang lebih luas lagi sehingga dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks (Pohan, 2010).Hasil penelitian lain juga menunjukan dengan adanya kebersamaan para anggota dalam melakukan tugas bersama secara rutin dapat meningkatkan hubungan positif serta


(22)

mengurangi hubungan negatif diantara mereka (Joshi & Roh, 2007). Peneliti menemukan hasil serupa, keragaman dalam tim rektorat juga memberikan hasil yang positif, terutama ketika menghadapi isu-isu tertentu yang memerlukan keberagaman didalamnya.

Terkait dengan penjelasan diatas, peneliti menemukan juga bahwa terkadang tim tidak terlepas dari isu-isu yang memungkinkan timbulnya masalah karena keberagaman tim, misalnya adanya stereotipe. Isu-isu keberagaman seperti itu tidak terlalu memberikan dampak yang cukup kompleks bagi tim rektorat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Somech (2009) menunjukkan bahwa yang penting bagi pemimpin dalam tim heterogen untuk membantu anggota tim menerjemahkan manfaat dari heterogenitas, seperti berbagai latar belakang profesi, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, dalam proses signifikasi mempertanyakan, mengkaji dan mengeksplorasi. Peneliti menemukan bahwa pengelolaan yang dilakukan dalam tim rektorat, pemimpin mencoba untuk menjembantani para anggota timnya dalam keragaman, dan juga memberikan segala informasi untuk menciptakan trust,dan keterbukaan pada pemimpin maupun dengan para anggota tim sehingga menciptakan kolaborasi yang baik. Pemimpin juga memiliki kemampuan untuk lebih fleksibel untuk mengenali tindakan atau pendekatan seperti apa yang dibutuhkan dalam situasi tertentu dan kemudian berbuat sesuai dengan kebutuhan itu (Baron, 2005 p:253).

PENUTUP DAN KESIMPULAN Kesimpulan

1. Para anggota tim memiliki persepsi yang baik terhadap keragaman, mereka menerima adanya keberagaman dalam tim. Meskipun terkadang tetap menghadapi beberapa isu-isu karena keberagaman, para anggota tim dapat mengatasinya dengan positif.


(23)

2. Model tindakan yang dilakukan pemimpin dalam pengelolaan keanekaragaman dibagi menjadi tiga, yaitu : Prinsip (Transparansi, Kebebsan untuk berpendapat, Profesionalisme, Kemauan untuk belajar, Visi yang jelas), Tindakan yang dilakukan (Menyadari adanya keberagaman, Menciptakan trust, Bertindak adil, Memberikan wewenang dan kepercayaan tugas, Mendengarkan pendapat orang lain, Menciptakan kolaborasi yang baik antar anggota tim, Berkomunikasi dengan baik), Kewenangan yang ditetapkan (Menunda keputusan dan mencari informasi, Pemimpin memegang otoritas tertinggi, Bertanggung jawab bersama).

Keberagaman tim rektorat UKSW cukup beragam, oleh karena itu pengelolaanya akan lebih kompleks, sehingga seharusnya sistem atau pengelolaannya pun lebih terstruktur, dan dapat mengacu pada literatur (Joshi & Roh, 2007) yang ada tentang keberagaman dalam tim.Dimana penelitan yang telah dilakukannya mungkin akan membantu dalam pengelolaan keanekaragaman yang lebih kompleks.

Implikasi

Dengan adanya temuan model tindakan yang dilakukan oleh tim rektorat UKSW, diharapkan dapat menjadi acuan pula oleh tim-tim yang memiliki keanekaragaman di dalamnya atau sebagai rujukan penelitian yang akan datang.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti pada satu organisasi yang memiliki keanekaragaman tim didalamnya, diharapkan penelitian yang akan datang dapat menambahkan beberapa organisasi lainnya yang memiliki keanekargaman didalamnya, sehingga dapat diketahui apakah terdapat penerimaan keanekaragamn dalam tim tersebut,


(24)

dan apakah model tindakan dalam pengelolaan yang dilakukan oleh pemimpin dapat lebih kompleks.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bachroni. M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan Kohesivitas Tim pada Kopertis V Yogyakarta.JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 38, NO. 1, JUNI 2011: 40 – 51. Universitas Gadjah Mada.

Baron, Robert A. Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh.Erlangga. Belbin, M., Watson, B. and West, C. 1997. People Management., pp.36-38, 41. True

Colours

Belbin Associates websitehttp://www.belbin.com

Bennis, Warren. 2007. The Challenges of Leadership in the Modern World, Introduction to the Special Issue. University of Southern California

Bungin. Burhan. 2012. Analisis Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Edisi Kedelapan. Rajagrafindo Persada

Denzin.Norman,K. Lincoln, Yvonna.S. 2009. Handbook Of Qualitative Reseach. Pustaka Pelajar

Gustomo, A. Hutagaol, M. P. Mangkuprawira, S. Putro, Utomo Sarjono.2011. Pengaruh Nilai-Nilai Personal dalam Perspektif Dimensi Multikultural terhadap Kinerja Tim dengan Kepemimpinan Kolaboratif sebagai Variabel Moderator. Jurnal MANTEK. Institut Pertanian Bogor (IPB).

Greenberg, Edward S.2005. Work Teams and Organizational Commitment : Exploring The Influence Of The Team Experience On Employee Attitudes. Work place Change and Its Effect. Working Paper. Institude Of Behavioral Science. University Of Coloradio at Boulder. University Of Puget Sound.

Halonen, Jane S. Santrock, John W. 1999. Psychology Contexts and Applications. Third edition. McGraw-Hill

Horwitz, Sujin K. Horwitz, Irwin B.. 2007. The Effect of Team Diversity on Team Demography: A Meta- Analytic Review of Team Demography . Journal of Management.

Irawati,Dwi. 2007. MANAJEMEN KONFLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA TEAMWORK DALAM ORGANISASI. Universitas Muhammadiyah Purworejo


(26)

Joshi, Aparna. Roh, Hyuntak. 2007. Context Matters: A Multilevel Framework For Work team Diversity Reasearch. Reasearch in Personnel and Human Resourch Management, Vol 26, 1-48. Elsevier Ltd.

Knight, Don. 1999. Top Management Team Diversity, Group Process, and Strategic Consensus. Strategic Management Journal 20: 445-465. The Robert H. Smith School of Business. University of Maryland. Collage Park. Maryland. U.S.A

Kozlowski, Steve W.J . Bell, Bradford S. 2001. Work Group and Teams in Organizations. Cornell University ILR School.

Maryen, Andrei S. 2011. Tesis. Pengaruh Iklim Kreatif, Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap Perilaku Kerja Inovatif pada PT. Telkom Indonesia area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Mayasari, Desi. Syahlani Suci Paramitasari, Ahmadi. 2010. Peran Penambahan gaya

Kepemimpinan Transformasional dalam Mempresdiksikan Kinerja, Organizational Citizenship Behavior, dan Sikap Bawahan Terhadap Atasan : Studi Empiris Pada Perusahaan Peternakan BENEFIT. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 14, No 1. hlm 13-21

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Pohan, Vivi Gusrini Rahmadani. Ancok, Djamaludin. 2010. Team Learning Ditinjau dari Team Diversity dan Team Efficacy. Jurnal Psikologi. Vol 37, NO 2. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Indonesia

Rath, Tom. Conchie, Barry. 2008. Stregths Based Leadership. New York, NY : Gallup Press

Richard L Daft. 2003. Manajemen. Edisi kelima, Jakarta Erlangga.

Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta

Sakharov Maryen, Andrey. 2011. Pengaruh Iklim Kreatif, KepemimpinanTransformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap Perilaku Kerja

Inovatif Pada PT. Telkom Indonesia Area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Satori. Prof. Dr. Djam’an. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga.


(27)

Somech, Anit. 2009. The Effect of Leadership Style and Team Process on Performance and Innovation in Funcionally Heterogeneous Teams. Journal of Management.

Sopiah, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.

Srivastava, Abhishek. Bartol, Kathryn M. Locke, Edwin A. 2006. Empowering Leadership in Management Teams: Effect On Knowledge Sharing, Efficiacy, And Performance. Academy of Management Journal. Vol 49.No 6. 1239-1251. West Virginia University. University of Maryland.

Zaccaro, Stephen J. L Rittman, Andrea. Marks, Michelle A. 2001: 451-483.Team Leadership. The Leadership Quarterly. Florida University, Miami, FL, USA


(28)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Stephanie Tjoegito

NIM : 212009018

Alama Asal : Jl. Tebah II no 31-33 RT 013/ RW 003 Kebayoran baru, Jakarta Selatan

Judul Skripsi : Pemimpin dan pengelolaan Keanekaragaman Dalam Tim Riwayat Pendidikan : SD MELATI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan

Lulus Tahun 2003

SMP SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan Lulus Tahun 2006

SMA SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan Lulus Tahun 2009

Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga 2009 - 2014

Pengalaman Organisasi: Panitia P3K kambing cup Satgas “one for all”

Panitia P3K POM

Panitia “MONDAY” Management On Solidarity sebagai sie Wali Pengalaman Seminar :Seminar Nasional Kewirausahaan “Great Man Have a Great

Minds” 2011

Kuliah Umum BRI 2011

Seminar “Prospek perdagangan Berjangka Komiditi sebagai Alternatif Investasi” 2011

Dilema Kebijakan BBM 2012

Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instructur, Improve : Other Side of Business” 2012


(1)

2. Model tindakan yang dilakukan pemimpin dalam pengelolaan keanekaragaman dibagi menjadi tiga, yaitu : Prinsip (Transparansi, Kebebsan untuk berpendapat, Profesionalisme, Kemauan untuk belajar, Visi yang jelas), Tindakan yang dilakukan (Menyadari adanya keberagaman, Menciptakan trust, Bertindak adil, Memberikan wewenang dan kepercayaan tugas, Mendengarkan pendapat orang lain, Menciptakan kolaborasi yang baik antar anggota tim, Berkomunikasi dengan baik), Kewenangan yang ditetapkan (Menunda keputusan dan mencari informasi, Pemimpin memegang otoritas tertinggi, Bertanggung jawab bersama).

Keberagaman tim rektorat UKSW cukup beragam, oleh karena itu pengelolaanya akan lebih kompleks, sehingga seharusnya sistem atau pengelolaannya pun lebih terstruktur, dan dapat mengacu pada literatur (Joshi & Roh, 2007) yang ada tentang keberagaman dalam tim.Dimana penelitan yang telah dilakukannya mungkin akan membantu dalam pengelolaan keanekaragaman yang lebih kompleks.

Implikasi

Dengan adanya temuan model tindakan yang dilakukan oleh tim rektorat UKSW, diharapkan dapat menjadi acuan pula oleh tim-tim yang memiliki keanekaragaman di dalamnya atau sebagai rujukan penelitian yang akan datang.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti pada satu organisasi yang memiliki keanekaragaman tim didalamnya, diharapkan penelitian yang akan datang dapat menambahkan beberapa organisasi lainnya yang memiliki keanekargaman didalamnya, sehingga dapat diketahui apakah terdapat penerimaan keanekaragamn dalam tim tersebut,


(2)

dan apakah model tindakan dalam pengelolaan yang dilakukan oleh pemimpin dapat lebih kompleks.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bachroni. M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan Kohesivitas Tim pada Kopertis V Yogyakarta.JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 38, NO. 1, JUNI 2011: 40 – 51. Universitas Gadjah Mada.

Baron, Robert A. Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh.Erlangga. Belbin, M., Watson, B. and West, C. 1997. People Management., pp.36-38, 41. True

Colours

Belbin Associates websitehttp://www.belbin.com

Bennis, Warren. 2007. The Challenges of Leadership in the Modern World, Introduction to the Special Issue. University of Southern California

Bungin. Burhan. 2012. Analisis Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Edisi Kedelapan. Rajagrafindo Persada

Denzin.Norman,K. Lincoln, Yvonna.S. 2009. Handbook Of Qualitative Reseach. Pustaka Pelajar

Gustomo, A. Hutagaol, M. P. Mangkuprawira, S. Putro, Utomo Sarjono.2011. Pengaruh Nilai-Nilai Personal dalam Perspektif Dimensi Multikultural terhadap Kinerja Tim dengan Kepemimpinan Kolaboratif sebagai Variabel Moderator. Jurnal MANTEK. Institut Pertanian Bogor (IPB).

Greenberg, Edward S.2005. Work Teams and Organizational Commitment : Exploring The Influence Of The Team Experience On Employee Attitudes. Work place Change and Its Effect. Working Paper. Institude Of Behavioral Science. University Of Coloradio at Boulder. University Of Puget Sound.

Halonen, Jane S. Santrock, John W. 1999. Psychology Contexts and Applications. Third edition. McGraw-Hill

Horwitz, Sujin K. Horwitz, Irwin B.. 2007. The Effect of Team Diversity on Team Demography: A Meta- Analytic Review of Team Demography . Journal of Management.

Irawati,Dwi. 2007. MANAJEMEN KONFLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA TEAMWORK DALAM ORGANISASI. Universitas Muhammadiyah Purworejo


(4)

Joshi, Aparna. Roh, Hyuntak. 2007. Context Matters: A Multilevel Framework For Work team Diversity Reasearch. Reasearch in Personnel and Human Resourch Management, Vol 26, 1-48. Elsevier Ltd.

Knight, Don. 1999. Top Management Team Diversity, Group Process, and Strategic Consensus. Strategic Management Journal 20: 445-465. The Robert H. Smith School of Business. University of Maryland. Collage Park. Maryland. U.S.A

Kozlowski, Steve W.J . Bell, Bradford S. 2001. Work Group and Teams in Organizations. Cornell University ILR School.

Maryen, Andrei S. 2011. Tesis. Pengaruh Iklim Kreatif, Kepemimpinan Transformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap Perilaku Kerja Inovatif pada PT. Telkom Indonesia area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Mayasari, Desi. Syahlani Suci Paramitasari, Ahmadi. 2010. Peran Penambahan gaya

Kepemimpinan Transformasional dalam Mempresdiksikan Kinerja, Organizational Citizenship Behavior, dan Sikap Bawahan Terhadap Atasan : Studi Empiris Pada Perusahaan Peternakan BENEFIT. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 14, No 1. hlm 13-21

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Pohan, Vivi Gusrini Rahmadani. Ancok, Djamaludin. 2010. Team Learning Ditinjau dari Team Diversity dan Team Efficacy. Jurnal Psikologi. Vol 37, NO 2. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Indonesia

Rath, Tom. Conchie, Barry. 2008. Stregths Based Leadership. New York, NY : Gallup Press

Richard L Daft. 2003. Manajemen. Edisi kelima, Jakarta Erlangga.

Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta

Sakharov Maryen, Andrey. 2011. Pengaruh Iklim Kreatif, KepemimpinanTransformasional dan Persepsi Keragaman Tim Terhadap Perilaku Kerja

Inovatif Pada PT. Telkom Indonesia Area Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Satori. Prof. Dr. Djam’an. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga.


(5)

Somech, Anit. 2009. The Effect of Leadership Style and Team Process on Performance and Innovation in Funcionally Heterogeneous Teams. Journal of Management.

Sopiah, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.

Srivastava, Abhishek. Bartol, Kathryn M. Locke, Edwin A. 2006. Empowering Leadership in Management Teams: Effect On Knowledge Sharing, Efficiacy, And Performance. Academy of Management Journal. Vol 49.No 6. 1239-1251. West Virginia University. University of Maryland.

Zaccaro, Stephen J. L Rittman, Andrea. Marks, Michelle A. 2001: 451-483.Team Leadership. The Leadership Quarterly. Florida University, Miami, FL, USA


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Stephanie Tjoegito

NIM : 212009018

Alama Asal : Jl. Tebah II no 31-33 RT 013/ RW 003 Kebayoran baru, Jakarta Selatan

Judul Skripsi : Pemimpin dan pengelolaan Keanekaragaman Dalam Tim Riwayat Pendidikan : SD MELATI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan

Lulus Tahun 2003

SMP SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan Lulus Tahun 2006

SMA SERUNI DON BOSCO Pondok Indah, Jakarta Selatan Lulus Tahun 2009

Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga 2009 - 2014

Pengalaman Organisasi: Panitia P3K kambing cup Satgas “one for all”

Panitia P3K POM

Panitia “MONDAY” Management On Solidarity sebagai sie Wali Pengalaman Seminar :Seminar Nasional Kewirausahaan “Great Man Have a Great

Minds” 2011

Kuliah Umum BRI 2011

Seminar “Prospek perdagangan Berjangka Komiditi sebagai Alternatif Investasi” 2011

Dilema Kebijakan BBM 2012

Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instructur, Improve : Other Side of Business” 2012