T1 212008020 Full Text

PENGARUH PAPARAN IKLAN DAN SELF-EFFICACY
TERHADAP
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Teddy Kurniawan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
PENDAHULUAN
Worldometer.info menyatakan jumlah perokok di dunia sampai dengan
Februari 2012 mencapai 14 miliar orang (http://www.worldometers.info/). Indonesia
sendiri di tahun 2010 menempati peringkat ketiga jumlah perokok terbesar di dunia
setelah China dan India. Tercatat sekitar 82 juta penduduk merokok secara aktif.
(http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapa-jumlahperokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia).
Tingginya jumlah perokok menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dunia
termasuk Indonesia akan bahaya merokok sangatlah rendah. Hal ini sangat
disayangkan karena kampanye anti rokok sudah menyebarkan pengetahuan mengenai
bahaya merokok bagi kesehatan. Merokok dapat mengakibatkan penyakit kanker dan
gangguan janin pada ibu hamil (Foulds dkk.2003), diabetes, obesitas, impotensi
(Berry dan Howe, 2005), gangguan pernapasan, kelainan pada jantung dan paru-paru
(Hoffman, 2011), radang dinding lambung dan stroke (Brodish, 1998).
Penduduk Indonesia khususnya remaja kurang mempedulikan bahaya
merokok


bagi

kesehatannya.

Berita

Kompas

(http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/perokok-remaja-terbanyak-di-dunia)
menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan pertama dalam jumlah perokok
remaja terbanyak di dunia. Tingginya jumlah perokok remaja Indonesia dilatar
belakangi bahwa masa remaja adalah tahap peralihan dari kanak-kanak menuju
dewasa (Asfriyati dan Sanusi, 2006). Nasution (2007) menambahkan bahwa pada
masa ini remaja akan berusaha mencari jati dirinya. Remaja cenderung mencoba
perilaku yang belum pernah dilakukannya baik itu perilaku positif maupun negatif
(Kumboyono, 2012). Salah satu contoh perilaku negatif yang sering dilakukan oleh
remaja adalah merokok (Alamsyah, 2009). Hasil penelitian Rising dan Alexander
(2011) menyimpulkan bahwa remaja adalah target pasar yang sangat potensial untuk
industri rokok.


Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku merokok remaja. Antara
lain paparan iklan rokok (Villani, 2001), rendahnya prestasi akademik (Dhavan dkk.
2010), rasa ingin tahu (Hruba dan Zaloudikova, 2010), self-efficacy (Sterling dkk.,
2007), kemudahan mendapatkan rokok (Rochmayani, 2008), lingkungan sosial Smet,
(1994,

dalam

Nasution,

2007)

dan

sponsor

rokok

(http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di_Indo
nesia.pdf).

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik meneliti pengaruh paparan iklan rokok,
dan self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Peneliti tertarik untuk meneliti
variabel paparan iklan karena masih terdapat kontradiksi dalam hasil-hasil penelitian
terdahulu. Tercyak dkk, (2002), Sargent dkk, (2009), Fatimah (2010), Dewi dan
Supriyati (2007), Budiarty dan Yunni (2008), serta Irfan (2010) menyatakan bahwa
paparan iklan rokok berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja.
Paparan iklan adalah sebuah keadaan di mana seseorang dapat mengetahui adanya
suatu iklan yang disebarluaskan melalui berbagai media. Dalam hal ini, apabila
seseorang semakin sering terpapar iklan rokok, maka semakin mungkin akan menjadi
seorang perokok.

Sedangkan penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan

bahwa paparan iklan rokok memiliki pengaruh yang tidak signifikan.
Kinard dan Webster (2010) menyatakan adanya perbedaan hasil penelitian
mereka dengan hasil penelitian lain mengenai pengaruh paparan iklan pada perilaku
merokok remaja mungkin disebabkan perbedaan tempat penyebaran kuesioner.
Penelitian Kinard dan Webster (2010) dilakukan pada pengunjung kafe dan restoran
yang berusia remaja, sedangkan penelitian lain dilakukan di sekolah dan di
universitas.

Variabel kedua yang diteliti dalam penelitian ini adalah self-efficacy. Selfefficacy merupakan faktor internal yang dimiliki setiap individu (Arsanti, 2009) dan
menjadi dasar dalam pembentukkan perilaku seseorang (Cervone, 2000). Fishbein dan
Cappella (2006), Ford dkk. (2009), Engels dkk. (2005), Berg dkk. (2008), dan
Sterling dkk. (2007) menyatakan ada hubungan signifikan antara self-efficacy dan
perilaku merokok remaja. Apabila seorang remaja memiliki self-efficacy yang tinggi,
maka akan menolak untuk merokok, sedangkan remaja yang self-efficacy nya rendah
akan lebih tertarik untuk merokok (Von Ah dkk. 2005). Mayoritas penelitianpenelitian terdahulu hanya melihat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku
merokok. Sedangkan Van’t Riet dkk., (2008) dan Bektas dkk. (2010) meneliti tentang

pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Dari hasil penelitiannya,
ditemukan bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hasil
tersebut ternyata kontradikasi dengan penelitian Kinard dan Webster (2010) yang
menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji ulang apakah self-efficacy
berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.
Kemudian dari telaah literatur peneliti terhadap 10 penelitian mengenai
perilaku merokok di Indonesia yang dilakukan oleh Hidayat (2008), Efendi (2005),
Yudhiarina (2009), Hasnida dan Kemala (2005), Ricky (2006), Susanto (2010),
Widyastuti (2011), Rusdi (2009), Utari (2012), Raharjo dan Mursito (2008), ditemui
pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok masih jarang diteliti. Dari

10 penelitian tersebut hanya satu penelitian yang meneliti variabel self-efficacy yaitu
Efendi (2005). Efendi (2005) meneliti efektifitas penggunaan cognitive behavior
therapy untuk meningkatkan perceived self efficacy berhenti merokok. Hasilnya
menunjukkan bahwa pendekatan cognitive behavior therapy efektif meningkatkan
perceived self eficacy berhenti merokok. Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan,
peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok
remaja di Indonesia, khususnya di Semarang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini masalah
penelitian yang dirumuskan adalah pengaruh paparan iklan rokok dan self-efficacy
terhadap perilaku merokok remaja dengan lokasi sebagai variabel moderasi. Kinard
dan Webster (2010) menduga perbedaan tempat penyebaran kuesioner menyebabkan
hasil yang berbeda tentang pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, lokasi diteliti sebagai variabel yang memoderasi
pengaruh paparan iklan rokok terhadap perilaku merokok. Selain itu, peneliti juga
tertarik untuk meneliti ulang variabel self-efficacy karena penelitian Kinard dan
Webster (2010) dilakukan di kafe dengan segmentasi rendah sehingga respondennya
berasal dari kelas sosial dan tingkat pendidikan yang rendah. Maka dari itu peneliti
sedikit melakukan modifikasi tempat penelitian yaitu memilih kafe dengan
segmentasi menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti menyebarkan
kuesioner di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro yang keduanya

berlokasi di kota Semarang untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh paparan
iklan terhadap perilaku merokok remaja pada lokasi penyebaran kuesioner yang
berbeda. Adapun alasan pemilihan Prince House adalah letaknya yang strategis yaitu

di Jalan MT. Haryono 678, salah satu jalan utama di kota Semarang dan merupakan
kafe dengan segmentasi menengah. Universitas Dian Nuswantoro dipilih karena
universitas tersebut masih menjalani masa kuliah semester pendek pada bulan JuliAgustus 2012, sedangkan universitas lain tengah dalam masa libur.
TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA
Perilaku merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas membakar rokok, menghisapnya kemudian
menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap yang dapat terhisap orangorang di sekitarnya (Nasution, 2007). Perilaku

merokok

dapat

diukur

melalui


intensitas merokok dan waktu merokok (Komalasari dan Helmi, 2000)
Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut
adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007), biasanya remaja merokok ketika
sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua.
Remaja juga akan merokok saat ada masalah, mengantuk, cemas, dan membutuhkan
konsentrasi (Noor, 2004).
Paparan iklan
Iklan adalah bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara
nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler,
2002). Rossister dan Perry (1997 dalam Budiarty dan Yunni, 2008) menyatakan
paparan iklan adalah penempatan posisi suatu iklan supaya dapat dilihat, dibaca,
didengar oleh khalayak.
Iklan rokok berhasil mempersuasi remaja sehingga remaja merasa merokok itu
merupakan hal yang umum, wajar, dan sangat biasa dilakukan. Remaja yang sedang
berada dalam masa pembentukkan jati diri tentunya akan tertarik dengan citra positif

yang ditawarkan dalam iklan rokok. Paparan iklan rokok akan mendorong remaja
untuk merokok sebagai wujud jati diri yang hendak dibentuk olehnya.

Self-efficacy
S e l f - e f f i c a c y a d a l a h keyakinan seseorang dalam menguasai situasi yang
dihadapi dan menghasilkan hasil yang positif (Bandura, 2001). Self-efficacy
merupakan faktor internal dari dalam diri seseorang dan besar pengaruhnya terhadap
perilaku merokok remaja (Kinard dan Webster, 2010).
Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seorang remaja dalam membuat
keputusan memilih melakukan perilaku positif maupun negatif yang ada di sekitarnya
(Bandura, 2001).
Pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja
Menurut Ibrahim (2007), media iklan dapat mencakup surat kabar, majalah,
papan reklame, spanduk, televisi, dan radio. Salah satu tujuan iklan yaitu untuk
membangun citra jangka panjang produk tertentu (Risfandy, 2010). Menurut Hidorat
(2010), pada umumnya iklan produk rokok cenderung menunjukkan citra positif.
Contohnya seperti kejantanan, kreatifitas, pemberani, macho, dan cool (Ginting,
2012). Mayoritas iklan rokok selalu mengajak konsumen untuk membayangkan
kesenangan atau kenikmatan (Tanudjaja, 2002).
Hanewinkel dkk.(2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok berhubungan

signifikan pada perilaku merokok remaja. Paparan iklan rokok mempengaruhi para
remaja untuk merokok (Pucci dan Siegel, 1999). Paparan iklan rokok yang tinggi akan
memperkuat keinginan untuk merokok (Wakefield, 2003). Suryati dan Tarigan (2012)
menyimpulkan paparan iklan rokok berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku
merokok remaja. Paparan iklan akan meningkatkan keinginan merokok remaja
(Martini dan Sulistyowati, 2005). Semakin banyak paparan iklan rokok yang
diperoleh remaja, semakin besar pula kemungkinannya menjadi seorang perokok
(Biener dan Siegel, 2001). Remaja yang terpapar iklan rokok kemungkinannya dua
kali lipat lebih besar untuk menjadi perokok (Wellman dkk., 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan
hipotesis (H1) :
H1 : Paparan iklan berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja
Penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan paparan iklan tidak
berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Hal itu disebabkan karena
responden penelitian tersebut merupakan remaja pengunjung kafe dan restoran.
Sedangkan penelitian Tercyak dkk., (2002), Sargent dkk., (2009), Fatimah (2010),
Dewi dan Supriyati (2007), Budiarty dan Yunni (2008), serta Irfan (2010) yang

menyatakan paparan iklan berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja
dilakukan di universitas dan sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan
hipotesis (H2) :
H2 : Lokasi memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja
Pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja
Self-efficacy telah menjadi faktor penting yang mendorong remaja menjadi
perokok (Chen dkk.2002). Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok
remaja (Van’t Riet dkk., 2008; Bektas dkk, 2010). Sedangkan penelitian Kinard dan
Webster (2010) menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku
merokok remaja. Dalam hipotesis penelitian tersebut dijelaskan bahwa bahwa selfefficacy merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya dibanding variabel
paparan iklan dan lingkungan sosial. Akan tetapi setelah diuji pengaruh ternyata
lingkungan sosial yang diukur melalui orang tua dan teman sebaya merupakan faktor
yang paling mempengaruhi perilaku merokok remaja dan self-efficacy dinyatakan
tidak berpengaruh. Hal itu disebabkan karena responden penelitian tersebut
menganggap bahwa merokok adalah suatu aktivitas yang positif dan merupakan salah
satu cara untuk dapat diterima dalam kelompok teman sebaya.
Seorang remaja yang self-efficacy nya rendah akan memiliki kecenderungan
lebih tinggi untuk merokok (Berg dkk, 2008; Engels dkk, 2005). Sebaliknya, remaja
dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai peluang lebih rendah untuk terlibat
dalam perilaku merokok Ford dkk. (2009).
Berdasarkan adanya ketidak konsistenan hasil tentang pengaruh self-efficacy

terhadap perilaku merokok remaja, maka peneliti melakukan uji ulang dengan
rumusan hipotesis (H3) :
H3 : Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja
Model Penelitian
Berikut adalah model dalam penelitian ini, yang menyatakan paparan iklan (X1),
lokasi(X2) dan self-efficacy (X3) berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja (Y) :

Gambar 1. Model penelitian
Lokasi
(X2)

Paparan iklan
(X1)
Perilaku
Merokok
Remaja (Y)
Self-Efficacy
(X3)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kota Semarang. Menurut WHO
(badan PBB untuk kesehatan dunia), rentang usia remaja adalah 18 sampai 24 tahun
(http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq=remaj
a+dengan+rentang+usia+18+24+tahun&source=bl&ots=KnYKHa5wWl&sig=8zrvuC
pc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20dengan%20rentang%20
usia%2018-24%20tahun&f=false).
Berdasarkan Malhotra (1999:332), penelitian ini termasuk dalam marketing
research studies. Jumlah sampel minimum yang memenuhi syarat dalam tipe
penelitian tersebut adalah antara 200-500. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 200 responden. Yaitu 100 responden
remaja pengunjung kafe dan restoran, 100 responden remaja sisanya adalah
mahasiswa universitas.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probabilty
sampling dengan menggunakan judgmental sampling. Kriteria yang diteliti yaitu 1)
responden merokok dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, 2) responden berusia 18-24
tahun, 3) pernah melihat iklan rokok di berbagai media dalam kurun waktu 30 hari
terakhir.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Perolehan
data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para perokok remaja di kota

Semarang usia 18-24 tahun yang pernah melihat, mendengar, dan membaca iklan
rokok di berbagai media.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8-16 Agustus 2012 dengan
membagikan kuesioner di 2 lokasi yaitu di Prince House dan Universitas Dian
Nuswantoro. Penyebaran kuesioner di Prince House berjalan relatif lancar, karena
sebelumnya peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu untuk memastikan
responden sesuai dengan kriteria. Peneliti sedikit mengalami kesulitan saat
membagikan kuesioner di Universitas Dian Nuswantoro karena adanya perbedaan jam
kuliah. Pada hari pertama peneliti berada di kampus pukul 9.00-12.00. Namun karena
perbedaan jam kuliah, peneliti hanya sedikit saja mendapatkan responden. Maka dari
itu, pada hari kedua hingga hari terakhir peneliti memperpanjang waktu kunjungan ke
kampus Udinus dari pukul 7.00-12.00 untuk mendapatkan 100 orang responden.
Pengukuran Konsep
Peneliti menggunakan aras ukur ordinal untuk mengukur konsep paparan iklan
dan self-efficacy.Penggunaan aras ukur ordinal bertujuan untuk menunjukkan adanya
tingkatan pada setiap kategori jawaban yang dipilih responden.
Teknik Analisis
Penelitian menggunakan teknik analisis metode kuantitatif dan alat analisis
regresi berganda dengan variabel moderasi lokasi yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh paparan iklan (X1) dan self-efficacy (X3) terhadap perilaku merokok remaja
(Y) serta mengetahui pengaruh lokasi sebagai variabel moderasi. Skala pengukuran
variabel yang digunakan adalah skala likert dengan 5 skala poin yaitu dari skala 1
(sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju).
Rumusan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini (1) adalah:
Y = a + b1X1+ b3X3+ b2X2 + b4 X1 X2
Keterangan:
Y

= perilaku merokok remaja

a

= konstanta

b

= koefisien regresi

X1

= variabel paparan iklan

X2

= variabel lokasi (dummy variable; universitas=1, kafe=0)

X3

= variabel self-efficacy

Tabel 1. Operasionalisasi Konsep
Konsep

Definisi

Indikator

Pertanyaan

Sumber

1. Frekuensi

(Budiarty

Empiris
1. Melihat

Paparan

Penempatan

iklan

posisi suatu iklan

iklan rokok

melihat iklan

dan

supaya

dapat

di televisi

rokok

2008)

dilihat,

dibaca,

didengar

oleh

khalayak.
Rossister

dan

Perry

(1997,

dalam

Budiarty

dan Yunni, 2008)

di

Yunni,

televisi
2. Frekuensi

2. Melihat
iklan rokok

melihat iklan

di majalah

rokok

di

majalah
3. Frekuensi

3. Melihat
iklan rokok

melihat iklan

di

rokok di surat

surat

kabar

kabar

4. Melihat iklan

4. Melihat
iklan rokok

rokok

di

papan reklame

papan

di

reklame
5. Melihat

5. Frekuensi

iklan rokok

melihat iklan

di spanduk

rokok

di

spanduk
1. Saya

1. Berhasil

selalu (Born

Self-

Keyakinan

Efficacy

seseorang bahwa

memecah-

berhasil

ia

kan

memecahkan

menguasai situasi

persoalan

persoalan

dan menghasilkan

yang

yang

sulit

hasil yang positif

jika

kalau

saya

(Bandura, 2001).

berusaha

berusaha.

dapat

sulit

2. Tidak

2. Saya

1995)

tidak

mempunyai

mempunyai

kesulitan

kesulitan

dkk.,

melaksana-

untuk

kan niat dan

melaksanakan

tujuan.

niat dan tujuan
saya.

3. Dapat

3. Saya

dapat

menghadapi

menghadapi

kesulitan

kesulitan

dengan

dengan

tenang,

tenang, karena

karena

saya

selalu dapat

dapat

mengandal-

mengandalkan

kan

kemampuan

kemampuan

saya

4. Selalu tahu

selalu

4. Dalam situasi

harus

yang

bertingkah

terduga, saya

laku

selalu

dalam

tidak

tahu

situasi tidak

bagaimana

terduga

saya

harus

bertingkah
laku.
5. Mempunyai

5. Saya

pemecahan

mempunyai

untuk setiap

pemecahan

problem

untuk

setiap

problem.
6. Jika

6. Jika seseorang

seseorang

menghambat

menghambat

tujuan

saya,

tujuan saya,

saya

akan

saya

mencari

cara

dan

jalan

akan

mencari cara

dan

jalan

untuk

meneruskan-

meneruskan-

nya

nya.

7. Siap

7. Apapun yang

menangani

terjadi,

saya

apapun yang

akan

siap

terjadi

menanganinya

Perilaku

Aktivitas

Merokok

membakar rokok,

saat

saat

Smet (1994,

menghisapnya

mengalami

mengalami

dalam

kemudian

masalah

masalah

Nasution,

1. Merokok

menghembuskannya

keluar

sehingga
menimbulkan

2. Merokok

1. Saya merokok (Noor, 2004)

2. Saya merokok 2007)

saat

saat

mengantuk

mengantuk

3. Merokok

3. Saya merokok

asap yang dapat

saat sedang

saat

terhisap

cemas

cemas

orang

orangdi

4. Merokok

sedang

4. Saya merokok

sekitarnya

saat

saat

(Nasution, 2007).

membutuh-

membutuhkan

kan

konsentrasi

konsentrasi
5. Merokok

5. Saya merokok

ketika cuaca

ketika

dingin

dingin

cuaca

Untuk penjelasan indikator empirik frekuensi paparan iklan adalah sebagai berikut :
1. Televisi
Apabila responden sedang menyaksikan acara di televisi yang disponsori oleh
perusahaan rokok, kemudian dalam beberapa kesempatan ditampilkan iklan sponsor
rokok tersebut, maka itu termasuk terpapar oleh iklan rokok. Bila responden melihat
acara tersebut dari awal sampai akhir, tentunya iklan sponsor rokok itu tidak hanya

muncul 1x saja, bila mucul sebanyak 5x, maka responden terhitung terpapar iklan
rokok sebanyak 5x. Bila responden melihat acara tersebut dan misalnya baru terpapar
2x, memindah saluran televisi, dan kembali lagi menyaksikan acara yang disponsori
oleh perusahaan rokok tersebut dan kembali melihat iklan sponsor rokoknya, maka
hitungan frekuensi paparan iklan berlanjut menjadi 3x dan seterusnya.
2. Majalah dan surat kabar
Apabila responden sedang membaca majalah atau surat kabar pada halaman pertama
dan melihat ada iklan rokok pada halaman tersebut, maka dihitung terpapar sebanyak
1x. Bila responden melanjutkan membaca pada halaman lain, kemudian kembali lagi
membaca pada halaman pertama dan kembali melihat iklan rokok yang sama, maka
hitungan berlanjut menjadi 2x dan seterusnya.
3. Spanduk dan papan reklame
Bila responden sedang dalam perjalanan pergi ke suatu tempat dan melihat iklan
rokok pada media spanduk atau papan reklame, maka dihitung terpapar sebanyak 1x.
Bila responden pulang dan menempuh rute yang sebaliknya, kemudian melihat iklan
rokok di spanduk atau papan reklame yang sama, maka hitungan paparan iklan
berlanjut menjadi 2x dan seterusnya.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum responden, yang
mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan terakhir, dan pengeluaran perbulan untuk membeli rokok.
Tabel 2. Karakteristik Responden
No

Kategori

Sub Kategori

Kafe dan

Universitas

Restoran

1

2

Jenis Kelamin

Pekerjaan

F

%

F

%

Laki-laki

100

100

100

100

Perempuan

0

0

0

0

Mahasiswa

78

78

100

100

Karyawan

16

16

0

0

Wiraswasta

6

6

0

0

Lainnya

0

0

0

0

3

Pendidikan

Universitas

22

22

0

0

SMA

78

78

100

100

SMP

0

0

0

0

SD

0

0

0

0

< Rp 100.000,00

17

17

31

31

Rp 100.000,00 - Rp

61

61

55

55

22

22

14

14

Terakhir

4

Pengeluaran/bulan
untuk membeli
rokok

200.000,00
> Rp 200.000,-

Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).
Dari tabel karakteristik responden yang ditemui di kafe dan universitas semuanya
berjenis kelamin laki-laki (100%). Berdasarkan situasi di lapangan saat membagikan
kuesioner, semua calon responden perempuan usianya tidak sesuai dengan kriteria
yang ditentukan oleh peneliti. Jenis pekerjaan mayoritas responden (78%) yang
ditemui di kafe adalah mahasiswa. Sedangkan untuk responden yang ditemui di
universitas semuanya merupakan mahasiswa (100%). Pendidikan terakhir remaja kafe
didominasi SMA (78%), sedangkan semua (100%) remaja universitas pendidikan
terakhirnya adalah SMA. Pengeluaran/bulan mayoritas remaja kafe (61%) dan
mayoritas remaja universitas (55%) untuk membeli rokok berada pada tingkat yang
sama yaitu Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00.
Uji Validitas dan Realibilitas
Penulis telah menyebarkan kuesioner kepada 200 responden. Selanjutnya, untuk
menguji pernyataan dalam kuesioner dilakukan uji validitas dan uji realibilitas dengan
tingkat signifikansi 5%. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel. 3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel

Indikator Empirik

Uji Validitas

Uji Realibilitas

(Correlated Item-

(Cronbach Alpha)

Total Correlation)
Paparan Iklan

Paparan Iklan 1

0,543

Paparan Iklan 2

0,542

0,752

Self-Efficacy

Perilaku Merokok

Paparan Iklan 3

0,453

Paparan Iklan 4

0,540

Paparan Iklan 5

0,505

Self-Efficacy 1

0,597

Self-Efficacy 2

0,610

Self-Efficacy 3

0,494

Self-Efficacy 4

0,583

Self-Efficacy 5

0,700

Self-Efficacy 6

0,340

Self-Efficacy 7

0,420

Perilaku Merokok 1

0,741

Perilaku Merokok 2

0,257

Perilaku Merokok 3

0,670

Perilaku Merokok 4

0,701

Perilaku Merokok 5

0,592

Perilaku Merokok 6

0,694

0,804

0,828

Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).
Indikator pernyataan dikatakan valid apabila nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,117.
Hasil uji validitas pernyataan paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok
dinyatakan valid karena nilainya lebih besar dari r tabel. Sedangkan untuk uji
reliabilitas paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok juga dinyatakan reliabel
karena nilai Cronbach Alpha ( ) berada di atas 0,6 (Ghozali, 2005).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal,
bebas dari gejala Multikolonieritas, gejala Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametric test, KolmogorovSmirnov test. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

200

Normal Parameters

Mean

a,b

0E-7

Std. Deviation

Most Extreme Differences

2.37558201

Absolute

.044

Positive

.044

Negative

-.029

Kolmogorov-Smirnov Z

.625

Asymp. Sig. (2-tailed)

.830

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Hasil uji normalitas menunjukkan tingkat signifikansi 0,830. Karena 0,830 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas
Agar tehindar dari gejala multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 5.Uji Multikolonieritas
a

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

t

Sig.

Collinearity Statistics

Coefficients
B
(Constant)
1

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

5.629

1.256

4.482

.000

PI

.060

.063

.046

.949

.344

.883

1.133

SE

.667

.042

.756

15.733

.000

.883

1.133

a. Dependent Variable: PM

Dari hasil uji multikolonieritas di atas, nilai tolerance berada di atas 0,10 dan nilai
VIF tidak ada yang melebihi 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser yaitu dengan mendapatkan
variabel residual (Ut), mengaktifkan Unstandardized residual, dan mengabsolutkan
nilai residual. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas
a

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

T

Sig.

Coefficients
B
(Constant)
1

Std. Error
1.215

.753

PI

.048

.038

SE

-.011

.025

Beta
1.615

.108

.097

1.282

.201

-.033

-.439

.661

a. Dependent Variable: AbsUt

Dari hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
Uji ini diperlukan untk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
sekaligus mengetahui pengaruh variabel moderasi. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 7. Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

T

Sig.

Coefficients
B
(Constant)

5.680

1.715

.063

.086

lokasi

-.176

moderasi

PI
1

Std. Error

SE

Beta
3.311

.001

.048

.732

.465

2.299

-.024

-.077

.939

-.003

.119

-.007

-.023

.982

.667

.043

.756

15.652

.000

a. Dependent Variable: PM

Dengan toleransi tingkat kesalahan sebesar 5%, dari hasil di atas diketahui paparan
iklan dengan signifikansi 0,465 > 0,05 ; lokasi dengan signifikansi 0,939 > 0,05 ; dan
moderasi dengan signifikansi 0,982 > 0,05 maka ketiga variabel tersebut tidak
berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja sedangkan self-efficacy dengan
signifikansi 0,000 < 0,05 berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.
Persamaan model regresi berganda paparan iklan (X1), lokasi (X2), dan self-efficacy
(X3) terhadap perilaku merokok (Y) menjadi :
Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 – 0.003 X1 X2
Persamaan model regresi dummy variable menjadi :

Untuk remaja universitas (coding dummy = 1) :
Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (1) – 0.003 X1 X2
= 5.856 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2
Untuk remaja kafe (coding dummy = 0) :
Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (0) – 0.003 X1 X2
= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2
Interpretasi :
Koefisien regresi lokasi -0,176 hanya berlaku pada remaja universitas. Jika seorang
remaja di universitas terpapar iklan rokok maka tingkat perilaku merokoknya akan
turun sebesar 0,176 dengan anggapan jumlah paparan iklan konstan.
Tabel 8. Hasil Penelitian
Hipotesis

Pernyataan Hipotesis

Signifikansi

Keterangan

H1

Paparan iklan berpengaruh terhadap

0,465

Tidak Signifikan

0,982

Tidak Signifikan

0,000

Signifikan

perilaku merokok remaja
H2

Lokasi memoderasi pengaruh
paparan iklan pada perilaku
merokok remaja

H3

Self-efficacy berpengaruh terhadap
perilaku merokok remaja

Dari hasil olah data diketahui bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap
perilaku merokok remaja. Hal ini terlihat dari tabel 7 dan tabel 8 di mana paparan
iklan memiliki nilai signifikansi 0,465 yang melebihi persyaratan batas signifikansi
yang telah ditentukan yaitu 0,05. Artinya adalah frekuensi paparan iklan rokok yang
diterima remaja melalui lima media tersebut tidak mempengaruhi keputusan remaja
untuk merokok. Dalam 30 hari terakhir, dari total 200 responden mayoritas melihat
iklan rokok di televisi, majalah, surat kabar (49,5%). Terdapat 46,5% responden
menyatakan sering melihat iklan rokok di spanduk. Sedangkan hanya 42% responden
menyatakan melihat iklan rokok pada media iklan papan reklame. Distribusi frekuensi
responden seputar pernyataan paparan iklan dapat dilihat secara lengkap dalam
Lampiran 6. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja
diduga karena adanya peraturan pemerintah terkait iklan dan promosi rokok. Dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan

bagian

iklan

dan

promosi,

pasal

17

(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/pp/PP_No._19_Th_2003.pd
f) menyatakan bahwa iklan rokok tidak boleh merangsang atau menyarankan orang
untuk merokok. Oleh karena itu dalam iklan rokok selalu ditampilkan peringatan
kesehatan tentang bahaya merokok. PP Nomor 19 tahun 2003 juga memuat bahwa
iklan rokok tidak diperkenankan memperagakan orang sedang merokok serta
menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan anak, remaja, dan wanita hamil.
Berdasarkan peraturan tersebut, saat ini iklan rokok cenderung bertema pencitraan.
Sebagai contoh iklan rokok Djarum yang menawarkan citra laki-laki pemberani dan
suka berpetualang. Peneliti menduga, para remaja yang menjadi responden penelitian
ini tidak tertarik untuk membentuk jati dirinya sesuai dengan citra yang ditawarkan
dalam iklan rokok. Selain itu, adanya peraturan pemerintah dan peringatan kesehatan
serta faktor-faktor lain seperti orang tua, teman sebaya, atribut produk, dan promosi
penjualan membuat paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok
responden dalam penelitian ini.
Pada uji hipotesis kedua ditemukan bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh
paparan iklan pada perilaku merokok remaja. Ini bisa dilihat dari tabel 7 dan tabel 8 di
mana nilai signifikansi pada saat pengujian moderasi 0,982 lebih besar dari 0,05.
Tidak ada pengaruh interaksi antara paparan iklan dan lokasi sehingga tidak ada
perbedaan pengaruh paparan iklan pada remaja universitas dan remaja pengunjung
kafe. Hal ini terjadi karena pengunjung kafe Prince House yang menjadi responden
dalam penelitian ini kebanyakan mahasiswa (78%). Peneliti menduga kesamaan
tingkat pendidikan yang dimiliki responden penelitian yang ditemui di universitas dan
kafe Prince House menyebabkan variabel lokasi tidak berpengaruh signifikan dalam
memoderasi pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok. Ini sesuai dengan
hasil penelitian Droomers dkk. (2004) yang menyatakan semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi self-efficacy yang dimilikinya. Selfefficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seseorang dalam membuat keputusan
memilih untuk terlibat atau menolak perilaku positif maupun negatif di sekitarnya
(Bandura, 2001). Dengan self-efficacy yang tinggi itulah pengunjung kafe Prince
House dan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro juga memiliki keyakinan pribadi
yang mampu menolak perilaku negatif sehingga tidak terpengaruh untuk merokok
meskipun sering terpapar iklan rokok.
Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8 diperoleh hasil bahwa self-efficacy berpengaruh
terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai signifikansi yaitu 0,000. Nilai tersebut

lebih kecil dari 0,05 sebagai batas signifikansi statistik yang telah ditentukan. Dari
tujuh pernyataan self-efficacy dalam kuesioner, mayoritas responden memberikan
jawaban netral. Hasil tersebut berhubungan dengan penelitian Alamsyah (2009) yang
menyatakan bahwa remaja biasanya belum mantap untuk memutuskan sesuatu. Itu
disebabkan karena masa remaja merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak menuju
dewasa (Asfriyati dan Sanusi, 2006). Mayoritas responden yang menjawab netral
seputar pernyataan self-efficacy ini membuktikan bahwa remaja belum mantap
menyatakan sikapnya. Mereka belum bisa secara tegas mengatakan bahwa mereka
sangat tidak setuju, tidak setuju maupun setuju dan sangat setuju saat menjawab
pernyataan kuesioner sehingga akhirnya jawaban netral yang mayoritas dipilih. Dari
hasil uji hipotesis pada tabel 7, diketahui koefisien self-efficacy positif, sehingga selfefficacy pengaruhnya positif terhadap perilaku merokok. Hasil tersebut bertentangan
dengan hasil penelitian Van’t Riet dkk., (2008) dan Bektas dkk. (2010) yang
menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh negatif terhadap perilaku merokok.
Dugaan peneliti bahwa responden penelitian ini memiliki jawaban yang tidak
konsisten saat menjawab pernyataan self-efficacy dan saat memberi jawaban pada
pernyataan perilaku merokok juga diperkuat hasil uji crosstab kedua variabel tersebut
yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Peneliti telah
mengelompokkan responden yang menjawab 1 dan 2 serta 4 dan 5 pada pernyataan
self-efficacy. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil uji crosstab untuk responden
yang menjawab 4 dan 5.
Tabel 9. Uji Crosstab IE 4 Self-Efficacy dan IE 5 Perilaku Merokok
SE_4_tinggi * PM_5 Crosstabulation
Count
PM_5
1.00

2.00

Total

3.00

SE_4_

4.00

1

tinggi

5.00

1

2

4

2

11

19

Total

9

4.00
15

5.00
40

8

73

5

7

19

45

15

92

Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012).
Peneliti mengambil contoh crosstab dari pernyataan keempat self-efficacy yaitu
“dalam situasi yang tidak terduga, saya selalu tahu bagaimana saya harus bertingkah
laku” dan pernyataan kelima perilaku merokok yaitu “Saya merokok ketika cuaca
dingin”. Terdapat 46% responden yang memiliki self-efficacy tinggi untuk indikator

empirik pernyataan “dalam situasi yang tidak terduga, saya selalu tahu bagaimana
saya harus bertingkah laku”. Dari 92 responden tersebut 65% menunjukkan perilaku
merokok yang tinggi. Hal ini tidak selaras dengan penelitian Van’t Riet dkk. (2008)
dan Bektas dkk. (2010) yang menyatakan bahwa bila self-efficacy nya tinggi maka
akan cenderung memiliki perilaku merokok yang rendah. Ketidak konsistenan
jawaban responden tersebut diduga menyebabkan variabel self-efficacy dan perilaku
merokok memiliki korelasi positif dalam penelitian ini. Ketidak konsistenan jawaban
responden ini terjadi pada responden yang memiliki self-efficacy tinggi. Sedangkan
untuk self-efficacy yang rendah menunjukkan kekonsistenan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.
2. Lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok
remaja.
3. Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap
perilaku merokok remaja sehingga kontra dengan hasil penelitian Tercyak dkk.
(2002), Sargent dkk. (2009), Wellman dkk. (2006), Biener dan Siegel (2001). Ini
bisa terjadi karena dalam teori Ibrahim (2007), media iklan hanya meliputi surat
kabar, majalah, papan reklame, spanduk, televisi, dan radio saja, belum termasuk
media internet. Padahal saat ini internet telah berkembang menjadi media yang
banyak diakses oleh remaja Indonesia. Pada hasil uji hipotesis 2 juga ditemukan
bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok
remaja. Penelitian ini tidak dapat membuktikan dugaan Kinard dan Webster (2010)
bahwa perbedaan tempat penyebaran kuesioner menyebabkan hasil yang berbeda
tentang pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini disebabkan
karena responden di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro memiliki
tingkat pendidikan yang sama-sama tinggi (SMA). Hasil yang berbeda mungkin dapat
terjadi apabila responden memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sedangkan
self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja mendukung
hasil penelitian Van’t Riet dkk. (2008) dan Bektas dkk. (2010). Namun dalam

penelitian ini menghasilkan korelasi positif antara self-efficacy dan perilaku merokok.
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya.
Implikasi Terapan
Masukan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Selama ini perusahaan rokok sering menitikberatkan promosinya melalui
iklan. Akan tetapi seperti hasil penelitian ini di mana paparan iklan tidak
berpengaruh terhadap perilaku merokok, perusahaan rokok juga perlu
mengimbangi promosi iklan tersebut dengan promosi lainnya seperti penjualan
personal.
2. Perusahaan rokok bisa mencoba menayangkan iklan dengan tema yang lebih
mudah dipahami oleh masyarakat seperti penggunaan tema yang diambil dari
kehidupan sehari-hari atau budaya-budaya yang ada dalam masyarakat.
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat digunakan sebagai
saran untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
1. Pada saat membagikan kuesioner, peneliti kurang detail dalam menerangkan
hitungan frekuensi paparan iklan. Hal itu yang mungkin menyebabkan tidak
berpengaruhnya variabel paparan iklan terhadap perilaku merokok.
2. Mayoritas literatur, yaitu Fishbein dan Capella (2006), Von Ah dkk. (2005),
Ford dkk. (2009), Engels dkk. (2005), Berg dkk. (2008), dan Sterling dkk.
(2007) hanya mengidentifikasi hubungan antara variabel self-efficacy dan
perilaku merokok. Dengan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian tentang
pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok, maka pada
penelitian mendatang dapat menguji pengaruh perilaku merokok terhadap selfefficacy. Karena bisa saja seseorang merokok untuk meningkatkan keyakinan
dirinya.
3. Responden dalam penelitian ini masing-masing hanya diambil dari 1 kafe dan
1 universitas saja. Hasil yang berbeda mungkin ditemukan jika responden
diambil lebih dari 1 kafe dan lebih dari 1 universitas. Sampel akan lebih
presisi apabila jumlah sampel semakin mendekati jumlah populasi.

Daftar Pustaka
Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan
Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di
Kota

Medan

tahun

2007”.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf, tanggal
5 Februari 2012.
Arsanti, Tutuk Ari. 2009. “Hubungan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan
Kinerja”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16, No. 2, Hal. 97 - 110.
Asfriyati dan Sri Rahayu Sanusi. 2006. “Gambaran Karakteristik, Keluarga, dan
Perilaku Seksual Santri di Pesantren Purba Baru”. Jurnal Komunikasi
Penelitian, Vol. 18, No. 1.
Bandura, Albert. 2001. Self-efficacy and Health. In N. J. Smelser & P. B. Baltes
(Eds.), International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol.
20, Hal. 13815-13820.
Bektas, Murat, Candan Ozturk, dan Merry Armstrong. 2010. “An Approach to
Children’s Smoking Behaviors Using Social Cognitive Learning Theory”.
Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 11, Hal. 1143-1149.
Berg, Carla J., et al. 2008. “Correlates of Self-Efficacy Among Rural Smokers”.
Journal of Health Psychology, Vol. 13, No. 3, Hal. 416–421.
Berry, T. R., dan Howe, B.L. 2005. “The Effects of Exercise Advertising on SelfEfficacy and Decisional Balance”. American Journal of Health Behavior, Vol.
29, Hal. 117-126.
Biener, Lois dan Michael B. Siegel. 2001. “The Role of Tobacco Advertising and
Promotion in Smoking Initiation”. Smoking and Tobacco Control Monograph,
No. 14, Hal. 201-212.
Books.google.co.id. 2010. “Super Teens Jadi Remaja Luar Biasa Dengan 1
Kebiasaan

Efektif”.

Diunduh

dari

http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq
=remaja+dengan+rentang+usia+18+24+tahun&source=bl&ots=KnYKHa5w

Wl&sig=8zrvuCpc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20
dengan%20rentang%20usia%2018-24%20tahun&f=false, tanggal 22 Februari
2012.
Born, Aristi, Ralf Schwarzer dan Matthias Jerusalem. 1995. “Indonesian Adaptation
of the General Self-Efficacy Scale”. Diunduh dari http://userpage.fuberlin.de/~health/selfscal.htm, tanggal 16 Juni 2012.
Brodish, Paul H. 1998. “The Irreversible Health Effects of Cigarette Smoking”. The
American

Council

on

Science

and

Health.

Diunduh

dari

http://www.acsh.org/docLib/20040402_Irreversible_Effects1998.pdf, tanggal
29 Maret 2012.
Budiarty, Etty dan Yunni. 2008. “Analisis Pengaruh paparan Iklan Rokok di Televisi
Terhadap Keputusan Pembelian oleh para Remaja”. Jurnal Ekonomi
September, Vol. 18, No. 2.
Cervone, Daniel. 2000. “Behavior Modification Thinking about Self-Efficacy”.
Behavior Modification, Vol. 24, No. 1, Hal. 30-56.
Chen, Huey-Shys, Sharon D. Horner, dan Melanie S. Percy. 2002. “Validation of the
Smoking Self-efficacy Survey for Taiwanese Children”. Journal of Nursing
Scholarship, Vol. 34, No.1, Hal. 33-37.
Detikhealth.com. 2011. “Kenapa Jumlah Perokok Indonesia Masih Tertinggi Ketiga
di

Dunia”.

Diunduh

dari

http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapajumlah-perokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia, tanggal 2 Februari
2012.
Dhavan, Poonam, Melissa H. Stigler, Cheryl L. Perry, Monika Arora, dan K. Srinath
Reddy. 2010. “Is Tobacco Use Associated With Academic Failure Among
Government School Students in Urban India?”. Journal of School Health
November, Vol. 80, No. 11, Hal. 552-560.
Droomers, Mariel, Carola T.M. Schrijvers, dan Johan P. Mackenbach. 2004.
“Educational Differences in the Intention to Stop Smoking, Explanations

Based on the Theory of Planned Behaviour”. European Journal of Public
Health, Vol. 14, Hal. 194–198.
Efendi, Mohammad. 2005. “Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk
Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa melalui Peningkatan
Perceived

Self-Efficacy

Berhenti

Merokok”.

Jurnal

Pendidikan

dan

Kebudayaan, No. 056, Tahun Ke-11, September.
Edukasi.kompasiana.com. 2011. “Perokok Remaja Terbanyak di Dunia”. Diunduh
dari

http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/perokok-remaja-terbanyak-

di-dunia, tanggal 28 Februari 2012.
Engels, Rutger C.M.E., et al. 2005. “Self-Efficacy and Emotional Adjustment as
Precursors of Smoking in Early Adolescence”. Substance Use & Misuse, Vol.
40, Hal. 1883–1893.
Fatimah, Nurul. 2010. “Hubungan Terpaan Iklan Produk Rokok di Televisi dan
Tingkat Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku
Merokok”. Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik

Universitas

Diponegoro,

Semarang.

Diunduh

dari

http://eprints.undip.ac.id/26053/1/SUMMARY_PENELITIAN_Nurul_Fatima
h.pdf, tanggal 29 Maret 2012.
Fishbein, Martin dan Joseph N. Cappella. 2006. “The Role of Theory in Developing
Effective Health Communications”. Journal of Communication Vol. 56, Hal.
1–17.
Ford, Kentya H., Pamela M. Diamond, Steven H. Kelder, Kymberle Landrum
Sterling, dan Alfred L. McAlister. 2009. “Validation of Scales Measuring
Attitudes, Self-Efficacy, and Intention Related to Smoking Among Middle
School Students”. Psychology of Addictive Behaviors, Vol. 23, No. 2, Hal.
271–278.
Foulds, J., et al. 2003. “Effect of Smokeless Tobacco (Snus) on Smoking and Public
Health in Sweden”. Tobacco Control, Vol. 12, No. 349–359.
Ghozali, H. Imam., 2005. “Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS”, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Gilpin, Elizabeth A., Martha M. White, Karen Messer, dan John P. Pierce. 2007.
“Receptivity to Tobacco Advertising and Promotions Among Young
Adolescents as a Predictor of Established Smoking in Young Adulthood”.
American Journal of Public Health, Vol. 97, No. 8, Hal. 1489-1495. .
Ginting, Tarianna. 2012. “Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku
Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011”.
Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari

http://repository.usu.ac.idbitstream123456789308604Chapter%20I.pdf,

tanggal 20 April 2012.
Hanewinkel, Reiner, Barbara Isensee, James D. Sargent, dan Matthis Morgenstern.
2010. “Cigarette Advertising and Adolescent Smoking”. American Journal of
Preventive

Medicine.

Diunduh

dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1446163/pdf/10705855.pdf,
tanggal 13 April 2012.
Hasnida dan Indri Kemala. 2005. “Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok
pada Remaja Laki-Laki. Psikologia Vol. 1, No. 2 Desember.
Hidayat, H. Syarif Imam. 2008. “Penilaian Konsumen Terhadap Beberapa Atribut
Dua Jenis Rokok Produk Sampoerna”. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis,
Vol.8, No. 2 September.
Hidorat, Chandra. 2010. “Interpretasi Tayangan Iklan Televisi A Mild Go Ahead
Versi Bayangan”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diunduh
dari http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1komunikasi/203612044/cover.pdf,
tanggal 20 April 2012.
Hoffman, Allison C. 2011. “The Health Effects of Menthol Cigarettes as Compared
to Non-Menthol Cigarettes”. Hoffman Tobacco Induced Diseases. Diunduh
dari

http://www.tobaccoinduceddiseases.com/content/9/S1/S7,

November 2011.

tanggal

3

Hruba, Drahoslava dan Iva Zaloudikova. 2010. “Why to Smoke? Why Not to Smoke?
Major Reasons for Children’s Decisions on Whether or not to Smoke”. Cent
Eur J Public Health, Vol. 18, No. 4, Hal. 202–208.
Ibrahim, M. Nasir 2007. “Analisis Pengaruh Media Iklan Terhadap Pengambilan
Keputusan Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada
Masyarakat Kota Palembang”. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 5,
No. 10 Desember.
Indofbh.org.

“Industri

Rokok

di

Diunduh

Indonesia”.

dari

http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di
_Indonesia.pdf, tanggal 1 Maret 2012.
Irfan, Muhammad. 2010. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SLTP Dharma
Pancasila Medan Tentang Rokok dan Iklan Rokok Tahun 2010”. Fakultas
Kedokteran

Universitas

Sumatera

Utara,

Medan.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789.pdf, tanggal 22 juni 2012.
Kinard, Brian R. dan Cynthia Webster. 2010. “The Effects of Advertising, Social
Influences, and Self-Efficacy on Adolescent Tobacco Use and Alcohol
Consumption”. Journal of Consumer Affairs, Vol. 44, No.1, Hal. 24-43.
Komalasari, Dian dan Avin Fadilla Helmi. 2000. “Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok

Pada

Remaja”.

Diunduh

dari

http://ueu6174.blog.esaunggul.ac.id/wpcontent/blogs.dir/805/files/2012/05/Statistika-2.pdf, tanggal 2 Desember 2012.
Kotler, Philip. 2002. “Manajemen Pemasaran 1, Edisi Milenium”. Jakarta : PT.
Prenhallindo.
Kumboyono. 2012. “Hubungan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar Anak Usia
Remaja di SMK Bina Bangsa Malang”. Majalah Kesehatan Fakultas
Kedokteran

Universitas

Brawijaya.

Diunduh

dari

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/627/647_um
m_scientific_journal.pdf, tanggal 13 Juni 2012.
Martini, Santi dan Muji Sulistyowati. 2005. “The Determinants of Smoking Behavior
Among Teenagers in East Java Province, Indonesia”. Economics of Tobacco

Control

Paper

No.

32.

Diunduh

dari

http://siteresources.worldbank.org/HEALTHNUTRITIONANDPOPULATIO
N/Resources/281627-1095698140167/IndonesiaYouthSmokingFinal.pdf,
tanggal 18 April 2012.
Maholtra, K. Naresh., 1999, ”Marketing Research: An Applied Orientation”, 3.ed.
River Prentice Hall.
Nasution, Indri Kemala. 2007. “Perilaku Merokok pada Remaja”. Diunduh dari
http://library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf, tanggal 23 Februari 2012.
Noor, Farid. 2004. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok
pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus”. Tesis
Program Studi Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
Semarang.

Diunduh

dari

http://eprints.undip.ac.id/14521/1/2004MPK3808.pdf, tanggal 18 April 2012.
Pucci, Linda G. dan Michael Siegel. 1999. “Exposure to Brand-Specific Cigarette
Advertising in Magazines and Its Impact on Youth Smoking”. Preventive
Medicine Vol. 29, Hal. 313–320.
Raharjo, Fajar dan Bambang Mursito. 2008. “ Analisis Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Rokok Sejati di 5 Kecamatan
Kabupaten Sukoharjo”. Manajemen Bisnis Syariah, No. 2/ Th. II.
Ricky. 2006. “Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Rokok Merek Sampoerna A-Mild di Beberapa Hotel di Kota Medan”. Skripsi
Fakultas

Ekonomi

Universitas

Sumatera

Utara.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11148/1/000502095.pdf,
tanggal 8 Agustus 2012.
Risfandy, Rachmat. 2010. “Pemaknaan Iklan Rokok Djarum 76 Versi Terdampar
(Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Iklan Rokok Djarum 76 Versi
“Terdampar” di Televisi)”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Surabaya. Diunduh
dari http://eprints.upnjatim.ac.id/821/1/file1.pdf, tanggal 20 April 2012.

Rising, Joshua dan Lori Alexander. 2011. “Marketing of Menthol Cigarettes and
Consumer

Perceptions”.

Tobacco

Induced

Diseases.

Diunduh

http://www.tobaccoinduceddiseases.com/content/9/S1/S2,

dari

tanggal

3

November 2012.
Rochmayani, Dewi Sari. 2008. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan
Merokok pada Remaja (Studi di Kelurahan Ngaliyan, Kota