2016 09 22 09 48 45 Technology and Indonesias Electoral Principles Titi Anggraini

TECHNOLOGY AND INDONESIA’S ELECTORAL PRINCIPLES:
WHAT CAN AND WHAT CANNOT.
ROUNDTABLE DISSCUSSION
Titi Anggraini
Jakarta, September 20th, 2016

Dasar Hukum
1. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 147/PUU-VII/2009
Menyatakan Pasal 88 UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
konstitusional bersyarat terhadap Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2) UUD
1945 sehingga kata, “mencoblos” dalam Pasal 88 UU 32/2004 diartikan
pula menggunakan metode e-voting dengan syarat kumulatif sebagai
berikut:
a. tidak melanggar asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;
b. daerah yang menerapkan metode e-voting sudah siap dari sisi
teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia maupun perangkat
lunaknya, kesiapan masyarakat di daerah yang bersangkutan, serta
persyaratan lain yang diperlukan;

Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 2015 jo UU No. 10 Tahun 2016

Pasal 85
(1) Pemberian suara untuk Pemilihan dapat dilakukan dengan cara:
a. memberi tanda satu kali pada surat suara; atau
b. b. memberi suara melalui peralatan Pemilihan suara secara elektronik.
(1) Pemberian tanda satu kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan berdasarkan prinsip
memudahkan Pemilih, akurasi dalam penghitungan suara, dan efisiensi dalam penyelenggaraan
Pemilihan.
(2) (2a) Pemberian suara secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan
mempertimbangkan kesiapan Pemerintah Daerah dari segi infrastruktur dan kesiapan masyarakat
berdasarkan prinsip efisiensi dan mudah.
(3) (2b) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) pasangan calon yang mendaftar dan berdasarkan hasil penelitian
pasangan calon tersebut dinyatakan memenuhi syarat, pemberian suara untuk Pemilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mencoblos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54C ayat
(3).
(4) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan KPU.

LEGAL FOUNDATION
1. UU No. 1 Tahun 2015 jo UU No. 10 Tahun 2016
Pasal 98

(3)Dalam hal pemberian suara dilakukan dengan cara
elektronik, penghitungan suara dilakukan dengan cara
manual dan/atau elektronik.

ELECTORAL TECHNOLOGY
REQUIREMENTS
1. MEETS THE PRINCIPLES. Electoral principles; Electoral Commission’s
principles; Good Governance Principles.
2. SOLVING CRITICAL ISSUES. Based on problems, not even ring up
new problems.
3. INCLUSIVE. Inclusive in accessibility and inclusive in common
understanding (the mechanism is not only be understood by
expert).
4. EXPERIMENTED AND EXPERIENCED. Do not repeat the mistakes that
have been done by others.
5. PRESERVES AND MAINTAINS POSITIVE VALUES. Elections as a
citizien participation and interaction process.

PRINCIPLES THAT MUST BE MET
Electoral Principles


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Langsung
Umum
Bebas
Rahasia
Jujur
Adil

Electoral
Commission’s
Principles
1. Mandiri
2. Jujur

3. Adil
4. Kepastian hukum
5. Tertib
6. Kepentingan umum
7. Keterbukaan
8. Proporsionalitas
9. Akuntabilitas
10.Efisiensi
11.efektivitas

Good Governance
Principles
1. Kepastian hukum
2. Tertib
penyelenggaraan
3. Kepentingan umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
7. Akuntabilitas


ISSUES IN RECAPITULATION
PROCESS
• Manipulatioin of vote counts result at villages, districts,
counties, cities.
• Voter’s votes (the ballot boxes) disappeared after been
moved into secure places.
• Errors in calculation.
• Errors in records.
• Voting results too long to be known.

REKOMENDASI
• Teknis pengelolaan teknologi sebaiknya melalui PKPU karena
perkembangannya yang sangat tinggi. Sedangkan UU hanya mengatur
legalitas teknologi saja, demi menjaga kelestarian hukum.
• Perlu mempertimbangkan apakah teknologi yang digunakan dapat
menjadi penentu hasil atau hanya sekedar alat bantu (hasil
berdasarkan keputusan KPU RI)
• Mekanisme dalam teknologi yang digunakan harus mampu
mengeliminasi proses di Kecamatan, Kabupaten/Kota atau Provinsi

(Pemilu), perjalanan data semestinya dari TPS langsung ke KPU terkait.
• E-Voting tidak eksklusif, dimana salah satu sistemnya tidak dipahami
publik secara luas, dan penguasaannya hanya diserahkan kepada
segelintir ahli.

REKOMENDASI
• Perlu dilakukan pengujian yang berulang, waktu yang
tidak sedikit, dan melibatkan stakeholders pemilu pada
setiap prosesnya.
• Tingkat kesuksesan teknologi pemilu harus dijamin
100%, dalam Pemilu/Pilkada kepercayaan proses dan
hasil merupakan kepentingan yang sangat mendasar.
• Perlu mempertimbangkan prinsip Open Data dalam
penyajian hasilnya nanti, untuk mendorong pelibatan
publik yang lebih progressif.