Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan | Karya Tulis Ilmiah tumbuh kembang anak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan”
secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling
bergantung satu sama lain.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendirisendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal
ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki
kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam
bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang
ditimbulkan.

1.2

Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja?

1.3 Tujuan

1.

Untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan

masa konsepsi sampai remaja.
2.

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan
perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.
Serta dapat menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu
Keperawatan Dasar 1.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian
tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan
penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh
atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran
dan struktur biologis.

2.1.2. Pengertian Perkembangan

Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat
secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan
tambah jelas dalam rangka keseluruhan.

2.2 Tahapan Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :

Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa fetus (9 minggu sampai
lahir),
Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak
(1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).


Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas

Ø Masa Sekolah (6-12 tahun)
Ø Masa Remaja (12-18 tahun)

TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 0-6 TAHUN

Masa Pranatal

Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel
menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan
dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :
a.

Fase Embrio.

b.


Fase Fetus.

2. Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut
:
A. Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya
kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai
dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi
lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk
memenuhi kebutuhan gizi.

B. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)

Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
Ø Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila
gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan
tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.

Ø Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu
lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang
baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan
pertambahan umur.
Ø

Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan

lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350
gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5
kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan
diperkirakan mencapai 75 cm.

C. Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada
tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan
tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar
kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi
geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah

mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan
naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar
50 cm.

D. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak
terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam
hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap
tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami
kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 6 TAHUN KEATAS

A. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama
dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar
membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas
dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan

pengendalian diri sendiri bertambah pula.

B. Masa Remaja (12-18 tahun)
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses
menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah
perubahan bentuk tubuh.
Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual
yang ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas
dimana anak memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga
membutuhkan bantuan dari orang tua.

2.3 Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan
Usia

Ciri-ciri
1 bulan
(4 minggu)


Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem pencernaan sebagai suatu saluran
sederhana; ada sebuah ekor yang khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul.
2 bulan
(8 minggu)

Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan bentuk-bentuk tersendiri; tulang
mulai dibentuk, sistem pencernaan terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai berfungsi;
adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
3 bulan
(12 minggu)

Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaan telah berkembang baik; alat
kelamin luar antara pria dan wanita mulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya
gerakan-gerakan kecil dari janin.

4 bulan
(16 minggu)

Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang di seluruh tubuh; kulit
berkembang sepenuhnya; sudah dapat ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata,

dan rambut kepala; gerakan janin meningkat.
9,5 bulan
(38 minggu)

Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak di bawah kulit; menjelang
minggu ke-22 janin mulai membuka matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya,
terjadi kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi kepala ke bawah sebagai
persiapan untuk kelahiran.

II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
1. Ciri-ciri fisik
Usia

Pertumbuhan

Perkembangan
Tinggi Badan


Berat Badan

Motorik

Kognitif
0–3 bulan

45–65 cm

3–5 kg

Menggerakkan beberapa bagian
tubuh seperti tangan, kepala, dan mulai belajar memiringkan tubuh.

Mulai mengenal suara, bentuk benda dan warna.
6–9 bulan

64- 70 cm

7–9 kg

Dapat menegakkan kepala, belajar tengkurap sampai dengan duduk (pada usia 8 – 9 bulan), dan
memainkan ibu jari kaki.

Mengoceh, sudah mengenal wajah
seseorang, bisa membedakan
suara, belajar makan dan mengunyah
12–18 bulan

74–81 cm

10–11 kg

Belajar berjalan dan berlari,
mulai bermain, dan koordinasi
mata semakin baik.

Mulai belajar berbicara, mempunyai
ketertarikan terhadap jenis-jenis benda, dan mulai muncul rasa ingin tahu.
2–3 tahun

86–96 cm

12–15 kg

Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat

Keterampilan tangan mulai membaik,
pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.
4–5 tahun

100–120 cm

16–22 kg

Dapat berdiri pada satu kaki,
mulai dapat menari, melakukan
gerakan olah tubuh, keseimbangan
tubuh mulai membaik.

Mulai belajar membaca, berhitung,
menggambar, mewarnai, dan merangkai
kalimat dengan baik.

2. Ciri-ciri Psikologis
Usia

Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun)
0-5 tahun

Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Senang bermain.
Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala. Suka menolak perintah.
Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan masa anak-anak

1. Ciri-ciri fisik
Usia

Pertumbuhan

Perkembangan
Tinggi Badan

Berat Badan

Motorik

Kognitif
6–8 tahun

120–130 cm

21–27 kg

Mampu meloncati tali setinggi 25 cm, belajar naik sepeda.

Menggambar dengan bentuk proporsional,
memakai dan mengancingkan
baju, menulis, lancar
membaca, tangkas dalam berhitung, belajar bahasa asing, belajar memainkan alat musik.
9–10 tahun

131–145 cm

28–33 kg

Melakukan olah raga permainan seperti bulutangkis, sepak bola, tangkas bersepeda.

Pandai menyanyi, mampu membuat sebuah karangan, Menyerap
pelajaran dengan optimal, mulai belajar berdiskusi dan mengemukakan
pendapat.
11–12 tahun

145–152 cm

33–39 kg

Melompat tali sampai di atas 50 cm, meloncat sejauh lebih dari 1 meter,
terampil dalam menggunakan
peralatan.

Konsentrasi belajar meningkat, mulai belajar bertanggung jawab, senang berpetualang dan
mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

2. Ciri-ciri Psikologis
Usia

Ciri-ciri Psikologis
6 – 12 tahun

Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh. Pertumbuhan jiwanya relatif stabil.
Daya ingat kuat, mematuhi segala perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah
melupakan. Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima, pengertian karena
kemampuan logikanya mulai berkembang.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber)

1. Ciri-ciri fisik
Perbedaan

Laki-laki

Perempuan
Usia

11 – 16 tahun

10 – 15 tahun
Ciri khusus

Terjadi mimpi basah

Mengalami menstruasi
Ciri – ciri kelamin sekunder

tumbuhnya kumis dan jambang, tumbuhnya rambut di ketiak dan

di sekitar alat kelamin, serta dada menjadi lebih bidang.

payudara tumbuh membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta
membesarnya pinggul.

2. Ciri-ciri Psikologis

Usia

Ciri-ciri Psikologis
Kurang lebih usia 10 – 17 tahun

Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila adanya perubahan psikis.
Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan
seperti anak kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau berkhayal. Mulai
bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik. Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat
kelamin mulai berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan.

BAB III

PENUTUP

3.1

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan
peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri
dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara
keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
(wong, 2000).
.

3.2

SARAN
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :

Ø Dapat meningkatkan wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai
remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html
Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.
http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-dan-perkembanganpeserta-didik.

Makalah konsep kebidanan tentang Tumbuh Kembang Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar
anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi
genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah,
asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq,
perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan,
partisipasi, stimulasi dan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus
dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(5) Untuk itulah dalam
perkuliahan ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada
pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver Development
Stress Test (DDST).
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga
sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema
makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun
bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu
sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan
yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat
yang mengandung banyak gizi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen asuhan kebidanan pada balita fisiologis
menurut varney.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah membuat laporan Asuhan Kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami
serta mampu membuat asuhan kebidanan Pada By. Ny. ”W” usia 1 hari dengan asfiksia.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada By. Ny. ” W” usia 1 hari dengan
asfiksia
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi
5. Membuat rencana tindakan
6. Melaksanakan tindakan
7. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

D. Metode Penulisan
Berdasarkan judul makalah tentang manajemen asuhan kebidanan balita fsiologi (VARNEY),
maka metode penulisan yang digunaakan adalah study pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek
sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.

Balita adalah singkatan bawah lima tahun. Demi kesamaan persepsi kita dalam membaca
makalah ini maka saya membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah.
Selanjutnya di sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak, karena masing-masing memiliki
ciri-ciri khas yang berlainan. Kita akan lebih banyak membahas konsep perkembangan daripada
konsep pertumbuhan. Dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan
yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan
terintegrasi.Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi
baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana
bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak
kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasikan dengan keadaan anak
yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa ketrampilan mandiri. Masa bayi adalah masa

dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Banyak
ahli berkeyakinan demikian, seperti Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang
baik pada masa dewasa bermula dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang kurang
baik (Freud, 1962).Kemudian Erikson (1964) juga percaya bahwa cara bayi diperlakukan akan
menentukan

apakah

ia

akan

mengembangkan

‘dasar

percaya’

atau

‘dasar

tidak

percaya’,memandang dunia sebagai suatu yang aman dan dapat dipercaya, atau sebaliknya
sebagai ancaman.Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak
yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst(1972):
• Belajar makan makanan padat
• Belajar berjalan
• Belajar berbicara
• Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
• Mempelajari perbedaan peran seks
• Mempersiapkan diri untuk membaca
• Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani.

B. Pemenuhan Gizi Pada Balita

1. Mengenal Balita

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal
(kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu
tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu
air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima

makanan padat seperti orang dewasa.Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih
atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi
(1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering
disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan
berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil
daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan
yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan
dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan.
Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan
bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh
karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti
pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita,

tenaga

diperlukan

untuk

melakukan

aktivitasnya

serta

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organorgan tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam
lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5.Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada
usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih
besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari
satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c.Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6.Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah
gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan

tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman
jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran
seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein
dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun
daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.
( Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak
anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru
telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan
makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah
hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian
ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian.
Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki
gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi, keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi,Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
7.Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan
asupan yang memadai.Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak
kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi
sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu
anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak
tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini
dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ).
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan
kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b.Obesitas

Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan.
Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut
Aven-Hen (1992),obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1)Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2)Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3)Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4)Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis

2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
Membosankan

4)Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai
dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan.
5)Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c.Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis,
atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan
bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari
dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut
ini:
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikanpada saat anak benar-benar lapar dan
haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.

(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh
orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan seharihari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun

Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu.

Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan
karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga
dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya
sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga

karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya.
Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak
susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi
daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika
dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja
maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi
meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang
penyakit tertentu.
Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga

cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan
makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini
disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor
lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan
diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak
terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan
mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai
buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluranpencernaan merupakan penyebab diare
pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya
laktosa), lemak dan protein.

c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang anak
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu
:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri
khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan,
derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan
lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)
Ad.a. Faktor Lingkungan Pranatal

Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain :
1. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak,
anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan,
talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
3. Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker,
rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid,
insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah
satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lainlain.

5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang lakilaki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
6. Infeksi

Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering
menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
7. Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin,
antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau
lahir mati.
9. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan
BBLR.
Ad.b. Faktor Lingkungan Postnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada
kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi :
a. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan
hormon.
b. Faktor fisik

Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu
daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian, serta radiasi.
c. Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat
ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran
atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam
perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan
lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak,
selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang anak.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu
yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga
yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal
masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian
bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabutabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya,
serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
anggaran dan lain-lain.
C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciriciri tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa,
yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan
organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan
volunter tercapai.
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda,
maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan
menuruti patokan umum.

D. PERKEMBANGAN PERILAKU MAKAN ANAK
Teori perkembangan jiwa menurut Anna Freud, setiap anak harus melalui suatu pola
perkembangan perilaku makan sejak lahir hingga dewasa dalam keadaan :
- Tergantung akal pikiran atau ratio secara kualitatif dan kuantitatif
- Tergantung kebutuhan sendiri atau nafsu makannya sendiri
- Mempunyai kemampuan untuk mengatur makannya sendiri secara aktif

- Tidak berkaitan dengan hubungan dengan si pemberi makanan maupun fantasinya , baik
disadari atau tanpa disadari.
Proses perkembangan kemampuan dan perilaku makan pada anak dapat diibagi dalam beberapa
tahap sesuai dengan perkembangan kematangan saluran cerna dan perkembangan kemampuan
motorik dan psikologis anak :
TAHAP I : PERIODE MINUM ASI
Pada usia ini pada beberapa bayi saluran cernanya belum sempurna atau sering terjadi gangguan
pada saluran cerna sehingga sering timbul masalah pemberian makanan pada bayi tersebut.
TAHAP II : PERIODE PENYAPIHAN ASI
Penyapihan ASI atau PASI bisa dimulai dari anak atau keinginan dari ibu. Bila penyapihan ini
dilakukan secara mendadak maka bayi akan merespon atas pnghentian kesenangan menghisap
ini. Kadangkala akan menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesulitan minum
sementara.

TAHAP III : PERIODE TRANSISI DARI MAKAN DISUAP MENUJU MAKAN SENDIRI
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT (sendok atau garpu).
Dalam tahap ini anak masih mempunyai persepsi bahwa makanan adalah identik dengan ibu.
Setiap penolakan makanan terhadap makanan mungkin ditujukan terhadap ibunya sebagai
pernyataan penolakan terhadap perawatan atau perhatian ibunya.
TAHAP IV : PERIODE ANAK MAKAN SENDIRI DENGAN ALAT
Pada periode persepsi anak masih seperti tahap ke III, sehingga hubungan emosional antara ibu
dan bayi masih sangat dominan. Anak mulai suka mencoba kebiasaan menggunakan alat makan
seperti sendok dan garpu. Dalam tahap