Penerapan Konsep Punakawan pada Interior Restoran Warung Apung Rahmawati di Surabaya | Pradjonggo | Intra 2238 4222 1 SM

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532

527

Penerapan Konsep Punakawan pada Interior
Restoran Warung Apung Rahmawati di
Surabaya
Celline Junica Pradjonggo
Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: celinejunica@yahoo.co.id

Abstrak— Pesona kuliner di Surabaya berkembang baik dan
tidak kalah menarik dengan kota lain. Restoran berkonsep
budaya tradisional dan modern banyak didirikan, salah satunya
adalah restoran Warung Apung Rahmawati. Restoran tersebut
semakin berkembang dan cukup sukses. Namun Warung Apung
Rahmawati berdiri tidak berdasarkan branding yang terkonsep.
Oleh karena itu penerapan konsep pada interior restoran WAR
sangat perlu untuk membentuk brand image kepada masyarakat.
Konsep yang diangkat adalah Punakawan. Konsep diambil untuk

mencerminkan karakter utama restoran Warung Apung
Rahmawati. Secara visualisasi karakter yang ada pada
punakawan diaplikasikan ke dalam elemen interior maupun
dekoratifnya. Dengan konsep branding yang baru ini diharapkan
tidak hanya membentuk brand image kepada masyarakat namun
juga dapat memberikan kesan suasana yang menarik dan nyaman
bagi pengunjung.
Kata Kunci— Desain Interior, Restoran Warung Apung
Rahmawati, dan Punakawan.
Abstrac—The charm of Surabaya culinary has grown well and
has become as highly appealing as the other cities. Restaurants
with traditional and modern concept are now in high demand,
one of them is Warung Apung Rahmawati. This restaurant has
grown big and successful. However Warung Apung Rahmawati
isn't based on conceptualized branding. Therefore, the
application of the concept of the interior of the WAR restaurant is
very necessary to establish a brand image to the public. The
concept taken is Punakawan. This concept was chosen to help
reflect the main characteristic of Warung Apung Rahmawati
restaurant. The character of Punakawan is applied visually into

the elements of interior and decoration. The application of this
new branding concept is not only meant to create a restaurant
branding image towards the society, but also to create an
interesting and comfortable atmosphere towards the consumers.
Keyword— Interior Design, Warung Apung Rahmawati
Restaurant, and Punakawan.

I. PENDAHULUAN

K

OTA Surabaya memiliki pesona kuliner yang tidak kalah
menariknya dengan kota-kota besar lainnya. Desain
restoran yang melekatkan pesona kuliner dengan
menerapkan perpaduan konsep budaya tradisional di
daerahnya mulai bermunculan. Salah satunya adalah Warung
Apung Rahmawati. Warung Apung Rahmawati merupakan
salah satu rumah makan dengan penggabungan desain

Tradisional Jawa dan Modern yang dibentuk sebagai wujud

dedikasi dan apresiasi kepada para ahli masak jaman dahulu,
ibu-ibu rumah tangga dan para pembantu rumah yang telah
berjasa dalam memperkaya khasanah dan cita rasa masakan
Jawa, sehingga menjadi kekayaan keanekaragaman cita rasa
nusantara. Warung Apung Rahmawati adalah jawaban dari dua
generasi, modern dan klasik daerah, yang tersaji ala
tradisional, dan menawarkan aneka ragam makanan bercita
rasa khas.
Lahir dari sebuah mimpi, gairah dan keyakinan yang kuat,
membuat Warung Apung Rahmawati tetap memegang
konsistensinya dalam bisnis makanan. Berawal dari tahun
2003 tepatnya di Kota Gresik, restoran ini mulai ikut
meramaikan dunia usaha dibidang kuliner. Restoran yang
dijalankan
oleh
keluarga
ini
dengan
bangga
mempersembahkan 6 gerai yang sudah berjalan diikuti dengan

bisnis katering yang sukses. Salah satu dari 6 gerai tersebut
yang ada di lontar Surabaya yang didirikan pada Tahun 2007.
Saat ini pemilik Warung Apung terus mengembangkan
restorannya di berbagai tempat yang ada di Jawa Timur
dengan menampilkan suasana dan desain yang berbeda-beda
untuk mendapatkan perhatian calon pelanggan. Namun untuk
kedepannya Warung Apung memiliki tujuan untuk
mengembangkan usahanya tidak hanya pada tingkat lokal saja
namun sampai ketingkat nasional. Oleh karena itu tidak hanya
profit yang dipikirkan namun juga untuk pembentukan brand
image di masyarakat sangatlah berarti.
Pada awal mulanya Warung Apung berdiri tidak
berdasarkan branding yang terkonsep. Oleh karena itu dalam
proses pengembangan ini Warung Apung membuat branding
yang lebih terkonsep dengan jelas. Namun dalam
penerapannya Warung Apung masih belum melaksanakannya.
Oleh karena itu dibutuhkan solusi inspirasi yang dapat
membatu dalam pengembangan brand image.
Desain interior dapat berperan bagi restoran Warung Apung
Rahmawati untuk dapat memberikan image utama yang mudah

diingat dan berkesan ketika berkunjung di sana. Image ini
tidak hanya muncul ketika orang sudah datang di tempat saja.
Diharapkan penanaman brand image dapat selalu diingat
sehingga ketika mendengar nama “Warung Apung
Rahmawati”, setiap orang sudah dapat membayangkan suasana
interior dan ruangnya. Hal ini merupakan salah satu strategi
dari tujuan operasi restoran adalah untuk mencari untung
sebagaimana tercantum dalam definisi Prof. Vanco Christian

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532
dari School Hotel Administration di Cornell University. Selain
bertujuan bisnis atau mencari untung, membuat puas para tamu
pun merupakan tujuan operasi restoran yang utama [1].
Sehingga dengan performance dan brand image yang baik,
Warung Apung dapat menarik pengunjung lebih banyak dan
terus berkembang sehingga pencapaian profit maksimal dapat
terealisasikan.
Dalam perancangan restoran ini, ada beberapa rumusan
masalah perancangan yang menjadi tolak ukur perancangan
diantaranya,

A. Bagaimana mendesain interior yang dapat membentuk
brand image bagi Warung Apung Rahmawati?
B. Bagaimana merancang desain interior restoran yang
tidak hanya memenuhi kebutuhan saji hidangan namun
juga dapat membangun suasana menarik dan nyaman
bagi pengunjung?

528
melakukan proses membuatan gambar kerja, detail dan render
pada desain akhirnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Konsep
Pemilihan konsep desain Punakawan dipilih berdasarkan
branding visualisasi yang sudah dibentuk oleh Warung Apung
Rahmawati. Hal ini dikarenakan WAR merupakan salah satu
restoran yang masih memakai unsur konsep budaya tradisional
kususnya budaya Jawa. Oleh karena itu dalam pengaplikasian
ke interior perlunya untuk memasukan nilai-nilai kebudayaan
Jawa yang biasa dipakai sebagai wacana untuk membangun
konsep estetika jawa, nilai tersebut ialah budaya kosmologis,

klasifikasi simbolik, dan Orientasi kehidupan orang jawa [2].

II. METODE PERANCANGAN
Metode perancangan menggunakan metode Michael J.
French (1985). Metode tersebut ialah :

Gambar 2. Branding Punakawan

Gambar 1. Metode perancangan Michael J. French
Metode perancangan yang digunakan ini ialah
mengumpulkan data-data yang bersangkutan dengan
perancangan. Setelah itu melakukan analisa terhadap
kebutuhan tersebut untuk mengetahui masalah apakah yang
terjadi di sekitar. Setelah menemukan masalah-masalah yang
ada, tahap selanjutnya adalah membuat suatu konsep desain
yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dalam
sudut pandang desain interior. Konsep tersebut akan dibawa
untuk melakukan suatu program atau rencana untuk merancang
desain yang baru. Rencana tersebut juga harus disesuaikan
dengan hasil analisa masalah yang telah dilakukan

sebelumnya. Setelah rencana rancangan selesai berlanjut
kepada perwujudan rencana tersebut dengan perancangan
suatu desain interior dengan bentuk ide-ide dan sketsa melalui
tahap skematik desain 1 dan skematik desain 2. Setelah ide
perancangan hingga pada skematik 2 kemudian selanjutnya

Menurut terminologi jawa kata Punakawan berasal dari
menggabungan kata puna dan kawan. Puna adalah terang atau
jelas sedangkan kawan berarti pula pamong atau teman.
Konsep ini diambil untuk mencerminkan karakter ruang yang
ada di restoran WAR. Dimana area makan pada restoran ini
akan terbagi dengan jelas dan dari setiap areanya memiliki
karakternya masing-masing. Namun dimaksudkan dengan
perbedaan karakter ruang inilah, ruang-ruang tersebut tetap
menjadi satu kesatuan layaknya teman atau keluarga yang
dapat hidup menjadi satu kesatuan yang harmonis meskipun
mereka dari jenis yang berbeda namun tetap memiliki satu
tujuan yang sama.
Punakawan akan menjadi maskot utama restoran WAR dan
setiap punakawan mewakili setiap area makan yang ada. Area

makan Outdoor diwakilkan dengan Petruk yang jenaka, area
lesehan diwakilkan Bagong yang terbuka dan harmonis, area
makan indoor diwakilkan Gareng yang kuat dan bersemangat,
dan ruang VIP diwakilkan Semar yang bijaksana. Untuk
memperkuat branding tersebut maka style yang di ambil dari
pencampuran natural, tradisional dan modern. Unsur
tradisional melambangkan wujud Punakawan yang berasal dari
suatu tradisi kebudayaan, natural melambangkan sifat dan
karakter Punakawan, dan modern diambil untuk mengikuti
kebutuhan akan fungsi saat ini. Unsur modern tampil juga
merupakan wujud dari pelestarian Punakawan yang hingga

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532
saat ini terus berkembang dan dapat mengikuti jaman.
Untuk sistem sirkulasi menggunakan random circulation.
Dimana pengunjung dapat memilih jalan yang mereka
inginkan. Pengunjung bergerak bebas untuk menuju tempat
yang diinginkan tanpa ada batasan-batasan dinding pemisah
[3]. Konsep sirkulasi ini diambil dari sifat Punakawan yang
aktif dan bergerak bebas seperti apa yang ia inginkan namun

dengan semua yang mereka lakukan tetap mengarahkan pada
suatu tujuan.
B. Layout Perancangan
Denah yang digunakan diambil dari karya perancangan
tugas akhir mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Kristen
Petra yang berjudul Pusat Boga di Surabaya (2000) karya
Therancys Monalysa, NRP: 22495010. Denah ini berupa
denah fiktif. Dimana terdapat ruang serba guna yang akan
dialihkan fungsinya sebagai perancangan restoran Warung
Apung Rahmawati. Luas ruang lingkup perancangan ini ±
1895 m2 sudah termasuk luas lantai 1 dan mezzanine.

Gambar 3. Layout lantai 1

529

Gambar 5. Bentuk Tubuh Punakawan yang Tidak Simetris
Penerapan bentuk ini pada layout memiliki fungsinya untuk
mengarahkan dan memperjelas pembagian ruang yang ada.
Dimana letak pintu masuk di desain berada di tengah dan

dikelilingi oleh ruang VIP, area makan outdoor, area lesehan,
ruang makan Indoor dan WAR corner. Sistem sirkulasi ini di
pakan untuk memberikan kebebasan kepada pengunjung dalam
memilih tempat makan tanpa harus binggung.
Pola lantai juga tetap mengikuti pola tatanan layoutnya.
Untuk penerapan pada restoran, menurut Soekeresno lantai
dibuat kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan dan juga
pertemuan antara lantai dan dinding tidak boleh dibuat sudut
mati [5]. Lantai juga tidak boleh licin sehingga perlunya untuk
mencari material yang bertekstur [6]. Sehingga material yang
digunakan untuk lantai banyak menggunakan keramik
bertekstur, laminasi parket kayu ataupun vinyl motif kayu.
C. Pola Plafon
Pola plafon pada setiap area mengikuti karakter dari
punakawan. Bentuk plafon bulat pada area makan indoor
diadopsi dari bentukan kalung yang dikenakan oleh Gareng,
bentuk kotak-kotak pada ruang VIP diadopsi dari bentuk batik
papan catur yang digunakan oleh Semar, bentuk trapesium
pada area makan outdoor di ambil dari bentuk kalung yang
dikenakan oleh Petruk. Sedangkan bentuk plafon pada area
lesehan diadopsi dari bentuk gasebo.

Gambar 4. Layout lantai mezzanine
Bentuk layout mengikuti karakter fisik dari punakawan
yang tidak simetris, sangat melebih-lebihkan atau distorsi
bentuk [4].

Gambar 6. Bentuk Aksesoris Punakawan

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532

530

Gambar 11. Potongan B-B

Gambar 7. Pola plafon lantai 1

Gambar 12. Potongan C-C

Gambar13. Potongan spesifik

Gambar 8. Pola plafon lantai 2
D. Tampak dan Potongan

Dapat dilihat dari potongan penggunaan material alami
banyak diaplikasikan seperti kayu-kayuan. Batu bata ekspose,
batu alam, ijuk, rotan dan untuk material tambahan
menggunakan wallpaper dinding. Tampilan material inilah
yang dapat memberikan nuasa natural, tradisional dan modern.
E. Perspektif Ruang

Gambar 9. Tampak main entrance

Gambar 10. Potongan A-A

Gambar 3. Ruang VIP 1

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532

Gambar 15. Ruang VIP 2
Ruang VIP dilambangkan oleh Semar yang bijaksana
sehingga bentuknya lebih sederhana dan mengikuti akan
fungsinya sebagai ruang VIP maupun ruang serba guna. Secara
visualisasi karakter yang di ambil dari semar adalah batik
kotak-kotak atau motif papan catur yang biasa dikenakan oleh
semar. Bentuk kotak-kotak ini tampil sebagai aksen dalam
ruang interiornya.

531
dan humoris sehingga area ini bersifat terbuka dan tidak
terbatasi oleh dinding-dinding pemisah. Untuk bentukan
desain interiornya karakter Bagong tampil dari hasil adopsi
bentuk kalungnya yang kemudian di stilasi. Bentukan itu
tampil pada dekoratif kaca dan juga bentuk tudung lampu.
Bentuk batik motif kawung yang biasa digunakan oleh
Bagong juga tampil sebagai aksen pada pembatas antar area
lesehan.
Bagong juga dilambangkan air pada area lesehan. Namun
tampilan Apung pada area ini hanya secara visualisasi tidak
realistis benar-benar mengapung. Kesan mengapung tampil
dengan memberi material batu-batuan (Koral) di sekeliling
area duduk lesehan.
Di sekitar area lesehan terdapat area bermain untuk anak
dan di atas lesehan ini terdapat mezzanine yang digunakan
sebagai area makan indooor. Area-area ini diletakan dekat
dengan jendela dan mendapat view dari luar dengan memiliki
tujuan agar pengunjung merasa nyaman dan tidak bosan ketika
menunggu, karena mereka dapat memandang keadaan sekitar
sambil duduk santai.

Gambar 17. Area makan indoor
Gambar 16. Area makan lesehan dan taman bermain
Pada area lesehan nuansa alami dan terbuka hadir untuk
memberikan kenyamanan pada pengunjung. Di area ini
material yang digunakan banyak menggunakan kayu, batubatuan dan anyaman bambu.
Area lesehan ini dilambangkan oleh Bagong yang terbuka

Pada area makan indoor bentukan bulat banyak digunakan
baik sebagai elemen interior maupun dekorasi ruang. Bentuk
ini diambil dari bentuk kalung yang digunakan oleh Gareng.
Untuk pemilihan bentuk meja pada area makan indoor semua
berbentuk kotak hal ini dikarenakan untuk mempermudah
mengubah ukuran meja sesuai dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu bentuk ini digunakan karena fleksibel.

JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 527-532

Gambar 18. Area kasir dan bar
Disekitar area makan indoor terdapat kasir dan bar. Area
kasir dan bar ini diletakan di bagian belakang ruang guna
untuk di dekatkan dengan area dapur sehingga segala akses
lebih mudah dijangkau. Pada area ini bentuk motif kawung
juga tampil mada perabot meja kasir dan konter minuman.
IV. KESIMPULAN
Perancangan interior restoran Warung Apung Rahmawati
(WAR) ini bertujuan membantu WAR dalam membranding
ulang restoran. Dengan konsep punakawan restoran WAR
dapat memberikan acuan untuk mengembangkan resto
berikutnya. Konsep punakawan ini sesuai dengan branding
promosi yang sudah dibuat oleh WAR sebelumnya.
Konsep punakawan diambil dari penggabungan kata puna
dan kawan. Puna adalah terang atau jelas sedangkan kawan
berarti pamong atau teman. Konsep ini diambil untuk
mencerminkan karakter ruang yang ada di restoran WAR.
Dimana area makan pada restoran ini akan terbagi dengan jelas
dan dari setiap areanya memiliki karakternya masing-masing.
Namun dengan perbedaan karakter ruang inilah, ruang-ruang
tersebut tetap menjadi satu kesatuan layaknya teman atau
keluarga yang dapat hidup menjadi satu kesatuan yang
harmonis meskipun mereka dari jenis yang berbeda namun
tetap memiliki satu tujuan yang sama. Secara visualisasi
karakter yang ada pada punakawan diaplikasikan ke dalam
elemen interior maupun dekoratifnya. Misal seperti
mengadopsi dari bentuk tubuh, bentuk batik atau aksesoris
yang digunakan oleh masing-masing Punakawan.

532
Tampilan style natural, tradisional dan modern ini yang
akan membangun suana utama setiap area dan ruang yang ada
di WAR. Perancangan interior dengan sistem terbuka dan
alami ini hidarapkan dapat membangun suasana menarik dan
nyaman bagi pengunjung. Sehingga pengunjung yang datang
tidak hanya merasakan saji hidangan yang nikmat namun
suasana, sistem, sirkulasi, dan pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan memuaskan.
Dampak terhadap branding desain interior ialah pengunjung
ketika masuk dapat merasakan ciri khas utama WAR ini
sehingga segala sesuatu yang dirasakan dan dilihat secara
visual dapat terbenak di dalam pikiran pengunjung maupun
masyarakat akan ciri khas utama WAR yang ada di setiap
gerainya nanti.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis Celline Junica Pradjonggo mengucapkan terima
kasih kepada Pembimbing, Ronald H.I.Sitindjak, S.Sn., M.Sn
dan Dra. Anik Rakhmawati, M.Pd atas bimbingan yang telah
diberikan penulis selama melakukan proses penyusunan jurnal
ini dan terima kasih untuk pihak Warung Apung Rahmawati di
Gresik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat membantu membranding ulang interior
restorannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]

[5]
[6]

M. W.A, Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta: Andi
Offset, 2005.
Koenjtaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Pamuji Suptandar, Interior Design. Jakarta: Usakti, 1982.
Bing Bedjo T., Estetika Visual dan Makna Punakawan Wayang kulit
purwa: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Yogyakarta: Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, 2013.
F. Lawson, Restaurant Planning & Design. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Soekresno, Manajemen Food and Beverage. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000.