Produk Hukum tentang Pegawai Sipil Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1975
TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

:

bahwa unt uk kelancaran pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 t ent ang Perkawinan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3019), dipandang perl u unt uk
mengeluarkan Perat uran Pemerint ah yang mengat ur
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan dari Undang-undang
t ersebut ;

Mengingat


: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 t ent ang
Perkawinan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019).

MEMUTUSKAN :
Menet apkan

:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
a.

Undang-undang adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 t ent ang
Perkawinan ;

www.djpp.depkumham.go.id

b.
c.
d.

Pengadilan adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam
dan Pengadilan Negeri bagi yang lainnya ;
Pengadilan Negeri adalah Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum;
Pegawai Pencat at adalah pegawai pencat at perkawinan dan perceraian.
BAB II
PENCATATAN PERKAWINAN
Pasal 2

(1)

(2)


(3)

Pencat at an perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya
menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencat at sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 t ent ang Pencat at an
Nikah, Talak dan Ruj uk.
Pencat at an perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya
menurut agamanya dan kepercayaannya it u selain agama Isl am, dilakukan
oleh Pegawai Pencat at perkawinan pada kant or cat at an sipil sebagaimana
dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencat at an
perkawinan.
Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan yang khusus berlaku bagi
t at acara pencat at an perkawinan berdasarkan berbagai perat uran yang
berlaku, t at acara pencat at an
perkawinan dilakukan sebagaimana
dit ent ukan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 9 Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 3


(1)

(2)
(3)

Set iap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberit ahukan
kehendaknya it u kepada Pegawai Pencat at dit empat perkawinan akan
dilangsungkan.
Pemberit ahuan t ersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) hari kerj a sebelum perkawinan dilangsungkan.
Pengecualian t erhadap j angka wakt u t ersebut dalam ayat (2) disebabkan
sesuat u alasan yang pent ing, diberikan ol eh Camat at as nama Bupat i
Kepala Daerah.
Pasal 4

Pemberit ahuan dilakukan secara lisan at au t ert ulis oleh calon mempelai, at au
oleh orang t ua at au wakilnya.
Pasal 5
Pemberit ahuan memuat nama, umur, agama/ kepercayaan, pekerj aan, t empat
kediaman calon mempelai dan apabila sal ah seorang at au keduanya pernah

kawin, disebut kan j uga nama ist ri at au suaminya t erdahulu.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 6
(1)

(2)

Pegawai
Pencat at
yang
menerima
pemberit ahuan
kehendak
melangsungkan perkawinan, menelit i apakah syarat -syarat perkawinan
t elah dipenuhi dan apakah t idak t erdapat halangan perkawinan menurut
Undang-undang.
Selain penelit ian t erhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat (1)Pegawai
Pencat at menelit i pula :

a. Kut ipan akt a kelahiran at au surat kenal lahir calon mempelai. Dalam
hal t idak ada akt a kelahiran at au surat kenal lahir, dapat
dipergunakan surat ket erangan yang menyat akan umur dan asal-usul
calon mempelai yang diberikan oleh Kepala Desa at au yang set ingkat
dengan it u;
b. Ket erangan mengenai nama, agama/ kepercayaan, pekerj aan dan
t empat t inggal orang t ua calon mempelai;
c.

d.
e.
f.

g.

h.

Izin t ert ulis/ izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-undang, apabila salah seorang calon
mempelai at au keduanya belum mencapai umur 21 (dua puluh sat u)

t ahun;
Izin Pengadilan sebagai dimaksud Pasal 4 Undang-undang; dalam hal
calon mempelai adalah seorang suami yang masih mempunya ist eri;
Dispensasi Pengadilan/ Pej abat sebagai dimaksud Pasal 7 ayat (2)
Undang-undang;
Surat kemat ian ist eri at au suami yang t erdahulu at au dalam hal
perceraian surat ket erangan perceraian, bagi perkawinan unt uk kedua
kalinya at au lebih;
Izin
t ert ulis
dari
Pej abat
yang
dit unj uk
oleh
Ment eri
HANKAM/ PANGAB, apabila salah seorang calon mempelai at au
keduanya anggot a Angkat an Bersenj at a ;
Surat kuasa ot ent ik at au dibawah t angan yang disahkan oleh Pegawai
Pencat at , apabila salah seorang calon mempelai at au keduanya t idak

dapat hadir sendiri karena sesuat u alasan yang pent ing, sehingga
mewakilkan kepada orang lain.
Pasal 7

(1)
(2)

Hasil penelit ian sebagai dimaksud Pasal 6, oleh Pegawai Pencat at dit ulis
dalam sebuah daf t ar yang diperunt ukkan unt uk it u.
Apabila t ernyat a dari hasil penelit ian t erdapat halangan perkawinan
sebagai dimaksud Undang-undang dan at au belum dipenuhinya
persyarat an t ersebut dalam Pasal 6 ayat (2) Perat uran Pemerint ah ini,
keadaan it u segera diberit ahukan kepada calon mempelai at au kepada
orang t ua at au kepada wakilnya.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 8
Set elah dipenuhinya t at acara dan syarat -syarat pemberit ahuan sert a t iada
sesuat u

halangan
perkawinan,
Pegawai
Pencat at
menyelenggarakan
pengumuman t ent ang pemberit ahuan kehendak melangsungkan perkawinan
dengan cara menempelkan surat pengumuman menurut f ormulir yang
dit et apkan pada kant or Pencat at an Perkawi nan pada suat u t empat yang sudah
dit ent ukan dan mudah dibaca oleh umum.
Pasal 9
Pengumuman dit andat angani oleh Pegawai Pencat at dan memuat :
a.
Nama, umur, agama/ kepercayaan, pekerj aan, t empat kediaman dari
calon mempelai dan dari orang t ua calon mempelai; apabila salah seorang
at au keduanya pernah kawin disebut kan nama ist eri dan at au suami
mereka t erdahulu ;
b.
Hari, t anggal, j am dan t empat perkawinan akan dilangsungkan.
BAB III
TATACARA PERKAWINAN

Pasal 10
(1)

(2)
(3)

Perkawinan dilangsungkan set elah hari kesepuluh sej ak pengumuman
kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencat at sepert i yang dimaksud dalam
Pasal 8 Perat uran Pemerint ah ini.
Tat acara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya it u.
Dengan mengindahkan t at acara perkawinan menurut masing-masing
hukum agamanya dan kepercayaannya it u, perkawinan dilaksanakan
dihadapan Pegawai Pencat at dan dihadiri oleh dua orang saksi.
Pasal 11

(1)

(2)


(3)

Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ket ent uanket ent uan Pasal 10 Perat uran Pemerint ah ini, kedua mempelai
menandat angani akt a perkawinan yang t elah disiapkan oleh Pegawai
Pencat at berdasarkan ket ent uan yang berlaku.
Akt a perkawinan yang t elah dit andat angani oleh mempelai it u,
selanj ut nya dit andat angani pula oleh kedua saksi dan Pegawai Pencat at
yang menghadiri perkawinan dan bagi yang melangsungkan perkawinan
menurut agama Islam, dit andat angani pula oleh wali nikah at au yang
mewakilinya.
Dengan penandat anganan akt a perkawinan, maka perkawinan t elah
t ercat at secara resmi.

www.djpp.depkumham.go.id

BAB IV
AKTA PERKAWINAN
Pasal 12
Akt a perkawinan memuat :
a.
Nama, t anggal dan t empat lahir, agama/ kepercayaan, pekerj aan dan
t empat kediaman suami-ist eri;
Apabila salah seorang at au keduanya pernah kawin, disebut kan j uga nama
ist eri at au suami t erdahulu ;
b.
Nama, agama/ kepercayaan, pekerj aan dan t empat kediaman orang t ua
mereka;
c.
Izin sebagai dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan. (5) Undangundang;
d.
Dispensasi sebagai dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang;
e.
Izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang;
f.
Perset uj uan sebagai dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang;
g.
Izin dari Pej abat yang dit unj uk oleh Ment eri HANKAM/ PANGAB bagi
anggot a Angkat an Bersenj at a;
h.
Perj anj ian perkawinan apabila ada;
i.
Nama, umur, agama/ kepercayaan, pekerj aan dan t empat kediaman para
saksi, dan wali nikah bagi yang beragama Islam ;
j.
Nama, umur, agama/ kepercayaan, pekerj aan dan t empat kediaman kuasa
apabila perkawinan dilakukan melalui seorang kuasa.
Pasal 13
(1)

(2)

Akt a perkawinan dibuat dalam rangkap 2 (dua), helai pert ama disimpan
oleh Pegawai Pencat at , helai kedua disimpan pada Panit era Pengadilan
dalam wilayah Kant or pencat at an Perkawinan it u berada.
Kepada suami dan ist eri masing-masing diberikan kut ipan akt a
perkawinan.
BAB V
TATACARA PERCERARIAN
Pasal 14

Seorang suami yang t elah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam,
yang akan menceraikan ist erinya, mengaj ukan surat kepada Pengadilan di
t empat t inggalnya, yang berisi pemberit ahuan bahwa ia bermaksud
menceraikan ist erinya disert ai dengan alasan-alasannya sert a memint a kepada
Pengadilan agar diadakan sidang unt uk keperluan it u.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 15
Pengadilan yang bersangkut an mempelaj ari isi Surat yang dimaksud dalam Pasal
14, dan dalam wakt u selambat -lambat nya 30 (t iga puluh) hari memanggil
pengirim Surat dan j uga ist erinya unt uk memint a penj elasan t ent ang segala
sesuat u yang berhubungan dengan maksud perceraian it u.
Pasal 16
Pengadilan hanya memut uskan unt uk mengadakan sidang pengadilan unt uk
menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam Pasal 14 apabila memang
t erdapat alasan-alasan sepert i yang dimaksud dalam Pasal 19 Perat uran
Pemerint ah ini, dan Pengadilan berpendapat bahwa ant ara suami ist eri yang
bersangkut an t idak mungkin lagi didamaikan unt uk hidup rukun lagi dalam
rumah t angga.
Pasal 17
Sesaat set elah dilakukan sidang pengadilan unt uk menyaksikan perceraian yang
dimaksud dalam Pasal 16, Ket ua Pengadilan membuat surat ket erangan t ent ang
t erj adinya perceraian t ersebut . Surat ket erangan it u dikirimkan kepada
Pegawai Pencat at di t empat perceraian it u t erj adi unt uk diadakan pencat at an
perceraian.
Pasal 18
Perceraian it u t erj adi t erhit ung pada saat perceraian it u dinyat akan di depan
sidang pengadilan.
Pasal 19
Perceraian dapat t erj adi karena alasan at au alasan-alasan :
a.
Salah sat u pihak berbuat zina at au menj adi pemabok, pemadat , penj udi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b.
Salah sat u pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) t ahun bert urut t urut t anpa izin pihak lain dan t anpa alasan yang sah at au karena hal lain
diluar kemampuannya;
c.
Salah sat u pihak mendapat hukuman penj ara 5 (lima) t ahun at au hukuman
yang lebih berat set elah perkawinan berlangsung;
d.
Salah sat u pihak melakukan kekej aman at au penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
e.
Salah sat u pihak mendapat cacat badan at au penyakit dengan akibat t idak
dapat menj alankan kewaj ibannya sebagai suami/ ist eri;
f.
Ant ara suami dan ist eri t erus-menerus t erj adi perselisihan dan
pert engkaran dan t idak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
t angga.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 20
(1)
(2)

(3)

Gugat an perceraian diaj ukan oleh suami at au ist eri at au kuasanya kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliput i t empat kediaman t ergugat .
Dalam hal t empat kediaman t ergugat t idak j elas at au t idak diket ahui at au
t idak mempunyai t empat kediaman yang t et ap, gugat an perceraian
diaj ukan kepada Pengadilan dit empat kediaman penggugat .
Dalam hal t ergugat bert empat kediaman di luar negeri, gugat an
perceraian diaj ukan kepada Pengadilan dit empat kediaman penggugat .
Ket ua Pengadilan menyampaikan permohonan t ersebut kepada t ergugat
melalui Perwakilan Republik Indonesia set empat .
Pasal 21

(1)
(2)
(3)

Gugat an perceraian karena alasan t ersebut dalam Pasal 19 huruf b,
diaj ukan kepada Pengadilan dit empat kediaman penggugat .
Gugat an t ersebut dalam ayat (1) dapat diaj ukan set elah lampau 2 (dua)
t ahun t erhit ung sej ak t ergugat meninggalkan rumah.
Gugat an dapat dit erima apabila t ergugat menyat akan at au menunj ukkan
sikap t idak mau l agi kembali ke rumah kediaman bersama.
Pasal 22

(1)
(2)

Gugat an perceraian karena alasan t ersebut dalam Pasal 19 huruf f ,
diaj ukan kepada Pengadilan di t empat kediaman t ergugat .
Gugat an t ersebut dalam ayat (1) dapat dit erima apabila t elah cukup j elas
bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pert engkaran it u
dan set elah mendengar pihak keluarga sert a orang-orang yang dekat
dengan suami-ist eri it u.
Pasal 23

Gugat an perceraian karena alasan salah seorang dari suami-ist eri mendapat
hukuman penj ara 5 (lima) t ahun at au hukuman yang lebih berat sebagai
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c maka unt uk mendapat kan put usan perceraian
sebagai bukt i penggugat cukup menyampaikan salinan put usan Pengadilan yang
memut uskan perkara disert ai ket erangan yang menyat akan bahwa put usan it u
t elah mempunyai kekuat an hukum yang t et ap.
Pasal 24
(1)

Selama berlangsungnya gugat an perceraian at as permohonan penggugat
at au t ergugat at au berdasarkan pert imbangan bahaya yang mungkin
dit imbulkan, Pengadilan dapat mengizinkan suami-ist eri t ersebut unt uk
t idak t inggal dalam sat u rumah.

www.djpp.depkumham.go.id

(2)

Selama berlangsungnya gugat an perceraian at as permohonan penggugat
at au t ergugat , Pengadilan dapat :
a. Menent ukan naf kah yang harus dit anggung ol eh suami
b. Menent ukan hal-hal yang perlu unt uk menj amin pemeliharaan dan
pendidikan anak ;
c. Menent ukan hal-hal yang perlu unt uk menj amin t erpeliharanya
barang-barang yang menj adi hak bersama suami-ist eri at au barangbarang yang menj adi hak suami at au barang-barang yang menj adi
hak ist eri.
Pasal 25

Gugat an perceraian gugur apabila suami at au ist eri meninggal sebelum adanya
put usan Pengadilan mengenai gugat an perceraian it u.
Pasal 26
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Set iap kali diadakan sidang Pengadilan yang memeriksa gugat an
perceraian, baik penggugat maupun t ergugat at au kuasa mereka akan
dipanggil unt uk menghadiri sidang t ersebut .
Bagi Pengadilan Negeri panggilan dilakukan oleh j uru sit a; bagi
Pengadilan Agama panggilan dilakukan oleh Pet ugas yang dit unj uk oleh
Ket ua Pengadilan Agama.
Panggilan disampaikan kepada pribadi yang bersangkut an. Apabila yang
bersangkut an t idak dapat dij umpainya, panggilan disampaikan melalui
Lurah at au yang dipersamakan dengan it u.
Panggilan sebagai dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dan disampaikan
secara pat ut dan sudah dit erima oleh penggugat maupun t ergugat at au
kuasa mereka selambat -lambat nya 3 (t iga) hari sebelum sidang dibuka.
Panggilan kepada t ergugat dilampiri dengan salinan surat gugat an.
Pasal 27

(1)

(2)

(3)
(4)

Apabila t ergugat berada dalam keadaan sepert i t ersebut dalam Pasal 20
ayat (2), panggilan dilakukan dengan cara menempelkan gugat an pada
papan pengumuman di Pengadilan dan mengumumkannya melalui sat u
at au beberapa surat , kabar at au mass media lain yang dit et apkan oleh
Pengadilan.
Pengumuman melalui surat kabar at au surat -surat kabar at au mass
media t ersebut ayat (1) dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan t enggang
wakt u sat u bulan ant ara pengumuman pert ama dan kedua.
Tenggang wakt u ant ara panggilan t erakhir sebagai dimaksud ayat (2)
dengan persidangan dit et apkan sekurang-kurangnya 3 (t iga) bulan.
Dalam hal sudah dilakukan panggilan sebagai dimaksud dalam ayat (2)
dan t ergugat at au kuasanya t et ap t idak hadir, gugat an dit erima t anpa
hadirnya t ergugat , kecuali apabila gugat an it u t anpa hak at au t idak

www.djpp.depkumham.go.id

beralasan.
Pasal 28
Apabila t ergugat berada dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (3) panggilan disampaikan melalui Perwakilan Republik Indonesia
set empat .
Pasal 29
(1)

(2)

(3)

Pemeriksaan gugat an perceraian dilakukan oleh Hakim selambat lambat nya 30 (t iga puluh) hari set elah dit erimanya berkas/ surat gugat an
perceraian.
Dalam menet apkan wakt u mengadakan sidang pemeriksaan gugat an
perceraian perlu diperhat ikan t enggang wakt u pemanggilan dan
dit erimanya panggilan t ersebut oleh penggugat maupun t ergugat at au
kuasa mereka.
Apabila t ergugat berada dalam keadaan sepert i t ersebut dalam Pasal 20
ayat (3), sidang pemeriksaan gugat an perceraian dit et apkan sekurangkurangnya 6 (enam) bulan t erhit ung sej ak dimasukkannya gugat an
perceraian pada Kepanit eraan Pengadilan.
Pasal 30

Pada sidang pemeriksaan gugat an perceraian, suami dan ist eri dat ang sendiri
at au mewakilkan kepada kuasanya.
Pasal 31
(1)
(2)

Hakim yang memeriksa gugat an perceraian berusaha mendamaikan kedua
pihak.
Selama perkara belum diput uskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan
pada set iap sidang pemeriksaan.
Pasal 32

Apabila t ercapai perdamaian, maka t idak dapat diaj ukan gugat an perceraian
baru berdasarkan alasan at au alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian dan
t elah diket ahui oleh penggugat pada wakt u dicapainya perdamaian.
Pasal 33
Apabila t idak dapat dicapai perdamaian, pemeriksaan gugat an perceraian
dilakukan dalam sidang t ert ut up.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 34
(1)
(2)

Put usan mengenai gugat an perceraian diucapkan dalam sidang t erbuka.
Suat u perceraian dianggap t erj adi besert a segala akibat -akibat nya
t erhit ung sej ak saat pendaf t arannya pada daf t ar pencat at an kant or
pencat at an oleh Pegawai Pencat at , kecuali bagi mereka yang beragama
Islam t erhit ung sej ak j at uhnya put usan Pengadilan Agama yang t elah
mempunyai kekuat an hukum yang t et ap.
Pasal 35

(1)

(2)

(3)

Panit era Pengadilan at au Pej abat Pengadilan yang dit unj uk berkewaj iban
mengirimkan sat u helai salinan put usan Pengadilan sebagaimana dimaksud
Pasal 34 ayat (1) yang t elah mempunyai kekuat an hukum yang t et ap/ yang
t elah dikukuhkan, t anpa bermet erai kepada Pegawai Pencat at dit empat
perceraian it u t erj adi, dan Pegawai Pencat at mendaf t ar put usan
perceraian dalam sebuah daf t ar yang diperunt ukkan unt uk it u.
Apabila perceraian dilakukan pada daerah hukum yang berbeda dengan
daerah hukum Pegawai Pencat at dimana perkawinan dilangsungkan, maka
sat u helai salinan put usan dimaksud ayat (1) yang t elah mempunyai
kekuat an hukum yang t et ap/ t elah dikukuhkan t anpa bermet erai
dikirimkan pula kepada Pegawai Pencat at
t empat
perkawinan
dilangsungkan dan oleh Pegawai Pencat at t ersebut dicat at pada bagian
pinggir dari daf t ar cat at an perkawinan, dan bagi perkawinan yang
dilangsungkan di luar negeri, salinan it u disampaikan kepada Pegawai
Pencat at di Jakart a.
Kelalaian mengirimkan salinan put usan t ersebut dalam ayat (1) menj adi
t anggungj awab Panit era yang bersangkut an apabila yang demikian it u
mengakibat kan kerugian bagi bekas suami at au ist eri at au keduanya.
Pasal 36

(1)

(2)

(3)

Panit era Pengadilan Agama selambat -lambat nya 7 (t uj uh) hari set elah
perceraian diput uskan menyampaikan put usan yang t elah mempunyai
kekuat an hukum yang t et ap it u kepada Pengadilan Negeri unt uk
dikukuhkan.
Pengukuhan dimaksud ayat (1) dilakukan dengan membubuhkan kat a-kat a
"dikukuhkan" dan dit andat angani oleh hakim Pengadilan Negeri dan
dibubuhi cap dinas pada put usan t ersebut .
Panit era Pengadilan Negeri selambat -lambat nya 7 (t uj uh) hari set elah
dit erima put usan dari Pengadilan Agama, menyampaikan kembali put usan
it u kepada Pengadilan Agama.

www.djpp.depkumham.go.id

BAB VI
PEMBATALAN PERKAWINAN
Pasal 37
Bat alnya suat u perkawinan hanya dapat diput uskan oleh Pengadilan.
Pasal 38
(1)

(2)
(3)

Permohonan pembat alan suat u perkawinan diaj ukan oleh pihak-pihak yang
berhak mengaj ukannya kepada Pengadil an yang daerah hukumnya
meliput i t empat berlangsungnya perkawinan, at au di t empat t inggal
kedua suami-ist eri, suami at au ist eri.
Tat acara pengaj uan permohonan pembat alan perkawinan dilakukan sesuai
dengan t at acara pengaj uan gugat an perceraian.
Hal-hal yang berhubungan dengan pemeriksaan pembat alan perkawinan
dan put usan Pengadilan, dilakukan sesuai dengan t at acara t ersebut dalam
Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Perat uran Pemerint ah ini.
BAB VII
WAKTU TUNGGU
Pasal 39

(1)

(2)

(3)

Wakt u t unggu bagi seorang j anda sebagai dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) Undang-undang dit ent ukan sebagai berikut :
a. Apabila perkawinan put us karena kemat ian, wakt u t unggu dit et apkan
130 (serat us t iga puluh) hari
b. Apabila perkawinan put us karena perceraian, wakt u t unggu bagi yang
masih berdat ang bulan dit et apkan 3 (t iga) kali suci dengan sekurangkurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang t idak berdat ang
bulan dit et apkan 90 (sembilan puluh) hari ;
c. Apabila perkawinan put us sedang j anda t ersebut dalam keadaan
hamil, wakt u t unggu dit et apkan sampai melahirkan.
Tidak ada wakt u t unggu bagi j anda yang put us perkawinan karena
perceraian sedang ant ara j anda t ersebut dengan bekas suaminya belum
pernah t erj adi hubungan kelamin.
Bagi perkawinan yang put us karena perceraian, t enggang wakt u t unggu
dihit ung sej ak j at uhnya put usan Pengadilan yang mempunyai kekuat an
hukum yang t et ap, sedangkan bagi perkawinan yang put us karena
kemat ian, t enggang wakt u t unggu dihit ung sej ak kemat ian suami.

www.djpp.depkumham.go.id

BAB VIII
BERISTERI LEBIH DARI SEORANG
Pasal 40
Apabila seorang suami bermaksud unt uk berist eri lebih dari seorang maka ia
waj ib mengaj ukan permohonan secara t ert ulis kepada Pengadilan.
Pasal 41
Pengadilan kemudian memeriksa mengenai :
a.
Ada at au t idaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi,
ialah :
- bahwa ist eri t idak dapat menj alankan kewaj ibannya sebagai ist eri;
- bahwa ist eri mendapat cacat badan at au penyakit yang t idak dapat
disembuhkan;
- bahwa ist eri t idak dapat melahirkan ket urunan.
b.
ada at au t idaknya perset uj uan dari ist eri, baik perset uj uan lisan maupun
t ert ulis, apabila perset uj uan it u merupakan perset uj uan lisan,
perset uj uan it u harus diucapkan didepan sidang pengadilan.
c.
ada at au t idak adanya kemampuan suami unt uk menj amin
keperluan
hidup ist eri-ist eri dan anak-anak, dengan
memperlihat kan :
i. surat ket erangan mengenai penghasilan suami yang dit anda-t angani
oleh bendahara t empat bekerj a; at au
ii. surat ket erangan paj ak penghasilan; at au
iii. surat ket erangan lain yang dapat dit erima ol eh Pengadilan;
d.
ada at au t idak adanya j aminan bahwa suami akan berlaku adil t erhadap
ist eri-ist eri dan anak-anak mereka dengan pernyat aan at au j anj i dari
suami yang dibuat dalam bent uk yang dit et apkan unt uk it u.
Pasal 42
(1)
(2)

Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada Pasal 40 dan 41,
Pengadilan harus memanggil dan mendengar ist eri yang bersangkut an.
Pemeriksaan Pengadilan unt uk it u dilakukan oleh Hakim selambat lambat nya 30 (t iga puluh) hari set elah dit erimanya, surat permohonan
besert a lampiran-lampirannya.
Pasal 43

Apabila Pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon unt uk
berist eri lebih dari seorang, maka Pengadilan memberikan put usannya yang
berupa izin unt uk berist eri lebih dari seorang.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 44
Pegawai Pencat at dilarang unt uk melakukan pencat at an perkawinan seorang
suami yang akan berist eri lebih dari seorang sebelum adanya izin Pengadilan
sepert i yang dimaksud dalam Pasal 43.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 45
(1)

(2)

Kecuali apabila dit ent ukan lain dalam perat uran perundang-undangan
yang berlaku, maka :
a. Barang siapa yang melanggar ket ent uan yang diat ur dalam Pasal 3, 10
ayat (3), 40 Perat uran Pemerint ah ini dihukum dengan hukuman denda
set inggi-t ingginya Rp. 7. 500, -(t uj uh ribu lima rat us rupiah);
b. Pegawai Pencat at yang melanggar ket ent uan yang diat ur dalam Pasal
6, 7, 8, 9, 10 ayat (1), 11, 13, 44 Perat uran Pemerint ah ini dihukum
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (t iga) bulan at au denda
set inggi-t ingginya Rp. 7. 500, -(t uj uh ribu lima rat us rupiah).
Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) diat as merupakan
pelanggaran.
BAB X
PENUTUP
Pasal 46

Tanpa mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini, maka
ket ent uan-ket ent uan lainnya yang berhubungan dengan pengat uran t ent ang
perkawinan dan perceraian khusus bagi anggot a Angkat an Bersenj at a diat ur
lebih lanj ut oleh Ment eri HANKAM/ PANGAB.
Pasal 47
Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini maka ket ent uan-ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang perkawinan sej auh
t elah diat ur di dalam Perat uran Pemerint ah ini dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 48
Pet unj uk-pet unj uk pelaksanaan yang masih dianggap perlu unt uk kelancaran
pelaksanaan Perat uran Pemerint ah ini, diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri
Kehakiman, Ment eri Dalam Negeri dan Ment eri Agama, baik bersama-sama
maupun dalam bidangnya masing-masing.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 49
(1)
(2)

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal 1 Okt ober 1975;
Mulai berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, merupakan pelaksanaan
secara ef ekt if dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 t ent ang
Perkawinan.

Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 1 April 1975
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Tt d.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 1 April 1975
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
Tt d.
SUDHARMONO, SH.

www.djpp.depkumham.go.id

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1975
TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
UMUM :
Unt uk melaksanakan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 t ent ang
Perkawinan, yang diundangkan pada t anggal 2 Januari 1974 secara
ef ekt if masih diperlukan perat uran-perat uran pelaksanaan, ant ara lain
yang menyangkut masalah pencat at an perkawinan, t at acara pelaksanaan
perkawinan, t at acara perceraian, cara mengaj ukan gugat an perceraian,
t enggang wakt u bagi wanit a yang mengalami put us perkawinan,
pembat alan perkawinan dan ket ent uan dalam hal seorang suami
berist eri lebih dari seorang dan sebagainya.
Perat uran Pemerint ah ini memuat ket ent uan-ket ent uan t ent ang
masalah-masalah t ersebut , yang diharapkan akan dapat memperlancar
dan mengamankan pelaksanaan dari Undang-undang t ersebut . Dengan
keluarnya Perat uran Pemerint ah ini maka t elah past ilah saat mulainya
pelaksanaan secara ef ekt if dari Undang-undang Nomor 1 t ersebut , ialah
pada t anggal 1 Okt ober 1975.
Karena unt uk melaksanakan Perat uran Pemerint ah ini diperlukan
langkah-langkah persiapan dan serangkaian pet unj uk pet unj uk
pelaksanaan dari berbagai Depart emen/ Inst ansi yang bersangkut an,
khususnya dari Depart emen Agama, Depart emen Kehakiman dan
Depart emen Dalam Negeri, sehingga segala sesuat u dapat berj alan t ert ib
dan lancar, maka perlu dit et apkan j angka wakt u enam bulan sej ak
diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini unt uk mengadakan langkahlangkah persiapan t ersebut .
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas.
Pasal 2
(1) dan (2) Dengan adanya ket ent uan t ersebut dalam pasal ini maka
pencat at an perkawinan dilakukan hanya ol eh dua inst ansi,
yakni Pegawai Pencat at Nikah, Tal ak dan Ruj uk, dan Kant or
Cat at an Sipil at au inst ansi/ pej abat yang membant unya.
(3) Dengan demikian maka hal-hal yang berhubungan dengan
t at acara pencat at an perkawinan pada dasarnya dilakukan
sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan t ersebut dari Pasal 3

www.djpp.depkumham.go.id

sampai dengan Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini, sedangkan
ket ent uan-ket ent uan khusus yang menyangkut t at acara
pencat at an perkawinan yang diat ur dalam berbagai
perat uran, merupakan pelengkap bagi Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 3
(1) Cukup j elas.
(2) Cukup j elas.
(3) Apabila t erdapat alasan yang sangat pent ing unt uk segera
melangsungkan perkawinan meskipun belum lampau 10 (sepuluh)
hari, misalnya karena salah seorang dari calon mempelai akan segera
pergi ke luar negeri unt uk melaksanakan t ugas negara, maka yang
demikian it u dimungkinkan dengan mengaj ukan permohonan
dispensasi.
Pasal 4
Pada prinsipnya kehendak unt uk melangsungkan perkawinan harus
dilakukan secara lisan oleh salah sat u at au kedua calon mempelai, at au
oleh orang t uanya at au wakil nya. Tet api apabila karena sesuat u alasan
yang sah pemberit ahuan kehendak melangsungkan perkawinan secara
lisan it u t idak mungkin dilakukan, maka pemberit ahuan dapat dilakukan
secara t ert ulis. Selain it u maka yang dapat mewakili calon mempelai
unt uk memberit ahukan kehendak melangsungkan perkawinan adalah
wali at au orang lain yang dit unj uk berdasarkan kuasa khusus.
Pasal 5
Bagi mereka yang memiliki nama kecil dan nama keluarga, maka dalam
pemberit ahuan kehendak melangsungkan perkawinan, dicant umkan baik
nama kecil maupun nama keluarga. Sedangkan bagi mereka yang t idak
memiliki nama keluarga, maka cukup mencant umkan nama kecilnya saj a
at aupun namanya saj a.
Tidak adanya nama kecil at au nama keluarga sekali-kali t idak dapat
dij adikan alasan unt uk penolakan berlangsungnya perkawinan.
Hal-hal yang harus dimuat dalam pemberit ahuan t ersebut merupakan
ket ent uan minimal, sehingga masih dimungkinkan dit ambahkannya halhal lain, misalnya mengenai wali nikah, bagi mereka yang beragama
Islam.
Pasal 6
(1) Cukup j elas.
(2) Huruf f : Surat kemat ian diberikan oleh Lurah/ Kepala Desa yang
meliput i wilayah t empat kediaman suat u at au ist eri
t erdahulu. Apabila Lurah/ Kepala Desa t idak dapat
memberikan ket erangan dimaksud berhubung t idak adanya
laporan mengenai kemat ian it u, maka dapat diberikan

www.djpp.depkumham.go.id

ket erangan lain yang sah, at au ket erangan yang diberikan
dibawah sumpah oleh yang bersangkut an dihadapan
Pegawai Pencat at .
Pasal 7
(1)
(2)

Cukup j elas.
Yang dimaksud dengan "diberit ahukan kepada mempelai at au
kepada orang t ua at au kepada wakilnya", adalah bahwa
pemberit ahuan mengenai adanya halangan perkawinan it u harus
dit uj ukan dan disampaikan kepada salah sat u daripada mereka it u
yang dat ang memberit ahukan kehendak unt uk melangsungkan
perkawinan.

Pasal 8
Maksud pengumuman t ersebut adalah unt uk memberi kesempat an
kepada umum unt uk menget ahui dan mengaj ukan keberat an-keberat an
bagi dilangsungkannya suat u perkawinan apabila yang demikian it u
diket ahuinya
bert ent angan
dengan
hukum
agamanya
dan
kepercayaannya it u yang bersangkut an at au bert ent angan dengan
perat uran perundang-undangan lainnya.
Pasal 9
Pengumuman dilakukan :
- di kant or pencat at an perkawinan yang daerah hukumnya meliput i
wilayah t empat perkawinan dilangsungkan, dan
- di kant or/ kant or-kant or pencat at an perkawinan t empat kediaman
masing-masing calon mempelai.
Pasal 10
Cukup j elas.
Pasal 11
Cukup j elas.
Pasal 12
Hal-hal yang harus dimuat dalam Akt a Perkawinan yang dit ent ukan di
dalarn pasal ini merupakan ket ent uan minimal sehingga masih
dimungkinkan dit ambahkannya hal-hal lain, misalnya mengenai nomor
akt a; t anggal , bulan, t ahun pendaf t aran; j am, t anggal, bulan dan t ahun
pernikahan dilakukan; nama dan j abat an dari Pegawai Pencat at ;
t andat angan para mempelai Pegawai Pencat at , para saksi, dan bagi yang
beragama Islam wali nikah at au yang mewakilinya; bent uk dari mas
kawin at au izin Balai Hart a Peninggalan bagi mereka yang
memerlukannya berdasarkan perat uran perundang-undangan yang
berlaku. Huruf f ; Perset uj uan yang dimaksud disini dinyat akan secara
t ert ulis at as dasar sukarela, bebas dari t ekanan, ancaman at au paksaan.

www.djpp.depkumham.go.id

Huruf g; Ment eri HANKAM/ PANGAB mengat ur lebih lanj ut mengenai
Pej abat yang dit unj uknya yang berhak memberikan izin bagi anggot a
Angkat an Bersenj at a.
Pasal 13
Cukup j elas.
Pasal 14
Pasal ini berikut Pasal-pasal 15, 16, 17, dan 18 mengat ur t ent ang cerai
t alak.
Pasal 15.
Cukup j elas.
Pasal 16
Sidang Pengadilan t ersebut , set elah menelit i dan berpendapat adanya
alasan-alasan unt uk perceraian dan
set elah berusaha unt uk
mendamaikan kedua belah pihak dan t idak berhasil , kemudian
menyaksikan perceraian yang dilakukan ol eh suami it u dalam sidang
t ersebut .
Pasal 17
Cukup j elas.
Pasal 18
Cukup j elas
Pasal 19
Cukup j elas.
Pasal 20
(1) Gugat an perceraian dimaksud dapat dilakukan oleh seorang ist eri
yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh
seorang
suami
at au
seorang
ist eri
yang
melangsungkan
perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya it u selain
agama Islam.
(2) Cukup j elas.
(3) Cukup j elas.
Pasal 21
Cukup j elas.
Pasal 22
(1) Cukup j elas.
(2) Sebab-sebab perselisihan dan pert engkaran it u hendaknya
dipert imbangkan oleh hakim apakah benar-benar berpengaruh dan

www.djpp.depkumham.go.id

prinsipiil bagi keut uhan kehidupan suami-ist eri.
Pasal 3
Cukup j elas.
Pasal 24
(1) Izin Pengadilan unt uk memperkenankan suami-ist eri t idak berdiam
bersama dalam sat u rumah hanya diberikan berdasarkan
pert imbangan demi kebaikan suami-ist eri it u besert a anak-anaknya.
(2) Bahwa proses perceraian yang sedang t erj adi ant ara suami-ist eri
t idak dapat dij adikan alasan bagi suami unt uk melalaikan t ugasnya
memberikan naf kah kepada ist erinya. Demikian pula t ugas kewaj iban
suami-ist eri it u t erhadap anak-anaknya. Harus dij aga j angan sampai
hart a kekayaan baik yang dimiliki bersama-sama oleh suami-ist eri,
maupun hart a kekayaan ist eri at au suami menj adi t erlant ar at au
t idak t erurus dengan baik, sebab yang demikian it u bukan saj a
menimbulkan kerugian kepada suami-ist eri it u melainkan mungkin
j uga mengakibat kan kerugian bagi pihak ket iga.
Pasal 25
Cukup j elas.
Pasal 26
Cukup j elas.
Pasal 27
(1)
(2)
(3)
(4)

Cukup j elas.
Cukup j elas.
Cukup j elas.
Meskipun t ergugat at au kuasanya t idak hadir, t et api yang demikian
it u t idak dengan sendirinya merupakan alasan bagi dikabulkannya
gugat an perceraian apabila gugat an t ersebut t idak didasarkan pada
alasan at au alasan-alasan sebagaimana dimaksud Pasal 19 Perat uran
Pemerint ah ini.

Pasal 28
Cukup j elas.
Pasal 29
(1) Penet apan wakt u yang singkat
unt uk mengadakan sidang
pemeriksaan gugat an perceraian adalah sebagai usaha mempercepat
proses penyelesaian perkara perceraian. Karena makin cepat perkara
it u dapat diselesaikan oleh Pengadilan makin baik, bukan saj a bagi
kedua suami-ist eri it u melainkan bagi keluarga, dan apabila mereka
mempunyai anak t erut ama bagi anak-anaknya.
(2) Hendaknya j angka wakt u ant ara penyampaian panggilan dan sidang

www.djpp.depkumham.go.id

diat ur agar baik pihak-pihak maupun saksi-saksi mempunyai wakt u
yang cukup unt uk mengadakan persiapan guna menghadapi sidang
t ersebut . Terut ama kepada t ergugat harus diberi wakt u yang cukup
unt uk memungkinkannya mempelaj ari secara baik isi gugat an.
(3) Cukup j elas.
Pasal 30
Dalam menghadapi perkara perceraian, pihak yang berperkara, yait u
suami dan ist eri, dapat menghadiri sendiri sidang at au didampingi
kuasanya at au sama sekali menyerahkan kepada kuasanya dengan
membawa surat nikah/ ruj uk, akt a perkawinan, surat ket erangan lainnya
yang diperlukan.
Pasal 31
(1) Cukup j elas.
(2) Usaha unt uk mendamaikan suami-ist eri yang sedang dalam
pemeriksaan perkara gugat an unt uk mengadakan perceraian t idak
t erbat as pada sidang pert ama sebagaimana lazimnya dalam perkara
perdat a, melainkan pada set iap saat sepanj ang perkara it u belum
diput us oleh hakim. Dalam mendamaikan kedua belah pihak
Pengadilan dapat memint a bant uan kepada orang at au badan lain
yang dianggap perlu.
Pasal 32
Cukup j elas.
Pasal 33
Apabila pengadilan t elah berusaha unt uk mencapai perdamaian, akan
t et api t idak berhasil , maka gugat an perceraian diperiksa dalam sidang
t ert ut up. Pemeriksaan dalam sidang t ert ut up ini berlaku j uga bagi
pemeriksaan saksi-saksi.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan t erdapat alasan-alasan yang
dapat dij adikan dasar perceraian, hakim mengabulkan kehendak suami
at au ist eri unt uk melakukan perceraian.
Pasal 34
Cukup j elas.
Pasal 35
Cukup j elas.
Pasal 36
(1) Pengukuhan oleh Pengadil an Negeri t erhadap suat u put usan
Pengadilan Agama hanya dilakukan apabila put usan it u t elah
mempunyai kekuat an hakim yang t et ap.
Dengan perkat aan lain, maka t erhadap suat u put usan Pengadilan

www.djpp.depkumham.go.id

Agama yang dimint akan banding at au kasasi, masih belum dilakukan
pengukuhan.
Pengukuhan t ersebut bersif at administ rat ip; Pengadilan Negeri t idak
melakukan pemeriksaan ulang t erhadap put usan Pengadilan Agama
dimaksud.
(2) Cukup j elas.
(3) Cukup j elas.
Pasal 37
Mengingat , bahwa pembat alan suat u perkawinan dapat membawa akibat
yang j auh baik t erhadap suami ist eri maupun t erhadap keluarganya,
maka ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menghindarkan t erj adinya
pembat alan suat u perkawinan oleh inst ansi lain di luar Pengadilan.
Pasal 38
Cukup j elas.
Pasal 39
(1) Cukup j elas.
(2) Bagi wanit a yang kawin kemudian bercerai, sedangkan ant ara wanit a
it u dengan bekas suaminya belum pernah t erj adi hubungan kelamin,
maka bagi wanit a t ersebut t idak ada wakt u t unggu; ia dapat
melangsungkan perkawinan set iap saat set elah perceraian it u.
(3) Cukup j elas.
Pasal 40
Cukup j elas.
Pasal 41
Huruf c sub iii : Apabila t idak mungkin diperoleh surat ket erangan
sebagaimana dimaksud pada sub i at au ii, maka dapat diusahakan suat u
surat ket erangan lain yakni sepanj ang Pengadilan dapat menerimanya.
Pasal 42
Cukup j elas
Pasal 43
Cukup j elas.
Pasal 44
Cukup j elas.
Pasal 45
Dalam pasal ini diat ur t ent ang sanksi hukuman denda bagi pihak
mempelai yang melanggar ket ent uan Pasal 3, 10 ayat (3) dan 40 dan
sanksi hukuman kurungan at au denda bagi pej abat pencat at perkawinan

www.djpp.depkumham.go.id

yang melanggar ket ent uan Pasal 6, 7, 8, 9, 10 ayat (1), 11, 13, dan 44.
Pej abat Yang melanggar ket ent uan t ersebut dihukum dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya
Rp. 7. 500, -(t uj uh ribu lima rat us rupiah).
Pasal 46
Cukup j elas.
Pasal 47
Dengan dikeluarkannya Perat uran Pemerint ah ini maka ket ent uanket ent uan perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang
perkawinan yang t elah ada, apabila t elah diat ur di dalam Perat uran
Pemerint ah ini dinyat akan t idak berlaku lagi.
Selain hal yang t ersebut diat as maka dalam hal suat u ket ent uan yang
diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini t elah diat ur didalam perat uran
perundangan t ent ang perkawinan yang ada maka diperlakukan Perat uran
Pemerint ah ini yakni apabila :
a. perat uran perundangan yang t elah ada memuat pengat uran yang sama
dengan Perat uran Pemerint ah;
b. perat uran perundangan yang t elah ada belum lengkap pengat urannya;
c. perat uran perundangan yang t elah ada bert ent angan dengan
Perat uran Pemerint ah.
Pasal 48
Cukup j elas.
Pasal 49
Cukup j elas.

www.djpp.depkumham.go.id