positioning paper klaster perikanan

POSI TI ON PAPER KPPU
TERKAI T KEBI JAKAN
KLASTER PERI KAN AN TAN GKAP

KOM I SI PEN GAW AS PERSAI N GAN USAH A
REPUBLI K I N D ON ESI A
2010
1

POSI TI ON PAPER KPPU
TERKAI T KEBI JAKAN KLASTER PERI KAN AN TAN GKAP

Sekt or perikanan m erupakan sekt or st rat egis dalam perekonom ian I ndonesia
m engingat I ndonesia m em iliki pot ensi kelaut an dan fishing ground yang sangat
luas. Selain it u, keanekaragam an biot a di laut I ndonesia yang sangat beragam
m enam bah pot ensi ekonom i t inggi bagi bangsa I ndonesia.

Nam un dem ikian,

sifat indust ri perikanan t angkap yang open acess t elah m em unculkan adanya
isu over fishing. Kondisi t ersebut t ent u sangat m engkhawat irkan karena secara

ekonom i dapat m enim bulkan inefisiensi sert a penurunan st ok sum ber daya
perikanan.

Oleh karena it u, KPPU m em aham i bahwa pem erint ah perlu

m elakukan t indakan unt uk m engelola sum berdaya perikanan t ersebut supaya
t et ap m em berikan m anfaat yang berkelanj ut an bagi rakyat I ndonesia.
Nam un dem ikian, set iap kebij akan yang dit uj ukan Pem erint ah unt uk m engelola
sum ber daya perikanan, t et ap harus m em berikan kesem pat an yang luas bagi
set iap pelaku usaha unt uk m asuk dan keluar dari pasar at au indust ri perikanan
t angkap. Sehingga kebij akan pem erint ah t et ap m endukung adanya kom pet isi.
Pada akhirnya, kom pet isi t ersebut diharapkan dapat m eyediakan produk yang
cukup dengan harga t erj angkau bagi konsum en.
Mencerm at i kondisi t ersebut , KPPU m enem ukan fakt a bahwa t erdapat kebij akan
Pem erint ah yang berpot ensi m engakibat kan prakt ek m onopoli dan persaingan
usaha t idak sehat , yait u Perat uran Ment eri Nom or 5 Tahun 2008 Tent ang Usaha
Perikanan

Tangkap,


khususnya

Pasal

74,

yang

berisi

t ent ang

usaha

penangkapan ikan yang diat ur dalam sist em kalst er.
Pengert ian klast er pada pasal t ersebut m enim bulkan kerancuan karena dapat
diint erpret asikan berbeda. Sist em klast er dim aknai sebagai ket erpaduan sist em
indust ri dalam sat u kawasan, sehingga pengelolaan perikanan dengan sist em
klast er berart i m em bangun pusat indust ri penangkapan ikan yang t erint egrasi
dengan indust ri pendukung lainnya dalam suat u kawasan, sehingga efisiensi

akan t ercipt a.
berbeda.

Nam un di sisi lain, t erdapat pengert ian klast er perikanan yang

Klast er perikanan yang dibat asi pada koordinat t ert ent u m enj adi

suat u wilayah yang dapat dikuasai oleh pihak t ert ent u.
Perbedaan pem aham an m engenai klast er t ersebut m enim bulkan kekhawat iran
berbagai pihak karena dianggap berpot ensi m enim bulkan prakt ek m onopoli dan
persaingan usaha t idak sehat . Oleh karena it u, KPPU perlu m encerm at i pot ensi

2

dari dam pak kebij akan m engenai pengelolaan indust ri perikanan t angkap
dengan sist em klast er ini.
1.

I n du st r i Pe r ik a n a n Ta n gk a p di I n don e sia


I ndust ri perikanan t angkap m erupakan indust ri dengan sum ber daya yang
m em iliki akses t erbuka sehingga dapat dim anfaat kan oleh siapa saj a.
indust ri perikanan

yang

t erbuka t ersebut

m engakibat kan

t idak

Sifat

adanya

ham bat an bagi pelaku usaha unt uk m asuk dan keluar dari indust ri t ersebut .
Selain it u, t idak ada pula ham bat an unt uk m engeksploit asi sebanyak m ungkin
sum ber daya perikanan yang t ersedia.
Sum ber daya perikanan m erupakan sum ber daya t erbarukan.


Sehingga

j um lah st ok ikan di laut sebenarnya akan t erus berkem bang hingga bat as daya
dukung lingkungannya.

Nam un, laj u penam bahan j um lah populasi ikan

t ersebut sangat t ergant ung pada fakt or int ernal ikan t ersebut sert a fakt or
ekst ernal

lingkungannya.

Selain dua hal t ersebut , fakt or m anusia sebagai

pelaku yang m engam bil m anfaat dari sum ber daya perikanan, akan sangat
m em pengaruhi.
Perilaku m anusia dalam m engeksploit asi sum ber daya perikanan akan t urut
m em pengaruhi j um lah st ok ikan yang berada di laut .


Laj u pert um buhan

populasi akan t erus m eningkat dan akan m enurun set elah m encapai t it ik
opt im um pert um buhannya, sedangkan perilaku m anusia dalam m engekst raksi
perikanan akan t erus m eningkat selam a pelaku usaha m asih m elihat adanya
keunt ungan dari kegiat an penangkapan ikan.

Pada akhirnya akan t erj adi

inefisiensi ekonom i karena pelaku usaha t idak m endapat kan keunt ungan yang
opt im um dari kegiat an ekst raksi sum ber daya perikanan.
Dengan m elihat kondisi sum ber daya perikanan dan perilaku pelaku usaha yang
t erus berupaya unt uk m em aksim um kan hasil t angkapan, perlu dilakukan
pengelolaan

perikanan

berkelanj ut an.

Unt uk


supaya t et ap lest ari dan

m em berikan

hasil yang

m encapai t uj uan t erebut perlu dilakukan pem bat asan

baik dari sisi out put m aupun input .

Beberapa pem bat asan dari sisi input dan

out put yang bisa dilakukan m enurut pendapat beberapa ahli pengelolaan
perikanan ant ara lain :
1. I nput Cont rol, yait u pengat uran j um lah effort ( usaha) yang dikeluarkan
dalam m elakukan kegiat an penangkapan ikan m eliput i :
a.

Lim m it ing


ent ry,

yait u

m em bat asi

j um lah

nelayan

yang

dapat

m elakukan penangkapan ikan

3

b.


Lim m it ing capacit y per vessel, yait u m em bat asi j enis sert a ukuran kapal
dan alat t angkap yang digunakan

c.

Lim m it ing

t im e and

locat ion,

yait u

m em bat asi

wakt u

dan


lokasi

penangkapan ikan

2. Out put Cont rol, yait u pem bat asan hasil t angkapan set iap nelayan. Meliput i:
a. Tot al Allowable Cat ch ( TAC) , yait u bat asan j um lah ikan m aksim um yang
dapat dit angkap oleh seluruh nelayan per t ahun
b. I ndividual Quot as, yait u pem berian kuot a penangkapan ikan kepada
set iap individu yang m elakukan penangkapan ikan
c. Com m unit y Quot as, yait u pem berian kuot a penangkapan ikan kepada
suat u kelom pok.
Gam bar. Pengelolaan Sum ber Daya Perikanan

Sum ber : Diskusi KPPU dengan Dr. Arif Sat ria, t anggal 6 Okt ober 2010
Beberapa

best

pract ice


pengelolaan

sum ber

daya

perikanan

di

dunia

m enunj ukan bahwa ham pir sem ua negara m elakukan pem bat asan pada sisi
out put .

Misalnya Aust ralia yang m enerapkan I TQ ( I ndividual Transferable

Quot a) , dan beberapa negara lain yang m em bat asi hasil t angkapan para pelaku
usahanya.
m erupakan

Adapun Jepang m enerapkan TURF ( Territ orial Use Right Fisheries)
kebij akan

pengelolaan

perikanan

dengan

m em bagi

wilayah

pengelolaan kepada koperasi at au kelom pok m asyarakat set em pat dan bukan
pada pelaku usaha t ert ent u.

4

Pot ensi perikanan t angkap yang besar di I ndonesia t elah m enarik banyak
pelaku

usaha baik

invest or

dalam

negeri m aupun

invest or

berinvest asi dalam usaha perikanan t angkap di I ndonesia.
pot ensinya,

asing unt uk

Jika dilihat dari

sum berdaya perikanan yang t erkandung dalam wilayah perairan

Nasional dan Zona Ekonom i Eksklusif I ndonesia ( ZEEI ) yang seluas 5,8 j ut a Km 2
adalah sebesar 6,26 j ut a t on/ t ahun.

Dari Jum lah ini sekit ar 26,3 % berada

diperairan Maluku dan m enyebar pada beberapa laut pot ensial sepert i Laut
Banda, sebesar 240.948 t on/ t ahun, Laut Seram , sebesar 45.199 t on/ t ahun, dan
Laut Arafura sebesar 171.093,6 t on/ t ahun ( Sum ber: DKP, 2008, disam paikan
dalam pert em uan dengan KPPU t anggal 19 Okt ober 2009) .

Gam baran t ersebut

diat as m enunj ukan bahwa perairan Laut Arafura m em iliki pot ensi perikanan
yang sangat besar unt uk dikem bangkan lagi dem i kesej aht eraan m asyarakat .
Laut Arafura m enj adi fishing ground unt uk beberapa j enis ikan pelagis besar
dan kecil, udang, sert a ikan dem ersal dengan j um lah yang besar sepert i t elah
disebut kan sebelum nya. Dat a Kem ent erian Kelaut an dan Perikanan t ahun 2006
m enunj ukkan bahwa Wilayah Penangkapan Perikanan Laut Arafura unt uk j enis
udang berada pada kondisi over exploit ed, sert a unt uk ikan j enis lain berada
pada posisi fully exploit ed.

Laj u peningkat an upaya penangkapan di Laut

Arafura t elah m elebihi laj u pert um buhan populasi ikan di laut t ersebut . Kondisi
sepert i ini t ent u dapat m engancam keberlanj ut an dan kelest arian sum ber daya
ikan yang pada akhirnya akan m erugikan bagi m asyarakat . Hal ini, t idak hanya
berlaku di laut Arafura, kondisi t ersebut t erj adi j uga di ham pir seluruh wilayah
penangkapan ikan di indonesia.

Sehingga kem ungkinan dam pak kegiat an

penangkapan ikan t erhadap kelest arian sum ber daya akan sam a di seluruh
wilayah I ndonesia.
2.

Pa sa l 7 4 Pe r m e n N o.5 Ta h u n 2 0 0 8 Te n t a ng Usa h a Pe r ik a n a n
Ta ngk a p

Unt uk m engem bangkan indust ri pengolahan hasil perikanan di I ndonesia
m elalui pengem bangan usaha penangkapan ikan secara t erpadu, m aka Ment eri
Kelaut an dan Perikanan pada t ahun 2008 t elah m erevisi Perat uran Ment eri
Kelaut an

dan

Perikanan

Nom or:

PER.17/ MEN/ 2006

m enj adi

Perm en

Nom or: PER.05/ MEN/ 2008 t ent ang Usaha Perikanan Tangkap. Dalam perat uran
ini, I ndonesia didorong unt uk m eningkat kan st at us I ndonesia dari negara
produsen

bahan

baku

m enj adi

negara

indust ri

perikanan

yang

dapat

m encipt akan lapangan kerj a di dalam negeri. Berikut adalah kut ipan dari Pasal
74 t ersebut .

5

Pasal 74
Usaha Perikanan Tangkap Berbasis Klast er
1. Usaha perikanan t angkap t erpadu dapat dilaksanakan m elalui
pola usaha perikanan t angkap berbasis klast er.
2. Usaha perikanan t angkap berbasis klast er sebagaim ana dim aksud
pada ayat ( 1) m eliput i ket erpaduan kegiat an usaha penangkapan
ikan dan UPI di wilayah t ert ent u di dalam negeri.
3. Ka w a sa n
k la st e r
dit e t a pk a n
be r da sa r k a n
ba t a sa n
k oor din a t da e r a h pe n a ngk a pa n ik a n.
4. Kegiat an usaha perikanan t angkap berbasis klast er harus
m em perhat ikan kepent ingan nelayan lokal set em pat dan/ at au
nelayan yang t elah m em iliki SI PI sebelum nya dengan daerah
penangkapan di kawasan klast er t ersebut .
5. Perizinan unt uk kegiat an usaha perikanan t angkap berbasis
klast er dit erbit kan oleh Direkt ur Jenderal set elah m endapat kan
perset uj uan prinsip dari Ment eri.
6. Ket ent uan lebih lanj ut m engenai usaha perikanan t angkap
berbasis klast er diat ur oleh Direkt ur Jenderal.
Pasal 74 m engat ur m engenai daerah penangkapan ikan yang akan dikelola
m elalui pola usaha perikanan berbasis klast er.

Pengelolaan berbasis klast er

m enurut Michael Port er adalah suat u kawasan indust ri t erpadu

t erdiri dari

indust ri ut am a sert a indust ri pendukungnya, yang dibangun dalam suat u
kawasan dengan t uj uan unt uk m eningkat kan efisiensi dan daya saing indust ri
t ersebut .

Pem bangunan usaha perikanan t angkap m elalui pasal ini t elah

diarahkan unt uk m engikut i konsep klast er indust ri t ersebut .
Dalam

Undang- undang Nom or

31

Tahun

2004

t ent ang Perikanan,

t elah

didefinisikan bahwa Perikanan adalah sem ua kegiat an yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pem anfaat an sum berdaya ikan dan lingkungannya
m ulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sam pai dengan pem asaran, yang
dilaksanakan dalam suat u sist em bisnis perikanan ( Pasal 1 ayat 1) . Sedangkan
yang dim aksud dengan Penangkapan I kan adalah Kegiat an unt uk m em peroleh
ikan di perairan yang t idak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat at au cara
apapun,

t erm asuk

kegiat an

yang

m enggunakan

kapal

unt uk

m em uat ,

m engangkut , m enyim pan, m endinginkan, m enangani, m engolah, dan/ at au
m engawet kannya ( Pasal 1 ayat 5) .

Berdasarkan definisi t ersebut , perikanan

t angkap m erupakan suat u sist em yang t erdiri at as beberapa elem en at au
subsist em yang saling berkait an dan m em pengaruhi sat u dengan lainnya.
Perikanan t angkap kom ersial sebagai suat u sist em yait u sarana produksi, usaha
penangkapan, prasarana ( pelabuhan) , unit pengolahan, unit pem asaran, dan
unit pem binaan. Keseluruhan sist em t ersebut perlu dikelola secara t erpadu.
Set elah m elakukan diskusi dengan st akeholders, KPPU m endapat i beberapa
kekhawat iran bahwa

kebij akan klast er akan dit erapkan dengan m enet apkan

6

klast er- klast er

at au

dim aknai

sebagai

pengkavlingan

laut

yang

dibat asi

berdasarkan koordinat t ert ent u ( ayat 3) dan diserahkan pengelolaannya kepada
pelaku usaha secara eksklusif.

Sehingga dikhawat irkan bent uk pengklast eran

t ersebut dapat m encipt akan posisi dom inan pelaku usaha t ert ent u.
3 . An a lisis Pot e n si D a m pa k Ke bij a k a n M e n ge na i Kla st e r Pe r ik a na n
Te r ha da p Pe r sa inga n Usa ha
Pengelolaan perikanan klast er yang diart ikan sebagai pengkavlingan laut dan
dianggap sebagi konsesi dinilai t idak akan m em berikan kesej aht eraan bagi
m asyarakat luas. Lebih lanj ut , ada berberapa alasan m engapa klast er sepert i ini
dit olak. Pada um um nya para penolak m enyat akan bahwa klast er yang m em bagi
perairan dalam kavling- kavling pengelolaan berpot ensi m enim bulkan konflik
ant ar nelayan karena sifat ikan yang selalu bergerak sehingga harus diburu.
Pem bat asan wilayah penangkapan akan m enim bulkan konflik perebut an sum ber
daya ant ar nelayan. Pengelolaan klast er j uga dikhawat irkan akan m enim bulkan
eksploit asi sum ber daya perikanan secara besar- besaran guna m eningkat kan
pendapat an. Hal ini berpot ensi m engancam keberlangsungan sum ber daya
perikanan.
Sem ent ara it u, alasan yang m enyebut kan bahwa penerapkan klast er perikanan
t angkap berguna unt uk m em udahkan pengawasan perairan j uga dinilai t idak
akan

efekt if karena sarana pengawasan hingga kini m asih m inim dan aparat

pengawasan belum opt im al. Secara yuridis form al

berdasarkan

konvensi

Hukum Laut PBB Tahun 1982 yang kem udian dirat ifikasi oleh Pem erint ah
dengan Undang- undang No. 17 Tahun 1985, m enyebabkan negara I ndonesia
sebagai

negara

Kepulauan

kepulauan

m em iliki

I ndonesia ( ALKI )

at au

kewaj iban

m enyediakan

Alur

Laut

archipelagic sea line passages yang

m erupakan j alur lint as dam ai bagi kapal- kapal asing.
Berdasarkan Unclos t ahun 1982, I ndonesia m em iliki 3 j alur ALKI , yait u ALKI I
m elint asi Laut China Selat an, Nat una, Selat Karim at a hingga Selat Sunda, ALKI
I I Selat Makasar, Laut Flores, hingga Selat Lom bok, ALKI I I I Laut Maluku, Laut
Seram , Laut Banda, Selat Om bai, hingga Laut Tim or. Khusus bagi laut Arafuru
yang

berbat asan

dengan

AKLI

III,

ket erbat asan

pengam anan

ALKI

III

m erupakan t ant angan dan ancam an serius karena dapat dim anfaat kan sebagai
alur perlint asan krim inal sepert i penyelundupan barang ilegal ( illegal logging/
fishing/ im igrant s) , pengungsi, t rafficking dan akhir- akhir ini perom pakan di laut
hingga t erorism e. Tidak m ust ahil j ika laut - laut t ersebut dikelola oleh swast a
t anpa pengawasan pem erint ah akan m enim bulkan kerugian negara akibat
perbuat an krim inal t ersebut di at as.

7

Di

sisi

lain,

pengelolaan

perikanan

sist em

klast er

diharapkan

akan

m eningkat kan pendapat an negara dari sisi paj ak m aupun pendapat an devisa
yang lebih besar. Pengelolaan perikanan yang baik j uga diharapkan akan
m enghasilkan efisiensi dan konservasi sum ber daya laut yang lebih baik. Sist em
klast er perikanan yang diberlakukan di negara lain yang m enj adi best pract ice
di seluruh dunia adalah pengint egrasian invest asi penangkapan ikan dengan
indust ri pengolahan ikan. Bent uk klast er sepert i ini j uga sesuai dengan
PER.05/ MEN/ 2008 t ent ang Usaha Perikanan Tangkap pasal 74 ayat 2 yang
berbunyi “ Usaha perikanan t angkap berbasis klast er sebagaim ana dim aksud
pada ayat ( 1) m eliput i ket erpaduan kegiat an usaha penangkapan ikan dan UPI
di wilayah t ert ent u di dalam negeri” .
Set iap usaha penangkapan ikan harus diikut i oleh invest asi indust ri pengolahan
sehingga seluruh hasil t angkapan dapat diproses m enj adi produk yang bernilai
t am bah

t inggi

dan

pengolahan t ersebut

m em iliki

kualit as

diharapkan dapat

ekspor.

Berkem bangnya

m encipt akan iklim

indust ri

yang kondusif,

m enggerakkan ekonom i lokal dan m em perluas penyediaan lapangan pekerj aan
bagi

m asyarakat

m anaj em en

set em pat .

perizinan,

Klast er

alokasi

sem acam

dist ribusi

kapal

ini

m em erlukan

per

wilayah

dukungan

pengelolaan

perikanan, kapal angkut , at aupun bahan bakar m inyak.
Upaya

Pem erint ah

dapat

dilakukan

m elalui

m eningkat kan

ket ersediaan

prasarana pendukung, sedangkan invest asi dari pihak swast a t erut am a unt uk
pengem bangan indust ri perikanan t angkap, baik pada kegiat an hulu, proses
produksi m aupun kegiat an hilir. Berbagai kegiat an pem bangunan perikanan
t angkap dilakukan m elalui upaya peningkat an produkt ivit as dan efisiensi usaha
perikanan yang diarahkan unt uk m eningkat kan konsum si, penerim aan devisa
dan m eningkat kan penyediaan bahan baku indust ri di dalam negeri.
Laut yang m erupakan habit at ribuan ikan, berdasarkan rezim hak kepem ilikan
m erupakan ( com m on propert y) , sehingga wilayah perairan dan laut t ersebut
t idak m ungkin dikavling sepert i halnya darat an. Pem bagian WPP sepert i yang
dilakukan oleh Kom isi Nasional Pengkaj ian St ok Sum berdaya I kan Laut lebih
dit uj ukan unt uk m em udahkan sist em pendat aan yang selanj ut nya digunakan
unt uk est im asi

st ok, sehingga siapapun dapat m em anfaat kan sum ber daya

ikan yang ada. Akan t et api, perebut an lokasi penangkapan ikan yang pot ensial
dapat saj a t erj adi. Oleh karena it u, diperlukan pengat uran oleh pem erint ah
sebagai pihak yang berwenang.

8

Di sisi lain hasil kaj ian KPPU m enem ukan bahwa t erdapat perm asalahan
persaingan usaha yang dapat t urut t ercipt a akibat im plem ent asi regulasi
t ersebut . Masalah t ersebut ant ara lain:
1.

Pem berian hak pengelolaan wilayah penangkapan secara ekslusif kepada
pelaku usaha t ert ent u, berpot ensi m enj adi ham bat an m asuk bagi pelaku
usaha pot ensial yang ingin m asuk sert a berpot ensi m engeluarkan pelaku
usaha eksist ing ( m arket foreclosure) di wilayah penangkapan ikan.

2.

Pem berian hak secara ekslusif akan m encipt akan posisi dom inan bagi
pelaku usaha at au kelom pok pelaku usaha t ert ent u, yang m em iliki
pot ensi

unt uk

disalahgunakan

dalam

bent uk

prakt ek

bisnis

yang

dikrim inat if dan ekploit at if. Penyalahgunaan posisi dom inan ini berpot ensi
m engganggu kelangsungan pelaku usaha pesaingnya.
3.

Pem berian hak m onopoli m elalui hak eksklusif kepada pelaku usaha at au
kelom pok

pelaku

usaha

berdasarkan

regulasi,

berpot ensi

j uga

m enyerahkan fungsi pengawasan, pem binaan dan seleksi pelaku usaha di
sekt or indust ri t ersebut oleh penerim a hak m onopoli/ eksklusif yang
seharusnya t et ap m enj adi kewenangan Pem erint ah.
4.

Pem berian hak ekslusif oleh Pem erint ah kepada pelaku usaha apabila
t idak diregulasi secara ket at , berpot ensi dim anfaat kan pelaku usaha
unt uk m encari keunt ungan m elalui licence t ransfer at au penj ualan hak
eksklusif t ersebut .

5.

Pem berian hak m onopoli kepada sat u at au beberapa pelaku usaha
m em iliki j ust ifikasi sebagai cara unt uk m enanggulangi perm asalahan over
fishing sert a m enj aga keberlanj ut an sum ber daya perikanan dengan cara
m engurangi j um lah pelaku usaha dan alat t angkap ( effort ) .

Nam un,

apabila hal t ersebut perlu dilakukan, m aka dalam m elakukan proses
t ersebut pem erint ah harus m enerapkan prinsip com pet it ion for t he
m arket .
Berdasarkan perm asalahan t ersebut di at as, KPPU m em berikan saran dan
rekom endasi bagi pem erint ah m engenai Perat uran m ent eri Nom or 5 Tahun
2008 Tent ang Usaha Perikanan Tangkap supaya t idak m engham bat persaingan
usaha. Berikut ada lah saran dan rekom endasi dari KPPU :
1.

Bahwa pem erint ah hendaknya m em perj elas dan m em pert egas definisi
dan

m aksud

dari

penerapan

m engarahkan kebij akan klast er

kebij akan
untuk

klast er

perikanan,

yang

m endekat kan pada port erian

9

clust er, dengan fokus pada t ercipt anya ket erpaduan ant ar indust ri t erkait
guna m eningkat kan value added dan efisiensi di set iap lini indust ri.
Dengan dem ikian m aka m enj adi j elas bahwa klast er yang dim aksud
bukanlah klast er dalam pengert ian ” pengkavlingan” wilayah laut yang
dikelola oleh pelaku usaha secara ekslusif.
2.

Bahwa

Pem erint ah

perlu

m em buat

regulasi

yang

ket at

t erhadap

kebij akan perikanan, unt uk m enghindarkan t erj adinya prakt ek j ual beli
izin ant ar pelaku usaha. Pada prinsipnya izin pengelolaan yang dit erim a
pelaku usaha hanya diberikan Pem erint ah dan bukan didapat kan dari
pelaku usaha lainnya.
Kebij akan pem bangunan dan pengelolaan perikanan perlu t et ap m em berikan
ruang bagi persaingan usaha yang sehat sehingga t et ap dapat m em berikan
kesem pat an yang luas bagi para pelaku usaha unt uk m asuk at au keluar dari
pasar t anpa ada ham bat an.

10