PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED DAN DITINJAU DARI SIKAP SISWA DI SMAN UNGGUL BINAAN BENER MERIAH.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

OPEN ENDED DAN DITINJAU DARI SIKAP SISWA DI SMAN UNGGUL BINAAN BENER MERIAH

TESIS

Oleh : ARIANTO NIM : 081188730047

Diajukan Untuk uemenuhi Persyaratan Dalam uemperoleh Gelar uagister Pendidikan

Program etudi Pendidikan uatematika

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ARIANTO. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended dan Ditinjau dari Sikap Siswa Di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional, (2) mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika dengan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika, (3) mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematik siswa, (4) mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan open ended. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksprimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan pendekatan open ended dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA SMAN Unggul Binaan Bener Meriah dan sampelnya adalah siswa dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang dipilih secara acak sebanyak dua kelas. Penelitian ini diawali dengan uji instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik yang menunjukan bahwa (1) validitas tes adalah valid dengan dengan kriteria sedang dan tinggi, (2) reliabilitas tes adalah 0,59 dengan katagori sedang. Pengolahan data menggunakan uji gain ternormalisasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa dilanjutkan dengan uji statistik berupa uji ANAVA dua jalur dan Mann Withney. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open ended dengan gain 0,6575 lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan konvensional dengan gain 0,3736, (2) terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika dengan gain 0,5795 lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika dengan gain 0,4453, (3) tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, (4) ketuntasan belajar siswa siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan open ended mempunyai ketuntasan belajar 90,48% lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan konvensional mempunyai ketuntasan 33,81%.

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik, pendekatan Open Ended, Sikap Siswa terhadap Matematika.


(6)

ABSTRACT

Arianto. Increasing Students’ Mathematical Creative Thinking Ability Through Open-Ended Approach and Reviewed Based on Students’ Attitudes at SMAN Unggul Binaan Bener Meriah. Thesis. Medan: Master Program, State University of Medan. 2013.

The purposes of the research are: (1) determine an increasing diference of students’ mathematical creative thinking ability taught through open-ended approach and taught through convensional approach, (2) determine an increasing diference of students’ mathematical creative thinking ability between students have positive attitudes toward mathematics and students have negative attitudes toward mathematics, (3) determine interaction between teaching approaches and students’ attitudes toward mathematics in increasing students’ mathematical creative thinking ability, (4) determine mastery learning through open-ended approach. This research is a quasi experimental research. Open-ended approach is used in the experiment class and conventional is used in the control class. Moreover population of this research is all students of 11th Grade Natural Science (IPA) Program SMAN Unggul Binaan Bener Meriah, futhermore sample of this research is all students from 11th IPA-1 and 11th IPA-2 chosen randomly. This research is started with testing instrument of Students’ mathematical creative thinking ability show that: (1) validity of the test is valid with medium and high criterion, (2) reliability of the test is 0,59 with medium criterion. Data is analyzed by using normalized gain test to identify increasing students’ mathematical creative ability, in addition continued by statistic test that is two tails ANAVA and Mann Withney. The results of this research shows that (1) there is an increasing students’ mathematical thinking creative ability that study mathematics using open-ended approach with gain 0,6575, which is better than study mathematics using convensional approach with gain 0,3736, (2) there is an increasing students’ mathematical thinking creative ability that students have positive attitudes toward mathematics with gain 0,5795, which is better than students have negative attitudes toward mathematics with gain 0,4453, (3) there is no interaction between learning approach and student’s behavior to mathematics in increasing student’s mathematical creative thinking ability, (4) mastery learning through open-ended approach that is 90,48%, which is better than mastery learning through conventional that is 33,81%.

Keywords: Mathematical Creative Thinking Ability, Open-Endedapproach, Students’ Attitudes toward Matematics.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended dan Ditinjau dari Sikap Siswa Di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(8)

3. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd,; Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian,

M.Pd; selaku narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

6. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I dan Bapak Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd Selaku Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED.

7. Bapak Jasman, S.Pd selaku Kepala SMAN Unggul Binaan Bener Meriah beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ayahanda Paidi dan Ibunda Tuginah serta seluruh keluarga tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.

9. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan XV Prodi Matematika (Lenny Agustina Daulay M.Pd, Risna Mira Bella Saragih M.Pd, Yumira Simamora, M.Pd, Ruhdiani, M.Pd, Nuraini Sribina, M.Pd, Hizmi Wardhani, dll) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis. 10. Rekan saya di sekolah Bapak Sukardi, S.Pd, Ibu Salinda, S.Pd, Sujarno, S.Pd,


(9)

S.Pd, Amdi Kesuma, S.Pd, Ainal Mardiah, S.Pd, Muhammad, S.Pd, Suhardi, S.Pd dll yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan.

11. Sahabat-sahabat saya Alwin Ardiansyah, S.Pd, Chandra Mahardika, S.Pd, Hermansyah Nasution, Arifin Siregar, Revan Naibaho, S.Pd, Defri Rahmat, Rahmad Hidayat dan lain-lain yang tak bisa disebut satu persatu, kalian luar biasa.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Mei 2013 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 24

C. Pembatasan Masalah ... 25

D. Rumusan Masalah ... 25

E. Tujuan Penelitian ... 26

F. Manfaat Penelitian ... 27

G. Asumsi dan Keterbatasan ... 27

H. Definisi Operasional ... 28

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 30

A. Kerangka Teoritis ... 30

1. Pengertian Belajar Matematika dan Pembelajarannya ... .30


(11)

3. Berfikir Kreatif dalam Pendidikan Matematika ... 41

4. Mengukur Kemampuan Berfikir Kreatif ... 48

5. Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika ... 51

6. Pembelajaran Konvensional ... 60

7. Sikap Terhadap Matematika ... 63

8. Ketuntasan Belajar Siswa ... 68

9. Teori Belajar yang Mendukung ... 71

a. Teori Belajar Jean Piaget dengan Pandangan Konstruktivismenya ... 71

b. Teori Belajar Jerome J. Bruner dengan Keempat Dalilnya ... 74

c. Teori Belajar Robert M. Gagne dengan Rangkaian Verbal dan Pemecahan Masalahnya ...75

10.Penelitian yang Relevan ... 77

B. Kerangka Konseptual ... 79

1. Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Open Ended dan Konvensional terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa ... 79

2. Perbedaan Kemampuan Berfikir Kreatif Antara Siswa yang Memiliki Sikap Positif terhadap Matematika dan Siswa yang Memiliki Sikap Negatif terhadap Matematika ... 81

3. Interaksi Pendekatan Pembelajaran Open Ended dengan Sikap terhadap Matematika Siswa terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa ... 83


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 85

A. Jenis Penelitian ... 85

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85

C. Populasi dan Sampel ... 86

D. Desain Penelitian ... 88

E. Variabel Penelitian ... 88

F. Pengontrolan Perlakuan ... 90

G. Instrumen Penelitian ... 92

1. Tes ... 92

a. Menghitung Validitas ... 94

b. Menghitung Realibilitas ... 97

2. Angket Skala Sikap Terhadap Matematika ... 99

3. Observasi ... 100

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembaran Aktivitas Siswa (LAS) ... 101

H. Pengolahan Data ... 102

I. Prosedur Penelitian... 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 110

A. Hasil Penelitian ... 111

1. Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 111

2. Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 113 3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa


(13)

Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 118

4. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Berdasarkan Sikap terhadap Matematika Siswa... 122

5. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Sikap terhadap Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa ... 126

6. Ketuntasan Belajar Siswa ... 130

7. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 133

B. Pembahasan ... 137

1. Faktor Pendekatan Pembelajaran... 137

2. Faktor Sikap Terhadap Matematik Siswa ... 141

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa ... 144

4. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Sikap terhadap Matematika Siswa ... 146

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Simpulan ... 150

B. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 154


(14)

DAFTAR TABEL

1.1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 16

1.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 86

1.2 Keterkaitan antara Variabel Bebas, Moderator , dan Terikat (Tabel Weiner) ... 89

1.3 Kisi-kisi Pretes dan Postest Kemampuan Berpikir Kreatif matematik ... 92

1.4 Pedoman Penskoran Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 93

1.5 Kriteria Korelasi ... 95

1.6 Rangkuman Hasil Validitas Pretes Kemampuan Berpikir Kretaif Matematik ... 96

1.7 Rangkuman Hasil Validitas Postes Kemampuan Berpikir Kretaif Matematik ... 96

1.8 Kriteria Reliabilitas ... 97

1.9 Hasil Reliabilitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif matematik ... 98

1.10 Hasil Reliabilitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematik ... 98

1.11 Kisi-kisi Angket Sikap terhadap matematika ... 100

1.12 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 101

1.13 Kriteria Gain Ternormalisasi ... 102

1.14 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Uji Statistik ... 106

1.1 Deskripsi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 111


(15)

1.3 Uji Mann Whitney U Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113 1.4 Rerata Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Kelompok

Pendekatan Open Ended dan Kelompok Pendekatan konvensional

Berdasarkan Sikap siswa Terhadap Matematika ... 114 1.5 Rerata Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan

Sikap siswa Terhadap Matematika ... 114 1.6 Uji Normalitas Gain Kemampuan BerdasarkanSikap siswa Terhadap

Matematika Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor

Pembelajaran ... 119 1.7 Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Berpikir kreatif

Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 120 1.8 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 121 1.9 Uji Normalitas Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Sikap

terhadap Matematika ... 124 1.10 Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Berpikir kreatif

Matematik Berdasarkan Faktor Sikap terhadap Siswa ... 125 1.11 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor Sikap terhadap Matematika ... 126 1.12 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Sikap

terhadap Matematika ... 127 1.13 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Kemampuan Berpikir


(16)

Kreatif Matematik Siswa ... 130 1.14 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik ... 131 1.15 Rata-rata Hasil Perhitungan Aktivitas Guru dan Siswa pada


(17)

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

3.1 Bagan: prosedur Penelitian ... 109 1.1 Diagram Rerata dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor

Pendekatan Pembelajaran ... 115 1.2 Diagram Rerata dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor Sikap

Terhadap Matematika ... 115 1.3 Diagram Rerata Gain Ternormalisasi Kemampuan BerpikirKreatif

Matematik Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 116 1.4 Diagram Selisih Rerata Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematik Berdasarkan Faktor Pendekatan Pembelajaran dan Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 116 1.5 Interaksi antara Pembelajaran dengan Sikap Terhadap Matematika

Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik.. 128 1.6 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik ... 131 1.7 Aktivitas Guru dalam Membuka Pelajaran dan Memberikan Masalah

Open Ended ... 135 1.8 Aktivitas Siswa Pada Saat Berdiskusi menyelesaikan masalah


(18)

1.9 Aktivitas Guru Saat Membimbing Siswa Berdiskusi Menyelesaikan

Masalah Open Ended ... 136 1.10 Aktivitas Siswa Saat Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompok


(19)

DAFTAR lAMPIRAN

Lampiran I

1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-1 Kelas Eksperimen ... 160

1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-2 Kelas Eksperimen ... 165

1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-3 Kelas Eksperimen ... 172

1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-4 Kelas Eksperimen ... 179

1.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-5 Kelas Eksperimen ... 187

1.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-1 Kelas Kontrol ... 194

1.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-2 Kelas Kontrol ... 197

1.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-3 Kelas Kontrol ... 200

1.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-4 Kelas Kontrol ... 203

1.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-5 Kelas Kontrol ... 205

1.11 Lembaran Aktivitas Siswa (LAS)-1 ... 208

1.12 Lembaran Aktivitas Siswa (LAS)-2 ... 216

1.13 Lembaran Aktivitas Siswa (LAS)-3 ... 225

1.14 Lembaran Aktivitas Siswa (LAS)-4 ... 230

1.15 Lembaran Aktivitas Siswa (LAS)-5 ... 234

Lampiran II 2.1 Kisi-kisi Pretes Kemampuan Berpikir Krataif Matematik Materi Permutasi dan Kombinasi ... 238

2.2 Pretes Kreatif Matematik ... 239


(20)

Berpikir Kretaif Matematik ... 243

2.4 Alternatif Jawaban Soal Pretes Kreatif Matematik Materi Soal Permutasi dan Kombinasi ... 244

2.5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Krataif Matematik Materi Permutasi dan Kombinasi ... 252

2.6 Tes Kreatif Matematik ... 253

2.7 Kriteria Asesmen (Pedoman Penskoran) Tes Kemampuan Berpikir Kretaif Matematik ... 257

2.8 Alternatif Jawaban Soal Tes Kreatif Matematik Materi Soal Permutasi dan Kombinasi ... 258

2.9 Kisi-kisi Skala Sikap Terhadap Matematika Siswa (Angket) ... 268

2.10 Angket Skala Sikap Terhadap Matematika ... 269

2.11 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 273

2.12 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 275

Lampiran III 3.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 279

3.2 Hasil Validasi LAS ... 280

3.3 Validasi Ahli Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 283

3.4 Validasi Ahli Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 284

3.5 Tabel Hasil Validasi Skala Sikap Matematis Siswa... 285

3.6 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Pretes Berpikir Kreatif Matematik dengan Microsoft Office Excell 2007 ... 287


(21)

Matematik Secara Manual ... 292

3.8 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Pretes Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 300

3.9 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Berpikir Kreatif Matematik dengan Microsoft Office Excell 2007 ... 302

3.10 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Berpikir Kreatif Matematik Secara Manual ... 307

3.11 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 315

Lampiran IV 4.1 Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Eksprimen ... 317

4.2 Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Kontrol ... 318

4.3 Pengolahan data deskriptif dan Normalitas Pretes Siswa kelas Eksprimen ... 319

4.4 Pengolahan Data Pretes Siswa Kelas Kontrol ... 322

4.5 Skor Sikap Terhadap Matematika Siswa Kelas Eksprimen ... 325

4.6 Skor Sikap Terhadap Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 326

4.7 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Eksprimen ... 327

4.8 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Kontrol ... 328


(22)

4.9 Skor Gain Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Eksprimen ... 329 4.10 Skor Gain Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Kontrol ... 330

4.11 Pengolahan Data Deskriptif dan Normalitas Gain Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 331

4.12 Pengolahan Data Homogenitas Gain Berpikir Kreatif Matematik

Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 336

4.13 Pengolahan Data ANAVA Dua Jalur Gain Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 337

4.14 Skor Gain Berpikir Kreatif Matematik Siswa dengan Sikap Positif ... 338

4.15 Skor Gain Berpikir Kreatif Matematik Siswa dengan Sikap Negatif ... 339

4.16 Pengolahan Data Deskriptif dan Normalitas Gain Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Berdasarkan Faktor Sikap Terhadap Matematika ... 340

4.17 Pengolahan Data Homogenitas Gain Berpikir Kreatif Matematik

Siswa Berdasarkan Faktor Sikap Terhadap Matematika ... 345

4.18 Pengolahan Data ANAVA Dua Jalur Gain Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Berdasarkan Faktor Sikap terhadap

Matematika ... 346

4.19 Pengolahan Data ANAVA Dua Jalur Gain Berpikir Kreatif

Matematik Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Sikap

terhadap Matematika ... 347

4.20 Rangkuman Hasil Ketuntasan Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif


(23)

4.21 Rangkuman Hasil Ketuntasan Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik (Kontrol) ... 350 4.22 Rangkuman Hasil Angket Observasi Siswa ... 351 4.23 Rangkuman Hasil Angket Observasi Guru ... 352 Lampiran V

5.1 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 353 5.2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 363 Lampiran VI

6.1 Dokumentasi Penelitian Kelas Eksprimen ... 373 6.2 Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ... 377 Lampiran VII

7.1 Surat Komisi Pembimbing (SK) Tesis

7.2 Surat Keterangan TOEFL

7.3 Surat Undangan Seminar Proposal Tesis

7.4 Surat Penelitian dari Pascasarjana UNIMED

7.5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitiandari Lapangan

7.6 Surat Undangan Ujian Tesis


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 tahun 2003 mengatakan bahwa: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing dan mengawasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam undang-undang tersebut juga dikatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan untuk keberhasilan siswa dalam belajar, baik pada suatu mata pelajaran tertentu maupun pendidikan pada umumnya. Dalam upaya mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik seiring dengan berkembangnya suasana, kebiasaan, dan strategi pembelajaran yang dilandasi dengan kepahaman tentang ilmu-ilmu pengetahuan serta implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar bagi para guru di sekolah.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang di ujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk


(25)

2

menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Beberapa pakar pendidikan menyebutkan bahwa matematika adalah “ratu” dari segala disiplin ilmu (Tarmidi, 2006). Matematika merupakan kunci ilmu pengetahuan. Memang pernyataan tersebut tidaklah berlebihan, menginggat berbagai fakta menyebut demikian. Ilmu Komputer tidak akan berkembang secanggih saat ini jika sebelumnya tidak diperkenalkan bilangan Biner (Wahyudin dan Sudrajat, 2003). Ahli ilmu Astronomi juga tidak akan mungkin bisa menentukan jarak antar bintang jika sebelumnya tidak diperkenalkan konsep trigonometri, dan masih banyak lagi. Namun, perlu ditekankan disini bahwa konsep matematika yang telah dimiliki bukanlah satu-satunya faktor penting pendukung Ilmu Pengetahuan. Pola pikir yang matematislah yang memberikan konstribusi yang cukup besar dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan.

Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak keguanaanya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa keguanaan matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006), yaitu:

1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.

2. Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya.

3. Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.

4. Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan persoalan.

Tujuan afektif belajar matematika di sekolah adalah sikap kritis, cermat, obyektif, dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu


(26)

3

dan senang belajar matematika. Oleh karena itu, matematika sebagai disiplin ilmu perlu dikuasai dan dipahami dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat, terutama siswa sekolah formal. Tuntutan dari Standar Kompetensi Bahan Kajian Matematika tersebut adalah siswa memahami pengertian-pengertian dalam matematika dan memiliki ketrampilan untuk dapat memecahkan persoalan baik dalam matematika maupun mata pelajaran lain, serta dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman siswa dalam mempelajari matematika tidak terpisah-pisah, antara satu konsep dengan konsep lain yang saling terkait, pemahaman siswa pada topik tertentu akan menuntut pemahaman siswa dalam topik sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pandangan matematika sebagai ilmu yang terstruktur. Selanjutnya siswa dapat melakukan analisis dan menarik kesimpulan dari apa yang diperolehnya. Untuk dapat memahami matematika siswa harus memahami dua hal pokok tentang matematika. Pertama, siswa harus dapat memahami konsep, prinsip, hukum, aturan dan kesimpulan yang diperoleh dengan cara mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Kedua siswa harus dapat memahami cara memperoleh semua itu dengan bimbingan guru.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar di Sekolah Menengah Atas dirumuskan untuk memberi landasan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan mengunankan angka, simbol, tabel, diagram, dan dalil-dalil. Adapun tujuan pembelajaran matematika di SMA seperti tertuang dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah meliputi:


(27)

4

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari, matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika mempunyai karakteristik yang berbeda dengan ilmu yang lain. Dari karekteristik yang dipunyainya menjadikan matematika sulit dipelajari, Karena itu matematika sering dianggap sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar matematika bukan hanya disebabkan karena matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran, maupun lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor dari siswa itu sendiri adalah kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah adanya anggapan/asumsi yang keliru dari guru-guru yang menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan adanya asumsi tersebut, guru memfokuskan pembelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan tentang matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti sekarang ini, guru


(28)

5

dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahunnya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi. Pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk mutu pendidikan matematika.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa lebih kreatif. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk dan terfungsikan sebagai milik nurani siswa yang berguna dalam kehidupannya (etos). Motivasi belajar seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan situasi pembelajaran yang tidak membosankan. Melalui motivasi belajarnya, guru dan siswa mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan. Jadi motivasi belajar yang efektif dan efisien adalah memotivasikan para siswa untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan ilmu mereka masing-masing secara memuaskan, yakni kebutuhan akan pengetahuan yang cukup bagi keperluan siswa, kebahagiaan hidup, kemajuan diri dan sebagainya. Melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang tepat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan kemampuan siswa seperti yang diinginkan. Berbagai kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan berfikir kreatif siswa.


(29)

6

Kemampuan berfikir kreatif memegang peranan yang sangat penting. Manusia kreatif sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi dan merespon secara efektif ketidakmenentuan perubahan dunia saat ini. Perkembangan kebudayaan dan peradaban di dunia ini juga terjadi berkat kreativitas orang-orang yang istimewa dalam berbagai sektor kehidupan seperti politik, ekonomi, militer, sain, teknologi, pendidikan, agama, kesenian, bisnis, dan lain-lain (Supriadi, 1994). Karya-karya kreatif dalam berbagai sektor kehidupan tersebut penting peranannya karena sebagian besar dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada di dunia. Oleh karenanya kreativitas menjadi esensial sifatnya dalam menghadapi perubahan dan perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini.

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Menurut (Ruggiero, 1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.

Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan


(30)

7

sebelumnya yang sudah diketahui. Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan. Seseorang untuk dapat dikatakan berpikir sistematis, maka ia perlu berpikir secara analitis untuk memahami informasi yang digunakan. Kemudian, untuk dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi.

Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.

Menurut (Evans, 1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide-ide membentuk ide-ide baru.


(31)

8

Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd, 2001). Pengertian ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.

Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan. Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tiba-tiba (insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan otak kiri yang


(32)

9

mempunyai fungsi berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis bersama-sama yang tidak terpisah.

Sedangkan (Johnson, 2002) tampaknya lebih menekankan pada pandangan pertama. Johnson menjelaskan bahwa berpikir kritis mengorganisasikan proses yang digunakan dalam aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan ilmiah. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses, seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas berpikir kreatif dan berpikir kritis.

De Bono (dalam Barak dan Doppelt, 2000) membedakan antara 2 tipe berpikir, yaitu: “berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral mengacu pada penemuan petunjuk-petunjuk baru dalam mencari ide-ide, sedang berpikir vertikal berhadapan dengan perkembangan ide-ide dan pemeriksaannya terhadap suatu kriteria objektif. Pemikiran vertikal adalah selektif dan berurutan yang bergerak hanya jika terdapat suatu petunjuk dalam gerakannya. Pemikiran lateral adalah generatif yang dapat meloncat dan bergerak agar dapat membangun suatu petunjuk baru. Pemikiran lateral tidak harus benar pada setiap langkah dan tidak menggunakan kategori-kategori, klasifikasi atau label-label yang tetap. Pemikiran vertikal memilih pendekatan-pendekatan yang sangat menjanjikan pada suatu masalah selama pemikiran lateral membangun banyak alternatif pendekatan. Berpikir kreatif merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif melibatkan berpikir logis ataupun analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif”.


(33)

10

Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop (dalam Pehkonen, 1997) menjelaskan bahwa seseorang memerlukan 2 model berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pandangan ini lebih melihat berpikir kreatif sebagai suatu pemikiran yang intuitif daripada yang logis. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan di luar kebiasaan.

Menurut (Pehkonen, 1997) memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif menghasilkan banyak ide. Hal ini akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Pandangan ini lebih mengarah pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.

Perkembangan IPTEK dan informasi diperlukan sumber daya yang memiliki ketrampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis sistematis, logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir tersebut harus dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Kemudian pada salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum tersebut menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang


(34)

11

melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. Sedang dalam salah satu prinsip kegiatan belajar mengajarnya juga menyebutkan tentang mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian kurikulum tersebut mengisyaratkan pentingnya kreativitas, aktivitas kreatif dan permikiran (berpikir) kreatif dalam pembelajaran matematika. Tetapi dalam pelaksanaan di kelas terdapat beberapa kendala berkenaan penerapan pembelajaran yang mendorong berpikir kreatif maupun kreativitas siswa tersebut. Salah satunya adalah masalah penilaian yang valid untuk menentukan tingkat kemampuan berpikir kreatif (kreativitas) siswa. Penentuan tingkat ini akan diperlukan untuk memprediksi potensi siswa dalam memecahkan masalah secara kreatif, dan mengetahui kelemahan maupun kekuatan siswa dalam berpikir kreatif sehingga mudah untuk mengatasi letak kekurangan maupun memanfaatkan kelebihannya. Selain itu, mengetahui tingkat keberadaan berpikir kreatif siswa akan memudahkan guru merancang model pembelajaran yang dapat mendorong siswa mencapai tingkat berpikir kreatif yang lebih optimal, sekaligus mengklasifikasikan siswa dan menilai kemampuannya dalam berpikir kreatif.

Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan tersedia lingkungan yang memungkinkan peserta didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Menurut Supriadi (1994) meskipun bukan satu-satunya penentu lahirnya orang-orang kreatif, pendidikan merupakan faktor yang besar sekali peranannya. Peranan itu dimungkinkan oleh adanya guru yang kreatif, antara lain adalah guru yang secara


(35)

12

kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar-mengajar dan membimbing siswa.

Kreativitas pada dasarnya memuat kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Semiawan, 1987). Jadi kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara obyek-obyek yang sebelumnya, sehingga dapat mencipta sesuatu yang baru atau memberi gagasan baru yang dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. Secara komprehensif, kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak tentang suatu cara yang baru dan tidak biasa, yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dengan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.

Namun ironisnya kemampuan kreatif seseorang seringkali ditekan oleh kondisi pendidikan yang dialaminya, sehingga ia tidak mampu mengenali potensi yang dimilikinya apalagi untuk mewujudkan potensi itu. Untuk itu iklim belajar yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat harus dikembangkan, agar sikap dan perilaku kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju dapat ditumbuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Munandar (1999) bahwa: “kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajagan, dan kemungkinan membuat pilihan”.


(36)

13

Dari berbagai studi, baik yang berskala internasional maupun nasional menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari Human Depelopment Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP. Salah satu indikator dalam menentukan HDI adalah kualitas pendidikan pada suatu Negara dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. HDI Indonesia hanya sebesar 0,728 dari nilai ideal sebesar satu dan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diukur.

Rendahnya kemampua berfikir kreatif dan berfikir kritis tercermin dari penguasaan materi matematika pada siswa SMP, hal ini terlihat dari hasil laporan

The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 1999, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara, masih jauh dari negara tetangga Singapura yang berperingkat 1, dan Malaysia perperingkat 16. Hasil dari TIMSS ini mengungkapkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia untuk soal tidak rutin sangat lemah, namun relatif baik untuk menyelesaikan soal-soal fakta dan prosedural. Hal ini membuktikan bahwa dalam masalah matematika yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi, siswa Indonesia jauh dibawah rata-rata internasional, bahkan lebih jelek dibandingkan dengan malaysia, Singapura, dan thailand.

Hasil studi TIMSS tahun 2003 untuk siswa kelas VIII, masih menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dari 46 negara pada penguasaan umum. Pada penguasaan dan pengetahuan tentang fakta, prosedur dan konsep, Indonesia menempati urutan ke-33. Sedangkan dalam penerapan pengetahuan dan pemahaman konsep, Indonesia menempati urutan ke-36. Lima negara yang


(37)

14

memperoleh skor tertinggi dalam katagori-katagori di atas adalah Singapura, Korea, China-Taipe, dan Hongkong (TIMSS, 2003). Hasil TIMSS terbaru tahun 2007 menempatkan Indonesia pada urutan ke-36 dari 48 negara tentang penguasaan matematika untuk siswa sekolah menengah pertama.

Selain dari hasil TIMSS 1999, 2003, dan 2007, hasil tes Programme for International Student Assesment (PISA)2003 yang dikoordinir oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia pada usia 13-15 tahun (kelas VIII) berada di peringkat 38 dari 40 negara. Peringkat Indonesia yang baru pertama kali mengikuti PISA relatif sedikit lebih baik dari Brazil dan Tunisia. Sedangkan negara tetangga yang ikut PISA, hanya Thailand yang peringkat penguasaan matematika siswanya berada pada peringkat 36. Peringkat pertama sampai keempat masing-masing China, Finlandia, Korea, dan Belanda. Survey PISA tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke-52 dari 57 negara dalam hal matematika.

Soal-soal yang diujikan TIMSS mengacu secara langsung terhadap penguasaan topik-topik yang ada dalam kurikulum sekolah seperti Aljabar, Geometri, Pengukuran dalam situasi komplek, dan Aritmatika beserta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan soal PISA 2003 soal-soalnya tidak terkait langsung dengan topik-topik pada kurikulum sekolah, tetapi lebih difokuskan pada melek matematika (mathematic sliteracy) yang ditunjukan oleh kemampuan dan keahlian siswa dalam menggunakan matematika yang mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.


(38)

15

Berdasarkan hasil studi TIMMS dan PISA tampak bahwa untuk masalah matematika yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi, siswa Indonesia jauh di bawah rata-rata internasional, bahkan bila dibandingkan dengan Malaysia, singapura, Thailand. Kemampuan pemecahan masalah, pemahaman, berfikir kritis dan kreatif siswa sekolah menengah di Indonesia masih rendah, sehingga siswa lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan menjustifikasi, atau membuktikan, menalar, menggeneralisasi, membuat konjektur, dan menemukan hubungan antara fakta-fakta yang diberikan.

Berkait dengan masalah-masalah di atas, pembelajaran yang terjadi di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah, setelah peneliti melakukan observasi pendahuluan ditemukan permasalahan kreativitas antara lain:

1. Siswa yang mau bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang jelas kepada guru masih rendah hanya sekitar 5% dari jumlah siswa, 2. Kemampuan siswa dalam mengajukan ide-ide masih rendah hanya

sekitar 12% dari jumlah siswa,

3. Kemampuan siswa menyelesaikan masalah belum variatif (cenderung sama) dan tidak terdapat jawaban yang sangat berbeda. Permasalahan lain yang ditemukan adalah mengenai pemahaman siswa. Adapun permasalahan pemahaman siswa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang mampu menyelesaikan masalah masih rendah hanya sekitar 32% dari jumlah siswa,

2. Kemampuan siswa dalam mendefinisikan konsep masih rendah hanya sekitar 25% dari jumlah siswa, dan


(39)

16

3. Siswa yang mampu membuat kesimpulan masih rendah hanya sekitar 40% dari jumlah siswa.

Hasil belajar yang berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa SMAN Unggul Binaan Bener Meriah juga masih rendah hal ini dapat kita liat dari tabel hasil pencapaian hasil belajar siswa 3(tiga) tahun terakhir berikut:

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa

Tahun Ajaran KKM Rata-rata Hasil Belajar

2008/2009 64 65,5

2009/2010 64 69,1

2010/2011 65 66

Selain itu masih juga ditemukan beberapa fakta yang dapat penulis alami di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah dalam setiap pembelajaran di kelas XI program IPA, yang menyebabkan masih banyak siswa yang belum memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tesebut ditunjukkan dengan beberapa fakta berikut ini:

1. Banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan.

2. Masih sedikitnya siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran, dan masih sedikit pula siswa yang berani mengerjakan soal di depan kelas. 3. Proses pembelajaran masih didominasi oleh aktifitas guru saja, sehingga

kreativitas siswa dalam belajar matematika kurang, yang berpengaruh pada pemahaman siswa yang masih kurang pula.


(40)

17

4. Metode yang digunakan guru masih konvensional, seperti pembelajaran ekpositori, guru menjelaskan, kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya, siswa mengerjkan latihan soal (drill soal) menggunakan rumus atau algoritma tertentu, dan diakhiri dengan pemberian tugas untuk dikerjakan sebagai latihan.

5. Respon siswa masih rendah dalam hal minat belajar matematika. Ini dibuktikan dengan umpan balik yang diberikan siswa terhadap pembelajaran yang terjadi hari ini, hanya 37% siswa yang mempunyai minat belajar matematika.

Rendahnya hasil belajar matematika mengindikasikan ada sesuatu yang salah dan belum optimal dalam pembelajaran matematika di sekolah. Guru sebagai salah satu pusat dalam proses pembelajaran di kelas masih memandang bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dari pengajar kepada peserta didik. Hal ini akan membuat siswa menjadi pasif.

Guru berperan penting dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam kelas. Oleh sebab itu pemilihan metode pembelajaran yang sesuai sangat penting, terutama berkenaan dengan pemahaman siswa, karena pemahaman siswa yang kurang akan berpengaruh terhadap proses berikutnya yaitu aplikasi dalam penghitungan matematika.

Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematika akan berakibat pada rendahnya pemahaman konsep siswa dan berfikir kreatif siswa yang akan bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa. Peningkatan pemahaman


(41)

18

konsep dan berfikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta berfikir secara kreatif terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan berfikir kreatif dan sikap terhadap matematika siswa adalah dengan melaksanakan pendekatan pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru. Pendekatan pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mempunyai daya kreatif dalam menguasai matematika.

Dalam upaya peningkatan pemahaman siswa ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa aktif dalam mendefinisikan konsep, menyelesaikan permasalahan, dan membuat kesimpulan dari materi pelajaran, maka diperlukan kreativitas siswa dalam interaksi belajar mengajar. Pada dasarnya kreativitas adalah generator penggerak dan pembangkit dinamika untuk aktif.

Dalam pembelajaran yang telah berlangsung berabad-abad, guru menjelaskan secara lisan, sedangkan peserta didik diminta mendengarkan dengan tertib. Selanjutnya, peserta didik disuruh menghafal banyak konsep guru. Takut waktu yang ditentukan pada kurikulum tidak selesai. Pembelajaran yang demikian mengebiri peserta didik. Peserta didik menjadi terbatas di dalam kelas dan akan mempersempit pola pikir mereka. Apalagi, pada pelajaran matematika, peserta


(42)

19

didik hanya diajar dengan membayangkan contoh-contoh, tanpa ditunjukkan bukti nyata.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan penting dalam pendidikan, khususnya penataan nalar, sikap kritis,dan menciptakan kedisiplinan. Namun banyak siswa yang memiliki anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Mereka beranggapan bahwa matematika adalah momok dalam ujian nasional maupun ujian-ujian lain. Hal tersebut disebabkan sugesti yang tertanam dalam benak seorang siswa bahwa matematika itu sulit. Sugesti tersebut muncul dari orang-orang sekitar yang mengatakan matematika itu sulit. Faktor inilah yang membuat mereka takut terhadap matematika kemudian malas untuk mempelajarinya.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika yaitu ketidakmampuan guru dalam meciptakan kondisi pembelajaran aktif. siswa hanya ditekankan pada hafalan dan kecepatan menghitung saja. Proses pembelajaran ini cenderung guru yang aktif, sehingga antusias siswa kurang dalam mengikuti pelajaran. Guru sebagai penyampai ilmu harus mampu mengajarkan matematika lebih menarik serta mengembangkan daya nalar, pemahaman, dan kreativitas siswa. Proses pembelajaran matematika yang disampaikan secara klasikal dengan menekankan siswa pada hafalan dan kecepatan menghitung saja, hanya akan membuat siswa kurang berminat mengikuti pelajaran sehingga kemampuan berpikir kreatif dan sikap terhadap matematik siswa tidak dapat tumbuh dalam pembelajaran. Selain itu juga berdampak pada pemahaman siswa yang kurang maksimal dan tidak sesuai


(43)

20

dengan tujuan yang diharapkan.

Umumnya, peserta didik kurang/tidak tertarik terhadap cara mengajar dan belajar matematika yang menggunakan cara konvensional. Ketidaksenangan peserta didik terhadap pelajaran matematika disebabkan guru tidak mampu mengajarkan materi matematika secara profesional. Dengan kata lain, guru tidak bisa/kurang menggunakan cara mengajar matematika yang bisa menumbuhkembangkan minat atau motivasi peserta didik untuk berbuat dan belajar. Pembelajaran matematika sebenarnya sangat ditentukan oleh strategi mengajar guru matematika itu. Karena itu, cara mengajar guru adalah langkah-langkah yang dirancang/dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar yang sangat dipengaruhi minat peserta didik terhadap mata pelajaran. Guru yang professional adalah guru yang selalu berpikir akan dibawa ke mana anak didiknya, serta dengan apa mengarahkan anak didiknya untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan berbagai inovasi pembelajarannya. Model pembelajaran dalam matematika bisa membangun minat dan tingkat pemahaman dan berfikir kreatif peserta didik bila model-model pembelajaran inovatif dikembangkan. Misalnya, lewat pendekatan Open ended serta pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL).

Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Munculnya


(44)

21

pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.

Seperti diketahui bahwa masalah rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika. Gambaran tersebut sebagaimana dikemukakan Anthony (1996) yang mengemukakan bahwa pemberian tugas matematika rutin yang diberikan pada latihan atau tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur dan keakuratan, jarang sekali tugas matematika terintegrasi dengan konsep lain dan juga jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Akibatnya ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung diperoleh, maka siswa cenderung malas mengerjakannya, akhirnya dia menegosiasikan tugas tersebut dengan gurunya.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Rif’at (2001) yang menyatakan bahwa pembelajaran melalui tugas matematika rutin terkesan untung-untungan. Dugaan bahwa pembelajar ingat atau lupa akan suatu rumus tidak dapat dipertahankan. Siswa berkecenderungan berpikir pasif, tidak


(45)

22

dapat berfikir secara terstruktur, dan belajar menjadi tidak atau kurang bermakna. Weirtheimer (Rif’at, 2001) juga berpendapat bahwa pembelajaran yang prosedural, seperti penerapan rumus cenderung menghilangkan kemampuan manusia untuk melihat struktur masalah secara utuh. Padahal, pemahaman akan struktur masalah merupakan pemikiran produktif. Proses-proses yang dilakukan oleh siswa dalam memilih, mengatur dan mengintegrasikan pengetahuan baru, perilaku dan buah pikirannya akan mempengaruhi keadaan motivasi dan sikapnya dan pada akhirnya akan berhubungan dengan strategi belajarnya (Weinstein & Mayer dalam Anthony, 1996).

Tugas dalam pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa berpartisipasi aktif, mendorong pengembangan intelektual siswa, mengembangkan pemahaman dan ketrampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi masalah, pemecahan masalah dan penalaran matematika, mamajukan komunikasi matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifitas manusia, serta mendorong dan mengembangkan keiinginan siswa mengerjakan matematika (NCTM, 1991; Silver, 1985). Pendekatan pembelajaran open ended dengan karakteristiknya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa, salah satunya adalah kemampuan berfikir kreatif siswa.

Selain pendekatan pembelajaran open ended yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa, sikap terhadap matematika siswa juga


(46)

23

memberikan andil dalam meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa. Sikap terhadap matematika siswa mempengaruhi bagaimana ia “menyambut” pelajaran matematikanya. Keyakinan yang salah, seperti menganggap matematika sebagai pelajaran yang sangat sulit, sangat abstrak, penuh rumus, dan hanya bisa “dikuasai” oleh anak-anak jenius, menjadikan banyak siswa yang cemas berlebihan menghadapi pelajaran dan ulangan/ujian matematikanya. Padahal kecemasan yang berlebihan tentulah berdampak negatif terhadap hasil ujian/ulangan yang diperoleh dan juga kemampuan high order thinking siswa, salah satunya adalah kemampuan berfikir kreatif siswa.

Bagaimanapun, para guru memegang peran penting dalam membangun keyakinan siswa terhadap matematika. Apa yang diyakini siswa, sebagian besar berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama belajar matematika sebelumnya. Untuk memberi pengalaman kepada siswa bahwa pelajaran matematika itu mudah, tidak semuanya abstrak, tidak hanya berisi rumus-rumus, dan bisa diikuti oleh semua siswa, tentulah memerlukan kemauan dan kemampuan guru dalam memilih pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran matematika yang tepat dalam proses pembelajaran sebelumnya. Hasil dari cara guru dalam mengajar akan mempengaruhi sikap terhadap matematika siswa dan sikap terhadap matematika siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya.

Sikap yang positip terhadap matematika merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak sejak dini mengingat sikap dapat menjadi dasar untuk disposisi, dasar untuk bertindak, dasar untuk berubah, dan dasar untuk


(47)

24

belajar (Chapman, 2008). Pehkonen, et.al., (2003) bahkan menyatakan bahwa antara belief terhadap matematika dan belajar matematika saling berkaitan membentuk suatu proses yang melingkar. Bagaimana matematika diajarkan di kelas, sedikit demi sedikit, mempengaruhi sikapsiswa terhadap matematika. Juga sebaliknya, sikap mempengaruhi bagaimana cara siswa “menyambut” pelajaran matematikanya. Dari uraian diatas diyakini bahwa sikap yang yang positif terhadap matematika akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Ketuntasan belajar matematika siswa rendah

2. Pendekatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah tidak menggunakan pendekatan open ended

3. Pendekatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah tidak menunjukan upaya untuk meningkatkan kemampuan berfikir kretif siswa terhadap matematika

4. Pembelajaran di kelas masih didominasi guru (teacher centered)

5. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru masih menggunakan metode konvensional

6. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa rendah


(48)

25

8. Pembelajaran hanya menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill soal dengan mengulang prosedur serta lebih banyak menggunakan rumus atau algoritma tertentu

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka masalah yang disebutkan dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah harus dibatasi. Peneliti hanya meneliti tentang:

1. Penggunaan pendekatan pembelajaran open ended untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematik siswa.

2. Sikap terhadap matematika siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.

3. Interaksi antara pendekatan pembelajaran open ended dengan sikap terhadap matematika siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematik siswa

4. Ketuntasan belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open ended.

D. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan open-ended


(49)

26

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika dengan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika?

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematik siswa?

4. Apakah ketuntasan belajar siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan

open ended lebih baik daripada ketuntasan belajar siswa dengan pembelajaran konvensional.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas , maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan open-ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional

2. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika dengan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika


(50)

27

3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematik siswa

4. Mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan open ended.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai penerapan pendekatan pembelajaran open ended dan sikap terhadap matematika siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

2. Bagi siswa, melalui penerapan pendekatan pembelajaran open ended

diharapkan akan muncul sikap yang positif terhadap matematika dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

3. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan dan rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang sejenis.

G. Asumsi dan Keterbatasan

Dalam penelitian ini akan dilakukan di SMAN Unggul Binaan Bener Meriah. Diasumsikan dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tes matematika permutasi dan kombinasi. Selanjutnya setiap siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung dalam penelitian berperan aktif dalam kegiatan kelompok, tidak didominasi oleh seorang saja dalam kelompok tersebut.


(51)

28

Dalam penelitian pendekatan open ended, penulis dalam penelitian ini sebagai motivator dan fasilitator hanya pada materi tersebut serta menyajikan perangkat pembelajaran, seperti soal tes berorientasi open ended yang terdiri dari Pretes dan Postes, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembaran Aktivitas Siswa (LAS) dan soal-soal Pekerjaan Rumah (PR) untuk memecahkan masalah selama penelitian. Sedangkan perangkat-perangkat yang lain seperti remedial, pengayaan, dan penuntun belajar lainnya tidak disajikan dalam penelitian ini.

H. Definisi Operasional

Beberapa istilah dalam penelitian ini perlu didefenisikan secara operasional agar tidak menimbulkan kesalahfahaman dan untuk memberi arah yang jelas dalam pelaksanaannya penelitian. Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Pendekatan Open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban yang benar sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.

2. Sikap terhadap matematika siswa adalah rasa suka, tidak suka, senang, tidak senang siswa terhadap matematika. Siswa yang belajar sungguh-sungguh, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai tepat waktunya,


(52)

29

memperhatikan penjelasan guru, dan merespon dengan baik tantangan, ini menunjukkan siswa bersikap positif.

3. Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang melibatkan komponen-komponen: demonstrasi oleh guru, menjelaskan materi dan konsep matematika, memberikan contoh-contoh penyelesaian masalah, bertanya bila tidak dimengerti dan memberikan soal-soal sebagai latihan untuk dikerjakan di kelas maupun di rumah.

4. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah yang melibatkan keterampilan:

a. Kelancaran (Fluency), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan,

b. Keluwesan(flexibility) yaitu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah,

c. Elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci dan

d. Keaslian (originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara yang asli atau tidak klise.


(53)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data selama penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif matematik siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan open ended dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional dan ditinjau dari sikap terhadap matematika siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi pendekatan open ended dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diberi pendekatan open ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Adapun gain ternormalisasi dengan pendekatan open ended yaitu 0,6575 dan gain ternormalisasi dengan pembelajaran konvensional yaitu 0,3736. Sedangkan uji analisis statistik menunjukan nilai F 142,856 dengan nilai signifikansi 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa dengan sikap positif terhadap matematika dibandingkan dengan dengan sikap negatif terhadap matematika. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap


(54)

151

matematika. Adapun gain ternormalisasi siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika yaitu 0,5795 dan gain ternormalisasi siswa yang mempunyai sikap negatif terhadap matematika yaitu 0,4453. Sedangkan uji analisis statistik menunjukan nilai F 22,483 dengan nilai signifikansi 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05.

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan sikap siswa terhadap matematika terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa interaksi antara faktor pembelajaran dengan sikap terhadap matematika siswa mempunyai nilai F yaitu 0,488 dengan nilai signifikansi 0,489. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05. Dengan kata lain bahwa pembelajaran dengan pendekatan open

ended memberikan keuntungan bagi semua sikap terhadap matematika siswa

(positif dan negatif).

4. Ketuntasan belajar siswa yang diajar dengan pendekatan open ended lebih baik dibandingkan ketuntasan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Ketuntasan siswa yang diajar dengan open ended yaitu 90,48% dan ketuntasan siswa yang diajar dengan konvensional yaitu 23,81%. Secara klasikal pembelajaran dengan pendekatan open ended telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

Pembelajaran dengan pendekatan open ended juga membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu, dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaandalam belajar kelompok. Selain itu selama proses pembelajaran


(55)

152

berlangsung siswa juga terlihat tidak bosan belajar. Hal ini terlihat dari antusias, semangat belajar, dan tumbuhnya sikap saling menghargai serta keberanian dalam menyampaikan suatu pertanyaan atau tanggapan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil belajar ini. Rekomendasi tersebut sebagai berikut:

1. Kepada guru

Pembelajaran dengan pendekatan open ended merupakan salah satu alternatif bagi guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa dan ketuntasan belajar siswa. Guru disarankan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri, kreatif, dan saling bekerjasama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan open ended di kelas, sebaiknya guru membuat antisipasi terhadap respon yang mungkin muncul dari siswa, sehingga dapat memberikan scaffolding yang tepat untuk kondisi siswa dan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Penyediaaan waktu yang cukup untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan open ended harus dipertimbangkan untuk keberhasilan dalam melakukan pembelajaran.


(1)

1

Anthony, G. 1996. Classroom Instructional Factors Affecting Mathematics Stidents’ Strategics Learning Behaviours. Dalam Philip C. Clarkson (editor) Technology in Mathematics Education. Australia : Mathematics Educatiuon Research Group of Australia.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Barak, Moses. & Doppelt, Yaron. 2000. Using Portfolio to Enhance Creative Thinking. The Journal of Technology Studies Summer-Fall 2000, Volume XXVI, Number 2. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals.

Briggs, M & Davis, S. 2008. Creative Teaching Mathematics in the Early Years & Primary Classrooms. Madison Ave, New York, USA

Harris, R. (2000). Kriteria for Evaluating a Creative Solution. [Online]. Tersedia: http://www.virtualsalt.com/creative.htm.

Chapman, Olive. 2008. Self-Study in Mathematics Teacher Education. [Online]. Tersedia:www.unige.ch/math/EndMath/Rome2008/All/Papers/CHAPMA N.pdf.

de Bono, E. 2000. Lateral Thinking. Baltimore: Penguin Books.

Depdiknas . 2006. Kurikulum 2006 (KTSP). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Evans, James R. 1991. Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co. Infinite innovation. Ltd. 2001. (2001).

Creativity and Creative Thinking.

http://www.brainstorming.co.uk/tutorials/tutorialcontents.html.

Feldmann, M.B. 2001. Open-Ended Math Project. EDU658. [Online]. Tersedia: Http://www.nku.edu/~mathed/fifthgradeproblp.pdf.

Guntur, M. 2004. Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Hamzah. 2003. Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung Melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Disertasi pada PPS UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Harris, R. 2000. “Introduction to Creative Thinking”[Online]. Tersedia:


(2)

Haylock, Derek. 1997. RecognisingMathematical Creativity in Schoolchildren. http:/www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publication/zdm ZDM Volume 29 (june 1997) Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: depdikbud

Ibrahim. 2006. pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa smp dalam matematika melalui pendekatan advokasi dengan penyajian masalah open-ended. Tesis. PPS. UPI Bandung : tidak diterbitkan

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press,Inc.

Johnson, E. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.

Krutetskii, V.A.1976. The Psychology of Mathematical Ability in Schoolchildren. Chichago: The University Of Chichago Press.

Livne, N.L. 2008. Enhanching Mathematical Creativity through Multiple Solution to Open-Ended Problems Online. [Online] Tersedia: http://www.iste.org/Content/NavigationMenu/Research/NECC_Research_P aper_Archives/NECC2008/Livne.pdf

Mann, E. L. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Connecticut. [Online]. Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/Siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf.

Martin. 2009. Convergent and Divergent Thinking. [Online] Tersedia: http://www.eruptingmind.com/convergent-divergent-creative-thinking/ McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open

University Press

Meltzer, D.E. 2002. Addendum to :The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [On Line]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain. [ Mina, E. 2006. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Mulyadi, S. 2004. Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Mulyana, T. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMA Jurusan IPA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Munandar, S.C.U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.


(3)

Munandar, S.C.U. 1977. Creativity and Education. Disertasi Doktor, Universitas Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Munandar, S. C. U. 2004. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM

Noer, S.H. 2006. Pembelajaran Open-ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Nohda, N. 2000. Learning and Teaching Through Open-ended Approacrh Method. Dalam Tadao Nakahara dan Masataka Koyama (editor) Proceeding of the 24th of the Intenational Group for the Psychology of Mathematics Education. Hiroshima : Hiroshima University.

Norjoharuddeen B, Mohd Nor. 2001. Belief, Attitudes and Emotions in Mathematics Learning. Makalah disajikan pada diklat PM-0917. Penang: Seameo Recsam. NRC.1989. Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics

Education. Washington DC: National Academy Press

Park, H. 2004. The Effects of Divergent Production Activities with Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online] Tersedia: http://txspace.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/2228/etd-

tamu-2004;jsessionid=BE099D46D00F1A54FDB51BF2E73CC609?sequence=1. Pehkonen, Erkki. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity.

Pehnoken, E. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik (ZDM)–The International Journal on Mathematics Education. [Online] Tersedia:http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm 973a1.pdf.

Pehkonen, et.al. 2003. On Pupils’Self Confidence in Mathematics: Gender Comparison. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ Peraturan Menteri (Permen). 2006. Standar Isi. Depdiknas: Jakarta

Rif”at, M. 2001. Pengaruh Pola-Pola Pembelajaran Visual dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah-Masalah Matematika (Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Kalimantan Barat). Disertasi. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(4)

Ruggiero, Vincent R. 1998. The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought. New York: Longman, An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc

Ruhdiani. 2012. peningkatan kemampuan pemahaman dan sikap positif terhadap

matematika siswa madrasah ibtidaiyah melalui pembelajaran dengan pendekatan CTL. PPS UNIMED : Medan. Tidak Dipublikasikan.

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H.E.T. 1998. Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russeffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sanjaya W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Semiawan, C., Munandar, A.S., dan Munandar, S.C.U. 1987. Memupuk bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Petunjuk untuk Guru dan Orang Tua. Jakarta:Gramedia.

http://repository.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0707085_chapter1.pdf

Siahaan, Friska Bernadette. 2011. Pengaruh Strategi REACT dan Sikap Siswa terhadap Matematika dalam peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed

Silver, R. E. 1996. Research on Teaching Mathematical Problem Solving : Some Underrepresented Themes and Needed Directions. Dalam Edwar A. Silver (editor) Teaching and Learning Mathematical Problem Solving : Multiple Research. New Jersey : Lawrence Earlbaum Associates Publisher. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in

Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik (ZDM) – The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia di: http://www.emis.de /journals/ZDM/zdm973a3.pdf. ISSN 1615-679X.

Silver, E. A. and Smith, M. S. 1996. Building Discourse Communities in Mathematics Classroom: A Worthwhile but Challenging Journey. Years Book 1996 Ed. Elliot, Portia dan Kenney, Margaret. Communication in mathematics K-21 and Beyond. USA: NCTM


(5)

Sinaga, B. 1999. Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) pada kelas I SMU dengan bahan kajian Fungsi Kuadrat. Tesis. Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.

Sudiarta, I Gst. Putu. 2006. Penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan lkm untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar mahasiswa mata kuliah pengantar dasar matematika semester ganjil tahun 2004/2005. Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, no. 2 th.XXXIX, april 2006

Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sudjana, Nana. 1990. Apa dan Mengapa Mengajar. Bandung: sinar Baru Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.

Suherman, E dan Winataputra, U. S. 1992. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.

Suherman, Erman; dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsio

Suryanto. 2001. Aspek Afektif Hasil Pembelajaran Matematika. Laporan Penelitian. UNY. Tidak dipublikasikan

Suzana, Yenny. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis. PPS. UPI Bandung : tidak diterbitkan Tarmidi, R.D.S. 2006. Matkita : profil, (online), (www.matkita.com)

Tim Dosen. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed

Torrance, E.P. 1969. Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association.

Wahyudin dan Sudrajat. 2003. Ensiklopedi Matematika dan Peradapan Manusia. Jakarta : Tatity Samudra Berlian


(6)

Worthington, M. 2006. Creativity Meets Mathematics. [Online] Tersedia: http://www.childrens-mathematics.net/creativity_meets_mathematics.pdf. Yamane, Taro. 1967. Elementary Sampling Theory. Eagle Wood Cliffs, Prentice Hall.