NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU INDUSTRI TAHU DENGAN VARIASI DEBIT UDARA PRIMER.

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR
INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU INDUSTRI TAHU DENGAN VARIASI DEBIT
UDARA PRIMER

Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat
untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir
pada Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh
DIDIK ARI WIBOWO
D 200 070 024

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

0

1


Inovasi Teknologi Tungku Pembakaran Industri Tahu Dengan
Variasi Debit Udara Primer
Didik Ari Wibowo, Sartono Putro, Nur Aklis
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
Email : Gewolcaem@yahoo.com
ABSTRAKSI
Tungku adalah alat bantu yang umumnya terbuat dari tanah liat atau susunan
batu bata yang digunakan dalam proses pembakaran dengan bahan bakar padat,
briket, atau sampah organik untuk proses memasak didapur.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kinerja dari tungku
pembakaran menggunakan variasi debit udara primer 0,020 m3/s, 0,023 m3/s, 0,026
m3/s terhadap pengaruh temperatur tungku, temperatur air pendidihan, laju
kebutuhan bahan bakar, dan efisiensi thermal persatuan waktu dengan
menggunakan bahan bakar sekam padi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi debit udara mempengaruhi
besarnya temperatur pembakaran tungku, waktu pendidihan air, laju kebutuhan
bahan bakar, efisiensi termal pada tungku tersebut. Maka dapat disimpulkan pada
penelitian dari ketiga variasi debit udara tersebut didapatkan semakin rendah debit

udara semakin lama waktu pendidihan air, tetapi kebutuhan bahan bakar sedikit dan
efisiensi thermal tinggi, sedangkan semakin tinggi debit udara semakin cepat waktu
pendidihan air, tetapi kebutuhan bahan bakar banyak dan efisiensi tungku rendah.
Efisiensi thermal tungku tertinggi dihasilkan dari pengujian variasi debit udara primer
0,023 m3/s.

Kata Kunci: Tungku Pembakaran, Sekam Padi, Efisiensi Thermal Tungku

2

Negara

PENDAHULUAN

Indonesia

banyak

terdapat industri kecil seperti industri


Latar Belakang
Konsumsi bahan bakar fosil dan

tahu, industri tempe dan lainnya.

penyediaan sumber daya alam yang

Kebanyakan dalam proses memasak

semakin meningkat adalah masalah

masih menggunakan

yang

penting

untuk

pembakaran sederhana yang bentuk


hidup

dimasa

mendatang.

kelangsungan

tempat tungku

dan modelnya belum pernah ada

Jumlah

penduduk yang sangat tinggi membuat

teorinya,

kebutuhan bahan bakar fosil semakin


pembuatan dari nenek moyang dan

meningkat

turun menurun sampai sekarang.

sehingga

berkurangnya

sumber energi fosil seperti gas bumi,
minyak

bumi,

sebagainya.

batubara


dan

Berkurangnya

pengolahan tahu, kebanyakan industri

sumber

kecil

tetapi dengan tungku yang pakai
sekarang, panas yang dihasilkan untuk

didapatkan karena penebangan hutan
untuk

sehingga

memenuhi


merebus air masih kurang maksimal,

keterbatasan

kebutuhan

dikarenakan tidak berpusatnya api dan

yang

kurang stabilnya api yang dihasilkan.

menyebabkan harga kayu meningkat.
Untuk

mengurangi

Banyak

atau tidak proses pemasakan. Akan


kayu, tetapi sekarang kayu juga sulit
liar

bakarnya.

padi

air pada ketel yang menentukan cepat

yang

menggunakan energi alternatif. Misal

secara

bahan

sekam


sedikitnya uap panas hasil perebusan

energi yang terus meningkat. Dalam
banyak

menggunakan

sebagai

kegiatan industri mengakibatkan harga
industri

berdasarkan

Pada proses memasak pada

lain

energi di dunia yang digunakan untuk


kegiatan

hanya

Dengan

beban

mendesain

ulang

tungku yang lebih efisien, diharapkan

masyarakat khususnya di pedesaan

panas yang dihasilkan dapat terpusat

yang masih sangat tergantung dengan


pada ketel, sehingga panas yang

bahan bakar minyak bumi dibutuhkan

dihasilkan lebih besar dan stabil agar

energi alternatif yang bisa diperbaharui

air cepat menguap, sehingga dapat

murah dan mudah didapatkan disekitar

menekan

mereka. Contohnya serbuk gergaji,

biaya

produksi

dan

menghemat bahan bakar yang dipakai

sekam padi, kayu bakar dan lain-lain.

tentunya.

Bahan bakar tersebut memiliki potensi
yang sangat besar untuk menjadi
bahan bakar alternatif di masyarakat
pedesaan.
3

Rumusan Masalah
1. Bagaimana
tungku

dan

pengaruh

pengaruh

Variasi

pembakaran

kinerja

pembakaran

pada

melubangi

proses

seperempat

mati dan asap yang dihasilkan pun

digunakan

tidak banyak. ”Semakin banyak udara
masuk maka proses pembakaran lebih
cepat

kecepatan udara diabaikan.

dan

polusi

asap

semakin

sedikit,” ucapnya.
Supriyatno.dkk (1994), Tungku

Tujuan Penelitian

berskala rumah tangga dan industri

Mengetahui bagaimana kinerja
tungku

perajin sebagai alat untuk proses

pembakaran

menggunakan Variasi Debit

memasak telah dikembangkan dan

Udara

disebarluaskan

Primer terhadap pengaruh temperatur

program

tungku, temperatur air pendidihan,

pengembangan

kebutuhan bahan bakar, dan efisiensi

masyarakat.
percontohan
melalui

TINJAUAN PUSTAKA
(2006),
selain

dinilai

melalui

berbagai

penelitian

dan

,

baik

oleh

DIP

pemerintah maupun lembaga swadaya

thermal persatuan waktu.

pembakaran

pada

yang

pembakaran sehingga bara api tidak

5. Rincian tentang perhitungan variasi

Bulgan

saringan

agar oksigen dapat masuk ke ruang

dengan

adalah sekam padi.

dari

dijadikan

turun ke bagian bawah tungku selain

Variasi Debit Udara Primer.
yang

kaleng.

agar debu hasil pembakaran dapat

dianggap seragam.

bakar

bawah

menjelaskan, saringan ini berfungsi

2. Kondisi temperatur udara sekitar

desain

digunakan

ketinggian kaleng. Lebih lanjut, Bulgan

perhitungan

rancangan tungku diabaikan.

3. Menggunakan

bisa

bagian

ditempatkan

Batasan Masalah

4. Bahan

juga

Kemudian tutup kaleng cat dilubangi
dan

tentang

menggunakan

dibuat dari bekas kaleng cat 25 kg dan

pembakaran tungku ?

1. Rincian

tungku

untuk pupuk. Tungku mini ini bisa

2. Berapa persen efisiensi thermal
dipakai

tidak

pembakaran

Udara

Primer ?

yang

Sebab,

minyak tanah dan debu dari bekas

terhadap

Debit

lingkungan.

cara

Beberapa
yang

tungku

dikembangkan

modifikasi

misalnya

adalah Tungku modifikasi singer oleh

tungku

LFN-LIPI. Tungku lowon oleh Dian

efektif,

Desa, Tungku Tahu Industri Rakyat

efisien, juga aman bagi masyarakat
4

dan Tungku Rumah Tangga Modifikasi

yang tidak linear dan panjang api

DJLEB, juga Tungku Sumarni yang

berkurang.

dikenal melalui lomba tungku hemat

Ismun (1998), tungku adalah

energi tingkat nasional prakarsa Ditjen

tempat

ketenagaan.

Hasil

sedemikian

Tungku

Modifikasi

pengembangan

perapian

yang

rupa

dibentuk

sehingga

dapat

Singer

digunakan untuk memasak. Ada tiga

disebarluaskan ke desa-desa berbagai

unsur penting yang harus dipenuhi

tempat di Pulau Jawa dan Lampung

agar suatu alat dapat disebut tungku,

dan diberbagai Desa diluar Pulau

yakni

Jawa

melalui

meletakkan sesuatu, api yang ada

Sistim

Padat

program
Karya

Teknologi
Departemen

tempat

(dudukan)

didalamnya,

berfungsi

Tenaga Kerja. Sedangkan Tungku

memanaskan

dalam

Sumarni, tungku terbaik dalam lomba

sesuatu.

untuk
untuk

memasak

tungku hemat energi disebarkan di
desa-desa di dalam dan luar Pulau

Proses Pembakaran

Jawa.
Sujono,
mengemukakan
yang

dkk.

(2002),

bahwa

parameter

mempengaruhi

Pembakaran

oksidasi cepat bahan bakar disertai
dengan produksi panas, atau panas

karakteristik

dan cahaya. Pembakaran sempurna

pembakaran adalah kondisi bentuk

bahan bakar terjadi hanya jika ada

aliran udara yang masuk ke ruang

pasokan oksigen yang cukup.

bakar dan kecepatan injeksi bahan

Oksigen (O2) merupakan salah

bakar. Hasil penelitian menunjukan
bahwa

kenaikan

kecepatan

satu elemen bumi paling umum yang

udara

jumlahnya

sekunder pada kondisi AFR ( Air Fuel
Ratio

)

primer

dengan

kecepatan

konstan

temperature

akan

berkurang.

kecepatan

udara

untuk mengubah cairan atau padatan
menjadi gas. Bahan bakar gas akan
terbakar pada keadaan normal jika

pada

terdapat udara yang cukup.

kondisi laju aliran massa bahan bakar
dengan

kecepatan

udara

konstan

akan

perubahan

temperature

dari

dibakar. Biasanya diperlukan panas

hasil

Sedangkan

sekunder

20.9%

harus diubah ke bentuk gas sebelum

pembakaran dan panjang nyala api
cenderung

mencapai

udara. Bahan bakar padat atau cair

udara

menaikan

maksimum

merupakan

Hampir

primer

79%

udara

(tanpa

adanya oksigen) merupakan nitrogen,

mengakibatkan

dan

maksimum

sisanya

merupakan

elemen

lainnya. Nitrogen dianggap sebagai
5

pengencer yang menurunkan suhu

dengan oksigen (O2) dari udara. Hasil

yang

pembakaran

harus

oksigen

ada

yang

pembakaran.

untuk

mencapai

dibutuhkan

Nitrogen

untuk

yang

utama

adalah

karbondioksida (CO2), uap air (H2O),

mengurangi

dan disertai energi panas.

efisiensi pembakaran dengan cara

Reaksi kimia dari proses pembakaran

menyerap panas dari pembakaran

adalah sebagai berikut:

bahan bakar dan mengencerkan gas

C

buang.

Nitrogen

juga

mengurangi

+ O2

CO2

2H2+ O2

transfer panas pada permukaan alat

2H2O

penukar panas, juga meningkatkan

Bahan bakar + Jumlah udara

volum hasil samping pembakaran,

Karbondioksida + Uap air + Nitrogen

yang juga harus dialirkan melalui alat

dan gas-gas lainnya (kecuali oksigen)

penukar panas sampai ke cerobong.
Nitrogen

ini

juga

Komposisi Bahan Bakar

dapat

Sekam padi adalah kulit terluar

bergabung dengan oksigen (terutama

dari gabah yang banyak terdapat di

pada suhu nyala yang tinggi) untuk

penggilingan padi. Sekam padi sendiri

menghasilkan oksida nitrogen (NOx),

merupakan

yang merupakan pencemar beracun.
bakar

bercampur

lemma

dan

pelea

yang

Tabel 1. Komposisi Kimia Sekam

masing-masing

Menurut Suharno (1979)

8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal.
Pada kondisi tertentu, karbon juga
dapat

bergabung

membentuk

dengan

karbon

oksigen

monoksida,

dengan melepaskan sejumlah kecil
Tabel 2. Komposisi Kimia Sekam

panas (2.430kkal/kg karbon). Karbon
terbakar yang membentuk CO2 akan
menghasilkan lebih banyak panas per
satuan bahan bakar dari pada bila
menghasilkan CO atau asap.
Proses
reaksi

kimia

pembakaran
antara

bahan

saling

bertautan (Tim Cahaya, 2008).

dioksida, uap air dan sulfur dioksida,
panas

yang

yang terdiri dari dua belahan yaitu

dengan

oksigen di udara membentuk karbon
melepaskan

keras

membungkus kariopsis butih gabah

Karbon, hidrogen dan sulfur dalam
bahan

lapisan

adalah
bakar

6

yang dibutuhkan suatu benda (zat)

Menurut DTC-IPB

bergantung pada 3 faktor sebagai
berikut: ( sidik, 2008 )
1. massa zat
2. jenis zat
3. perubahan suhu
Karakteristik kandungan pada
komposisi

sekam

Kalor pada suhu antara 270 s/d

padi

1000 dapat dicari dengan persamaan

( polisakarida) / (C6H10O5)
Sifat

fisika

sekam

sebagai berikut :

padi

(Endang

Q = m . cp . ΔT...............(3)

Mastuti W, 2005) sebagai berikut:
Berat molekul

Dimana :

: 41240 gram/mol

Q = Kalor yang dibutuhkan (kJ)

(Branca dkk., 2004)

m = massa benda (kg)

Suhu pembakaran : 100oC s/d 900oC

cp = kalor jenis air=(4,2 kJ/kgoC)

Nilai kalor C6H10O5: 3.300 Kkal/kg

ΔT =(t2-t1) perubahan suhu (oC)

(Ir. Dorlan Sipahutar)

Sifat kimia sekam padi sebagai
Kalor pada saat air mendidih

berikut:
1. Reaksi

pembakaran

dapat

sempurna

dicari

dengan

persamaan

sebagai berikut :

teoritis sekam padi menghasilkan

Q = m . hfg....................(4)

gas karbondioksida dan uap air.

atau

Reaksi:

Q = m . HHV................(5)

Bunga api

C6H10O5 + 6O2

6CO2 +5H2O ..(1)

Dimana :
2. Reaksi
sekam

pembakaran
padi

di

sempurna

alam

Q = Kalor yang dibutuhkan (kJ)

terdapat

m = massa uap hasil ketel (kg)

kandungan nitrogen yang berasal

hfg= panas uap laten (kJ/kg)

dari udara pembakaran.
Reaksi:

HHV= Nilai kalor tertinggi (kJ)
Bunga api

C6H10O5+6O2+ 4N2

6CO2+5H2O+4N2+

m dapat diketahui dari volume

heat..(2)

air yang berubah menjadi uap pada
ketel dengan persamaan sebagai

Kalor
Dari

hasil

percobaan

berikut :

yang

vair menjadi uap = va - vb .....(6)

sering dilakukan besar kecilnya kalor
7

Dimana :
vair menjadi uap = volume air berubah
manjadi uap (m3)

va

= volume air awal (m3)

vb

= volume air akhir (m3)
Diketahuinya vair

sehingga

m

dapat

menjadi

dicari

uap

,

dengan

persamaan sebagai berikut :
m

= ρ . vair menjadi uap...(7)

Dimana :
m

= masa uap ketel (kg)

ρ

= massa jenis uap air
(100o C = 0,598 kg/m3)

vair menjadi uap= volume air berubah
manjadi uap (m3)

Kalor

yang

dihasilkan

dari

proses pembakaran dapat dihitung
dengan

menggunakan

persamaan

sebagai berikut :
(Syamsir, 1988;47)
Qf

= W f . (LHV) . ηf ....(8)

Keterangan :
Qf = Kalor yang dihasilkan (kJ)
Wf= Pemakaian BB (kg)
LHV=Nilai kalor terendah (kJ/kg)
ηf =Efisiensi dapur 0,90 s/d 0,97

8

METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Mulai

Pembuatan desain
alat
Pembuatan
alat
Uji coba alat dengan bahan bakar sekam

Pengujian 1
pengambilan data
temperatur,
pengurangan
volume air,
penggunaan bahan
bakar, dengan
variasi debit udara
0,020 m3/s

Pengujian 2
pengambilan data
temperatur,
pengurangan
volume air,
penggunaan bahan
bakar, dengan
variasi debit udara
0,023 m3/s

Pengujian 3
pengambilan data
temperatur,
pengurangan
volume air,
penggunaan bahan
bakar, dengan
variasi debit udara
0,026 m3/s

Analisis data dan
penarikan kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

9
10

INSTALASI PENGUJIAN

Gambar 2. Instalasi Tungku
Pembakaran
Keterangan gambar:

7. Cerobong asap

1. Pintu pembakar Primer

8. Blower

2. Pintu pembakar Skunder

9. Thermokopel 1

3. Tangga turunnya bahan bakar

10.Thermokopel 2

4. Ruang bakar

11.Thermokopel 3

5. Tangki/ Drum

12.Thermokopel 4

6. lubang keluar asap

10

dari dua belahan yaitu lemma

Cara kerja dari tungku tersebut :
Kinerja
tersebut

dari

dimulai

dari

tungku

dan pelea yang saling bertautan

proses

(Tim Cahaya, 2008).

pembakaran ruang bakar, yang
bahan bakarnya masuk melalui

Peralatan

lubang masukan primer kemudian

1. Stopwatsh

menggunakan
terletak

di

blower

yang

2. Timbangan manual

depannya

untuk

3. Blower

mengaliri debit udara 0,020 m3/s,

4. Anemometer Digital

0,023 m3/s, 0,026 m3/s.

5. Thermokopel

Energi kalor dari proses

6. Reaktor Pembakaran

pembakaran bahan bakar dari
sekam

padi

digunakan

7. Drum Air

untuk

menaikkan suhu temperatur air

Langkah-langkah

yang ada pada drum sehingga air

penelitian sebagai berikut:

yang

1. Menimbang

ada

dalam

drum

akan

dalam

bahan

sekam

mendidih dan menghasilkan uap

padi yang akan digunakan

panas. Asap hasil pembakaran

sebagai

akan tersaring dan terbuang pada

penelitian (kg).

cerobong,
dapat

sehingga
ditekan

bahan

bakar

polusinya

2. Mengisi air pada tangki air

seminimal

sampai 80-90% dari volume

mungkin.

tangki.
3. Membuat

Bahan Penelitian

bara

api

dari

serutan kayu dan sekam padi.

Sekam padi.

4. Memulai proses perebusan air

Sekam padi adalah kulit

dan

terluar dari gabah yang banyak

mencatat

waktu

awal

penyalaan (menit).
5. Mengukur panas (oC) mulai

terdapat di penggilingan padi.
Sekam padi sendiri merupakan

dari

lapisan keras yang membungkus

depan, api langsung, ketel air,

kariopsis butih gabah yang terdiri

cerobong bawah,

10
11

tungku

pembakaran
cerobong

atas setiap 20 menit sekali

1. Temperatur Tungku

sampai air mendidih.
6. Mencatat waktu air mendidih
(menit)
7. Mengukur panas (oC) setelah
air mendidih pada ketel mulai
dari

tungku

pembakaran

depan, api langsung, ketel air,
cerobong bawah,

cerobong

atas.

Gambar 11.

8. Mengukur panas (oC) setelah
air

mendidih

20

Hubungan antara

temperatur tungku dengan waktu

menit

selama proses pengujian.

sesudahnya sampai 60 menit
mulai dari tungku pembakaran

Dari gambar 11. diketahui

depan, api langsung, ketel air,
cerobong bawah,

diketahui bahwa meningkatnya

cerobong

temperatur

atas.

dihasilkan

9. Mencatat waktu berakhirnya

pembakaran

proses pengujian. Suhu terendah

Mematikan api dan mengukur

pada

berat

diketahui

abu

dari

yang

dibandingkan dengan lama waktu

proses pembakaran.

dari

tungku

sekam

hasil

awal

proses

pengujian

pengujian

pertama

pembakaran (kg) dan mengukur

dengan

volume air isian ketel (m3).

dengan debit udara 0.020 m3/s

menggunakan

blower

pada temperatur 744oC, pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
dari

dan

penelitian

waktu 20 menit pertama. Selama

pembahasan
yang

proses pembakaran, pada poses

sudah

pengujian terakhir menggunakan

dilakukan didapatkan perbedaan

blower dengan debit udara 0.026

temperatur

m3/s,

pada

setiap

percobaan :

suhu

sampai

10
12

tungku

batas

meningkat

tertinggi

yang

diketahui

pada

temperatur

pengujian dengan menggunakan

1071 C, pada waktu 80 menit,

blower dengan debit udara 0,020

kemudian temperatur mengalami

m3/s dengan waktu

ketidakstabilan.

pada titik didih 98oC, sedangkan

o

Dari
diketahui
tungku

hasil

pengujian

bahwa

temperatur

mengalami

waktu pendidihan paling cepat
diketahui pada dengan waktu 80
menit pada titk didih 97oC dengan

perubahan

debit udara 0,026 m3/s. suhu

yang signifikan, dengan variasi
debit

udara

menggunakan

yang dicapai dalam percobaan

langsung

blower.

cenderung stabil yaitu dengan

Tetapi

tekanan 1 atm.

udara yang masuk ke dalam
ruang tungku jg tergantung dari
temperatur

keadaan

100 menit

Dari

cuaca

hasil

diketahui bahwa

sekitar.

pengujian
bila

tekanan

udara kurang dari 1 atmosfer,
maka zat cair dapat mendidih di
bawah titik didih normalnya dan

2. Temperatur Air

kenaikan

tekanan

pada

permukaan air akan menaikkan
Gambar 13. Hubungan

antara

temperatur

waktu

air

dengan

atau menurunkan titik didihnya,
jadi titik didih zat cair bergantung
pada

selama proses pengujian.

tekanan

udara

di

atas

permukaan zat cair itu. Lamanya
zat cair mendidih dipengaruhi
juga

Dari gambar 13. diketahui
bahwa
yang

temperatur dan
diperlukan

paling

mendidihkan

waktu

volume

untuk

pendidihan.

lama

air

yang

diketahui

pada

volume

zat

cair

tersebut, besar atau lebarnya

mendidihkan air berbeda. Waktu
untuk

oleh

10
13

penampang

tempat

3. Laju

Kebutuhan

Bahan

pengujian berbeda. Kebutuhan

Bakar

bakar itu di pengaruhi oleh nyala
pembakaran

tungku,

semakin

besar pasokan debit udara yang
Gambar 14. Hubungan
laju

kebutuhan

antara

dihasilkan maka semakin besar

bahan bakar

pula nyala api pembakaran dan

dengan waktu selama proses

semakin

pengujian.

konsumsi

bertambah
bahan

bakar

pula
yang

dibutuhkan. Kestabilan titik api
juga akan mempengaruhi proses
Dari gambar 14. diketahui

pembakaran untuk mencapai tidik

bahwa pemakaian bahan bakar

didih air.

pada setiap pengujian berbeda.
Pemakaian Bahan bakar yang
paling

sedikit

diketahui

pada

4. Efisiensi Thermal

pengujian dengan debit udara

Efisiensi Tungku

0,020 m3/s dengan kebutuhan

1. Pengujian Untuk Mendidihkan

bahan bakar sebanyak 22,5 kg,

Air

dengan waktu terlama yaitu 150
menit,

setiap

5

Waktu dan bahan bakar

menit

menghabiskan 0,75 kg bahan

yang

bakar. Pemakaian bahan bakar

mendidihkan 1 liter air dapat

paling

diketahui dari tabel berikut :

banyak

diketahui

digunakan

untuk

pengujian dengan debit udara

Tabel 3.Tabel uji pendidihan

0,023 m3/s, sebanyak 24 kg,

air

dengan waktu tercepat yaitu 120
menit,

setiap

5

menit

menghabiskan 1 kg bahan bakar.
Dari

hasil

pengujian

diketahui bahwa laju kebutuhan
bahan

bakar

pada

setiap
10
14

2. Pengujian Untuk Merubah Air

Efisiensi Thermal Pada Tungku

Menjadi Uap Waktu dan bahan

1. Kalor pendidihan air

bakar yang digunakan untuk

Kalor

yang

diperlukan

merubah air menjadi uap dapat

untuk mendidihkan air pada

diketahui dari tabel berikut :

percobaan, diketahui dari tabel

Tabel 4. Tabel pengujian

berikut :

merubah air menjadi uap

Tabel 5.

Tabel

kalor

mendidihkan air.

Dari

hasil

pengujian

diketahui bahwa laju kebutuhan
bahan

bakar

pada

setiap
2. Kalor

pengujian berbeda. Kebutuhan
tungku,

Kalor

semakin

bahan

bakar

diperlukan

tabel berikut :

pula nyala api pembakaran dan
konsumsi

yang

pada percobaan, diketahui dari

dihasilkan maka semakin besar
bertambah

air

untuk merubah air menjadi uap

besar pasokan debit udara yang

semakin

merubah

menjadi uap

bakar itu di pengaruhi oleh nyala
pembakaran

untuk

Tabel 6. Tabel kalor merubah

pula

air menjadi uap.

yang

dibutuhkan. Kestabilan titik api
juga akan mempengaruhi proses
pembakaran untuk mencapai tidik
didih air.

10
15

3. Efisien Thermal Tungku
Efisiensi thermal tungku

perubahan suhu pada tungku
tersebut secara signifikan.

diperoleh dari hasil percobaan,

2. Temperatur Air Pendidihan
Dari
hasil
pengujian
diketahui bahwa temperatur dan
waktu yang diperlukan untuk
mendidihkan air berbeda-beda.
Waktu untuk mendidihkan air
yang terlama diketahui pada debit
udara 0,020 m3/s adalah 100
menit yang mendidih pada suhu
98oC,
sedangkan
waktu
pendidihan paling cepat diketahui
pada debit udara 0,026 m3/s
dengan waktu 80 menit yang
mendidih pada suhu 97oC. Ini
menunjukkan jika tekanan udara
kurang dari 1 atmosfer, maka zat
cair dapat mendidih di bawah titik
didih normalnya dan kenaikan
tekanan pada permukaan air
akan
menaikkan
atau
menurunkan titik didihnya, jadi
titik didih zat bergantung pada
tekanan udara di atas permukaan
zat itu. Lamanya zat cair
mendidih dipengaruhi juga oleh
besar volume zat cair tersebut.

dapat dicari dari persamaan
berikut, yaitu :
th 

kalor yang terpakai
kalor yang dihasilkan bahan bakar

Tabel 7.

Tabel

 100%

.(9)

efisiensi

thermal tungku

th

PENUTUP
Kesimpulan
1. Temperatur Tungku
Dari
hasil
pengujian
diketahui perbandingan suhu
terendah pada temperatur tungku
berselisih antara temperatur 10oC
s/d
30oC,
sedangkan
perbandingan
suhu
tertinggi
berselisih antara temperatur 30oC
s/d 50oC, ini menunjukkan bahwa
temperatur
tungku
pada
pengujian yang telah dilakukan
dengan variasi debit udara 0,020
m3/s, 0,023 m3/s, 0,026 m3/s
menunjukkan perbedaan yang
signifikan, dikarenakan udara
yang dihembuskan akan stabil
sehingga akan mempengaruhi

3. Laju Kebutuhan Bahan Bakar
Dari
hasil
pengujian
diketahui laju kebutuhan bahan
bakar yang paling sedikit pada
debit udara 0,020 m3/s dengan
kebutuhan 22,5 kg, dengan waktu
terlama yaitu 150 menit, yang tiap
5 menitnya menghabiskan 0,75
kg bahan bakar, sedangkan
pemakaian
bahan
bakar

10
16

terbanyak diketahui pada debit
udara 0,026 m3/s yaitu 24 kg,
dengan waktu tercepat 120
menit, yang tiap 5 menitnya
menghabiskan 1 kg bahan bakar.
Ini menunjukkan bahwa laju
kebutuhan bahan bakar pada
setiap pengujian berbeda – beda,
dikarenakan kebutuhan bakar itu
dipengaruhi oleh banyaknya zat
yang akan dipanaskan untuk
mencapai titik didih, semakin
banyak zat yang akan dididihkan
maka semakin banyak pula
bahan bakar yang dibutuhkan
dalam pembakaran.

padi,
didapatkan
saran
di
antaranya:
a. Pada
saat
pengujian
hendaknya kondisi lingkungan
dalam keadaan normal untuk
menjaga
kualitas
data
pengujian.
b. Sulitnya
proses
awal
penyalaan api, diharapkan
penggunaan
bahan
bakar
sekam padi sebisa mungkin
dalam
keadaan
kering,
dikarenakan
bahan
bakar
tersebut tidak mudah terbakar,
sehingga
membutuhkan
kesabaran dan waktu yang
cukup lama.
c. Pemberian bahan bakar pada
tungku diharapkan secara
kontinyu agar nyala api tidak
padam , jika nyala api padam
maka dapat mempengaruhi
suhu untuk perebusan air, dan
memperlama waktu perebusan
.

4. Efisiensi Thermal Tungku
Dari hasil pengujian diketahui
efisiansi thermal tungku yang
tertingi pada debit udara 0,023
m3/s, yaitu 76,17%, sedangkan
efisien thermal tungku terendah

d. Pengukuran temperatur pada

pada debit udara 0,020 m3/s,

masing – masing percobaan

yaitu 68,91%. Ini menunjukkan

diharapkan

debit udara kapasitas 0,023 m3/s
dibandingkan

secara

bersamaan, agar hasil dapat

yang efesiensi thermalnya paling
tinggi,

serentak

akurat.

dengan

modifikasi debit udara 0,020 dan
0,026m3/s.
Saran
Setelah
melakukan
pengujian
terhadap
tungku
pembakaran dengan modifikasi
variasi
debit
udara
yang
berbahan bakar berupa sekam

10
17

DAFTAR PUSTAKA
Bahan

Bakar & Pembakaran. Diperoleh
Http://www.energyefficiencyasia.org

02

Juli

2012

dari

D. Darmansyah. (2006). Konversi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG
Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler. Tugas
Akhir S1. Universitas Sumatera Utara.
Irzaman, Alatas H. Darmasetiawan H. Yani A. dan Musiran. (2007).
Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler,
Vol. 12, No. 3. (Juli 2010). hal 77 – 84. Departemen of Physics.
FMIPA IPB.Bogor.
Kalor Jenis Benda dan Kapasitas Kalor. Diperoleh 23 Juni 2012 dari
Http://www.suhu.org
Mastuti Endang. (2005). Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi.
Tugas akhir S1. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Maulana Rifki. (2009). Optimasi Efisiensi Tungku Sekam Dengan Variasi
Utama Pada Badan Kompor. Tugas akhir S1. Institut Pertanian
Bogor (IPB). Bogor. Diakses tanggal 31 januari 2013 dari
http://bogore.deptan.go.id
Rullyadi W. (2012). Inovasi Teknologi Tungku Pembakaran Dengan Air
Heaters Pipa Pararel. Tugas Akhir S1. Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Setyardjo, Djoko. (1993). Ketel Uap. Cetakan ketiga. Jakarta : PT.
Pradnya Paramita.
Surbakty, B. M. (1985). Pesawat Tenaga Uap I Ketel Uap. Surakarta:
Mutiara Solo.
Syamsir A. Muin. (1988). Pesawat – Pesawat Konversi Energy I (Ketel
Uap. Jakarta: CV. Rajawali.
Tungku
&
Refraktori.
Diperoleh
Http://www.energyefficiencyasia.org

10
18

02

Juli

2012

dari

10