Obat Herbal Perlu Penelitian Terpadu.
Pikiran Rakyat
o Selasa
456
20
OMar
() Rabu
7
~
22
OApr
OMei
0
() Kamis
8
23
9
10
24
OJun
Jumat
12
11
25
. SJbtuo MllIggu
26
13
27
14
28
15
29
0 Jul 0 Ags o Sep 0 Okt ONov
Obat Herbal Perlu
Penelitian
Terpadu
BANDUNG, (PR).Pusat studi atau penelitian
terpadu obat herbal sangat diperlukan untuk bisa menghasilkan obat herbal (fitofarmaka) yang terstandardisasi. Sebab untuk memperoleh obat
herbal terstandar harus melalui tahapan-tahapan yang melibatkan para ahli di bidang
botani, pertanian, kimia, farmasi, dan kedokteran.
Hal tersebut diungkapkan
Prof. Anas Subarnas dalam
orasi ilmiah Guru Besar Bidang Farmakologi Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran, Jumat (20/2) di Aula Unpad Jln. Dipati Ukur Bandung.
Lebih lanjut Anas mengungkapkan, interaksi berbagai
disiplin ilmu ini harus berada
di dalam satu koordinasi, sehingga akan memudahkan dalam pengontrolan dan evaluasi. Terlebih pengembangan
obat herbal terstandar ini memerlukan tahapan cukup panjang.
"Mulai dari pemilihan bahan yang baik dan terstandardisasi, proses ekstraksi dan
fraksionasi, pemeriksaan kandungan kimia, pengujian farmakologi eksperimental, serta
pengujian klinik," kata Anas
yang memaparkan orasi beIjudul "Pengembangan Obat Baru Dari Sumber Daya Alam:
Peran Kunci Farmakologi."
Oleh karenanya, menurut
Anas, ilmu farmakologi atau ilmu yang mempelajari nasib
obat di dalam tubuh memiliki
fungsi dan peranan yang sangat penting. Bahkan dalam
upaya pengembangan obat baru yang bersumber dari alam,
farmakologi memiliki peran
kunci karena mengungkapkan
aspek kha~iat dan keamanan
Kliping
Humos
HUMAS
PROF. Anas Subamas.
UNPAD
*
dari obat tersebut.
"Sebab untuk pengembangan obat tradisional ini harus
tetap berpegang pada tiga asas
yang berlaku bagi setiap obat
yang dihasilkan, yakni aman,
manfaat, dan mutu. Arnan
berarti harus bebas dari efek
yang bisa merugikan atau bersuat toksik bagi tubuh, sementara manfaat dan mutu menunjukkan obat tersebut harus
memiliki khasiat yang optimal," tuturnya.
Untuk tujuan tersebut, kajian ilmiah secara praklinik merupakan prasyarat yang harus
dilakukan agar ketiga asas tersebut bisa teIjamin. Paling tidak, kajian secara praklinik
terhadap hewan percobaan harus tetap dila)mkan karena
langkah ini memiliki arti penting untuk menjamin khasiat
dan keamanan dari obat tersebut.
"Tidak hanya itu, dengan kajian praklinik semacam ini,
penggunaan obat herbal yang
dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan secara
medis,"
ucapnya.
(A-157)***
r.
_
Un pod
2009
---
-
16
30
ODes
31
o Selasa
456
20
OMar
() Rabu
7
~
22
OApr
OMei
0
() Kamis
8
23
9
10
24
OJun
Jumat
12
11
25
. SJbtuo MllIggu
26
13
27
14
28
15
29
0 Jul 0 Ags o Sep 0 Okt ONov
Obat Herbal Perlu
Penelitian
Terpadu
BANDUNG, (PR).Pusat studi atau penelitian
terpadu obat herbal sangat diperlukan untuk bisa menghasilkan obat herbal (fitofarmaka) yang terstandardisasi. Sebab untuk memperoleh obat
herbal terstandar harus melalui tahapan-tahapan yang melibatkan para ahli di bidang
botani, pertanian, kimia, farmasi, dan kedokteran.
Hal tersebut diungkapkan
Prof. Anas Subarnas dalam
orasi ilmiah Guru Besar Bidang Farmakologi Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran, Jumat (20/2) di Aula Unpad Jln. Dipati Ukur Bandung.
Lebih lanjut Anas mengungkapkan, interaksi berbagai
disiplin ilmu ini harus berada
di dalam satu koordinasi, sehingga akan memudahkan dalam pengontrolan dan evaluasi. Terlebih pengembangan
obat herbal terstandar ini memerlukan tahapan cukup panjang.
"Mulai dari pemilihan bahan yang baik dan terstandardisasi, proses ekstraksi dan
fraksionasi, pemeriksaan kandungan kimia, pengujian farmakologi eksperimental, serta
pengujian klinik," kata Anas
yang memaparkan orasi beIjudul "Pengembangan Obat Baru Dari Sumber Daya Alam:
Peran Kunci Farmakologi."
Oleh karenanya, menurut
Anas, ilmu farmakologi atau ilmu yang mempelajari nasib
obat di dalam tubuh memiliki
fungsi dan peranan yang sangat penting. Bahkan dalam
upaya pengembangan obat baru yang bersumber dari alam,
farmakologi memiliki peran
kunci karena mengungkapkan
aspek kha~iat dan keamanan
Kliping
Humos
HUMAS
PROF. Anas Subamas.
UNPAD
*
dari obat tersebut.
"Sebab untuk pengembangan obat tradisional ini harus
tetap berpegang pada tiga asas
yang berlaku bagi setiap obat
yang dihasilkan, yakni aman,
manfaat, dan mutu. Arnan
berarti harus bebas dari efek
yang bisa merugikan atau bersuat toksik bagi tubuh, sementara manfaat dan mutu menunjukkan obat tersebut harus
memiliki khasiat yang optimal," tuturnya.
Untuk tujuan tersebut, kajian ilmiah secara praklinik merupakan prasyarat yang harus
dilakukan agar ketiga asas tersebut bisa teIjamin. Paling tidak, kajian secara praklinik
terhadap hewan percobaan harus tetap dila)mkan karena
langkah ini memiliki arti penting untuk menjamin khasiat
dan keamanan dari obat tersebut.
"Tidak hanya itu, dengan kajian praklinik semacam ini,
penggunaan obat herbal yang
dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan secara
medis,"
ucapnya.
(A-157)***
r.
_
Un pod
2009
---
-
16
30
ODes
31