IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR TANAH LONGS

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR TANAH LONGSOR BERDASARKAN
SIFAT KELISTRIKAN BUMI DI DESA SUMBER NGEPOH KECAMATAN
LAWANG KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
GEOLISTRIK DIPOLE – DIPOLE
Dyah Suryaningrum1, Samsul Hidayat2, Burhan Indriawan3
1

Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
3
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Alamat e-mail: dyahlawang@yahoo.com

2

Abstrak
Desa Sumber Ngepoh dengan kondisi tanah yang cukup kompleks dan labil memerlukan
pemetaan geoteknik dengan skala yang sesuai perencanaan. Pemetaan tersebut perlu dilakukan sebelum
diadakan penataan lahan di sekitar lokasi. Pemetaan geoteknik tersebut dipandang penting, mengingat
salah satu fungsinya yakni untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, seperti tanah longsor.
Untuk mengkaji lebih detail daerah rawan longsor di daerah tersebut, perlu dilakukan penelitian

pendahuluan dengan menggunakan metode survei geofisika, salah satunya adalah metode geolistrik tahanan
jenis.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan spasi elektroda dan penetrasi kedalaman
berdasarkan nilai resistivitas tanah yang diukur. Dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Dipole Dipole untuk panjang bentangan diantaranya yaitu bentangan pertama 200 m, bentangan kedua yaitu 150 m
dan bentangan ketiga yaitu 150 m dan bentangan keempat yaitu 150 m maka akan didapat nilai
resistivitasnya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa
data primer yaitu data mentah. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survey di tempat penelitian,
alat yang digunakan adalah alat Geolistrik OYO Mcohm – El 2219d dari Jepang.
Dari hasil interprestasi menggunakan software Res2divn ver 3. 54x, diketahui pada lintasan 1
sepanjang 200 m posisi 5,30 m – 13,6 m dengan nilai resistivitas bidang gelincirnya 294 – 574 Ωm dengan
sudut kemiringan lereng sebesar 20 dan struktur jenis tanahnya lempung dan tanah pasir, pada lintasan 2
sepanjang 150 m dengan nili resistivitas bidang gelincirnya 9,25 m – 18,4 m dengan sudut kemiringan lereng
sebesar 5,30 dan struktur jenis tanahnya lempung dan tanah pasir, pada lintasan 3 sepanjang 150 m dengan
nilai resitivitas bidang gelincirnya 9,25 m – 18,4 m dengan sudut kemiringan lereng 8,3 0 dan struktur jenis
tanahnya lempung dan tanah pasir dan pada lintasan 4 sepanjang 150 m dengan nilai resitivitas bidang
gelincirnya 9,25 m – 18,4 m dengan sudut kemiringan lereng sebesar 7,5 0 dan struktur jenis tanahnya
lempung dan tanah pasir. Terlihat berbedaan nilai resistivitas yang sangat besar yang menyebabkan
terjadinya bidang glincir.

Kata Kunci : Metode Geolistrik, Konfigurasi Dipole - Dipole, Res2Dinv, Bidang Gelincir.

I.Pendahuluan
Tanah
longsor
(landslide)
adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Angka kejadian tanah longsor di Indonesia dari
tahun 2002 sampai 2008 adalah 2221(Sumber:
BPNP, Januari 2009). Dari angka fastastis tersebut
tanah longsor mengakibatkan korban jiwa sangat
tinggi di dunia dan sudah seharusnya dianggap
sebagai bencana alam besar di dunia.
Tanah longsor sering menyebabkan
kerusakan pada bangunan dan hilangnya nyawa
manusia. Indikasi kelongsoran ditunjukkan dengan
retakan-retakan pada dinding atau lereng. Retakan
tanah atau batuan tersebut disebabkan oleh kondisi
tanah atau batuannya bersifat clay. Sebagai


langkah antisipasi untuk terjadinya longsor
tersebut, maka perlu dilakukan pemetaan geologi
bawah permukaan kawasan yang direncanakan
untuk diamati.
Pendugaan
ini
dilakukan
untuk
mengetahui tingkat bahaya tanah longsor di desa
Sumber Ngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang. Potensi terjadinya longsoran ini dapat
diminimalkan
dengan
memberdahayakan
masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang
rawan tanah longsor, gejala awal lereng akan
bergerak, serta upaya antisipasi dini yang harus
dilakukan.


II.Teori
Kawasan yang menjadi objek penelitian
geologi ini dapat diamati pada daerah Sumber
Ngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

pada letak geografis pada posisi 112°41’50.48” BT
dan 7°50’01.43” LS seluas 4 – 4,5 Ha.
Tanah longsor adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses
terjadinya
tanah
longsor
dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika
air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka

tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
Geolistrik adalah salah satu metode dalam
geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan
meliputi pengukuran medan potensial, arus dan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah
maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Dalam penelitian ini, pembahasan dikhususkan pada
metode geolistrik tahanan jenis.
Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus. Beda potensial yang terjadi di ukur
melalui dua elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi
harga hambatan jenis masing-masing lapisan di
bawah titik ukur(Maganti, 2008).
Beberapa harga resistivitas batuan yang

umum adalah seperti yang tercantum pada tabel 1.

Tabel 2 Resistivitas Batuan Beku dan Batuan Metamorph
(Telford et al. 1990)
Resistivitas
(Ωm)

Batuan
Granit

3 x 102 - 106

Granite porphyry Feldspar porphyry

4.5 x 103 (basah) – 1.3 x 106(kering)

Albite

4 x 103 (basah)


Syenite

3 x 102 (basah) – 3.3 x 103 (kering)

Diorite

102 – 106

Diorite porphyry Porphyrite

104 – 105

Carbonatized porphyry Quartz
porphyry

1.9 x 103 (basah) – 2.8 x 104 (kering)

Quartz Diorite

10 – 5 x 104 (basah) – 3.3 x 103

(kering)

Porphyry (various) Dacite

2.5 x 103 (basah) – 6 x 104 (kering)

Andesite

3 x 102 – 3 x 105

Diabase porphyry Diabase (various)

2 x104 – 2 x 106 (basah) – 1.8 x 105
(kering)

Lavas

60 x 104

Gabbro


2 x104 (basah)

Basalt

4.5 x 104 (basah) – 1.7 x 102 (kering)

Olivine norite

103 (basah) – 1.7 x 105 (kering)

Tabel 1 Resistivitas Batuan Sedimen (Telford et al. 1990)

Batuan

Resistivitas
(Ωm)

Peridotite


20 – 5 x 107

Consolidated shales
(serpihan gabungan)
Argillites
Konglomerat
Batupasir
Batugamping
Dolomite
Unconsolidated wet clay
(lempung basah tidak
gabungan)
Marls
Lempung
Alluvium dan pasir
Oil sands

20 – 2 x 103
10 – 8 x 102
2 x 103 – 104

1 – 6.4 x 108
50 – 107
3.5 x 102 –
5x103
20

Hornfels

102 – 5 x 104

Schists

103 – 106

Tults

10 – 1.3 x 107 (kering)

Graphite

103 – 6 x 104 (basah)

Schists

3 x 103 (basah) – 6.5 x 103 (kering)

Slates (various)

8 x 103 (basah) – 6 x 107 (kering)

Gneiss (various)

20 – 104

Marmer

2 x 103 (basah) – 105 (kering)

Sarn

10 – 102

Quartzites (various)

6 x 102 - 4 x 107

3 – 70
1 – 100
10 – 800
4 – 800

6.8 x 104 (basah) – 3 x 106 (kering)
102 – 2.5 x 108 (kering)
2.5 x 102 (basah) – 2.5 x 108 (kering)


8

Tabel 3 Variasi Resistivitas Batuan dan Material Bumi

No
1
2

Bahan
Udara

Resistivitas (Ω
cm)
2x106 – 5x107

Air

Destilasi
Permukaan
Tambang
Laut
3
Tembaga
Murni
Bijih
4
Besi
Murni
Meteorit
5
Mineral
Kalsit
Galena
Magnetik
Pirit
Kwarsa
Batu garam
Belerang
6
Batuan
Granit
Gabro
Sheis
Skis
Batu gamping
Batu pasir
Serpih
Lempung dan
tanah
(Telford 1982 : 453)

2x107
3x103 – 105
4x10 – 6x104
21
1,7x10-6
0,1
10-5
3x10-4
5,5x1015
0,001 – 0,008
0,008 – 0,5
0,002 – 9
4x1012
104 – 10
1014 – 1017
5x104 – 109
105 – 108
2x107 – 109
103 - 3x109
102 – 105
6x103 - 3x105
2x103 – 105
1x102 – 106

Pengukuran resistivitas adalah pengukuran
dengan menempatkan 4 elektroda pada tanah atau
batuan. Pada saat elektroda ditancapkan ke bumi,
maka arus dari elektroda akan menembus ke
elektroda
lain.
Pengukuran
resistivitas
menunjukkan secara nyata resistivitas rata-rata
volume dari bumi yang ditentukan dari tanah,
batuan, dan pori cairan resistivitas, sesuai dengan
geometri elektroda dan spasi (Loke, 1999).
Bumi diasumsikan sebagai bola padat
yang mempunyai sifat homogen isotropis pada
metode tahanan jenis konfigurasi Dipole - Dipole,
dengan asumsi ini, maka seharusnya resistivitas
yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya
dan tidak bergantung atas spasi elektroda,
ρ =K ΔV/I. Bumi pada kenyataannya terdiri atas
lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda
sehingga potensial yang terukur merupakan
pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga
resistivitas yang terukur bukan merupakan harga
resistivitas untuk satu lapisan saja, tetapi beberapa
lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda
yang lebar.

a  K

V
....................... (1)
I

Dengan ρa adalah apparent resistivity
(resistivitas semu) yang bergantung pada spasi
elektroda.

III. Metode
Penelitian ini dilakukan dengan survei
lapangan, penentuan line elektroda, pemasangan
elektroda, mengalirkan arus melalui elektroda,
akuisisi data dengan OYO Resistivity, pengolahan
data
dengan
software
Res2dinv,
dan
mengidentifikasi bidang gelincir tanah longsor
berdasakan nilai resistivitas lapisan tanah. Pada
lintasan 1 dilakukan dengan membentangkan
elektroda sepanjang 200 meter dengan spasi 10
meter. Lintasan 2, 3, dan 4 sepanjang 150 meter
dengan spasi elektroda 10 meter.

IV. Hasil Penelitian
Hasil Pengolahan Data Lintasan 1
Secara astronomis lintasan pertama terletak
pada 112, 43’ 423 BT dan 07, 50’ 275” LS sampai
112, 43’ 506 BT dan 07, 50’ 298 “LS dan dengan
jarak / panjang lintasan 200 meter. Dari hasil data
penelitian tersebut kemudian dimasukkan ke
Software Res2Dinv ver. 3.57 untuk mendapatkan
informasi terkait dengan longsor dengan
menggunakan konfigurasi Dipole – Dipole.
Berikut adalah hasil data yang telah diolah dengan
menggunakan Software Res2Dinv ver. 3.57.

Data yang diperoleh dalam pengamatan

Gambar 1 Hasil Pengolahan Data Kedalaman
Res2div di Sumber Ngepoh (Line 1).

Pola pencitraan warna biru memiliki nilai
resistivitas 38,9 – 76,2 Ωm dan kedalaman 0 –
5,30 m dengan meninjau kondisi geologinya
merupakan pasir dan tanah (sesuai dengan tabel
resistivitas 40 – 100), lempung (sesuai dengan
tabel resistivitas 1 – 100). Citra warna hijau
memiliki nilai resistivitas 293 – 574 Ωm dan
kedalaman antara 5,30 – 13,6 meter dengan
meninjau kondisi geologinya merupakan lempung
(sesuai dengan tabel resistivitas lempung dan
tanah 1x102 – 106 Ωcm ) dan batu pasir (sesuai
dengan tabel resitivitas 50 – 500), sedangkan citra
warna merah dan ungu memiliki nilai resistivitas
2204 – 4319 Ωm dan kedalaman antara 13,6 -23,6
dengan meninjau kondisi geologinya lapisan ini
merupakan batuan keras dan batuan kerikil kering
(sesuai dengan tabel resitivitas 100 – 3000).

Pada Gambar diatas terlihat bahwa di
daerah ini terdapat beberapa lapisan tanah atau
batuan yang memberikan nilai tahanan jenis
berbeda untuk setiap lapisan yaitu antara 38,9 Ωm
sampai 4319 Ωm dengan kesalahan iterasi 40,4 %.
Berdasarkan gambar diatas dapat

Gambar 2 Hasil Pengolahan Data Ketinggian Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 1).

Pendugaan bidang gelincir dengan
metode geolistrik dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman bidang gelincir. Harga
resistivitas tanah atau batuan yang longsor dan
batuan yang dibawah bidang gelincir umumnya
mempunyai perbedaan yang mencolok. Harga
resistivitas dari bidang gelincir adalah 293 – 574
Ωm dan kedalaman antara 5,30 – 13,6 meter. Pada
titik tersebut diidentifikasikan sebagai bidang
glincir berbentuk rotasi yang mengarah ke badan
jalan depan rumah penduduk sehingga dengan
demikian dapat terjadi bidang gelincir pada titik
tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya
longsor dan mengancam keselamatan penduduk
setempat. Jadi dapat diketahui bidang gelincirnya
terletak pada warna perbatasan antara hijau dengan
hijau muda pada gambar hasil pencitraan res2dinv.
Dengan ditemukannya bidang gelincir dari hasil
penelitian ini, mengingat tingginya tingkat curah
hujan dan kemungkinan penambahan pendirian
pada bangunan pada daerah tersebut, maka hal –
hal tersebut akan dapat memicu terjadinya gerakan
tanah atau longsoran.
Hasil Pengolahan Data Lintasan 2
Secara astronomis lintasan kedua terletak
pada 112, 43’ 407 BT dan 07, 50’ 259” LS sampai
112, 43’ 438 BT dan 07, 50’ 272“LS dan dengan
jarak / panjang lintasan 150 meter.
Dari hasil data penelitian tersebut kemudian
dimasukkan ke Software Res2Dinv ver. 3.57 untuk
mendapatkan informasi terkait dengan longsor
dengan menggunakan konfigurasi Dipole –
Dipole. Berikut adalah hasil data yang telah diolah
dengan menggunakan Software Res2Dinv ver.
3.57.

Gambar 3 Hasil Pengolahan Data Kedalaman Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 2).

Pola pencitraan warna biru memiliki nilai
resistivitas 17,7 – 144 Ωm dan kedalaman 0 – 9,25
m dengan meninjau kondisi geologinya merupakan
pasir dan tanah (sesuai dengan tabel resitivitas 40
– 100 Ωm), dan lempung (sesuai dengan tabel
resistivitas 1 – 100). Citra warna hijau memiliki
nilai resistivitas 413 - 1179 Ωm dan kedalaman
antara 9,25– 18,4 meter dengan meninjau kondisi
geologinya merupakan lempung (sesuai dengan
tabel resistivitas lempung dan tanah 1x102 – 106
Ωcm ) dan batu pasir (sesuai dengan tabel
resitivitas 50 – 500) sedangkan citra warna kuning
dan coklat memiliki nilai resistivitas 3388 Ωm
dan kedalaman antara 18,4 – 23,6 dengan
meninjau kondisi geologinya lapisan ini
merupakan batuan keras dan batuan kerikil kering
(sesuai dengan tabel resitivitas 100 – 3000), dan
citra warna merah memiliki nilai resistivitas 9622
Ωm dan kedalaman antara 23,6 – 29,4 meter
dengan meninjau kondisi geologinya merupakan
kelompok granit (sesuai dengan tabel resitivitas
1000 – 10000).
Pada Gambar diatas terlihat bahwa di
daerah ini terdapat beberapa lapisan tanah atau
batuan yang memberikan nilai tahanan jenis
berbeda untuk setiap lapisan yaitu antara 17,7 Ωm
sampai 9622 Ωm dengan kesalahan iterasi 40,1%

Gambar 4 Hasil Pengolahan Data Ketinggian Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 2).

Pendugaan bidang gelincir dengan
metode geolistrik dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman bidang gelincir. Harga
resistivitas tanah atau batuan yang longsor dan
batuan yang dibawah bidang gelincir umumnya
mempunyai perbedaan yang mencolok. Harga
resistivitas dari bidang gelincir adalah 413– 1179
Ωm dan kedalaman antara 9,25 – 18,4 meter. Pada
titik tersebut diidentifikasikan sebagai bidang
glincir berbentuk rotasi yang mengarah ke badan
jalan depan rumah penduduk sehingga dengan
demikian dapat terjadi bidang gelincir pada titik
tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya
longsor dan mengancam keselamatan penduduk
setempat. Jadi dapat diketahui bidang gelincirnya
terletak pada warna perbatasan antara hijau dengan
hijau muda pada gambar hasil pencitraan res2dinv.
Dengan ditemukannya bidang gelincir dari hasil
penelitian ini, mengingat tingginya tingkat curah
hujan dan kemungkinan penambahan pendirian
pada bangunan pada daerah tersebut, maka hal –
hal tersebut akan dapat memicu terjadinya gerakan
tanah atau longsoran.

Hasil Pengolahan Data Lintasan 3
Secara astronomis lintasan ketiga terletak
pada 112, 43’ 462 BT dan 07, 50’ 321” LS sampai
112, 43’ 427 BT dan 07, 50’ 246 “LS dan dengan
jarak / panjang lintasan 150 meter.
Dari hasil data penelitian tersebut kemudian
dimasukkan ke Software Res2Dinv ver. 3.57 untuk
mendapatkan informasi terkait dengan longsor
dengan menggunakan konfigurasi Dipole –
Dipole. Berikut adalah hasil data yang telah diolah
dengan menggunakan Software Res2Dinv ver.
3.57.

Gambar 5 Hasil Pengolahan Data Kedalaman Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 3).

Pola pencitraan warna biru memiliki nilai
resistivitas 17,4 – 152 Ωm dan kedalaman 0 – 9,25
m dengan meninjau kondisi geologinya merupakan
pasir dan tanah (sesuai dengan tabel resitivitas 40
– 100 Ωm), kerikil jenuh (sesuai dengan tabel
resistivitas 40 – 100 Ωm) dan lempung (sesuai
dengan tabel resistivitas 1 – 100). Citra warna
hijau memiliki nilai resistivitas 449 - 1328 Ωm
dan kedalaman antara 9,25– 18,4 meter dengan
meninjau kondisi geologinya merupakan lempung
(sesuai dengan tabel resistivitas lempung dan
tanah 1x102 – 106 Ωcm ) dan batu pasir (sesuai
dengan tabel resitivitas 50 – 500), sedangkan citra
warna kuning dan coklat memiliki nilai resistivitas
3926 Ωm dan kedalaman antara 18,4 - 29,4
dengan meninjau kondisi geologinya lapisan ini
merupakan batuan keras dan batuan kerikil kering
(100 – 3000)
Pada Gambar diatas terlihat bahwa di
daerah ini terdapat beberapa lapisan tanah atau
batuan yang memberikan nilai tahanan jenis
berbeda untuk setiap lapisan yaitu antara 38,9 Ωm
sampai 4319 Ωm dengan kesalahan iterasi 46,6 %.

batuan yang dibawah bidang gelincir umumnya
mempunyai perbedaan yang mencolok. Harga
resistivitas dari bidang gelincir adalah 449– 1328
Ωm dan kedalaman antara 9,25 – 18,4 meter. Pada
titik tersebut diidentifikasikan sebagai bidang
glincir berbentuk translasi dan rotasi yang
mengarah ke badan jalan depan rumah penduduk
sehingga dengan demikian dapat terjadi bidang
glincir pada titik tersebut yang dapat
mengakibatkan terjadinya longsor dan mengancam
keselamatan penduduk setempat. Jadi dapat
diketahui bidang gelincirnya terletak pada warna
perbatasan antara hijau dengan hijau muda pada
gambar hasil pencitraan res2dinv.
Ditinjau
dari
kemiringan
daerah
penelitian, lintasan III dengan kemiringan sekitar
350 sesuai dengan tabel 2.2 klasifikasi kemiringan
lereng) maka termasuk klasifikasi sangat curam.
Potensi kerawanan bencana longsor di daerah
penelitian sangat tinggi, maksudnya adalah pada
zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan
gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih
dapat aktif bergerak, terutama akibat curah hujan
tinggi dan erosi kuat. Dengan ditemukannya
bidang gelincir dari hasil penelitian ini, mengingat
tingginya tingkat curah hujan dan kemungkinan
penambahan pendirian pada bangunan pada daerah
tersebut, maka hal – hal tersebut akan dapat
memicu terjadinya gerakan tanah atau longsoran.
Hasil Pengolahan Data Lintasan 4
Secara astronomis lintasan keempat
terletak pada 112, 43’ 445 BT dan 07, 50’ 319” LS
sampai 112, 43’ 425 BT dan 07, 50’ 243“LS dan
dengan jarak / panjang lintasan 150 meter.
Dari hasil data penelitian tersebut
kemudian dimasukkan ke Software Res2Dinv ver.
3.57 untuk mendapatkan informasi terkait dengan
longsor dengan menggunakan konfigurasi Dipole
– Dipole. Berikut adalah hasil data yang telah
diolah dengan menggunakan Software Res2Dinv
ver. 3.57.

Gambar 7 Hasil Pengolahan Data Kedalaman Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 4).

Gambar 6 Hasil Pengolahan Data Ketinggian Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 3).

Pendugaan bidang gelincir dengan
metode geolistrik dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman bidang gelincir. Harga
resistivitas tanah atau batuan yang longsor dan

Pola pencitraan warna biru memiliki nilai
resistivitas 23,3 – 148 Ωm dan kedalaman 0 – 5,30
m dengan meninjau kondisi geologinya merupakan
pasir pasir dan tanah (sesuai dengan tabel
resitivitas 40 – 100 Ωm), dan lempung (sesuai
dengan tabel resistivitas 1 – 100). Citra warna
hijau memiliki nilai resistivitas 344 - 844 Ωm dan
kedalaman antara 5,30– 13,6 meter dengan

meninjau kondisi geologinya merupakan lempung
(sesuai dengan tabel resistivitas lempung dan
tanah 1x102 – 106 Ωcm ) dan batu pasir (sesuai
dengan tabel resitivitas 50 – 500) sedangkan citra
warna kuning dan coklat memiliki nilai resistivitas
2072 Ωm dan kedalaman antara 13,6 – 18,4
dengan meninjau kondisi geologinya lapisan ini
merupakan batuan keras dan batuan kerikil (sesuai
dengan tabel resitivitas 100 – 3000), citra warna
oranye dan merah memiliki nilai resistivitas 5084
Ωm dan kedalaman antara 18,4 – 29,4 meter
dengan meninjau kondisi geologinya merupakan
kelompok granit (sesuai dengan tabel resitivitas
1000 – 10000).
Pada Gambar diatas terlihat bahwa di
daerah ini terdapat beberapa lapisan tanah atau
batuan yang memberikan nilai tahanan jenis
berbeda untuk setiap lapisan yaitu antara 38,9
Ωm sampai 4319 Ωm dengan kesalahan iterasi
55,9 %.

Gambar 8 Hasil Pengolahan Data Ketinggian Res2dinv di
Sumber Ngepoh (Line 4).

Pendugaan bidang gelincir dengan
metode geolistrik dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman bidang gelincir. Harga
resistivitas tanah atau batuan yang longsor dan
batuan yang dibawah bidang gelincir umumnya
mempunyai perbedaan yang mencolok. Harga
resistivitas dari bidang gelincir adalah 449– 1328
Ωm dan kedalaman antara 9,25 – 18,4 meter. Pada
titik tersebut diidentifikasikan sebagai bidang
gelincir berbentuk translasi dan rotasi yang
mengarah ke badan jalan depan rumah penduduk
sehingga dengan demikian dapat terjadi bidang
glincir pada titik tersebut yang dapat
mengakibatkan terjadinya longsor dan mengancam
keselamatan penduduk setempat. Jadi dapat
diketahui bidang gelincirnya terletak pada warna
perbatasan antara hijau dengan hijau muda pada
gambar hasil pencitraan res2dinv.
Ditinjau
dari
kemiringan
daerah
penelitian, lintasan IV dengan kemiringan sekitar
21 0 (sesuai dengan tabel 2.2 klasifikasi kemiringan
lereng) maka termasuk klasifikasi curam. Potensi
kerawanan bencana longsor di daerah penelitian
sangat tinggi, maksudnya adalah pada zona ini
sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan
tanah lama dan gerakan tanah baru masih dapat
aktif bergerak, terutama akibat curah hujan tinggi
dan erosi kuat. Dengan ditemukannya bidang
gelincir dari hasil penelitian ini, mengingat
tingginya tingkat curah hujan dan kemungkinan
penambahan pendirian pada bangunan pada daerah

tersebut, maka hal – hal tersebut akan dapat
memicu terjadinya gerakan tanah atau longsoran.

V.Kesimpulan
1. Berdasarkan dari hasil interpretasi pada
area penelitian dapat diketahui bahwa
metode geolistrik konfigurasi dipole –
dipole
dapat
digunakan
untuk
menentukan bidang gelincir pada daerah
rawan longsor. Pada area penelitian
bagian timur ke barat lintasan 1 sepanjang
200 meter posisi 5,30 meter sampai 13,6
meter dengan nilai resistivitas 293 – 574
Ωm dengan meninjau kondisi geologinya
merupakan lempung (sesuai dengan tabel
resistivitas lempung dan tanah 1x102 –
106 Ωcm ) dan batu pasir (sesuai dengan
tabel resitivitas 50 – 500) dan pada
lintasan II sepanjang 150 meter posisi
9,25 meter sampai 18,4 meter dengan
nilai resistivitas 413 - 1179 Ωm dengan
meninjau kondisi geologinya merupakan
lempung (sesuai dengan tabel resistivitas
lempung dan tanah 1x102 – 106 Ωcm )
dan batu pasir (sesuai dengan tabel
resitivitas 50 – 500). Pada area penelitian
lintasan III sepanjang 150 dengan nilai
resistivitas 449 – 1328 dengan sudut
kemiringan lereng 350 dengan meninjau
kondisi geologinya merupakan lempung
(sesuai dengan tabel resistivitas lempung
dan tanah 1x102 – 106 Ωcm ) dan batu
pasir (sesuai dengan tabel resitivitas 50 –
500) dan pada lintasan IV sepanjang 150
meter posisi 9,25 meter sampai 18,4
meter dengan nilai resistivitas 344 - 844
Ωm dengan sudut kemiringan lereng 210
dengan meninjau kondisi geologinya
merupakan lempung (sesuai dengan tabel
resistivitas lempung dan tanah 1x102 –
106 Ωcm ) dan batu pasir (sesuai dengan
tabel resitivitas 50 – 500)
2. Pada lintasan I dan lintasan 2 dengan arah
horizontal mempunyai potensi longsor
yang mengarah ke badan jalan rumah
penduduk. Pada lintasan III dan IV
dengan arah vertikal mempunyai potensi
longsor yang mengarah ke badan jalan
rumah penduduk.

VI.Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian pada daerah
yang sama dengan memilih lintasan yang
berbeda dengan konfigurasi yang berbeda
dari yang sebelumnya untuk memperoleh
data yang lebih bagus.

2.

Tindakan preventif dalam pelestarian
lingkungan untuk mencegah terjadinya
longsoran mengingat kejadian longsor
sangat dipengaruhi dan dipicu oleh
aktifitas manusia.

VII. Daftar Rujukan
[1] Abbott, Patrick L. 2004. Natural Disasters.
Edisi IV. New York: McGraw-Hill.
[2] Bpnp.2009. Angka Kejadian Longsor di
Indonesia,(online),(http://www.bpnp.go.id/up
loads/pubs/559.pdf), diakses tanggal 28 April
2013 jam 08.00
[3] Carlson, Plummer McGeary. 2005. Physical
Geology. Edisi X. New York: McGraw – Hill
Companies.
[4] Darsono. Jurnal Vol. 2 No.1. 2012.
Identifikasi Bidang Gelincir Pemicu Bencana
Tanah Longsor dengan Metode Resistivitas 2
– D di Desa Pablengan Kecamatan Matesin
Kabupaten
Karanganyar.
Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
[5] Gomez-Trevino, E., and Edwards, R.N.,
1983. Electromagnetic soundings in the
sedimentary basin of southern Ontario. A
case history: Geophysics, Vo. 48, no. 3, p.
311-330.
[6] Jannah, Latifatul. Jurnal Vol 3. No 1. 2010.
Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor
Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi dengan
Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan Jenis.
(Studi Kasus Daerah Lereng Kampus II UIN
Maulana Malik Ibrahim Kecamatan Junrejo,
Batu – Malang)
[7] Loke, M.H. 1999b. RES2DINV Rapid 2D
Resistivity & IP Inversion ( Wenner, dipoledipole,
pole-pole,
pole-dipole,
Schlumberger, rectangular arrays) on Land,
Underwater and Cross-borehole Surveys;
Software Manual Ver.3.3 for windows 3.1, 95
and NT. Malaysia: Penang.
[8] Septaria, Helmi. 2012. Jurnal Fisika Unand
Vol. 1 No.1. 2012. Penentuan Bidang
Gelincir Gerakan Tanah dengan Aplikasi
Geolistrik Metode Tahanan Jenis 2 – D
Konfigurasai Wenner – Schlumberger.
(Studi Kasus di Sekitar Gedung Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Limau
Manis, Padang)
[9] Telford, W.M., L.P. Geldart, , R.E.
Sheriff, dan D.A. Keys. 1990. Applied
Geophysic. London : Cambridge University
Press.
[10] Verhoef,P.N.W.1994. Geologi Untuk Teknik
Sipil. Edisi III. Jakarta: Erlangga.