PERBAIKAN MAKALAH ILMU KALAM MACAM MACAM

PERBAIKAN MAKALAH ILMU KALAM
“ MACAM-MACAM AKIDAH POKOK
DAN AKIDAH CABANG ”
DOSEN PENGAMPU
Mursidin, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :
Dede Ridwan
Selly Kamila Sari

SEMESTER II
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS ADAB DAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji sukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
kemurahan rahmat, kasih sayang dan cinta-Nya pada saat ini saya dapat
menyelesaikan penulisan tugas singkat untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata

kuliah Ilmu Kalam pada semester II ini.
Penulisan tugas ini dibuat dengan mengacu kepada beberapa sumber dan
tentunya atas bantuan beberapa pihak sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Mursidin, S.Ag, M.Ag, selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Ilmu
Kalam yang telah memberikan banyak konstribusi dalam penulisan tugas ini.
Mungkin dalam penulisan makalah singkat ini, terdapat beberapa kesalahan
penulisan kata ataupun kesalahan dalam sistematika penulisan yang tidak kami
sadari. Maka dari itu, kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk penulisan tugas yang selanjutnya.
Akhir kata, semoga penulisan makalah singkat ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan semoga memenuhi persyaratan untuk mendapatkan nilai yang
akan diberikan.

Sambas,

Maret 2016

Penulis


i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I ................................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
3. Tujuan pembahasan................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................ 4
1. Pengertian Akidah .................................................................................. 4
2. Akidah Pokok dan Macam-Macamnya .................................................. 6
a. Iman kepada Allah ........................................................................... 6
b. Iman kepada Malaikat Allah ............................................................ 7
c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah ....................................................... 7
d. Iman kepada Rasul Allah ................................................................. 8
e. Iman kepada Hari Akhir ................................................................... 8
f. Iman kepada Qadar .......................................................................... 9
3. Akidah cabang dan Macam-Macamnya ................................................. 10
a. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Allah........................... 11

b. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Rasul Allah ................ 11
c. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Qadar .......................... 12
d. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Kitab Allah ................ 12
e. Hukum Fiqih dan pembagiannya ..................................................... 12
BAB III............................................................................................................... 14
1. Kesimpulan ............................................................................................ 14
2. Saran....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
1.

Latar Belakang
Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim. Tiada kata yang pantas untuk kita
ucapkan untuk mengawali penulisan makalah singkat ini selain puji syukur
kehadirat Allah yang telah memberikan begitu banyak nikmat-Nya kepada
kita, yang mana karena nikmat itu pulalah kami dapat meyelesaikan penulisan
makalah ini.

Solawat serta salam semoga selalu Allah limpahkan kepada nabi junjungan
alam, yakni Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah
Islam sehingga pada saat ini kita dapat merasakan manis dan indahnya iman
dalam islam. Semoga keselamatan juga selalu Allah limpahkan kepada para
Sahabat, Tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in, dan kepada kita semuanya yang mengikuti
ajaran beliau hingga akhir zaman kelak.
Rasulullah diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia, baik itu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan
akhlak kepada alam. Sebagaimana yang telah Rasulullah sampaikan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Diantara Akhlak
kepada Allah adalah mentauhidkan Allah, yaitu meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah adalah satu-satuNya Robb tanpa ada sekutu bagiNya, dan
inilah yang disebut dengan Akidah Islam.
Berbicara tentang Akidah adalah berbicara tentang keyakinan, dan
berbicara tentang keyakinan adalah berbicara tentang keimanan. Pada masa
Rasulullah, tidak ada ditemukan perbedaan pemahaman mengenai akidah.
Namun setelah Rasulullah wafat, dan kepemimpinan diambil alih oleh
khulafa‟ur roshidin, tepatnya disaat berakhirnya kepemimpinan kholifah
Umar bin Khattab umat islam mulai terjadi perpecahan. Kemudian muncul

permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah Ustman
bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir
yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.

1

2

Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya
berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran
dengan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak
mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena
masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya
terkunci.
Akibat ketidak puasan terhadap pemerintahan pada saat itu, munculah
kelompok pemberontak yang kemudian dikenal sebagai kaum Khawarij.
Persoalan-persoalan politik yang terjadi ini akhirnya menimbulkan persoalan
teologi. Timbulah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir.
Khawarij menganggap Ali, Mu‟awiyah, Amr Ibn al-„As, Abu Musa alAsy‟ari dan lain-lain yang telah menerima arbitase adalah kafir. Karena
keempat pemuka ini dianggap kafir dalam arti telah keluar dari islam, kaum

Khawarij menganggap mereka harus dibunuh. Disamping kelompok
khawarij,ada juga orang yang membela ali bin abi thalib dengan berlebihan
mereka ini yang disebut kelompok syiah. Adapun mayoritas muslim yang
lebih

memilih

diam

dan

tidak

mau

terjebak

dalam

persoalan


kafir/mengkafirkan seseorang mereka ini yang disebut murji'ah..
Inilah awal mula terjadinya perpecahan dikalangan umat islam, dan
merupakan awal terbentuknya sekte-sekte atau aliran-aliran baru dikalangan
ummat islam. Masing-masing aliran menganggap bahwa aliran atau
kelompoknya adalah yang paling benar.
Pada dasarnya, perbedaan faham antar kelompok ini bersumber pada
perbedaan pemahaman terhadap akidah atau keyakinan, terutama perbedaan
pemahaman dalam masalah tauhid, yang merupakan pokok akidah islam. Hal
yang paling sering diperdebatkan dalam masalah tauhid adalah persoalan
tauhid asma‟ wa sifat, dimana setiap kelompok atau aliran memiliki
pemahaman yang berbeda-beda dalam memahami nama dan sifat Allah.
Contohnya kaum Qodariyah, yang mengatakan bahwa Allah tidak
menciptakan / mentakdirkan perbuatan manusia, perbuatan manusia terjadi
diluar kehendak Allah dan tidak diciptakan oleh Allah, bahkan kelompok ini

3

juga mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan manusia sehingga
manusia melakukan perbuatan itu sendiri. Kelompok ini juga berpendapat

bahwa segala kejadian atau urusan terjadi begitu saja tanpa adanya takdir
sebelumnya.
Kemudian adanya kelompok Murji‟ah, kelompok ini berpendapat bahwa
kemaksiatan tidak akan mempengaruhi keimanan seseorang. Maksudnya
adalah, jika seseorang sudah beriman, maka ia boleh melakukan apapun yang
dia sukai, kerena hal itu tidak akan berpengeruh kepada kualitas keimanan.
Hanya saja, pendapat Qodariyah dan Murji‟ah yang pernah dibantah pada
masa para sahabat tidak berkaitan dengan sifat-sifat Allah, pada waktu itu
bantahan yang diberikan oleh para sahabat pada saat itu hanya berkaitan
denganhal ketaatan dan kemaksiatan saja.
Meskipun bantahan sahabat kepada kelompok-kelompok baru tersebut
tidak berkaitan dengan masalah sifat-sifat Allah, namun pada dasarnya
perbedaan pendapat yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah menunjukkan
adanya peredaan pemahaman dalam masalah keyakinan atau akidah.
Sehingga munculah istilah-istilah akidah pokok dan akidah cabang, yang
insyaallah akan kita bahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

2.

Rumusan Masalah

Pada pendahuluan diatas, telah kita ketahui bahwa terjadi perbedaan
pemahaman dalam cabang Akidah, sehingga munculah istilah Akidah Pokok
dan Akidah Cabang. Maka pada kesempatan kali ini penulis menjelaskan
beberapa persoalan yang berkaitan dengan akidah pokok dan akidah cabang,
diantaranya :
1. Pengertian dan Bagian Akidah Pokok
2. Pengertian dan Bagian Akidah Cabang

3.

Tujuan Pembahasan
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar para pembaca dapat memahami
apa yang dimaksud dengan akidah pokok dan apa itu akidah cabang beserta
bagian-bagiannya.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian Akidah

Secara bahasa, akidah berarti simpulan, ikatan, perjanjian atau kokoh1.
Adapun secara istilah, Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang
harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya.
Menurut Hasan al-Banna aqa‟id (jama‟ akidah) adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Dan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, akidah adalah sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia baik secara akal,
dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini
keshahihannya dan keberadaannya secara pasti2.
Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang
di atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan perwujudan dari
akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari
akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat
itu lahir jika tidak ada akidah3.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akidah adalah keyakinan didalam hati dalam memegang
teguh sebuah kepercayaan islam, dan keyakinan adalah keimanan. Jadi antara
akidah dan keimanan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan pengertiannya
dan pembahasannya. Berbicara tentang akidah adalah berbicara tentang

keyakinan, dan berbicara tentang keyakinan adalah berbicara tentang
keimanan. Adapun pengertian dari iman adalah segala sesuatu yang diyakini
1

Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses
pada 31 April 2016
2
Siroj.
2014.
akidah
Pokok
dan
Cabang
Dalam
Islam.
dalam
http://www.siroj.cf/2014/08/akidah-pokok-dan-cabang-dalam-islam.html . diakses pada 31 April
2016
3
Nur Syam. 2014. Buku Siswa Akidah Akhlak MA. Kementrian Agama Republik
Indonesia. Cet. Ke-1. Hlm. 4

4

5

dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan kemudian direalisasikan dengan
perbuatan.
Dalam islam, akidah merupakan ajaran islam yang paling utama, karena
akidah membahas bagian yang mendasar dalam islam. Akidah diumpamakan
sebagai dasar seluruh bangunan agama Islam yang berdiri diatasnya.
Hancurnya akidah berakibat hancurnya dan runtuhnya keyakinan terhadap
agama secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman tentang akidah dalam
agama islam akan mempengaruhi kuat tidaknya iman yang dimiliki oleh
seorang muslim.
Akidah merupakan bentuk dari keimanan seseorang muslim terhadap nilainilai yang menyangkut tentang keyakinan terhadap hal-hal yang ghaib
terutama keimanan kepada Allah yang menyangkut keimanan terhadap
adanya Allah, beriman terhadap Rububiyahnya Allah, beriman kepada
Uluhiyahnya Allah, dan kepada Asma‟ wa SifatNya4.
Tidak hanya itu, akidah juga membahas tentang beberapa segi keimanan
yang lainnya, yaitu keimanan kepada Malaikat, kepada Kitab, kepada Rasul,
kepada Hari Akhir (Hati Kiamat), dan kepada Qada‟ dan Qadar. Yang mana
perkara ini biasanya kita sebut dengan rukun iman.
Pada dasarnya dalam memahami masalah akidah dalam islam, maka
akidah terbagi menjadi dua, yaitu akidah pokok dan akidah cabang. Dimana
kedua pembahasan tersebut akan menjadi intisari dari pembahasan yang ada
pada makalah ini, yaitu tentang akidah pokok dan akidah cabang beserta
pembagiannya.
2.

Akidah Pokok dan Macam-Macamnya
Akidah pokok adalah akidah yang nilai-nilainya masih tidak mengalami
perubahan sejak zaman Nabi. Dimana pada masa itu persoalan masalah
akidah masih sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dipecah belahkan.

4

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. 1996. Syarah Aqidah al-Washithiyah. Terj.
Izzudin Karimi, Lc. Riyadh : Dar ats-Tsurayya.. Hlm.86.
Disebutkan juga didalam karya tulis Ahmad Munawar Ismail, dkk. 2012. Islam dan Pembentukan
Jati Diri Bangsa Melayu. Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia. Hlm. 147

6

Adapun yang dimaksud dengan akidah pokok adalah 6 aspek yang
kesemuanya merupakan rukun Iman. Adapun keenam aspek tersebut adalah :
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat Allah
c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
d. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
e. Iman kepada Hari Akhir
f. Iman kepada Qadar
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah
hadits yang sohih mengenai perkara iman.

ْ ْ َْ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ
ّ َ ‫ِنْبالْ َق َد ْرْ َخ ْْيْه ِْ َو‬
َ ‫خ ْرْ َوتُ ْؤم‬
ْ ِ ‫شْه‬
ْ
‫اْل‬
ْ‫اّللِْومَلئِكت ِ ْهِْوكتب ِ ْهِْورسل ِ ْهِْواْلو ِْم‬
ْ ِ ‫ِنْب‬
ْ ‫نْتؤم‬
ْ‫أ‬
ِ
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
“Bahwa engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat. Dan juga engkau beriman kepada
qadar, yang baik dan yang buruk.” ( HR. Muslim )5
Penjelasan masing-masing bagian dalam rukun iman tersebut adalah :
a. Iman Kepada Allah
Yang dimaksud dengan iman kepada Allah adalah kita meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tidak ada
sekutu baginya. Meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu
yang ada di alam semesta. Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya
tempat untuk menyembah, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah memiliki nama-nama yang mewakili sifat-sifat Allah.
Pada masa Rasulullah, hal inilah yang diajarkan kepada para Sahabatnya
dan tidak ada sedikitpun perselisihan didalam hal keimanan ini, dan tidak
ada perbedaan pendapat dari para sahabat dalam mengimani Allah.

5

Al-Utsaimin. hlm 85

7

b. Iman kepada Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah. Allah
menciptakan mereka dari cahaya (meskipun tidak ada dalil dalam AlQur‟an yang menyebutkan hal ini) dan Allah menjadikan mereka selalu
taat dan tunduk kepadaNya. Masing-masing diantara mereka memiliki
tugas yang Allah khususkan kepada mereka. Diantaranya adalah malaikat
Jibril yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para
Rasul. Malaikat Israfil yang akan meniup sangkakala, dan malaikat
Mika‟il yang ditugaskan mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan6.
Adapun makna dari beriman kepada malaikat adalah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat sebagai
makhluknya yang memiliki tugas-tugas tertentu dari Allah. Dan mereka
adalah makhluk yang tidak pernah menentang Allah dan senantiasa taat
dan patuh kepada Allah.
c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Maksudnya adalah kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
menurunkan kitab-kitabnya kepada para Nabi dan RasulNya, terutama
beriman kepada AL-Qur‟an dan kepada kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Baik itu Taurat, Zabur, Injil, ataupun suhuf-suhuf lainnya
yang telah diberitakan dan dikabarkan dalam Al-Qur‟an.
Sebagaimana firman Allah, “dan kami tellah menurunkan Kitab-Kitab
(Al-Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya”
(Q.S. Al-Ma‟idah : 48)
d. Iman kepada Rasul Allah
Beriman kepada Rasul-Rasul Allah ialah meyakini bahwa Allah telah memilih
beberapa orang diantara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan
menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia kejalan

6

Ibid. hal 90. Juga terdapat dalam, Maulana Muhammad Ali. 1977. The Reigion of Islam
“Islamologi”. Terj. CV Darul Kutubil Islamiyah. Jakarta : CV Darul Kutubil Islamiyah. hal. 171173, meskipun dalam susunan bahasanya berbeda, namun memiliki maksud dan intisari yang sama
dengan sumber sebelumnya.

8

yang benar. Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidah,
membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak 7.

Pada hakikatnya, para Nabi dan Rasul adalah manusia biasa seperti kita,
namun mereka Allah beri keistimewaan untuk menerima wahyu dariNya
baik itu untuk disampaikan kepada umatnya ataupun tidak.
e. Iman kepada Hari Akhir
Sebagai seorang yagn beriman kepada Allah, merupakan kewajiban bagi
kita untuk beriman kepada hari akhir. Karena iman kepada hari akhir
merupakan salah satu rukun dalam iman, sebagaimana yang telah
disebutkan dalam hadits pada pembahasan sebelumnya, “...dan hari
akhirat. Dan juga engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang
buruk.” (HR. Muslim)
Mengenai hari akhir sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur‟an,
diantaranya adalah dalam surah Az-Zalzalah ayat 1-5 yang artinya :
“Jika bumi di goncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat) dan
bumi telah mengeluarkanbeban-beban berat (yang dikandung) nya, dan
manusia bertanya, „mengapa bumi jadi begini.? Pada hari itu bumi
menceritakan

beritanya,

karena

sesunggunya

Tuhanmu

telah

memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (QS al-Zalzalah: 1-5)”
Hal tentang adanya hari akhir atau hari kiamat dan segala yang terjadi
tentang kerusakan alam ini, telah

di beritakan oleh rasulullah SAW

dengan riwayat mutawatir tentang kebangkitan dari dalam kubur,
pengumpulan di padang mahsyar, pemeriksaan dan hari pembalasanm.
Maka Allah memberi keputusan tentang perbuatan hambaNya, lalu ada
yang masuk neraka selama-lamanya dan tidak keluar daripadanya, ada
yang masuk kemudian keluar dari neraka, dan ada yang masuk surga dan
kekal, yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar beriman kepada

7

Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses
pada 31 April 2016

9

Allah. Adapun waktu dan tanda-tanda hanya Allah SWT yang tahu kapan
akan terjadinya hari akhir tersebut8.
“mereka

bertanya

kepadamu

tentang

hari

kiamat,

“kapankah

terjadinya?” katakanlah, “ sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
ada pada sisi Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba” mereka bertanya kepadamu
seakan-akan

kamu

benar-benar

mengetahinya.

Katalkanlah,

“sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada di sisi Allah
namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS al-A‟raf: 187)”
f. Iman kepada Qadar
Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa
Allah SWT. Tidak menjadikan segala makhluk dengan Kudrat dan Iradat-Nya
dan dengan segala hikmah-Nya.
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya.” (Q.S.AlQamar : 49)
Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk
menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan
dengan beriman kepada takdir mengharuskna manusia untuk bangkit dan
berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan 9.

3.

Akidah Cabang dan Macam-Macamnya
Pada masa Rasulullah, tidak terdapat pertentangan diantara umat islam
dalama memahami akidah, karena pada saat itu segala permasalahan agama,
baik itu dari segi fiqih dan akidah segalanya disandarkan kepada Rasulullah.
Maka dari itu, pada saat ini tidak ditemukan perbedaan faham dan golongangolongan, dikarenakan pada saat itu yang dibawa Rasulullah adalah sebuah
ajaran Illahi yang dibimbing langsung oleh Allah, bukan membawa ajaran
8

Herliansyah S. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang. dalam
http://iandadonara
.blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html
diakses pada 31 Maret 2016
9
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses
pada 31 April 2016

10

faham-faham atau golongan-golongan dalam Islam seperti yang kita temukan
pada saat ini, dimana masing-masing kelompok dan aliran membenarkan
keompoknya sendiri dan kemudian mengatakan sesat terhadap kelompok lain,
sehingga menjadi perpecahan dalam umat Islam.
Awal perpecahan umat islam dimulai dari wafatnya Rasulullah, yang
kemudian persalan pertama yang memulai perpecahan umat Islam adalah
masalah

politik,

yaitu

mengenai

siapakah

yang

menjadi

khalifah

sepeninggalnya Rasulullah. Hal ini semakin meruncing pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan, karena semakin banyak kelompok yang
merasa tidak senang dengan pemerintahan pada saat itu. Sehingga muncullah
kelompok-kelompok yang memberontak yang disebut dengan Khawarij10.
Pada dasarnya perpecahan pada masa itu adalah dimulai dengan perebutan
kekuasaan dan masalah politik. Namun seiring berjalannya waktu, persoalah
politik ini berubah menjadi permasalahan teologi (ketuhanan), dimana antara
satu kelompok saling mengkafirkan, saling menyesatkan, bahkan salinng
membunuh.
Beranjak dari permasalahan ini pula lah mulai bermunculan perbedaan
pemahaman dalam masalah akidah atau keimanan. Sehingga munculah
cabang-cabang dan perbedaan dalam memahami rukun iman yang 6 tersebut.
Sehingga munculah hal yang disebut dengan akidah cabang.
Adapun beberapa perbedaan pemahaman dalam memahami akidah
diantaranya adalah :

a. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Allah
Penjelasan mengenai iman kepada Allah telah kita bahas sebelumnya.
Adapun beberapa cabang pemahaman dalam memahami iman kepada
Allah berkenaan tentang (Asma‟ wa Sifat ) Nama dan Sifat Allah,
bukan pada Rububiyah dan UlluhiyahNya Allah. Umumnya semua
aliran dalam Islam bersepakat bahwa yang wajib disembah hanyalah

10

H. Aboebakar Atjeh. 1966. Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam). Jakarta : Tintamas. hlm. 82-83

11

Allah, dan semua aliran berpendapat bahwa yang berhak disembah
hnayalah Allah..
Namun, ketika memahami masalah Asma‟ wa Sifat maka mereka
berbeda pendapat. Jabariyah misalnya, mereka mengatakan bahwa
Allah tidak memiliki sifat, mereka tidak mau memberikan sifat kepada
Allah dikarenakan menurut mereka merupakan hal yang baru,
sedangkan Allah adalah yang pertama awal (Qadim). Jadi menurut
kelompok ini mustahil Allah memiliki sifat, dimana sifat diciptakan
setelah adanya subjek yang disifati11.
Sedangkan kelompok Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah memiliki
nama yang mewakili sifat-sifat Allah. Namun sifat Allah tidaklah sama
dengan sifat yang dimiliki oleh makhluk.
b. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Rasul Allah
Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman
kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah
yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama‟ mengatakan bahwa
jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang
diangkat menjadi Rasul sebanyak 313 orang12. Selain itu, masalah
yang sangat sering diperselisihkan dalam masalah iman kepada Rasul
adalah perbedaan pendapat antara kelompok ahlussunnah dan Syi‟ah.
Kelompok Syi‟ah berpendapat bahwa Ali lebih berhak menjadi Nabi
daripada Muhammad.
Ataupun kelompok Ahmadiyah yang meyakini bahwa adanya nabi
setelah Nabi Muhammad, yaitu Mirza Ghulam Ahmad 13.
c. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Qadar / Takdir
Sebagai seorang muslim, wajib bagi kita untuk meyakini bahwa segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditakdirkan oleh Allah. Bahkan

11

Ibid. hlm. 40
Herliansyah S. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang. dalam http://iandadonara
.blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html diakses pada 31 Maret
2016
13
H. Aboebakar Atjeh.. hlm. 55

12

12

takdir sesuatu telah diciptakan sebelum sesuatu itu ada. Sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits bahwa takdir segala sesuatu telah Allah
ciptakan ribuan tahun sebelum sesuatu itu diciptakan. Mengenai
masalha takdir ini, golongan Mu‟tazilah berpendapat bahwa segala
sesuatu yang terjadi pada manusia karena usaha tangan mereka sendiri,
tanpa ada campur tangan Allah14.
Namun dilain sisi kaum Jabariyyah mempunyai I‟tiqod yang bertolak
belakang dengan I‟tiqod kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat
bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena segalanya telah
ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar
sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah.15.
d. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Kitab Allah
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah
Al-Qur‟an itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy‟ariyah
dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur‟an adalah Qadim bukan
makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan
bahwa Al-Qur‟an tidak Qadim karena Al-Qur‟an itu makhluk
(diciptakan)16.
e. Hukum Fiqih dan Pembagiannya
Selain beberapa pembagian aqidah cabang diatas, termasuk juga
didalamnya adalah hukum syari‟at, yang biasanya disebut dengan
hukum Fiqih. Dimana didalam hukum fiqih ini ditemukan sangat
banyak perbedaan pemahaman dalam memahami hukum Islam,
dikarenakan adanya perbedaan pemahaman dalam memahami dalildalil dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Adapun beberapa dasar dalam
ilmu fiqih diantaranya adalah ;

14

Ibid. hlm. 48
Disebutan juga dalam Al-Utsaimin. hlm 59. Bahwa Qadariyah, majusi umat ini yang
berkata bahwa Allah tidak mentakdirkan perbuatan manusia, perbuatan manusia diluar kehendak
Allah dan tidak diciptakan Allah.
15
Herliansyah S. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang
16
Ibid

13

1) Tentang Hukum-Hukum Syariat
Yakni pembahasan tentang apa-apa saja yang diputuskan oleh
syari‟at islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh alUtsaimin, yang dimaksud dengan hukum adalah “apa-apa saja
yang ditetapkan oleh seruan syari‟at yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syari‟at) dari tuntutan
atau pilihan atau peletakan”17.
Adapun bagian-bagian dari hukum-hukum Islam diantaranya
adalah tentang apa yang diwajibkan, apa yang mandub, apa yang
diharamkan, apa yang mubah, dan apa yang makruh. Termasuk
juga didalamnya adalah pembagian tentang sah tidaknya suatu
ibadah dan amalan.
2) Ijma’
Ijma‟ atau yang biasanya disebut dengan kesepakatan para Ulama
juga termasuk kedalam bagian dari aqidah cabang, dimana dalam
ijma‟ juga terdapat sangat banyak perbedaan keputusan oleh para
ulama. Diantara pembagian ijma‟ diantaranya adalah ijma‟ Qoth‟i
dan Ijma Dzonni. Ijma. Qoth‟i adaah ijma‟ yang diketahui
keberadaannya dikalangan umat ini dengan pasti, seperti ijma‟ atas
wajibnya solat 5 waktu dan haramnya zina. Ijma‟ seperti ini tidak
ada seorangpun ulama yang mengingkarinya, dikarenakan ada
hujjah yang jelas dari Al-Qur‟an dan Sunnah.
Adapun Ijma‟ Dzonni adalah ijma‟ yang tidak diketahui kecuali
dengan dicari dan dipelajari hukum-hukumnya. Disinilah para
ulama banyak berbeda pendapat, karena jumhur ulama memiliki
banyak perbedaan pendapat dengan ijma‟ ulama yang lainnya 18.

Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin. 2007. Judul asli “Al-Ushul min „Ilmil Ushul” terj.
Abu Shilah dan Ummu Shilah “Prinsip Ilmu Ushul Fiqih”. Bab Hukum-Hukum. Hlm. 6. Tp.
18
Ibid. Hal. 100-104
17

14

3) Qiyas
Adalah penyamaan hukum yang masih belum ada dalam Al-Qur‟an
dan Sunnah dengan cara melihat kesamaan dari sebab akibat
sesuatu tersebut19.
Sebagaimana dengan penetapan hukum terhadap rokok yang tidak
terdapat didalam Al-Qur‟an. Maka untuk menetapkan hukumnya
sebagian Ulama meng-qiyas kan hukum rokok dengan hukum
khamar dan dalil-dalil tentang larangan untuk mendzalimi diri
sendiri dan mendzalimmi orang lain.

19

Ibid. Hlm. 105

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Akidah berarti simpulan atau ikatan, secara istilah dapat kita artikan
sebagai sesuatu keyakian yang mengakar didalam hati seseorang dalam
meyakini Allah, akidah disebut juga dengan iman.
Akidah pokok adalah akidah yang nilai-nilainya masih tidak mengalami
perubahan sejak zaman Nabi. Dimana pada masa itu persoalan masalah
akidah masih sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dipecah belahkan.
Adapun yang dimaksud dengan akidah pokok adalah 6 aspek yang
kesemuanya merupakan rukun Iman. Adapun keenam aspek tersebut adalah :
Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-Kitab
Allah, Iman kepada Rasul-Rasul Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman
kepada Qadar.
Akidah cabang adalah perbedaan pemahaman dalam memahami masalah
akidah atau keimanan dalam keompok-kelompok atau aliran dalam Islam.
Sehingga munculah cabang-cabang dan perbedaan dalam memahami rukun
iman yang 6 tersebut. Termasuk juga didalam aqidah cabang adalah apa yang
disebut dengan hukum syari‟at atau yang biasa disebut dengan hukum fiqih.
Diantaranya yang membahas tentang apa itu yang haram, wajib, mubah,
sunnah, makruh, apa yang sah, apa yang membatalkan, dan yang sejenisnya.

2.

Saran
Dengan adanya makalah singkat ini, penulis berharap agar para pembaca
dapat memahami apa yang dimaksud dengan akidah pokok dan akidah
cabang. Serta tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi kami agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang
mungkin tidak kami sadari dalam penyusunan makalah ini, dan sebagia bahan
bagi kami untuk melakukan perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Shalih al-Utsaimin, Syaikh Muhammad. 1996. Syarah Aqidah al-Washithiyah.
Terj. Izzudin Karimi, Lc. Riyadh : Dar ats-Tsurayya.
Shalih al-Utsaimin, Syaikh Muhammad. 2007. Judul asli “Al-Ushul min „Ilmil
Ushul” terj. Abu Shilah dan Ummu Shilah “Prinsip Ilmu Ushul Fiqih”. Tp.
Ismail, Ahmad Munawar, dkk. 2012. Islam dan Pembentukan Jati Diri Bangsa
Melayu. Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia
Atjeh, H. Aboebakar. 1966. Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam). Jakarta : Tintamas.
Ali, Maulana Muhammad. 1977. The Reigion of Islam “Islamologi”. Terj. CV
Darul Kutubil Islamiyah. Jakarta : CV Darul Kutubil Islamiyah.
Syam, Nur. 2014. Buku Siswa Akidah Akhlak MA. Kementrian Agama Republik
Indonesia. Cet. Ke-1.
Murodhi, Muhammad. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidahcabang.html
S, Herliansyah. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang. dalam
http://iandadonara
.blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokokdan-cabang.html
Siroj. 2014. akidah Pokok dan Cabang Dalam Islam. dalam
http://www.siroj.cf/2014/08/akidah-pokok-dan-cabang-dalam-islam.html