Kata kunci: quality evaluation framework (QEF), business process model and

  

Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1500-1507 http://j-ptiik.ub.ac.id

Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Metode Quality

Evaluation Framework (QEF)

  

(Studi Kasus: CV. Mulyo Tani Makmur)

1 2 3 Laurensia Clara Sakti , Aditya Rachmadi , Retno Indah Rokhmawati

  Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

  1

  2

  3 Email: [email protected], [email protected], [email protected]

  

Abstrak

  CV. Mulyo Tani Makmur adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam produksi pupuk. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, maka hal yang paling utama adalah proses produksi. Proses produksi berpengaruh besar dalam produksi yang dihasilkan. Semua proses harus dilakukan secara benar. Namun pada kenyataannya, tidak semua proses yang dilakukan tepat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Sehingga berbagai hal atau situasi tersebut dapat menghambat jalannya perusahaan untuk mencapai target dan berisiko terhadap kerugian yang akan ditimbulkan bagi perusahaan. Berdasarkan adanya indikasi permasalahan yang muncul, maka penelitian ini melakukan evaluasi terhadap proses bisnis yang sedang berjalan dengan mengadaptasi metode Quality Evaluation Framework (QEF). Metode QEF membantu dalam mengetahui ketidaksesuaian yang terjadi antara target dengan hasil kalkulasi. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan menentukan kebutuhan non-fungsional dan proses inti yang dimodelkan dengan menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN) versi 2.0. Kemudian melakukan perhitungan sesuai dengan persamaan dalam QEF berdasarkan quality factors yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari perhitungan terlihat apakah quality factors sesuai atau tidak. Ketidaksesuaian yang muncul dianalisa menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA) untuk mencari akar penyebab masalah. Hasil dari RCA diharapkan mampu membantu perusahaan dalam meminimalisir permasalahan pada proses bisnis yang sedang berjalan.

  

Kata kunci: quality evaluation framework (QEF), business process model and

notation (BPMN), quality factors, proses bisnis, root cause analysis (RCA)

  

Abstract

CV. Mulyo Tani Makmur is a manufacturing company engaged in the production of fertilizers. As a

company engaged in manufacturing, then the main thing process is the production process. The

production process has a major effect on the resulting production. All processes must be done correctly.

However, in reality, not all processes are performed in accordance with Standard Operating Procedures

(SOP). So that various things or situations can hamper the way the company to achieve targets and at

risk of losses to be generated for the company. Based on the indications of emerging problems, this

study evaluates the ongoing business process by adapting the Quality Evaluation Framework (QEF)

method. The QEF method assists in knowing the non-conformity between the target and the calculated

result. The first thing to do is to determine the non-functional requirements and core processes that are

modeled using Business Process Model and Notation (BPMN) version 2.0. Then perform the

calculations according to the equations in QEF based on predetermined quality factors. The result of

the calculation shows whether the quality factors are appropriate or not. The inconsistencies are

analyzed using the Root Cause Analysis (RCA) method to find the root cause of the problem. The results

of the RCA is expected to assist the company in minimizing the problems in the running business process.

  

Keywords: quality evaluation framework (qef), business process model and notation (bpmn), quality

factors, business processes, root cause analysis (rca) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

  

1500

1. PENDAHULUAN

  Sebuah perusahaan dapat mencapai tujuan bisnisnya dengan cara yang efisien dan efektif hanya jika manusia dan sumber daya perusahaan lainnya, seperti sistem informasi, mampu bekerja bersama dengan baik.

  CV. Mulyo Tani Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang berfokus pada produksi pupuk. Proses produksi merupakan hal yang paling utama dalam perusahaan manufaktur. Namun kegiatan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh proses bisnis yang efektif dan efisien dalam kegiatan internal perusahaan. Permasalahan dan kendala dalam proses bisnis pasti dialami oleh setiap perusahaan, termasuk CV. Mulyo Tani Makmur.

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak CV. Mulyo Tani Makmur, proses produksi memiliki beberapa bagian mulai dari proses granulasi hingga pengemasan. Kemudian didapatkan informasi bahwa beberapa kali terjadi salah pencampuran formula dalam membuat sebuah produk pupuk. Salah pencampuran merupakan kegiatan yang termasuk dalam bagian proses produksi yaitu pada bagian granulasi. Hal itu akan menghambat proses produksi dan akan membutuhkan waktu tambahan dalam pengerjaan ulang. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk memproduksi akan terbuang karena kesalahan pembuatan formula. Tidak hanya itu jumlah produksi yang dihasilkan sering melebihi kebutuhan produk yang diperlukan. Penimbunan stok yang terus menerus mampu menurunkan kualitas dari produk itu sendiri. Dari pernyataan sebelumnya menunjukkan adanya indikasi permasalahan pada proses bisnis dalam CV. Mulyo Tani Makmur. Sehingga sangat penting untuk mengetahui proses bisnis dari awal persiapan produksi hingga hasil produksi siap untuk disalurkan.

  Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terhadap proses bisnis yang sedang berjalan. Karena belum pernah dilakukan evaluasi terhadap proses bisnis yang sedang berjalan dalam perusahaan CV. Mulyo Tani Makmur sebelumnya.

  Untuk mendapatkan proses bisnis yang lebih efektif dan efisien pada CV. Mulyo Tani Makmur, dilakukan evaluasi menggunakan

  Quality Evaluation Framework (QEF). Metode

  QEF merupakan metode yang dikembangkan mealui berapa tools dari pemodelan proses bisnis untuk melakukan evaluasi dan tolak ukur terhadap proses tertentu.

  Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (Studi Kasus: CV. Mulyo Tani Makmur)”. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat mengevaluasi proses bisnis yang ada sehingga sesuai dengan tujuan perusahaan.

  2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

  2.1 Quality Evaluation Framework (QEF) Quality Evaluation Framework (QEF)

  menggunakan pemodelan konseptual, yaitu kegiatan resmi yang menjelaskan beberapa aspek dari dunia fisik dan sosial disekitar kita untuk tujuan pemahaman dan komunikasi. Tujuan untuk pendekatan QEF adalah untuk pendekatan yang sistematis sehingga pemodel dapat menggunakan secara konsisten dan berulang (Heidari & Loucopoulus, 2014). Tujuan QEF (Heidari & Loucopoulus, 2014): 1.

  Memperkenalkan kerangka kerja evaluasi kualitas berisi cara yang sistematis dan generic untuk evaluasi kualitas proses bisnis dengan mempertimbangkan dasar evaluasi model BPM 2. Untuk mengevaluasi proses obyektif dan kualitatif atas dasar faktor kualitas dan metrik untuk konsep proses bisnis utama. Faktor-faktor kualitas ini dan metrik terkait memberikan stakeholder dengan kemampuan untuk menguji seberapa baik proses bisnis mereka melakukan terhadap sasaran mutu. Dari Tujuan QEF yang telah disebutkan, menunjukan bahwa QEF hanya terbatas hingga proses mengevaluasi proses bisnis yang telah berjalan.

  Tabel 1. Faktor Kualitas QEF Dimension Factor Performance

  Throughput Cycle Time Timeliness Cost

  Efficiency Resource efficiency Time efficiency

  Cost efficiency 3.

METODOLOGI PENELITIAN

  Reliableness

  Metodologi penelitian merupakan kerangka

  Reliability Failure frequency alur yang digunakan dalam penelitian.

  Time to failure Recoverability Time to recover

  Pengumpulan Mulai Studi Literatur data

  Maturity Permissability Authority

  Time to shortage Analisa Faktor Evaluasi Pemodelan

  Kegagalan Proses Bisnis proses bisnis Availability Time to access dengan Root dengan QEF dengan BPMN

  Cause Analysis Avaibleness

  Pengambilan

2.2 Fishbone Diagram

  Kesimpulan Selesai dan Saran

  Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau

  Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian

  masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming. Masalah akan

  4.

  dipecah menjadi sejumlah kategori yang PEMODELAN DAN EVALUASI

PROSES BISNIS

  berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap

  4.1 Identifikasi Proses Bisnis

  kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

  Identifikasi proses bisnis diperoleh setelah Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang wawancara awal dan observasi selesai

  Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ dilakukan. Setelah mengetahui secara Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan keseluruhan proses bisnis ini dari awal hingga mengorganisasi penyebab-penyebab yang akhir, maka dilakukan dengan cara mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan mengelompokan aktivitas tersebut dengan kemudian memisahkan akar penyebabnya . menggunakan metode Value Chain Analysis. Sering dijumpai orang m engatakan “penyebab

  Identifikasi proses bisnis pada CV. Mulyo Tani yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus Makmur dapat dilihat pada gambar 2. harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.

  Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi

  • – perhatian penting perusahaan. Masalah masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri manufaktur khusunya antara lain (Kusnadi, 2011) adalah : a.

  keterlambatan proses produksi

  Gambar 2. Value Chain pada CV. Mulyo Tani b.

  tingkat defect (cacat) produk yang tinggi

  Makmur c.

  mesin produksi yang sering mengalami trouble Aktivitas-aktivitas utama yang telah d. output lini produksi yang tidak stabil yang disebutkan tidak semua akan diteliti, karena berakibat kacaunya plan produksi berdasarkan wawancara, menurut pihak e. produktivitas yang tidak mencapai target perusahaan hanya proses produksi yang f. complain pelanggan yang terus berulang memiliki dampak paling besar untuk perusahan yang bergerak di bidang manufaktur. Untuk itulah hanya proses produksi saja yang akan diteliti. Pengadaan Bahan Baku, Pemilihan Bahan Baku, Proses Produksi, Uji kulitas Produk, Penyimpanan, Pengendalian Produk Tidak Sesuai termasuk dalam proses produksi, maka proses itulah yang akan menjadi bahan yang akan diteliti dan akan dimodelkan proses bisnisnya.

4.2 Pemodelan Proses Bisnis

  Yang terlibat dalam proses ini adalah Direktur, Wakil Manajemen, dan Kepala Bagian Monitoring. Aktivitas awal adalah inspeksi hingga tindakan perbaikan.

  Gambar 3. Pemodelan pada proses bisnis pengadaan bahan baku

  Q8 Lama proses produksi Q9 Kesesuaian hasil produksi (untuk permintaan pelanggan) dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)

  Q7 Ketidaksesuaian bahan baku yang dikirim oleh pemasok

  Q6 Kesesuaian bahan baku yang dipesan dengan spesifikasi Purchase Order (PO)

  Q5 Kecepatan pengiriman bahan baku dari pemasok (time to access)

  Q4 Maksimal kecepatan waktu penurunan Purchase Order (PO) ke pemasok (time to access )

  Q3 Harga perhitungan bahan baku menggunakan harga pembelian bahan baku terakhir (cost)

  Q2 Kesesuaian jumlah bahan baku di gudang dengan data historis (availableness)

  Jumlah bahan baku sesuai dengan perencanaan kebutuhan pada saat produksi (resource efficiency)

  Tabel 2. Quality Factor pada Proses Bisnis Utama Kode Quality Factors Q1

  Langkah pertama yang dilakukan dalam melakukan evaluasi dengan metode QEF adalah mengidentifikasi Quality Factor. Identifikasi Quality Factor didapatkan melalui proses wawancara dengan beberapa pihak terkait, seperti Direktur, Manager, Kepala Produksi, Staff Produksi, Quality Control, Administrasi. Juga melalui beberapa observasi di lapangan secara langsung. Hasilnya akan ditemukan indikator-indikator yang akan diukur dalam proses bisnis yang ada.

  4.3.1 Dimensi Quality Factors

  4.3 Evaluasi Proses Bisnis

  4.2.1 Pengadaan Bahan baku

  Yang terlibat dalam proses ini adalah Admin, Kepala Produksi, Staff Produksi. Masukan yang dibutuhkan adalah surat perintah kerja dari Admin kepada kepala produksi. Kepala Produksi membuat daftar pembelian. Hasil akhirnya jika bahan baku datang staff produksi yang bertugas melakukan pemindahan.Pemodelan dapat dilihat pada Gambar 3.

  Yang terlibat dalam proses ini adlah Staff Produksi, namun staff Produksi juga sekaligus menjadi bagian Gudang. Aktivitas yang terjadi dari pemindahan hasil produksi hingga peletakan hasil produksi di dalam gudang.

  4.2.5 Penyimpanan

  (QC). QC akan melakukan pengujian sampel hasil produksi dan keluarannya berupa keterangan lolos atau tidaknya uji kualitas.

  Control

  Proses ini merupakan bagian dari proses produksi, yang terlibat adalah adalah Quality

  4.2.4 Uji Kualitas Produk

  Staff Produksi. Aktivitas pertama Kepala Produksi akan memberikan surat tugas kepada Staff produksi untuk melakukan proses produksi hingga akhir produksi. QC akan membantu ditegah aktivitas produksi saat uji kualitas produk.

  Quality Control (QC), Kepala Produksi, dan

  Yang terlibat dalam proses ini adalah

  4.2.3 Proses Produksi

  Staff Produksi. Pertama staff produksi akan melakukan pemisahan bahan baku, kemudian QC akan melakukan pengujian bahan baku. Aktivitas terakhir Kepala Produksi akan menerima surat terima bahan baku lolos uji.

  Quality Control (QC), Kepala Produksi, dan

  Yang terlibat dalam proses ini adalah

  4.2.2 Pemilihan Bahan baku

  4.2.6 Pengendalian Produksi Tidak Sesuai

  Q10 Ketepatan penggunaan bahan baku (resource analysis)

  Q11 Ketepatan waktu proses granulasi (timeliness)

  Q12 Maksimal kecepatan waktu saat mengalami kesalahan dalam proses produksi (time to recover)

  Q13 Kesesuaian spesifikasi

  Q14 Lama proses hasil uji Q15 Updating informasi barang hasil produksi dalam gudang

  Q16 Maksimal kecepatan waktu menangani penumpukan barang (time to recover)

  Q17 Penggunaan gudang untuk penyimpanan hingga barang keluar (time efficiency)

  Q18 Ketidaksesuaian hasil produksi Q19 Waktu penanganan hasil produksi yang tidak sesuai (time to recover)

  Q20 Waktu untuk perbaikan kesalahan hasil produksi (time to failure)

  3. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q3 Perencanaan yang dilakukan oleh kepala produksi berpatokan pada MOU yang telah disepakati degan pelanggan. Jadi dalam menentukan perencanaan tidak melebihi anggaran yang ada pada MOU atau harga jual yang telah diberikan kepada pelanggan agar tidak rugi.

  2. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q2 Setiap hari kerja selalu dilakukan pencatatan oleh staf produksi yang bertugas saat itu. Ketersediaan bahan baku di gudang sesuai dengan data historis/pencatatan yang dilakukan.

4.3.2 Hasil Pengukuran Quality Factors

  Q4 30menit 60menit Q5 4 hari 7 hari Q6 100% sesuai 100% Q7 0% tidak sesuai 5% yang tidak sesuai Q8 14 hari kerja

  Identifikasi Hasil Kalkulasi Q1 Perencanaan bahan baku yang direncanakan di awal merupakan hasil perkiraan yang dilakukan oleh kepala produksi sesuai dengan permintaan pemesanan pelanggan. Sehingga perencanaan yang dibuat akan sesuai saat bahan baku itu dibutuhkan saat produksi.

  8. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q8 Setelah dihitung, maka didapatkan jumlah rata-rata lama waktu pengerjaan proses produksi yaitu 13.67, dibulatkan menjadi 14 hari kerja.

  Sekitar 5% dari total bahan yang datang tidak sesuai spesifikasi.

  7. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q7 Belum pernah barang yang pertama kali datang dari supllier seluruhnya sesuai. Ada beberapa bahan baku yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

  6. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q6 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak admin, tidak pernah terjadi kesalahan dalam pemesanan. Karena pemesanan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disesuaikan dengan pesanan pelanggan.

  5. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q5 Seluruh durasi Kecepatan pengiriman bahan baku dari pemasok dirata-rata, maka didapatkan hasil 3.84 yang dibulatkan menjadi 4 hari kerja.

  4. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q4 Kepala produksi yang telah melakukan perencanaan pembelian/ membuat daftar pembelian menyerahkan kepada admin. Bagian admin akan meminta tanda tangan persetujuan dari direktur untuk melakukan pembelian ke supplier. Karena semua ini masih dikerjakan secara manual dengan membuat surat dan harus bertemu direktur, maka terkadang bisa hingga 1 jam. Barulah setelah itu admin bisa memberikan surat persetujuan tersebut kepada kepala produksi untuk melakukan pemesanan.

  Melakukan kalkulasi/perhitungan yang sesuai dengan perhitungan pada QEF. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Perhitungan QEF Kode Target Hasil Q1 100% sesuai 100% Q2 100% sesuai 100% Q3

  Identifikasi hasil sebagai berikut: 1.

  14 hari kerja berdasarkan rata-rata Q9 100% sesuai 100% sesuai Q10

  Q20 <= 1 minggu 1minggu

  Q19 1 hari 1 hari

  <= 5% yang tidak sesuai 10% yangtidak sesuai

  100% penggunaan Q18

  Q16 ½ hari kerja Rata-rata 1 hari Q17 100% penggunaan

  Harga beli <= harga perencanaan Harga beli <= harga perencanaan

  Q11 60 menit 60 menit Q12 60 menit 60 menit Q13 100% sesuai 95% sesuai Q14 <= 2 minggu <= 2 minggu Q15

  100% tepat penggunaan 90% tepat penggunaan

  100% pelaksanaan updating 0/ tidak ada updating

  9. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q9 Kesesuaian hasil produksi harus sesuai standar dengan SNI agar sesuai juga dengan permintaan pelanggan. Dimana barang yang dikirim pelanggan haruslah sejumlah yang diminta dan telah lulus uji Quality

  under size . Dari keseluruhan yang

  3 Q10 Ketepatan penggunaan bahan baku (resource analysis)

  2 Q7 Ketidaksesuaian bahan baku yang dikirim oleh pemasok

  1 Q4 Maksimal kecepatan waktu penurunan Purchase Order (PO) ke pemasok (time to access)

  Tabel 4 Ketidaksesuaian Hasil No Kode Quality Factor

  Setelah mengukur kinerja dari proses- proses, maka didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang tidak sesuai dengan target yang ditentukan oleh perusahaan. Hasil ketidaksesuaian telah dikonfirmasi berdasarkan wawancara bahwa ketidaksesuaian yang muncul tersebut adalah suatu permasalahan. Ketidaksesuaan yang terjadi terangkum pada Tabel 3.

  4.3.3 Identifikasi Faktor Kualitas

  20. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q20 Jika terjadi kesalahan, maka akan ada penanganan/penyelesaian masalah. Maka tindakan perbaikan akan menyesuaikan dengan waktu dan ketentuan sesuai dengan rencana penangan yang telah dibuat.

  19. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q19 Bila terjadi ketidaksesuaian, maka hal ini setidaknya memerlukan 1 hari kerja untuk berdiskusi penanganan/ pemberian solusi yang tepat.

  dihasilkan ada sekitar 10% tidak berada dikategori on size.

  18. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q18 CV. Mulyo Tani Makmur memiliki 3 kriteria bentuk yaitu over size, on size, dan

  Control

  Karena perusahaan akan tetep melakukan penyimpanan digudang bila ada surat/perjanjian MOU yang jelas.

  17. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q17 Batas penyimpanan yang ada di gudang akan disesuaikan dengan MOU diawal perjanjian dengan pelanggan. Baik itu perjanjian di awal maupun perpanjangan.

  16. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q16 Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian gudang, untuk beberapa kali sering terjadi penumpukan barang dalam gudang. Hal itu harus segera ditangani oleh perusahaan karena akan menghambat proses penyimpanan hasil produksi yang baru. Maka dari itu jika terjadi hal seperti ini, perusahaan akan melakukan penanganan sekitar 1 hari kerja, karena harus menghubungi pihak pelanggan yang belum mengambil barangnya atau belum melakukan pelunasan dan terkait administrasi.

  15. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q15 Proses updating dalam gudang hanya berupa pencatatan bahan baku yang dilakukan setiap harinya. Namun untuk hasil produksi yang disimpan digudang tidak dilakukan update/perbaruan data setiap hari. Hanya diawal saat barang itu dipindahkan ke gudang setelah dari proses produksi. Nantinya barang itu akan dicatat kembali saat setelah barang hasil produksi tersebut dikeluarkan dari gudang.

  14. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q14 Untuk pengecekkan di dalam lab internal perusahaan bisa selesai dilakukan dalam 1 hingga 2 hari. Sedangkan untuk lab di luar perusahaan bisa menunggu 1 hingga 2 minggu, karena harus mengantri.

  13. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q13 Tidak semua yang diuji di lab 100% lolos sesuai spesifikasi. ada sekitar 5% dari yang diuji lab tidak sesuai spesifikasi yang ada.

  12. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q12 Waktu yang diperlukan untuk bisa memulai meneruskan kembali proses produksi dibutuhkan waktu sekitar 60 menit menurut hasil wawancara dengan bagian produksi. Waktu itu sudah termasuk waktu saat mengalami kegagalan yang mengharuskan menghentikan proses produksi hingga proses produksi dapat berjalan kembali.

  11. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q11 Berdasarkan wawancara dan hasil observasi, proses granulasi ini rata-rata bisa diselesaikan dalam waktu tidak melibihi 60 menit.

  10. Identifikasi Hasil Kalkulasi Q10 Saat sudah melakukan proses produksi, penggunaan bahan baku itu tidak sesuai yang direncanakan. Sehingga bahan baku yang dibeli lebih daripada penggunaannya.

  , sehingga jumlahnya akan selalu sama dengan permintaan pelanggan.

  4 Q13 Kesesuaian spesifikasi

  5 Q15 Updating informasi barang hasil produksi dalam gudang

  Penyebab pada kode Q15 adalah tidak ada petugas yang melakukan pengecekan dalam gudang, tidak ada prosedur yang menjelaskan mengenai updating informasi barang hasil produksi, dan tidak ada pengecekan secara berkala mengenai barang hasil produksi di dalam gudang.

  Gambar 4. Analisa Fishbone Diagram pada Kode Q4

  1. Hasil dari evaluasi pada CV. Mulyo Tani Makmur menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) yaitu didapatkan 20 Quality Factors pada proses bisnis yang dianggap penting oleh perusahaan dan telah dimodelkan menggunakan BPMN. Namun hasil perhitungan dari 20 Quality Factors tidak semua faktor sesuai dengan target yang ditentukan oleh CV. Mulyo Tani Makmur.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  6. KESIMPULAN

  Ada beberapa akar penyebab masalah yang tidak hanya muncul dalam satu kode faktor saja, seperti tenaga kerja yang tidak mengerti dan kurang memahami SOP, kurangnya pengawasan dari kepala produksi dan quality control, serta pengaruh kondisi lingkungan dalam pabrik yang lembap, serta tidak adanya pengecekkan yang dilakukan secara berkala dalam gudang. Kesamaan akar permasalahan yang muncul dikarenakan antara satu kode faktor dan kode faktor lainnya memiliki proses yang saling berkaitan.

  Penyebab pada kode Q18 adalah mutu dari bahan baku yang buruk, tenaga kerja kurang disiplin dan terampil, kelalaian yang dilakukan tenaga kerja, tenaga kerja tidak mematuhi SOP, kurangnya pemeliharaan terhadap mesin produksi, serta kurangnya kontrol dan pengawasan selama proses produksi berlangsung.

  g.

  Penyebab pada kode Q16 adalah pelanggan melanggar perjanjian diawal mengenai batas waktu penyimpanan dalam gudang, kurang komunikasi antara staf produksi dengan kepala produksi, staf produksi kurang tanggap terhadap situasi yang terjadi di gudang penyimpanan, tidak ada pelaporan bahan apa saja yang masih digudang secara berkala.

  f.

  e.

  6 Q16 Maksimal kecepatan waktu menangani penumpukan barang (time to recover)

  Penyebab pada kode Q13 adalah kurangnya pelatihan terhadap staf baru bagian produksi, kurangnya pengawasan dari Quality Control, produk yang tidak dikemas dengan benar mampu menyebabkan kerusakan saat pemindahan barang hasil produksi, dan tingkat kelembapan yang tinggi di area pabrik.

  d.

  Penyebab pada kode Q10 adalah penyimpanan bahan baku yang terlalu lama dalam gudang, tenaga kerja tidak mematuhi SOP, kurangnya pengawasan dari kepala produksi selama proses produksi berlangsung, tidak ada prosedur yang jelas mengenai pencatatan penggunaan bahan baku dan tingkat kelembapan yang tinggi di area gudang.

  c.

  Penyebab pada kode Q7 adalah alat pengangkut bahan baku dalam kondisi buruk, pengeringan bahan baku yang tidak maksimal, kurangnya tenaga kerja yang mengerti mengenai SOP, kurangnya komunikasi antara pemasok dengan perusahaan dan COA yang dimiliki pemasok tidak sesuai.

  b.

  Fishbone Diagram dapat dilihat pada gambar 4.

  Penyebab pada kode Q4 adalah keterbatasan penggunaan komputer yaitu hanya 1 komputer pada bagian Administrasi kantor sehingga tidak ada sistem yang terkomputerisasai, terbatasnya staf administrasi kantor dan tidak ada pengukuran khusus kapan harus melakukan order ke pemasok. Analisa

  Kode yang mengalami ketidaksesuaian dilakukan analisa dengan Fishbone Diagram. Maka didapatkan penyebabnya, sebagai berikut: a.

  7 Q18 Ketidaksesuaian hasil produksi 5.

ANALISA FAKTOR KEGAGALAN

  Ada beberapa Quality Factors yang System. mengalami ketidaksesuaian pada hasil

  Kusnadi, E., 2011. Fishbone Diagram dan perhitungan Quality Factors yang ditemukan Langkah-Langkah Pembuatannya. pada kode Q4, kode Q7, kode Q10, kode

  [Online] Available Q13, kode Q15, kode Q16 dan kode Q18. at:https://eriskusnadi.wordpress.com/20 2. Akar permasalahan dianalisa menggunakan

  11/12/24/fishbone-diagram-dan- metode fishbone diagram dengan langkah-langkah-pembuatannya/ mengelompokkan

  6 kategori akar [Diakses 14 November 2016]. permasalahan untuk Quality Factors yang

  Purba, H., 2008. Diagram Fishbone dari mengalami ketidaksesuaian. Hasil penyebab Ishikawa. [Online] Available at: ketidakseuaian sebagai berikut: http://hardipurba.com/index.php/2008/0 a. Keterbatasan komputer yang dimiliki perusahaan, hanya memiliki satu unit 9/25/diagram-fishbone-dari-ishikawa/ komputer di gudang. Sehingga tidak [Diakses 3 Maret 2017]. adanya sistem yang terkomputerisasi

  Ward, J. & Peppard, J., 2002. Strategic Planning antara proses satu dengan proses For Information Systems. 3rd penyunt. lainnya.

  UK: John Wiley and Sons.

  b.

  Tidak ada prosedur yang secara rinci Weske, M., 2012. Business Process mengenai pencatatan di dalam Gudang,

  Management Concepts, Languages, seperti updating informasi barang, Architectures. 2nd penyunt. Berlin: bahan baku, dan hasil produksi secara Springer. berkala.

  c.

  Tidak ada pengukuran khusus untuk melakukan order ke pemasok d.

  Tenaga kerja yang dimiliki tidak mendapatkan pelatihan lebih mendalam.

  Sehingga tenaga kerja tidak mengerti prosedur kerja/Standar Operasional Prosedur (SOP) e. Kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Quality Control dan Kepala

  Produksi terkait aktivitas produksi. Tenaga kerja menjadi tidak disiplin dan sering mengalami kelalaian kerja.

  f.

  Penurunan mutu dari bahan baku karena penyimpaanan terlalu lama dan terjadi kesalahan komunikasi antara pemasok dengan perusahaan.

  g.

  Kurangnya pemeliharaan terhadap mesin produksi dan alat pengangkut serta tingkat kelembapan dalam pabrik. Ada beberapa penyebab/akar permasalahan yang muncul tidak hanya dalam satu kode Quality Factors, namun juga muncul dalam kode Quality Factors lainnya. Hal itu disebabkan karena ada beberapa kode faktor memiliki kerterkaitan satu dengan lainnya.

7. DAFTAR PUSTAKA

  Heidari, F. & Loucopoulus, P., 2014. Quality Evaluation Framework (QEF): Modeling and Evaluating Quality of Business Processes. International Journal of Accounting Information