Oleh Edy Faishal Muttaqin Pendahuluan - LEGAL ARGUMENTATION; The Perspective of Science of Law and Islamic of Law
2. Kesalahpahaman yang berkaitan dengan peran logika dalam proses
Praktis bertujuan sebagai legal problem solving. Untuk mencapai tujuan
11 pengambilan keputusan oleh hakim dan pertimbangan-
tersebut maka dibutuhkan ars yang merupakan ketrampilan ilmiah. pertimbangan yang melandasi keputusan. Hakim senantiasa atau
Pakar Ilmu Hukum sangat membutuhkan ars sebagai output langkah kerapkali menganggap bahwa proses pengambilan keputusan tidak legal problem solving yang dituangkan ke dalam bentuk penyusunan legal
selalu logis, sedangkan bagi sebagian kalangan yang mendukung logika opinion, yang mana ars dalam konteks ini mengandung maksud sebagai
berpendirian bahwa antara proses pengambilan keputusan dan legal reasoning atau legal argumentation (Argumentasi Hukum), yang
tanggung jawab suatu keputusan tidak dapat dipisahkan. Bagi proses, hakikatnya adalah 12 giving reason. logika tidak penting, tetapi bagi pertimbangan, logika keputusan
sangatlah penting. Pertanyaan tentang bagaimanakah merumuskan Tatkala kita membahas Argumentasi Hukum, maka kita tidak
mungkin mengabaikan peranan logika. Logika secara terminologis, Argumentasi Hukum, bukanlah pertanyaan logika, tapi pertanyaan :
de juridische methodenleer en rechtsvinding theorieen (ajaran diartikan sebagai suatu metode yang penilaian terhadap ketepatan
metode dan teori penemuan hukum).
penalaran yang dipakai untuk menyampaikan suatu argumentasi, sedangkan teori argumentasi adalah cara untuk mengkaji bagaimana
3. Kesalahpahaman yang berkaitan dengan alur logika formal dalam menganalisis dan merumuskan suatu argumentasi (secara cepat dan jelas),
menarik suatu kesimpulan.
serta rasional yang kemudian diimplementasikan dengan cara
4. Kesalahpahaman yang berkaitan dengan aspek substansial dalam mengembangkan kreteria universal dan/atau kreteria yuridis sebagai suatu
Argumentasi Hukum.
landasan rasional Argumentasi Hukum.
5. Kesalahpahaman yang berkaitan dengan tidak adanya kriteria formal
Tradisi lama Ilmu Hukum dalam kajian Argumentasi Hukum adalah yang jelas tentang hakikat rasionalitas nilai di dalam hukum. 14 implementasi pendekatan formal logis, yang mencakup pembagian model logika berdasarkan bentuk analisanya. Dalam analisa rasionalitas proposisi
R.G. Soekadijo memiliki pandangan senada mengenai logika. Kata dikembangkan 3 (tiga) model logika, yaitu : 1) Logika silogistis, 2) Logika
“logika’ sebagai istilah, berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan proposisi, dan 3) Logika predikat. Dalam analisa penalaran dikembangkan
untuk meneliti ketepatan penalaran. Setiap orang harus memiliki Logika diontis. Pendekatan formal logis yang menerapkan beberapa model
pengertian yang jelas mengenai penalaran dalam memahami logika. logika berdasarkan bentuk analisanya masing-masing pada tataran praktis
Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Selain penalaran, masih ada menimbulkan 5 (lima) macam kesalahpahaman, yaitu :
beberapa bentuk pemikiran yang lain, misalnya : pengertian atau konsep (conseptus atau concept), proposisi atau pernyataan (propositio atau proposition atau statement), dan penalaran (ratio cinium atau reasoning). Tidak ada
proposisi tanpa pengertian (konsep) dan tidak ada penalaran tanpa
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. Op. cit., hlm. 12. 12 Ibid.
13 E.T. Feteris. Redelijkheid in Juridische Argumentatie. Een Overzicht van Theorieen Over Het Rechtvaardigen van Juridische Beslissingen. (Zwolle : W.E.J. Tjeenk Willink, 1994),
hlm. 2.
14 Ibid., hlm. 25-29.
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 149 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 149
keilmuan tertentu, seta dapat dipercaya. Kesesatan in bertentangan Persoalan dalam Argumentasi Hukum selain mengenai
kesalahpahaman sebagaimana yang diungkapkan oleh R.G. Soekadijo di dengan adagium Latin : “Tantum valet auctoritas, quantum valet atas, adalah kesesatan (fallacy). Kesesatan dapat terjadi baik dalam
argumentation” (nilai wibawa hanya setinggi nilai argumentasinya). penalaran, karena bahasa ataupun dalam hukum. Kesesatan dalam
Contoh kasus adalah dibebaskannya Akbar Tanjung dari tuduhan penalaran bisa terjadi karena yang sesat itu, karena sesuatu hal, dan
melakukan tindak pidana korupsi Buloggate (vrijspraak) dalam penggunaan dana Yanatera Bulog saat dirinya menjadi menteri,
kelihatan tidak masuk akal (irrasional). Apabila seseorang mengemukakan suatu penalaran yang sesat dan ia sendiri tidak melihat kesesatannya, maka
karena menjalankan perintah atasannya (Presiden Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie), sesuai Pasal 51 ayat (1) KUHP yang
penalaran itu disebut sebagai paralogis. Jika penalaran yang sesat itu sengaja
kemudian menjadi yurisprudensi tetap.
digunakan untuk menyesatkan orang lain, maka penalaran ini disebut sofisme. Penalaran dapat sesat, karena bentuknya tidak shahih (tidak valid),
3. Argumentum ad hominem :
hal itu terjadi karena pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah logika. 16 Kesesatan ini terjadi karena ada penolakan atau penerimaan suatu Penalaran juga dapat mengalami kesesatan karena tidak ada
argumentasi atau usulan bukan karena penalaran, namun karena hubungan logis antara premis dan konklusi. Kesesatan yang semacam ini
keadaan orangnya (yang menyampaikan argumentasi atau usulan disebut sebagai kesesatan relevansi mengenai materi penalaran. Model
tersebut). Contoh kasus adalah bagaimana saat politik Apartheid kesesatan yang lain adalah kesesatan karena bahasa. R.G. Soekadijo juga
masih diberlakukan oleh pemerintahan minoritas kulit putih di memaparkan 5 (lima) model kesesatan hukum dalam kaitannya dengan
Afrika Selatan, banyak perlakuan diskriminatif terhadap penduduk Argumentasi Hukum, yaitu : 17 kulit hitam (negro atau black African). Dalam setiap perdebatan,
1. Argumentum ad ignorantiam : menyampaikan argumentasi itu adalah penduduk kulit hitam.
seringkali terjadi penolakan argumentasi, karena yang
Kesesatan ini terjadi apabila seseorang menyampaikan argumentasi
4. Argumentum ad misericordiam :
suatu proposisi sebagai benar, karena tidak terbukti salah atau suatu proposisi salah, karena tidak terbukti benar. Contoh kasus
Kesesatan yang terjadi karena argumentasi yang disampaikan itu adalah dalam proses pengajuan gugatan perdata di Pengadilan
bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan. Contoh kasus Negeri, di mana berdasarkan Pasal 1385 Burgerlijk Wetboek,
adalah adanya dalil-dalil yang dikemukakan oleh para terdakwa di pihak Penggugat harus membuktikan kebenaran dalilnya di depan
depan Majelis Hakim untuk mendapatkan keringanan hukuman Majelis Hakim.
bukan merupakan kesesatan, kecuali jika disampaikan untuk tetap memaksakan dalil pembuktian tidak bersalah.
2. Argumentum ad verecumdiam :
Argumentum ad baculum :
Kesesatan ini terjadi jika ada penolakan atau penerimaan suatu
argumentasi bukan karena nilai penalarannya, namun karena Kesesatan yang terjadi karena penerimaan atau penolakan suatu argumentasi berdasarkan adanya ancaman dan/atau tekanan (under
15 R.G. Soekadijo. Logika Dasar, Tradisional, Simbolik, dan Induktif. (Jakarta : PT
pressure). Contoh kasus adalah ancaman kepada setiap penduduk
Gramedia, 1985), hlm. 3.
yang merokok di fasilitas umum, maka akan dikenakan sanksi
Ibid., hlm. 11. 17 Ibid., hlm. 12-13.
pidana kurungan bagi barang siapa yang melanggarnya, berupa
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 151 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 151
Islam yang salah satu maknanya adalah keselamatan, maka dapat disimpulkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajak umatnya
Argumentasi Hukum Dalam Hukum Islam
kepada kedamaian, persaudaraan, kasih sayang, persatuan, toleransi, dan Argumentasi Hukum dalam Hukum Islam juga memiliki keterkaitan
saling menghargai satu sama lain. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah yang sangat erat, sama dengan eratnya keterkaitan Argumentasi Hukum
SWT, “Dan tiadalah Kami mengutusmu (Wahai Muhammad) melainkan dengan Ilmu Hukum secara mutatis-mutandis. Hukum Islam sangat
sebagai rahmatan lil-alamin, pengasih bagi alam semesta”. (QS. Al-Anbiya’ membutuhkan Argumentasi Hukum dalam menyelesaikan setiap
persoalan atau problematika yang muncul dalam dinamika kehidupan Islam sangat mengecam sikap permusuhan, otoriter (dictator,
masyarakat. Masyarakat yang berkembang dinamis akseleratif seiring otorotitarianism), congkak (takabbur), perpecahan, mau menang sendiri
dengan kemajuan peradaban manusia, di mana memiliki kesadaran (intervensi, aneksasi, dan dominasi), serta melecehkan pihak lain. Allah kolektif terhadap pentingnya sense of value, sense of crisis, dan sense of SWT dalam firman-Nya yang lain, “Hai orang-orang yang beriman, belonging bagi masyarakat itu sendiri dalam kondisi yang penuh janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, kenyamanan, keamanan, keteraturan, serta ketertiban (civil society atau boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula masyarakat madani). sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
Causa prima (pemicu utama) dan cassus belli (penyebab persoalan)
direndahkan itu lebih baik”. (QS. Al-Hujurat [49] : 11)
dari munculnya Argumentasi Hukum adalah adanya perbedaan pendapat Jangankan menyakiti fisik, berkata jelek terhadap saudara seiman,
yang mengarah kepada munculnya suatu perdebatan. Pertanyaan seperti membicarakan kejelekan orang atau ghibah, disamakan dengan kemudian adalah apakah perdebatan itu menjadi debat konstruktif yang makan daging saudara sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah produktif ataukah justru menjadi debat destruktif (kusir) yang kebanyakan prasangka buruk, karena sebagian dari prasangka buruk itu kontraproduktif. dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat [49] : 10 berfirman : menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
merasa jijik kepadanya”. (QS. Al-Hujurat [49] : 12)
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. Selain itu, Islam mengajak umatnya untuk bersatu (QS. Ali Imran Apabila mengkaji Argumentasi Hukum dalam Hukum Islam, maka
[3] : 103) dan melarang bercerai-berai (QS. Ali Imran [3] : 105), karena sesungguhnya kaum beriman adalah bersaudara. “Orang-orang beriman
lebih dahulu kita perlu melakukan kajian mendalam terhadap ketentuan- ketentuan dalam Al-Qur’an, misalnya, melakukan identifikasi terhadap
itu sesungguhnya bersaudara. Oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
Islam itu sendiri. Islam berasal dari kata salima atau yuslimu, yang berarti
rahmat”. (QS. Al-Hujurat [49] : 10)
tunduk atau patuh. Menurut bahasa Arab, pecahan kata Islam mengandung pengertian “islamul wajh” (ikhlas menyerahkan diri kepada
Hubungan ikatan emosional antar seorang Muslim dengan Muslim Allah SWT, QS. An-Nisa’ [4] : 125), aslama (tunduk secara total kepada
lainnya digambarkan Rasulullah Saw bak satu tubuh. Jika salah satu Allah SWT, QS. Ali Imran [3] : 83), salaamah atau saliim (suci atau bersih,
anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain pun ikut sakit. Dalam QS. Asy-Syu’ara’ [26] : 89), salaam (selamat sejahtera, QS. Al-An’am [6] :
hadits Qudsi dikatakan bahwa tidak beriman seseorang sebelum ia 54), dan silm (tenang dan damai, QS. Muhammad [47] : 35).
menginginkan agar yang baik terjadi pada saudaranya sebagaimana ia
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 153 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 153
berupa munculnya perilaku atau perbuatan tidak terpuji lainnya, misalnya berikan kepada orang-orang yang saling mencintai karenaKu. Cinta-Ku
menggunjingkan sesama Muslim lainnya (ghibah).
akan Ku-berikan kepada orang-orang yang saling berkorban untuk yang Allah SWT secara eksplisit dalam firman-Nya menyamakan lainnya karena-Ku. Dan cinta-Ku akan Ku-berikan kepada orang-orang perbuatan yang tidak terpuji itu (ghibah) dengan memakan daging yang saling tolong menolong karena-Ku”. saudaranya sendiri (QS. Al-Hujurat [49] : 12). Dalam ayat yang lain Allah
Seorang Muslim dilarang menyakiti Muslim lainnya, dilarang SWT menyatakan agar kaum mukmin menjauhi prasangka, karena memukulnya, dilarang membunuhnya, dilarang mengganggunya, dilarang
prasangka tidak berguna mencapai kebenaran. “Dan kebanyakan mereka memfitnahnya, dilarang menuduhnya, dilarang membencinya, dilarang
tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu memeranginya, dilarang berkata jelek terhadapnya, dilarang berbuat jahat,
tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah dilarang berkata bohong, dilarang mencari kesalahan orang lain, dan
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS. Yunus [10] : 36) dilarang mencercanya. Kesemuanya merupakan etika perilaku Islam yang
Fenomena perbedaan pendapat (khilafiah) dalam tradisi ulama Islam, semestinya menjadi alat pemersatu umat Islam. Pola perilaku (pattern of bukanlah hal yang baru, apalagi dapat dianggap tabu. Tidak terhitung behavior) telah menjadi perhatian dalam agama Islam, khususnya dalam jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk konteks Argumentasi Hukum, yang mana hukum di sini secara lex specialis merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan
adalah on the right track pada semua sumber Hukum Islam yang menjadi berbagai pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-
guidance atau way of life umat Islam.
masing.
Rasulullah SAW yang merupakan junjungan tertinggi umat Islam di Yang menarik, dalam mengemukakan berbagai pendapatnya, ulama-
dunia, mengingatkan kepada siapapun umat Islam yang memiliki perilaku ulama Islam, terutama yang diakui secara luas keilmuannya, mampu atau tabiat buruk sebagaimana diuraikan di atas akan mendapat kutukan
menunjukkan kedewasaan sikap, toleransi, dan obyektivitas yang tinggi. oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Kehormatan Muslim itu
Mereka tetap mendudukkan pendapat mereka di bawah Al-Qur’an dan satu. Seseorang harus membela kehormatan saudaranya. Maka barang
Al-Hadits, tidak memaksakan pendapat, dan selalu siap menerima siapa yang mencemarkan kehormatan seorang Muslim Allah
kebenaran dari siapapun datangnya. Mereka dapat dikatakan, telah mengutuknya. Demikian pula para malaikat dan semua manusia.
menganut prinsip relativitas pengetahuan manusia atau dalam khazanah Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalnya di hari kiamat”.
Ilmu Politik, sudah dapat dikatakan sebagai suatu sikap yang demokratis. Apabila dalam komunitas masyarakat itu muncul adanya perbedaan
Kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT, yang dalam adagium Barat pendapat dan/atau sikap yang mengarah kepada munculnya perdebatan,
dikatakan “Man proposes, but God disposes”. Mereka tidak pernah maka dalam konteks Hukum Islam bagi semua Muslim dituntut mampu
memposisikan pendapat mereka sebagai yang paling absah sehingga wajib mengendalikan dirinya masing-masing. Manifestasi konkretnya adalah
untuk diikuti (lex superior derogate legi inferiori).
setiap Muslim diharuskan mampu mengendalikan temperamen Imam Ahmad bin Hambal, dalam framework yang sama, pernah emosionalnya masing-masing, harus berbaik sangka (berhusnuzhan) kepada berfatwa agar imam hendaknya membaca Basmalah dengan suara
siapa saja sesama Muslim. Bad prejudice atau negative thinking (su’uzhan) dikeraskan bila memimpin shalat di Madinah. Fatwa ini bertentangan
kepada sesama Muslim pada akhirnya akan menjadi pemicu munculnya dengan mazhab Ahmad bin Hambal sendiri yang menyatakan bahwa yang
problem sosial lainnya yang merupakan efek domino dari perilaku buruk dianjurkan bagi orang yang shalat adalah mengecilkan bacaan
tersebut. Prasangka buruk (su’uzhan) dapat mengalami komplikasi Basmalahnya. Namun, fatwa tersebut dikeluarkan Ahmad demi
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 155 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 155
telunjuk semua misalnya, atau kita akan kesulitan mengunyah makanan menyatakan bahwa orang yang shalat, lebih utama bila ia mengeraskan
jika bentuk gigi kita semuanya sama, taring semua misalnya, dan bacaan Basmalahnya. 18 sebagainya. Demikanlah harmoni kehidupan, alam semesta menjadi indah
ketika ada perbedaan wujud dan fungsinya secara alamiah (natural). Islam yang begitu permissive (tolerable) kepada adanya perbedaan
pendapat merupakan suatu sikap yang luar biasa jika ditinjau dari Perbedaan dapat terjadi pada wasa’ilulhayat (sarana hidup), minhajul hayah (jalan hidup), dan yang sangat membahayakan adalah ketika terjadi pada
perspektif manapun. Muhammad bin Hussain al Jizani dalam Disertasi Doktoralnya dalam kajian Ushul Fiqh di Universitas Islam Madinah
dzatuddin (esensi agama). Allah SWT berfirman : “Tegakkanlah agama dan mengemukakan beberapa point of view, antara lain : 1) Tidak menganggap
janganlah kamu berpecah belah tentangnya” (QS. Al-Mu’min [40] : 13), atau perbedaan yang terjadi pada ushul (dasar-dasar) yang telah ditetapkan
fasiq, mubtadi’ dan kafir pihak yang berselisih paham. 2) Melakukan dialog oleh Al-Qur’an, As-Sunnah (Al-Hadits), maupun Ijtihad Ulama (qiyas atau
yang sehat (interaktif) dengan mengutamakan Dalil dan Argumentasi (Hukum). 3) Tidak memaksakan kehendak atau paham kepada pihak lain.
ijma’). Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an, As-Sunnah
4) Tidak mengklaim kebenaran mutlak berada pada pihaknya. Namun (Al-Hadits), maupun Ijtihad Ulama (qiyas atau ijma’) adalah esensi dasar demikian, patut ditambahkan pula bahwa kendati saling menghormati
dari ajaran agama yang mempersatukan ajaran Muhammad SAW dengan perbedaan pendapat, ulama-ulama itu tetap sepakat tentang kewajiban
ajaran para Nabi sebelumnya ((QS. Al-‘Ankabut [29] : 69), (QS. Al- untuk selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. 19 Maidah [5] : 15-16), dan (QS. Al-Baqarah [2] : 208)), kemudian perbedaan
tanawwu’ (penganekaragaman) dalam pelaksanaan syari’ah, antara wajib Keempat sikap di atas (menyitir Muhammad bin Hussain al Jizani)
atau sunnah. Wajib ‘ain atau kifayah, dan sebagainya. Dengan demikian seyogianya menjadi dasar pijakan bagi umat Islam dalam menyikapi setiap
perbedaan itu dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok berikut ini : perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, dan/atau perbedaan sikap
1. Perbedaan pada Dzatuddin (esensi) dan Ushul (dasar-dasar) prinsipil.
selama on the right track (tidak bertentangan dengan semua ketentuan yang Perbedaan inilah diisyaratkan Allah : “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits). Potensi munculnya
Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa disintegritas umat Islam sangat besar manakala secara internal sendiri
berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh umat Islam masih sangat rentan, selain terpaan black campaign dan negative
Tuhanmu”. (QS. Hud [11] : 118-119) Inilah perbedaan yang menghasilkan propaganda Barat dan Yahudi yang anti Islam. Sepanjang perbedaan itu
perbedaan agama seperti : Yahudi, Nasrani, Majusi (Zoroaster), dan menyangkut masalah furu’iyah, bukan akidah, seperti membaca qunut,
sebagainya. Dan untuk itulah Allah utus para Nabi dan Rasul untuk tidak usah dipermasalahkan. Lebih baik energi umat Islam difokuskan
menilai dan meluruskan mereka. Firman Allah : “Manusia itu adalah umat pada pemberdayaan agar umat Islam tidak menjadi umat yang terbelakang.
yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi Perbedaan dalam alam semesta adalah sunnatullah yang membuat
sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah kehidupan menjadi harmonis. Perbedaan warna membuat kehidupan
menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi menjadi indah, kita tidak akan dapat mengetahui putih jika tidak pernah
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…” ada hitam, merah, hijau dan warna lainnya. Kita tidak akan dapat bekerja
(QS. Al-Baqarah [2] : 213) 2. Perbedaan umat Islam pada Qaidah
Kulliyah (kaidah umum). Perbedaan ini muncul setelah terjadi
kesepakatan pada dasar prinsipil agama Islam. Perbedaan pada masalah
18 Ibn Taimiyah. Majmu’ ar Rasa’il al Muniriyah. Juz I. (Beirut : Dar Ihya’ al Turats
inilah yang dapat kita fahami dari hadits Nabi yang memprediksikan
al ‘Arabi, 1343 H), hlm. 124.
19 Anonim. “Perbedaan Pendapat dalam Islam dan Solusi Pemecahannya” dalam
terjadinya perpecahan hingga tujuh puluh tiga (73) golongan. Perbedaan
http://penyakitrohani.blogspot.com/ Diakses Tanggal 12 April 2012. Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum…
157 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 157 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012
Syahid Hasan Al Banna yang mengatakan bahwa khilaf (perbedaan) fiqhiy konsep Zionisme Yahudi, faham materialis, Budhis, Hedonis, dan
dalam masalah-masalah furu’iyyah tidak boleh menjadi sebab perpecahan, sebagainya. Rasulullah SAW memberitahukan bahwa di antara umat ini
permusuhan, dan kebencian. Setiap mujtahid telah memperoleh ada yang mengikuti umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal hingga
balasannya. Sabda Nabi : “Jika seorang hakim berijtihad dan ijtihadnya tidak ada lagi eksistensi agama ini, kecuali tinggal namanya. Perbedaan ini
benar, maka memperoleh 2 (dua) pahala, dan jika ijtihadnya salah ia berada dalam rentangan dhalal (sesat) dan hidayah (benar), sunnah dan
memperoleh satu pahala”.
bid’ah. Perbedaan ini misalnya yang dapat kita lihat secara factual : Perbedaan dalam masalah ijtihadiyyah diakui dalam syari’ah
Ahlussunnah dan Mu’tazilah, Qadariyah, Rafidhah, dan sebagainya. 3. samawiyah (agama samawiy) terdahulu seperti yang terjadi antara Nabi
Perbedaan pada Furu’iyyah (cabang). Perbedaan ini muncul pada tataran Sulaiman AS dan Nabi Dawud AS dalam masalah tanaman yang dimakan
aplikatif praktis, setelah terjadi kesepakatan pada masalah-masalah dasar kambing seperti yang diceritakan pada QS. Al-Anbiya’ [21] : 78. Pada kasus
prinsipil dan qaidah kulliyah. Perbedaan aplikasi ini sangat mungkin terjadi ini Nabi Dawud AS memutuskan bahwa pemilik kambing harus karena memang Allah telah jadikan furu’ (cabang) syari’ah agama terbuka
membayar ganti rugi sebesar nilai kerusakan, dan ternyata harga kambing untuk dianalisa dan dikaji aplikasinya. Al Hasan pernah ditanya tentang
senilai kerusakan. Kambing itu kemudian diserahkan kepada pemilik ayat : ” …mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang
kebun. Berbeda dengan Nabi Sulaiman AS yang memutuskan agar diberi rahmat oleh Allah …” (QS. Hud [11] : 118-119), ia katakan :
kambing diserahkan kepada pemilik kebun untuk diambil manfaatnya “adapun orang-orang yang telah memperoleh rahmat Allah, maka mereka
(susu dan bulu), sedang ladang diserahkan kepada pemilik kambing untuk tidak akan berselisih dengan perselisihan yang membahayakannya, karena
dirawat, dan masing-masing akan mendapat miliknya kembali setelah klop. perbedaan pada tataran apliskasi ini suatu keniscayaan Allah memberikan
Allah memilih ijtihad Nabi Sulaiman AS, akan tetapi hal ini tidak akan referensi dasar untuk menjadi titik temu dari semua perbedaan
mengurangi derajat Nabi Dawud AS di sisi Allah, karena masing-masing pemahaman”. (QS. An-Nisa’ [4] : 59)
telah diberi kelebihan hikmah dan ilmu. Keduanya masing-masing adalah Perbedaan apapun yang muncul dalam tataran aplikasi/furu’iyyah
mujtahid yang mengambil keputusan setelah berfikir mendalam. Dalam harus dikembalikan kepada kitab Allah, dan rasul-Nya semasa hidup atau
Islam kejadian serupa pernah pula terjadi, seperti ijtihad Rasulullah SAW kepada Sunnahnya setelah rasul wafat. Porsi perbedaan ini dilakukan oleh
pada peristiwa qath’ulliynah (penebangan pohon kurma, QS. Al-Hasyr [59] para Fuqaha (ahli fiqh) dalam persoalan furu’iyyah setelah terjadi
:5), tebusan tawanan perang Badr (QS. Al-Anfal [8] : 67), dan sebagainya. kesepakatan pada masalah ushul. Al Baghdadiy, menyatakan : “Siapapun
Demikian juga Rasulullah SAW menyikapi perbedaan yang terjadi di yang mengidentikkan diri dengan Islam, menyadari sepenuhnya bahwa
kalangan sahabat, dengan memberikan pembenaran kepada mereka yang perbedaan yang tercela (sebagai ahlunnar dari 73 golongan) adalah
berbeda pendapat dalam ijtihad aplikatif.
perbedaan fuqaha dalam masalah furu’iyyah fiqh. Untuk menghadapi Perbedaan pendapat juga pernah terjadi antara dua sahabat yang perbedaan halal-haram dalam masalah fiqh saja terdapat dua alur
diutus ke Bani Quraidhah, antara yang shalat Ashar di tengah perjalanan pendapat yang membenarkan semua pendapat mujtahid dalam masalah
dan yang shalat menunggu sampai di tempat tujuan setelah lewat waktu fiqh, atau dengan kata lain ijtihad fiqhiyyah/furu’iyyah adalah “semua
Ashar. Begitu juga sikap Nabi terhadap dua sahabat yang berbeda benar” pandangan yang menganggap bahwa ada satu kebenaran dari
pendapat tentang shalat dengan tayammum, karena tidak ada air. perbedaan yang bermacam-macam itu, selainnya salah, tetapi berpahala
Kemudian sebelum habis waktu shalat, mendapati air. Ada yang juga, artinya tidak tersesat.
mengulang dan ada yang tidak. Salafus-shalih menempatkan perbedaan pendapat ini sebagai salah satu bentuk rahmat Allah.
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 159
Umar bin Abdul Azis menyatakan : ”Saya tidak suka jika para
3. Dialog tertutup lebih baik dari pada forum terbuka (indoor dialogue
sahabat tidak berbeda pendapat, sebab jika mereka berada dalam satu kata model) di hadapan para pembesar maupun penguasa. Suasana saja tentu akan menyulitkan umat Islam. Merekalah aimmah (para
tertutup lebih mencerminkan mahabbatullah (cinta Allah) dan pemimpin) yang menjadi teladan, siapapun yang mengambil salah satu
kejernihan hati dan perasaan untuk memperoleh kebenaran. Sedang pendapat mereka tentulah sesuai dengan Sunnah”. Ketika Abu Ja’far Al
dalam forum terbuka akan mendorong kecenderungan riya’ atau Mansur hendak menjadikan umat hanya berkiblat pada Al Muwattha’nya
semangat mengalahkan lawan, benar atau salah.
Imam Malik rahimahullah. Kata Imam Malik : “Jangan kamu lakukan
4. Dialog adalah mencari kebenaran. Tidak boleh membedakan sikap wahai Khalifah, karena sesungguhnya umat telah banyak memperoleh
apakah kebenaran itu muncul dari dirinya atau dari orang lain. fatwa, mendengar hadits, serta meriwayatkan hadits. Dan mereka telah
Memandang teman bicara sebagai pendamping mencari kebenaran menjadikannya sebagai panduan amal. Merubah mareka dari kebiasaan itu
bukan lawan yang harus dikalahkan. Bersyukur ketika ia bisa sungguh sesuatu yang sulit, maka biarkanlah umat mengerjakan apa yang
menunjukkan kesalahan dan menawarkan kebenaran. mereka fahami”.
Umar bin Khatthab setelah menetapkan jumlah bilangan mahar, Dari penjelasan di atas, maka perlu dirumuskan adab (etika) yang
lalu ditegur oleh seorang wanita yang menolak ketetapan itu, kata Umar : harus dipegang oleh setiap mujtahid dalam melakukan penelitian masalah
“Betul wanita itu dan Umar salah”. As Syafi’iy berkata : “Saya tidak pernah khilaf far’iy sebagaimana yang pernah ada pada sahabat dan para
berdiskusi dengan siapapun, kecuali saya berharap agar kebenaran akan pengikutnya. Spirit perbedaan itu harus tetap berada dalam semangat
keluar darinya”. 5. Tidak menghalangi fihak lain menggunakan satu mahabbah fillah (cinta karena Allah) ta’awun (cooperation) untuk mencapai
dalil ke dalil lain, atau dari satu masalah ke masalah lain. Penggunaan kebenaran, dengan tetap menjauhkan diri dari perdebatan dan fanatisme
dalil-dalil yang bervariatif dalam konteks ini sangat dimungkinkan untuk aliran.
memperkuat validitas data argumentasi, sehingga sangat sulit untuk Ketika diskusi atau dialog interaktif dijadikan sebagai salah satu cara
dipatahkan oleh pihak manapun. Selanjutnya adalah : 6. Tidak efektif dalam mencari kebenaran, maka mutlak dirumuskan syarat dan
melakukan diskusi, kecuali dengan orang yang dianggap akan dapat
adab dalam berdiskusi atau berdialog, agar tujuan menggapai ridha Allah diambil ilmunya. Dengan memperhatikan adab dan syarat dalam SWT dalam penelitian dapat terealisir. Adab itu ialah :
berdiskusi ini, maka spirit mahabbah fillah (cinta karena Allah) dan Ta’awun (kerja sama) untuk mencapai kebenaran akan terwujud.
1. Tidak mendahului fardhu ‘ain (yang harus dikerjakan setiap orang)
dengan fardhu kifayah yang menjadi otoritasnya dalam standar syar’iy Penyelesaian ideal menurut konsep Hukum Islam terhadap sebagai SOP (Standard Operating Procedure) dan Protap (Prosedur tetap)-
implementasi Argumentasi Hukum adalah melalui media musyawarah nya. Ada kalangan ulama yang menyatakan : ”Barang siapa yang belum
untuk mencapai mufakat. Istilah musyawarah secara terminologis berasal melaksanakan fardhu ain lalu ia menyibukkan diri dengan fardhu
dari akar kata sy-, w-, r-, yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu kifayah, dan menganggapnya mencari kebenaran, maka anggapannya
dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup itu dusta”
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau
2. Tidak mendiskusikan sesuatu kecuali yang waqi’iy (faktual) atau yang mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan mungkin terjadi pada umumnya. Para salaf hanya mendiskusikan
untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.
sesuatu yang terjadi atau mungkin terjadi. Dalam konteks terminologis ini pula, madu bukan saja manis,
melainkan juga obat untuk berbagai macam penyakit, sekaligus sumber
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 161 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 161
mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya baik akan dihasilkan oleh lebah-lebah yang baik, yaitu : lebah-lebah yang
mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Oleh karena itu, mengisap sari pati tanaman yang baik (selective). Jika demikian, yang
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarah mesti bagaikan lebah: makhluk yang sangat berdisiplin,
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). kerjasamanya mengagumkan, makanannya sari kembang, dan hasilnya
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah madu. Di manapun hinggap, lebah tak pernah merusak. Ia takkan
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mengganggu, kecuali diganggu atau merasa terganggu (counter attack).
bertawakal kepada-Nya”.
Bahkan sengatannyapun dapat menjadi obat atau therapy alternatif. Ayat ini secara redaksional ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW Makna permusyawarahan memang sangat mendalam kandungan
agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat filosofisnya jika dikaitkan dengan dunia lebah, dan demikian pula sifat
atau anggota masyarakatnya. Tetapi, seperti yang akan dijelaskan lebih yang melakukannya. Tak heran jika Nabi Muhammad SAW menyamakan
jauh, ayat ini juga merupakan petunjuk kepada setiap Muslim, seorang mukmin dengan lebah. Mukmin dan Lebah sama-sama memiliki
khususnya kepada setiap pemimpin, agar bermusyawarah dengan potensi kekuatan yang luar biasa manakala semua pekerjaan dilakukan
anggota-anggotanya. Pemimpin yang bijaksana dan demokratis secara kolektif, ada dinamika dan produktivitas kerja, sehingga
tentunya harus mau menerima kritikan dan saran dari semua pihak kekompakan akan menjadi pelindung utama (main protector) dari segala
yang dipimpinnya. Konsep Islam yang diadopsi oleh Dunia bentuk ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan baik secara internal
Internasional dalam komunitas bangsa di United Nations Organization ataupun eksternal.
(UNO).
Argumentasi Hukum dalam Hukum Islam begitu erat kaitannya
3. QS. Asy-Syura [42] : 38
dengan penyelesaian segala bentuk persoalan yang muncul dalam “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya komunitas masyarakat melalui media interaktif yang populer disebut
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah telah diatur
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari sedemikian rupa dalam Al-Qur’an, antara lain:
rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.
1. QS. Al-Baqarah [2] : 233
Ayat ketiga ini merupakan wujud apresiasi dan penghargaan (reward) “Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum
kepada komunitas masyarakat Madani di Madinah (Yastrib yang dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antar mereka,
kemudian menjadi Madinah) yang dengan segala ketulusan luar biasa maka tidak ada dosa atas keduanya”.
membela mati-matian Nabi Muhammad SAW dan bersepakat (consensus) mengenai hal tersebut melalui media musyawarah yang
Ayat ini menyampaikan bagaimana seharusnya hubungan suami istri dilaksanakan di rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Ayat ini bukan hanya
saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan berlaku pada momentum di Madinah saja, namun juga berlaku bagi anak-anak, seperti menyapih anak. Pesan tersurat dalam ayat di atas semua kaum Muslim tanpa kecuali agar tetap berkomitmen mencari adalah Al-Quran memberi petunjuk agar persoalan itu (dan juga jalan penyelesaian terbaik (alternative dispute resolution) melalui media
persoalan-persoalan rumah tangga lainnya) dimusyawarahkan lebih
musyawarah untuk mufakat.
dahul antara suami istri.
2. QS. Ali ‘Imran [3] : 159
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 163
Apabila melihat semua deskripsi dalam ketiga ayat Al-Qur’an di atas, untuk menetapkan bagi kita (masyarakat) pada setiap periode hal-hal yang maka kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an sangat menaruh
bermanfaat dan membahagiakan masyarakat. Kita sering mengikat diri perhatian yang luar biasa kepada penyelesaian konflik atau persoalan
sendiri dengan berbagai ikatan (syarat) yang kita ciptakan, kemudian kita melalui media musyawarah. Musyawarah dianggap sebagai langkah
namakan syarat itu ajaran agama. Namun, pada akhirnya syarat-syarat itu konkret ideal untuk mencapai win win solution (sinergis) tanpa ada pihak-
membelenggu diri kita”. Demikian lebih kurang tulisan Rasyid Ridha pihak yang dirugikan.
ketika menafsirkan QS. An-Nisa' [4] : 59.
Penyelesaian persoalan melalui Argumentasi Hukum dalam media musyawarah untuk mufakat memang dalam tataran praktis Nampak sulit
Penutup
dilakukan, sehingga untuk mewujudkannya diperlukan adanya kesadaran kolektif (collective consciousness) bahwa persoalan itu harus segera
Perdebatan senantiasa mewarnai perjalanan sejarah peradaban diselesaikan secara cepat, tepat, akurat, dan manfaat bagi semua
manusia, pemicu utama (causa prima) dan penyebab persoalan (cassus belli) komponen pemangku kepentingan (stakeholder) dalam masyarakat.
dari perdebatan itu adalah perbedaan pandangan dalam memandang suatu persoalan yang dihadapi dalam komunitas masyarakat. Perbedaan
Al-Qur’an memang tidak begitu detail menjabarkan hal-ikhwal, pendapat itu dapat muncul kapanpun, di manapun, dan oleh siapapun teknis pelaksanaan, dan cara penyelesaian persoalan melalui media
tanpa terikat oleh dimensi ruang dan waktu. Perbedaan pendapat itu musyawarah untuk mufakat yang demokratis, karena hanya
dalam realitasnya sangat tergantung kepada para pihak yang terlibat dalam menyampaikan prinsip-prinsip umumnya saja. Rasulullah SAW juga tidak
suatu perdebatan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan meletakkan petunjuk tegas yang terinci tentang cara dan pola syura, karena
konsekuensi akhir bahwa perbedaan pendapat itu dapat berakhir damai jika beliau sendiri yang meletakkan hukumnya, ini bertentangan (paradox)
(consensus) atau justru berkepanjangan (deadlock).
dengan prinsip syura yang diperintahkan Al-Qur’an -- bukankah Al-Qur’an memerintahkan agar persoalan umat dibicarakan bersama ? Sedangkan
Argumentasi Hukum (AH) merupakan suatu ketrampilan yang harus apabila beliau bersama sahabat yang lain menetapkan sesuatu, itupun
dimiliki oleh semua stakeholder dalam mencari suatu kebenaran dengan berlaku untuk masa beliau saja (temporer). Tidak berlaku -- rincian itu --
tetap memegang teguh komitmen menyelesaikan setiap persoalan yang untuk masa sesudahnya. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi
dihadapi. Argumentasi Hukum dalam pendekatan aspek Ilmu Hukum kebebasan kepada umat Islam agar mengatur sendiri urusan dunianya
sangat dibutuhkan sebagai alat legitimasi yuridis formal para pakar atau sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : "Kalian
mereka yang menekuni Ilmu Hukum mempertahankan dalil-dalil
lebih mengetahui persoalan dunia kalian”.
argumentasinya masing-masing. Ilmu Hukum sangat membutuhkan Argumentasi Hukum dalam konteks penyelesaian persoalan dan mencari
Rasulullah SAW dalam sabda lainnya sebagaimana diriwayatkan oleh kebenaran, sehingga akan diperoleh suatu kepastian hukum. Argumentasi Ahmad : "Yang berkaitan dengan urusan agama kalian, maka kepadaku
Hukum dalam pendekatan aspek Hukum Islam jugat sangat berkaitan erat (rujukannya), dan yang berkaitan dengan urusan dunia kalian, maka
sebagaimana eratnya Argumentasi Hukum dalam pendekatan aspek Ilmu kalian lebih mengetahuinya".
Hukum secara mutatis-mutandis, hanya saja dalam Hukum Islam itu Pakar tafsir, Muhammad Rasyid Ridha menyatakan bahwa
berupaya menempatkan Argumentasi Hukum itu sebagai alat untuk “Allah telah menganugerahkan kepada kita kemerdekaan penuh dan
mengeksplorasi kebenaran dalam sumber-sumber Hukum Islam (Al- kebebasan sempurna di dalam urusan dunia dan kepentingan masyarakat
Qur’an, Al-Hadits, dan Ijtihad para Alim Ulama) dalam rangka dengan jalan memberi petunjuk untuk melakukan musyawarah, yaitu yang
menyelesaikan setiap perbedaan pendapat (polemic, discourse) itu dengan dilakukan oleh orang-orang cakap dan terpandang yang kita percayai,
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 165 Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012 Edy Faishal Muttaqin; Argumentasi Hukum… 165
__________________ Dr. Edy Faishal Muttaqin, S.H., S.Sos., M.H., adalah Staf Pengajar Program
Studi Hukum Keluarga (Akhwal Syakhshiyyah) STAI H.M. Lukman Edy Pekanbaru dan Sekretaris Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Provinsi Riau.
Jurnal Madania: Volume 2 : 2, 2012