FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI BENGKULU
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI BENGKULU
Nurhasanah dan Maria
Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya Email: fatihfauziakbar@yahoo.co.id
Abstract
The purpose of this study is to know the influence of Regional Revenue Effectiveness ratio (PAD), General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), and Share Allocation Fund (DBH) simultaneously and partially on the level of Regional Financial Independence. Population and samples in this research are regency and city in the province of Bengkulu that published APBD reports and realization of APBD for the year 2010-2013 in www.djpk.depkeu.go.id site. The analysis technique used was descriptive statistical analysis, classic assumption test, multiple linear regression and hypothesis testing. The result show of PAD, DAK, DAU, DBH simultaneously has positive and significant impact on the level of regional financial independence. In partial the effectiveness ratio of PAD, DAU and DBH has no influence and no significant impact on the level of regional financial independence. DAK has negative influence and significant impact on the level of regional financial independence.
Keywords: Regional Revenue Effectiveness Ratio, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Share Allocation Fund, Regional Financial Independence.
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) secara simultan dan parsial terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu yang mempublikasikan laporan Anggaran Pendaptan dan Belanja Daerah (APBD) dan Realisasi APBD selama tahun 2010-2013 dalam situs www.djpk.depkeu.go.id. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio efektivitas PAD, DAK, DAU, DBH secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Secara parsial rasio efektivitas DAK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alakosi Khusus, Dana Bagi Hasil, Kemandirian Keuangan Daerah.
PENDAHULUAN
dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik
Latar Belakang
daerah. Kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi Faktor keuangan merupakan faktor yang paling
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Menurut Halim dominan dalam mengukur tingkat kemampuan
(2007) kemampuan pemerintah daerah (pemda) daerah sehubungan dengan pelaksanaan otonomi
dalam mengelola keuangan daerah dituangkan dalam daerah. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui
APBD.
secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi rumah tangganya sendiri adalah kemampuan
mekanisme penyelenggaraan “selfsupporting” di bidang keuangan. Keuangan
perubahan dalam
pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan
terutama terkait dengan dilaksanakannya secara kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Demikian
sebagaimana yang pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
diamanatkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang
Pemerintahan Daerah yang telah direvisi dengan UU belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang
No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 25 Tahun 1999 lebih
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.
tinggi serta
pihak-pihak
lain sesuai
Pusat dan Daerah yang telah direvisi dengan UU No. Ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari
33 Tahun 2004. Undang-undang di bidang otonomi keuangan daerah yang dikelola langsung dan
daerah telah menetapkan pemberian kewenangan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk
otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan
(http://detiksumsel.com/provinsi- pemberian kewenangan otonomi ini menuntut daerah
Tanah
Air
bengkulu-daerah-termiskin-di-sumatera). Namun jika untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang,
dilihat dari keberadaannya, provinsi Bengkulu terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana
merupakan salah satu provinsi yang potensial dalam publik (public services). Pembangunan tersebut
kekayaan sumber daya alam seperti batu bara, pasir diharapkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh
besi, serta emas dan mineral pengikutnya. Selain itu daerah baik dari sisi perencanaan, pembangunan,
kekayaan sumber daya alam yang paling potensial serta pembiayaannya.
pada provinsi Bengkulu yaitu potensi perikanan. Pada saat ini, fenomena umum dalam bidang
Potensi perikanan meliputi usaha perikanan darat, keuangan daerah yang dihadapi oleh sebagian besar
tambak, dan perikanan laut namun potensi perikanan pemda di Indonesia adalah relatif kecilnya peranan
sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal (kontribusi) Pendapatan Asli Daerah (PAD) didalam
dan masih berpotensi untuk dikembangkan lebih struktur APBD. Dengan kata lain, peranan/kontribusi
lanjut, terutama dalam hal pemanfaatanZona penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam
EkonomiEkslusif (http://bkpmd.bengkuluprov.go.id). bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan
Apabila provinsi Bengkulu dapat mengembangkan bukan pajak, mendominasi susunan APBD. Semakin
dan memanfaatkan potensi yang ada secara optimal, besar PAD dibandingkan dengan bantuan yang
maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi diberikan pemerintah pusat, maka pemerintah
dan dapat menambah PAD di provinsi Bengkulu. kabupaten/pemerinah kota tersebut dapat dikatakan
Berdasarkan data dari www.djpk.depkeu.go.id, semakin mandiri. PAD merupakan poin utama dalam
fenomena mengenai tingkat kemandirian keuangan megukur tingkat kemandirian keuangan daerah. Oleh
daerah pada pemerintahan Kabupaten dan Kota di karena itu, perlu dilihat efektivitas PAD dengan
provinsi Bengkulu adalah tingginya ketergantungan membandingkan antara PAD yang dianggarkan
pemerintahan Kabupaten dan kota di provinsi dengan
pemerintahan pusat. menggambarkan
realisasi PAD.
Ketergantungan terlihat dari relatif rendahnya PAD merealisasikan
dan dominannya transfer dari pemerintah pusat. dibandingkan dengan target
Fenomena ini dapat dilihat dari perbandingan PAD Semakin tinggi rasio efektifitas, kemampuan daerah
yang ditetapkan.
dan transfer pemerintah pusat sebagaimana dapat semakin baik (Halim: 2007).
dilihat pada tabel 1.
Provinsi Bengkulu merupakan daerah termiskin di wilayah Sumatera dan berada pada urutan keenam
Tabel 1 Perbandingan PAD dan Transfer dari Pemerintah Pusat (dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Kabupaten/Kota
PAD
Transfer dari Pemerintah Pusat
2010 Kabupaten Bengkulu Selatan
341.656 Kabupaten Bengkulu Tengah
273.886 Kabupaten Bengkulu Utara
404.610 Kabupaten Kaur
283.264 Kabupaten Kepahiang
290.608 Kabupaten Lebong
279.513 Kabupaten Mukomuko
283.264 Kabupaten Seluma
317.247 Kota Bengkulu
Kabupaten Bengkulu Selatan
382.926 Kabupaten Bengkulu Tengah
338.580 Kabupaten Bengkulu Utara
468.711 Kabupaten Kaur
309.868 Kabupaten Kepahiang
323.114 Kabupaten Lebong
305.887 Kabupaten Mukomuko
346.177 Kabupaten Seluma
349.901 Kota Bengkulu
Kabupaten Bengkulu Selatan
464.457 Kabupaten Bengkulu Tengah
357.937 Kabupaten Bengkulu Utara
539.952 Kabupaten Kaur
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
Kabupaten Kepahiang
372.285 Kabupaten Lebong
381.046 Kabupaten Mukomuko
409.946 Kabupaten Seluma
427.980 Kota Bengkulu
512.273 Kabupaten Bengkulu Tengah
Kabupaten Bengkulu Selatan
424.597 Kabupaten Bengkulu Utara
575.282 Kabupaten Kaur
411.348 Kabupaten Kepahiang
427.971 Kabupaten Lebong
410.865 Kabupaten Mukomuko
495.654 Kabupaten Seluma
481.536 Kota Bengkulu
613.982 Sumber: www.djpk.depkeu.go.id
Berdasarkan uraian dan data pada tabel 1,
TELAAH LITERATUR
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Keuangan Daerah
Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu”.
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah:
Perumusan Masalah
Semua hak dan kewajiban daerah dalam Berdasarkan
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini
yang dapat dinilai dengan uang termasuk adalah:
didalamnya segala bentuk kekayaan yang
1. Apakah ada pengaruh rasio efektifitas Pendapatan berhubungan dengan hak dan kewajiban Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan Khusus, dan Dana Bagi Hasil secara secara
dan belanja daerah.
simultan terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Menurut Mamesah dalam Halim (2007:23), Daerah pada pemerintahan Kabupaten dan Kota
yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah: di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2013?
Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai
2. Apakah ada pengaruh rasio efektifitas Pendapatan dengan uang, demikian pula segala sesuatu Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
baik berupa uang maupun barang yang dapat Khusus, dan Dana Bagi Hasil secara secara
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum parsial terhadap tingkat Kemandirian Keuangan
dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang Daerah pada pemerintahan Kabupaten dan Kota
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2013?
ketentuan/peraturan
perundangan yang
berlaku.
Tujuan Penelitian
Halim (2007:25), menegaskan ruang Berdasarkan perumusan masalah), maka tujuan
lingkup keuangan daerah terdiri dari: “Keuangan penelitian ini adalah:
daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio efektifitas yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang- secara
barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah Kemandirian
secara simultan
terhadap
tingkat
yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi
(BUMD).” Keuangan daerah dalam arti sempit yakni Bengkulu Tahun 2010-2013.
terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan APBD.
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio efektifitas Oleh sebab itu, keuangan daerah identik dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
APBD.
Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Pada prinsipnya keuangan daerah memiliki secara
unsur pokok yaitu hak daerah, kewajiban daerah dan Kemandirian
secara parsial
terhadap
tingkat
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi
kewajiban tersebut. Disamping memiliki unsur-unsur Bengkulu Tahun 2010-2013.
pokok, keuangan daerah selalu melekat dengan
pengertian APBD.
Selanjutnya untuk mengukur kemampuan keuangan pemda adalah dengan melakukan analisis
62 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017 62 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
pemerintah pusat.
mendapatkan sumber keuangan yang antara lain Menurut Mardiasmo (2009:132), PAD adalah berupa kepastian tersedianya
“Penerimaan dari sektor pajak daerah, retibusi pemerintah pusat sesuai dengan urusan pemerintah
pendanaan dari
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pusat yang diserahkan, kewenangan memungut dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak
Lain-lain Pendaptan Daerah yang Sah”. untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber
Dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang daya nasional yang berada di daerah dan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan
Pemerintah Daerah disebutkan bahwa pendapatan daerah
daerah terdiri dari PAD, Bagi Hasil Pajak dan bukan Pajak. PAD terdiri dari :
Pengertian APBD
1. Pajak daerah
APBD merupakan suatu rencana keuangan
2. Retribusi daerah
tahunan daerah yang memuat tentang rencana
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang penerimaan, rencana pengeluaran serta rencana
dipisahkan
pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran.
4. Lain-lain PAD yang sah
Menurut Saragih (2003:122), APBD adalah: “Dasar dari pengelolaan keuangan daerah dalam tahun
Rasio Efektivitas PAD
anggaran tertentu, umumnya satu tahun”.
Pengertian Rasio
Menurut Halim (2007: 20), definisi APBD Menurut Riyanto (200:329), rasio adalah: “Alat adalah:
yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat Suatu anggaran daerah, dimana memiliki
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua unsur-unsur sebagai berikut: (1) Rencana
macam data finansial”. Menurut Harahap (2008:297), kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya
rasio adalah: “Angka yang diperoleh dari hasil secara rinci, (2) Adanya sumber penerimaan
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan yang merupakan target minimal untuk
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang menutupi biaya-biaya sehubungan dengan
relevan dan signifikan (berarti)”. aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang akan dilaksanakan, (3) Jenis kegiatan
Pengertian Efektivitas
dan proyek yang dituangkan dalam bentuk Menurut Mardiasmo (2004:134), efektivitas angka. (4) Periode anggaran, yaitu biasanya 1
adalah: “Ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi tahun.
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi Menurut Halim dan Nasir (2006:44), APBD
berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut adalah “Rencana keuangan tahunan pemerintah
dikatakan telah berjalan dengan efektif”. Jones dan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pendlebury dalam Halim (2004), menyatakan bahwa pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
efektivitas ialah: “Suatu ukuran keberhasilan atau Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan peraturan
kegagalan dari organisasi dalam menggapai tujuan. daerah”. Menurut Mamesah dalam Halim (2007:20),
Pengertian Rasio Efektivitas PAD
APBD dapat didefinisikan sebagai: Menurut Mahmudi (2007: 129), rasio efektivitas Rencana operasional keuangan pemerintah
yang menggambarkan daerah, dimana di satu pihak menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna
yang direncanakan membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-
Pendapatan Asli
Daerah
dibandingkan dengan target penerimaan Pendapatan proyek daerah dalam satu tahun anggaran
Asli Daerah (dianggarkan)”. Kemampuan daerah tertentu, dan pihak lain menggambarkan
dalam menjalankan tugasnya dikategorikan efektif perkiraan penerimaan dan sumber-sumber
apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar penerimaan
1 (satu) atau 100 persen. Namun demikian semakin pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik karena semua rencana
Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
benar-benar terlaksana dan hal itu berarti bahwa PAD adalah pendapatan yang diperoleh dari
kinerjanya terbukti.
sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemda. PAD merupakan tulang
Dana Alokasi Umum (DAU)
punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya Menurut Halim (2014:131), DAU adalah: kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari
Dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan besarnya kontribusi yang diberikan oleh PAD
Negara (APBN) yang terhadap APBD. Semakin besar kontribusi yang
dan
Belanja
tujuan pemerataan diberikan oleh PAD terhadap APBD berarti semakin
dialokasikan dengan
kemampuan
keuangan daerah untuk
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam diperkirakan secara umum dengan rumus atau rangka pelaksanaan desentralisasi.
komitmen atau prioritas nasional. Dana Alokasi Umum mempunyai bagian- bagian, yaitu:
Dana Bagi Hasil (DBH)
1. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi. Menurut Syarifin dan Jubaedah (2005:108),
2. Dana Alokasi
DBH adalah: “Dana yang bersumber dari APBN Kabupaten/Kota.
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka Menurut Saragih (2003:104) “bagi daerah yang
persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam relatif minim Sumber Daya Alam (SDA), DAU
desentralisasi. DBH ini merupakan sumber pendapatan penting
rangka
pelaksanaan
bersumber dari pajak dan kekayaan daerah. mendukung operasional pemerintah sehari-hari serta
guna
DBH merupakan komponen dana perimbangan sebagai
peranan penting dalam Selanjutnya menurut Saragih (2003:132), “tujuan
sumber pembiayaan
otonomi daerah karena DAU
menyelenggarakan
penerimaannya didasarkan atas potensi daerah penerimaan daerah juga sebagai pemerataan atau
disamping untuk
mendukung
sumber
penghasil sumber pendapatan daerah yang cukup equalization kemampuan keuangan pemerintah
potensial dan merupakan salah satu modal dasar daerah”.
dalam mendapatkan dana DAU merupakan block grant yang diberikan
pemerintah daerah
pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan
bukan berasal dari pendapatan asli daerah selain dana mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan
alokasi umum dan dana alokasi khusus. Oleh karena fiskalnya, dan didistribusikan dengan formula
itu, jika pemda menginginkan transfer bagi hasil yang berdasarkan prinsip tertentu yang secara umum
tinggi maka pemda harus dapat mengoptimalkan mengindikasikan
potensi pajak dan sumber daya alam yang dimiliki terbelakang harus menerima lebih banyak daripada
oleh masing-masing daerah, sehingga kontribusi yang daerah-daerah yang kaya. Dengan kata lain, tujuan
diberikan DBH terhadap pendapatan daerah dapat penting DAU adalah dalam kerangka pemerataan
meningkat.
kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemerintah daerah di Indonesia” (Kuncoro, 2004:30).
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Menurut Mardiasmo (2007:157), tujuan DAK Menurut Halim (2007:25), ruang lingkup terutama adalah:
keuangan daerah terdiri dari:
Untuk horizontal equity dan suffeciency. Keuangan daerah yang dikelola langsung dan Tujuan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka
daerah yang dikelola langsung adalah melakukan distribusi pendapatan secara adil
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan merata agar tidak terjadi kesenjangan
(APBD) dan barang-barang inventaris milik antar daerah. Sementara itu, yang menjadi
daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan kepentingan
meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). (sufficiency), terutama adalah untuk menutup
Beberapa rasio yang dapat dikembangkan fiscal gap.
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD menurut Halim (2007:232) adalah “dengan
Dana Alokasi Khusus (DAK)
rasio kemandirian (otonomi fiskal)”. Kemandirian DAK adalah dana yang bersumber dari APBN
keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
kemampuan pemda dalam membiayai sendiri tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan prioritas
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan pemenuhan
nasional, khususnya
dan prasarana
daerah.
pelayanan dasar masyarakat. “Kemandirian keuangan daerah dihitung dengan Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang
cara membandingkan jumlah penerimaan pendapatan Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
asli daerah dibagi dengan jumlah pendapatan transfer Pemerintah Daerah, DAK adalah: “Dana yang
dari pemerintah pusat dan propinsi serta pinjaman bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
daerah” (Mahmudi, 2007: 128). kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
kemandirian menggambarkan membantu
Rasio
ketergantungan daerah terhadap sumber dana merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
tinggi rasio kemandirian nasional’. DAK dapat dialokasikan dari APBN
eksternal. Semakin
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan
daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN.
pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat
demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
64 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017 64 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
Kerangka Pemikiran
kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat Kerangka pemikiran merupakan konsep yang dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
menggambarkan hubungan antara teori dengan merupakan komponen PAD. “Semakin tinggi
berbagai faktor yang teridentifikasi sebagai masalah masyarakat yang membayar pajak dan retribusi
yang diteliti (Sekaran dalam Sugiyono, 2009: 88). daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan
Gambar 1 adalah kerangka pemikiran dalam masyarakat yang lebih tinggi” (Halim, 2007: 233).
penelitian ini.
H1
H2 e
Rasio Efektivitas
H3
PAD (X 1 )
DAU H4
(X 2 )
H5
Tingkat Kemandirian DAK
Keuangan Daerah (Y)
(X 3 )
DBH
(X 4 )
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan gambar 1, dapat dijelaskan bahwa pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi variabel independen yaitu Rasio Efektivitas PAD (X 1 Bengkulu tahun 2010-2013.
H4 = DAK berpengaruh signifikan terhadap tingkat mempengaruhi variabel dependen yaitu Tingkat
), DAU (X 2 ), DAK (X 3 ) serta DBH (X 4 )
Keuangan Daerah pada Kemandirian Keuangan Daerah (Y) baik secara
Kemandirian
pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi simultan maupun secara parsial.
Bengkulu tahun 2010-2013. H5 = DBH
berpengaruh
signifikan terhadap
Hipotesis
terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan Daerah pada pemerintahan Kabupaten dan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah
Kota di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2013. diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H1 = Rasio efektivitas PAD, DAU, DAK dan DBH
METODE PENELITIAN
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap terhadap tingkat
Kemandirian
Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis atau metode penelitian Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
Keuangan Daerah
pada
pemerintahan
yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif tahun 2010-2013.
asosiatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode H2 = Rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada terhadap
populasi atau sampel tertentu dengan analisis data Keuangan
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, tahun 2010-2013.
2013:13). Metode asosiatif yaitu suatu metode H3 = DAU berpengaruh signifikan terhadap tingkat
yang bertujuan untuk mengetahui Kemandirian
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
Populasi dan Sampel
kemudian ditarik
Populasi
kesimpulannya”. Populasi pada penelitian ini adalah Menurut Sugiyono (2013: 115) “Populasi
laporan APBD dan laporan realisasi APBD dari 9 adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
kabupaten dan 1 kota yang ada di provinsi Bengkulu objek/subjek
tahun 2010-2013. Populasi penelitian dapat dilihat karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
yang mempunyai
kualitas
dan
pada tabel 2.
Tabel 2 Daftar Populasi Penelitian
No.
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
1. Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Bengkulu Utara
4. Kabupaten Kaur
5. Kabupaten Kepahiang
6. Kabupaten Lebong
7. Kabupaten Mukomuko
8. Kabupaten Rejang Lebong
9. Kabupaten Seluma
10. Kota Bengkulu
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id
Sampel
dalam situs Departemen Pada penelitian ini teknik sampling yang
realisasi
APBD
Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id). digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan
2. Kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu yang teknik Sampling Purposive . Menurut Sugiyono
mempublikasikan laporan APBD dan laporan (2013:123), “Sampling purposive merupakan teknik
realisasi APBD selama tahun 2010-2013. penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Berdasarkan kriteria tersebut, dari 10 kabupaten Berikut kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh
dan kota di provinsi Bengkulu yang memenuhi sampel pada penelitian ini:
kriteria sebagai sampel sebanyak 9 kabupaten dan
1. Kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu yang kota sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3 tabel 4. mempublikasikan laporan APBD dan laporan
Tabel 3 Pemilihan Sampel Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan
1. Kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu yang mempublikasikan laporan
10 APBD dan laporan realisasi APBD dalam situs Departemen Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id) menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya. Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu yang mempublikasikan laporan
2. APBD dan laporan realisasi APBD selama tahun 2010-2013. (1)
Total Sampel
1. Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD penelitian ini, 8 kabupaten dan 1 kota di Provinsi
Berdasarkan tabel 3, sampel yang digunakan pada
kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu tahun Bengkulu tahun 2010-2013, sehingga data yang
2010-2013 yang dipublikasikan, yang didownload digunakan sebanyak 36 laporan APBD dan laporan
melalui website www.djpk.depkeu.go.id. realisasi APBD (tabel 4).
2. Penelitian terdahulu serta berbagai literatur karya ilmiah dan buku-buku referensi yang menyangkut
Metode Pengumpulan Data
serta relevan dengan Metode pengumpulan data yang digunakan
teori-teori
terkait
permasalahan yang dibahas. pada penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data yang digunakan adalah:
66 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
Teknik Pengumpulan Data Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Data diperoleh secara tidak langsung atau
Identifikasi Variabel
melalui media perantara (media elektronik) melalui Variabel penelitian ialah suatu atribut atau sifat situs www.djpk.kemenkeu.go.id .
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
Jenis dan Sumber Data
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan
(Sugiyono (2013: 59). Pada penelitian ini, variabel adalah data kuantitatif. Data kuantitatif dimaksud
dependen yang digunakan ialah rasio efektivitas berupa angka-angka yang dapat dihitung serta dapat
PAD, DAU, DAK, serta DBH. dianalisis secara sistematis yang terdapat dalam laporan APBD dan laporan realisasi APBD
Definisi Operasional Variabel
kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu tahun 2010- Definisi operasional variabel menjelaskan 2013. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan
konsep masing-masing variabel dalam penelitian adalah data sekunder dengan horizon waktu: time
sebagaimana diungkpkan pada telaah literatur. series dan cross section.
Selanjutnya, operasionalisasi variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4 Daftar Sampel Penelitian
No.
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
Jumlah Tahun
1. Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Bengkulu Utara
4. Kabupaten Kaur
5. Kabupaten Kepahiang
6. Kabupaten Lebong
7. Kabupaten Mukomuko
8. Kabupaten Seluma
9. Kota Bengkulu
36 Sumber: Data diolah dari www.djpk.depkeu.go.id
Total Sampel
Tabel 5 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Skala Pengukuran Independen
Konsep Variabel dalam Formula
Rasio Efektivitas PAD Rasio
Dana Alokasi Umum Rasio
Dana Alokasi Khusus Rasio
Dana Bagi Hasil Rasio
Dependen
Tingkat Kemandirian Rasio Keuangan Daerah
Model dan Teknik Analisis
Keterangan :
= Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah penelitian ini adalah:
Model analisis yang
digunakan pada
a = Nilai Konstanta
Y=a+b 1 .X 1 +b 2 .X 2 +b 3 .X 3 +b 4 .X 4 +e
b 1 ,...,b 4 = Nilai Koefisien Regresi
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
X 1 = Rasio Efektivitas PAD
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
X 2 = DAU
X 3 = DAK
Hasil Penelitian
X 4 = DBH Secara administratif Pemerintahan Provinsi
e = Faktor lain yang tidak diteliti Bengkulu terbagi menjadi sembilan kabupaten dan Selanjutnya teknik analisis data menggunakan
satu kota, secara rinci ditampilkan pada tabel 6. software SPPS Versi 20.
Tabel 6
Luas Area Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu No.
Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
Luas Area (Km 2 )
Ibukota Kabupaten
1. Kab Bengkulu Selatan 1,186.10 Manna
2. Kab Bengkulu Tengah 1.123,94 Karang Tinggi
3. Kab Bengkulu Utara 4,424.60 Argamakmur
4. Kab Kaur 2,369.05 Bintuhan
5. Kab Kepahiang 665,00 Kepahiang
6. Kab Lebong 1,929.00 Tubei
7. Kab Mukomuko 4.036,70 Mukomuko
8. Kab Rejang Lebong 1,639.98 Curup
9. Kab Seluma 2.400,400 Pasar Tais
10. Kota Bengkulu 144.52 Bengkulu
Jumlah (Total)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (2013)
Statistik Deskriptif
rata-rata dan nilai simpangan baku dari variabel Statistik deskriptif menyajikan data secara
penelitian. Tabel 7 menunjukkan output uji statistik numerik yang meliputi nilai minimum, maksimum,
deskriftif pada penelitian ini.
Tabel 7 Output Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
Std. Deviation Rasio Efektivitas PAD
1,41183 Tingkat Kemandirian
1,65194 Keuangan Daerah
Valid N (listwise)
Sumber: Hasil olahan SPSS Versi 20.0. Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa jumlah
rata-rata (mean) sebesar 8,9025% dan simpangan data sebanyak 36, dengan penjelasan mengenai
baku (standar deviation) sebesar 2,39761%. masing-masing variabel sebagai berikut:
4. Variabel DBH memiliki nilai minimum sebesar
1. Variabel rasio efektivitas PAD memiliki nilai 3,57%, nilai maksimum sebesar 10,66%, nilai minimum sebesar 35,03%, nilai maksimum
rata-rata (mean) sebesar 6,2906% dan simpangan sebesar 196,42%, nilai rata-rata (mean) sebesar
baku (standar deviation) sebesar 1,41183%. 91,9475% dan nilai simpangan baku (standar
5. Variabel tingkat kemandirian keuangan daerah deviation) sebesar 35,42%.
memiliki nilai minimum sebesar 1,04%, nilai
2. Variabel DAU memiliki nilai minimum sebesar maksimum sebesar 7,64% nilai rata-rata (mean) 56,80%, nilai maksimum sebesar 77,62%, nilai
sebesar 3,2156% dan simpangan baku (standar rata-rata (mean) sebesar 68,6631% dan nilai
deviation) sebesar 1,65194%. simpangan baku (standar deviation) sebesar 4,38808%.
Uji Regresi Linear Berganda
3. Variabel DAK memiliki nilai minimum sebesar Tujuan uji regresi linear berganda untuk 4,47%, nilai maksimum sebesar 15,00%, nilai
mengukur kekuatan
hubungan antar variabel
68 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017 68 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
tabel 8.
Tabel 8 Output Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error
Rasio Efektivitas PAD (X 1 )
,044 ,349 ,729 DAK (X 3 )
-,725 -5,422 ,000 DBH (X 4 )
a. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Sumber: Hasil olahan SPSS Versi 20.0
Berdasarkan tabel 8, nilai konstanta untuk maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan persamaan regresi berganda dalam penelitian ini
mengalami kenaikan sebesar 0,007. yaitu 6,518 dengan koefisien regresinya 0,007 untuk
3. Koefisien regresi DAU bernilai 0,017. Artinya
jika DAU turun sebesar 1% maka tingkat koefisien regresi bernilai 0,017, kemudian untuk
variabel X 1 sedangkan untuk variabel X 2 memiliki
kemandirian keuangan daerah akan mengalami variabel X 3 memiliki koefisien -0,500 dan untuk
peningkatan sebesar 0,017.
4. Koefisien regresi untuk DAK bernilai -0,500. regresi -0,099. Jadi, dapat dibuat persamaan regresi
koefisien regresi untuk variabel X 4 dengan koefisien
Artinya jika DAK naik sebesar 1% maka tingkat bergandanya sebagai berikut:
kemandirian keuangan daerah akan mengalami penurunan sebesar 0,500.
5. Koefisien regresi untuk DBH bernilai -0,099.
Y = 6,518 + 0,007X 1 +0,017X 2 - 0,500X 3 -0,099X 4 +e
Artinya jika DBH naik sebesar 1% maka tingkat kemandirian keuangan daerah akan mengalami
Berdasarkan persamaan regresi berganda di atas, penurunan sebesar 0,099. maka dapat diinterpretasikan bahwa:
1. Dengan nilai konstanta sebesar 6,518, artinya
Pengujian Hipotesis
apabila rasio efektivitas PAD, DAU, DAK dan X 4 Uji Koefisien Determinasi (R 2 )
DBH bernilai 0, maka tingkat Kemandirian R 2 digunakan untuk mengetahui besaran nilai Keuangan Daerah sebesar 6,518.
korelasi antara variabel independen terhadap variabel
2. Koefisien regresi rasio efektivitas PAD bernilai dependen. Tabel 9 merupakan output R 2 0,007. Artinya jika rasio efektivitas PAD naik 1%
.Tabel 9
Output Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Summary b
Model R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, DAU, Rasio Efektivitas PAD
b. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Sumber: Hasil olahan SPSS Versi 20.0, 2016
Berdasarkan tabel 9 bahwa R 2 sebesar 0,538
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada
(53,8%), artinya variabel independen X 1 (rasio
penelitian ini.
efektivitas PAD), X 2 (DAK), X 3 (DAU) dan X 4
(DBH) secara bersama-sama mampu menjelaskan
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
variabel dependen (Y) tingkat kemandirian keuangan Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh daerah sebesar 53,8%, sisanya sebesar 46,2%
variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskankan variabel dependen. Pada penelitian
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
ini jenis uji F yang digunakan ialah ANOVA karena signifikan, diketahui ada atau tidaknya pengaruh metode ini dapat digunakan untuk menguji satu
antara rasio efektivitas PAD, DAK, DAU dan DBH variabel dependen dangan satu atau lebih variabel
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Hasil independen. Berdasarkan nilai F dan tingkat
uji F dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Output Uji F ANOVA a
Model
F Sig. Regression
Sum of Squares
Df Mean Square
a. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
b. Predictors: (Constant), DBH, DAK, DAU, Rasio Efektivitas PAD Sumber: Hasil olahan SPSS Versi 20.0.
Berdasarkan tabel 10, nilai F hitung sebesar tinggi pula tingkat kemandirian keuangan daerah. 9,021 dengan probabilitas (sig.) 0,000 dengan F tabel
Tingkat signifikan rasio efektivitas PAD, DAK, sebesar 2,68. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung
DAU, DBH terhadap tingkat kemandirian keuangan memiliki nilai yang lebih besar dari F tabel (9,021 >
daerah kurang dari 5% (0,000 < 0,05). Berdasarkan 2,68). Selain itu, F hitung yang bernilai positif
F hitung > F tabel yaitu 9,021 > 2,68 atau Sig. F < α yaitu menunjukkan bahwa pengaruh rasio efektivitas PAD,
0,000 < 0,05 maka H 01 ditolak dan H a1 diterima yang DAK, DAU dan DBH berbanding lurus terhadap
artinya rasio efektivitas PAD, DAK, DAU, DBH tingkat kemandirian keuangan daerah atau dengan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kata lain semakin tinggi rasio efektivitas PAD dan
tingkat kemandirian keuangan daerah. semakin rendah DAK, DAU dan DBH maka semakin
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil output uji t dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 Output Uji t Coefficients a
Tolerance VIF (Constant)
B Std. Error
Rasio Efektivitas PAD
a. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Sumber: Hasil olahan SPSS Versi 20.0, 2016
Berdasarkan tabel 10, maka pengaruh masing- (0,346>0,05), maka H 02 diterima dan H a2 ditolak, masing variabel independen terhadap variabel
yang artinya rasio efektivitas PAD secara parsial dependen sebagai berikut:
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
1. Rasio efektivitas PAD memiliki nilai t hitung <t tabel kemandirian keuangan daerah. (0,957<2,039). Hasil ini menunjukkan rasio
2. DAU memiliki nilai t hitung <t tabel (0,349<2,039). efektivitas PAD tidak berpengaruh terhadap
Hasil tersebut menunjukkan bahwa DAU tidak tingkat kemandirian keuangan daerah. Tingkat
tingkat kemandirian signifikan rasio efektivitas PAD terhadap tingkat
berpengaruh
terhadap
keuangan daerah. Tingkat signifikan DAU kemandirian keuangan daerah lebih dari 5%
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
70 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017 70 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
lebih dari 5% (0,729>0,05), maka H 03 diterima
tingkat kemandirian keuangan daerah. tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
2. Hipotesis Kedua
3. DAK memiliki nilai t hitung >t tabel (5,422>2,039). H2= Rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan Nilai negatif pada t hitung menunjukkan bahwa
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah DAK mempunyai pengaruh negatif terhadap
Rasio efektifitas PAD memiliki t hitung <t tabel tingkat kemandirian keuangan daerah. Artinya,
(0,957<2,039). Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika DAK mengalami peningkatan maka tingkat
rasio efektivitas PAD tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah akan mengalami
tingkat kemandirian keuangan daerah. Tingkat penurunan ataupn sebaliknya. Tingkat signifikan
signifikan rasio efektivitas PAD terhadap tingkat DAK terhadap tingkat kemandirian keuangan
kemandirian keuangan daerah lebih dari 5% daerah kurang dari 5% (0,000<0,05), maka maka
(0,346>0,050). Jika PAD suatu daerah lebih besar
bantuan pemerintah DAK secara parsial berpengaruh signifikan
H 04 ditolak dan H a4 diterima. Dengan demikian,
dibandingkan
dengan
pusat/provinsi dan pinjaman maka daerah tersebut terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
sudah mandiri dari segi finansialnya. Sebaliknya jika
4. DBH memiliki nilai t hitung <t tabel (0,561<2,039). PAD suatu daerah lebih kecil dibandingkan dengan Hasil ini menunjukkan DBH tidak berpengaruh
bantuan pemerintah pusat/provinsi maka daerah terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
tersebut dikatakan belum mandiri dari segi Tingkat
finansialnya karena daerah tersebut masih bergantung kemandirian keuangan daerah lebih dari 5%
signifikan
DBH terhadap tingkat
pada pemerintah pusat. PAD merupakan sumber
pembiayaan yang benar-benar digali dari daerah itu artinya DBH secara parsial tidak berpengaruh
(0,579>0,05), maka H 05 diterima dan H a5 ditolak,
sendiri sehingga dapat mencerminkan kondisi riil signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan
daerah. Jika struktur PAD sudah kuat, dapat daerah.
dinyatakan daerah tersebut memiliki kemampuan pembiayaan yang kuat juga.
Pembahasan
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Hipotesis Pertama
Muliana (2009) dan Siagian (2014) yang menyatakan H1= Rasio efektivitas PAD, DAK, DAU serta DBH
bahwa rasio efektivitas PAD berpengaruh secara secara simultan berpengaruh positif
positif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian ignifikan
keuangan daerah
keuangan daerah Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
3. Hipotesis Ketiga
dengan alat bantu SPSS versi 20.0 bahwa variabel H3= DAU berpengaruh signifikan terhadap tingkat independen yaitu rasio efektivitas PAD, DAK, DAU
kemandirian keuangan daerah dan DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai t hitung <t tabel tingkat kemandirian keuangan daerah. Hal ini
DAU
memiliki
(0,349<2,039). Artinya, DAU tidak berpengaruh dibuktikan dari nilai F hitung yang memiliki nilai lebih
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. besar dari F tabel (9,02>2,68) dengan Sig. F kurang
DAU terhadap tingkat dari 5% (0,000<0,05). Nilai F hitung yang bernilai
Tingkat
signifikan
kemandirian keuangan daerah lebih dari 5% positif
(0,729>0,05). Semakin tinggi DAU yang diberikan efektivitas PAD, DAK, DAU dan DBH berbanding
pemerintah pusat kepada daerah maka semakin lurus terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
rendah tingkat kemandirian suatu daerah, sebaliknya atau dengan kata lain semakin tinggi rasio efektivitas
jika DAU yang diberikan pemerintah pusat kepada PAD dan semakin rendah DAK, DAU dan DBH
daerah semakin rendah maka tingkat kemandirian maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian
suatu daerah semakin tinggi. Pada penelitian ini, keuangan daerah yang dihasilkan dan sebaliknya.
meskipun DAU yang diterima cukup besar Selain itu, berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa
dibandingkan dengan DAK dan DBH tetapi DAU
koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebesar 0,538 atau
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat 53,8%, artinya kombinasi variabel independen (X) X 1 kemandirian keuangan daerah. Hal ini dikarenakan
besarnya DAU yang diterima kabupaten dan kota di DAU dan X 4 atau DBH mampu menjelaskan variabel
atau rasio efektivitas PAD, X 2 atau DAK, X 3 atau
provinsi bengkulu diperoleh berdasarkan perhitungan dependen (Y) tingkat kemandirian keuangan daerah
yang telah ditetapkan. DAU ditetapkan minimal 25% sebesar 53,8%, sisanya sebesar 46,2% (100%–
dari penerimaan dalam negeri. 10% DAU daerah 53,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
provinsi, 90% untuk DAU daerah kabupaten/kota. diteliti dalam penelitian.
DAU provinsi diperoleh dari jumlah DAU seluruh Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
bobot daerah provinsi yang dari Siagian (2014) yang menyatakan bahwa rasio
provinsi dikali
bersangkutan dibagi dengan bobot seluruh daerah efektivitas PAD, DAK, DAU dan DBH secara
provinsi. Untuk DAU kabupaten atau kota diperoleh dari jumlah DAU seluruh kabupaten atau kota dikali
Nurhasanah dan Maria, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian...
bobot daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap dibagi dengan bobot seluruh daerah kabupaten atau
tingkat kemandirian keuangan daerah. kota. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Marizka (2013) yang menyatakan bahwa DAU tidak
SIMPULAN DAN SARAN
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, namun berbeda dengan hasil
Simpulan
penelitian Muliana (2009) dan Siagian (2014) yang
1. Secara Simultan, rasio efektivitas PAD, DAK, menemukann bahwa DAU berpengaruh secara
DAU dan DBH berpengaruh positif dan negatif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian
signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan keuangan daerah.
daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas PAD, semakin rendah DAK, DAU, dan DBH maka
tingkat kemandirian H4= DAK berpengaruh signifikan terhadap tingkat
4. Hipotesis Keempat
semakin tinggi
pula
keuangan daerah yang dihasilkan ataupun kemandirian keuangan daerah
sebaliknya. Pengaruh tersebut sebesar 53,8%, dan DAK memiliki nilai t hitung <t tabel (-5,422 < 2,039).
sisanya 46,2% dijelaskan oleh variabel lain yang Tingkat
tidak diteliti pada penelitian ini. kemandirian keuangan daerah kurang dari 5%
2. Secara Parsial , rasio efektivitas PAD, DAU dan (0,000<0,05). Nilai negatif t hitung menunjukkan bahwa
DBH tidak berpengaruh dan tidak signifikan DAK
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. kemandirian keuangan daerah. Jika DAK mengalami
berpengaruh negatif
terhadap
tingkat
DAK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peningkatan maka tingkat kemandirian keuangan
tingkat kemandirian keuangan daerah. daerah akan mengalami penurunan dan sebaliknya.
DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
Saran
mendanai kegiatan khusus, merupakan bagian dari
1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dapat program prioritas nasional yang menjadi urusan
menambah jumlah kabupaten dan kota yang daerah serta untuk membantu daerah guna mendanai
diteliti, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih kebutuhan fisik sarana dan prasarana di bidang
representatif dengan lokasi penelitian yang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan
berbeda. Hal ini agar dapat dijadikan bahan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan daerah
perbandingan antara hasil penelitian ini dengan serta lingkungan hidup.
penelitian selanjutnhya dengan variansi variabel Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang berbeda.
2. Bagi Pemerintah daerah, agar menggunakan yang menyatakan bahwa DAK berpengaruh negatif
Muliana (2009), Marizka (2013) dan Siagian (2014)
PAD, DAU, DAK dan DBH secara efektif dan dan
efisien serta pemerintah daerah diharapkan dapat keuangan daerah.
signifikan terhadap
tingkat
kemandirian
mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada secara optimal, sehingga dapat menambah
PAD di kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu. H5= DBH berpengaruh signifikan terhadap tingkat
5. Hipotesis Kelima
kemandirian keuangan daerah DBH memiliki t hitung <t tabel (-0,561<2,039). Hasil
DAFTAR PUSTAKA
tersebut menunjukkan
berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka 2013, daerah. Tingkat signifikan DBH terhadap tingkat
Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. kemandirian keuangan daerah lebih dari 5% (0,579>0,05). Semakin tinggi DBH yang diberikan
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate pemerintah pusat kepada daerah, semakin rendah
dengan Program SPSS . Badan Penerbit Universitas tingkat kemandirian suatu daerah tersebut dan
Diponegoro.
sebaliknya. Jika pemda menginginkan transfer bagi Halim, Abdul dan Nasir, Jamal Abdul. 2006. Kajian hasil yang tinggi maka pemda harus dapat
tentang Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang. mengoptimalkan potensi pajak dan sumber daya alam
Jurnal Manajemen Usahawan . Nomor 06 Th XXXV yang dimiliki oleh masing-masing daerah, sehingga
Juni 2006. Jakarta: Lembaga Management FE-UI. kontribusi yang diberikan DBH terhadap pendapatan daerah
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi mendukung
dapat meningkat.Hasil
penelitian
ini
Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba menyimpulkan bahwa DBH tidak berpengaruh
penelitian Marizka
signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, namun beebeda dengan hasil penelitian Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Siagian (2014) yang menyimpulkan bahwa DBH
72 Jurnal Riset Terapan Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
.. Undang-Undang. Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah . Jakarta: Erlangga.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Manajemen YKPN.
Perusahaan . Yogyakarta: BPFE UGM. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan CV. ANDI.
Keuangan Daerah dalam Otonomi . Jakarta: Ghalia Indonesia.
Marizka, Reza. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Siagian, Sartika. 2014. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD, Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian
DAU, dan DAK terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di
Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Barat Tahun 2006 – 2011. Skripsi. Padang: