Atlas Rotan Indonesia Jilid 3

  Jasni Krisdianto Titi Kalima Abdurachman

  ISBN : 978-979-3132-42-6 Diterbitkan oleh (Published by) :

Pusat Peneli an dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan

Hasil Hutan (The Center for Research and Development on Forestry Engineering and Forest Products Processing) Alamat (Address) : Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia Telepon (Phone) : (0251) 8633378 Fax (Faximile) : (0251) 8633413 E-mail : pep_p3hh@yahoo.com website : www.pustekolah.org Disain Sampul oleh (Cover Design by) : Deden Nurhayadi

  

SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN

KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

  Memasyarakatkan hasil peneli an merupakan bagian yang dak terpisahkan dari kegiatan peneli an itu sendiri. Oleh karena itu, Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) secara terus menerus berupaya menyampaikan hasil- hasil peneli an melalui berbagai media, salah satunya dengan menerbitkan buku hasil peneli an. Atlas Rotan Jilid 3 dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih lanjut jenis-jenis rotan yang terdapat di Indonesia. Buku ini merupakan seri lanjutan dari Atlas Rotan Jilid 1 dan 2 yang sudah diterbitkan oleh Pustekolah.

  Kami mengucapkan selamat kepada Dra. Jasni, M.Si., Dr. Krisdianto, S. Hut. M.Sc., Dra. Ti Kalima, M.Si., dan Abdurachman ST, yang telah bekerja keras melakukan peneli an dan menuangkan hasilnya dalam buku Atlas Rotan Jilid 3 ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para editor dan Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut Peneli an (PDTLP) Pustekolah beserta jajarannya atas perannya membantu menjaga kualitas materi dan penulisan buku ini.

  Kami berharap, Atlas Rotan Jilid 3 ini mampu melengkapi informasi yang dibutuhkan masyarakat ilmiah maupun khalayak umum tentang rotan Indonesia. Kekurangan dalam buku ini merupakan tantangan bagi penyusun untuk terus menerus melakukan eksplorasi dan analisa secara lebih mendalam serta komprehensif tentang rotan Indonesia.

  Bogor, Nopember 2012 Kepala Pusat Dr. Ir. IB Putera Parthama, M.Sc.

KATA PENGANTAR

  Berbagai jenis rotan banyak tumbuh secara alami maupun dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Rotan adalah salah satu anugerah Tuhan untuk bangsa Indonesia. Berbagai jenis rotan tersebar dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara tradisional maupun modern. Pengolahan rotan yang berkualitas menjadi produk-produk ekonomi diyakini akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Se ap jenis rotan memiliki persebaran, penampakan, dan sifat dasar batang yang berbeda. Keberagaman tersebut membuat rotan bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang sesuai. Pemahaman yang benar mengenai jenis rotan tertentu akan menentukan pemanfaatan yang tepat bagi jenis rotan tersebut.

  Atlas Rotan Jilid 3 disusun dan diterbitkan untuk memberikan informasi tentang 10 jenis rotan Indonesia. Sebagai lanjutan dari Atlas Rotan Jilid 1 dan 2, Atlas Rotan Jilid 3 juga memuat berbagai informasi tentang botani, persebaran, perawakan, sifat dasar dan alterna f pemanfaatan rotan Indonesia. Informasi dalam atlas rotan ini merupakan hasil riset Pustekolah yang dilengkapi dengan hasil riset lain yang mendukung.

  Buku ini kami harapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para pihak yang membutuhkan informasi tentang rotan Indonesia, baik dunia usaha, masyarakat ilmiah, pengambil kebijakan maupun masyarakat. Keterlibatan berbagai pihak yang memiliki informasi tentang rotan Indonesia dalam penyusunan buku ini diharapkan mampu menyediakan lebih banyak informasi yang dibutuhkan oleh parapihak tersebut. Kekurangan yang terdapat dalam buku ini merupakan pekerjaan rumah bagi m penyusun untuk terus menerus melakukan inventarisasi, iden fi kasi, serta mempelajari karakter dari rotan-rotan Indonesia secara lebih mendalam. Puji syukur penulis panjatkan atas terselesaikan dan terbitnya buku Atlas Rotan Jilid 3 ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kapustekolah, Kabid PDTLP Pustekolah beserta mnya yang telah memfasilitasi terbitnya buku ini. Kami juga memberikan penghargaan se nggi- gginya kepada para editor yang telah membantu dengan berbagai masukan konstruk f untuk materi buku ini.

  Semoga bermanfaat.

  Bogor, Nopember 2012 Penulis

  

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. v

  I. PENDAHULUAN .................................................................

  1 II. PENJELASAN ISI RISALAH ..................................................

  3 A. Nama Botani ................................................................

  4 B. Nama Perdagangan dan Nama Daerah .........................

  4 C. Nama di Negara Lain ...................................................

  5 D. Daerah Persebaran ......................................................

  5 E. Habitus .........................................................................

  6 F . Struktur Anatomi .........................................................

  6 G. Komponen Kimia ........................................................

  7 H. Sifat Fisis dan Mekanis .................................................

  8 I. Pelengkungan Rotan ....................................................

  12 J. Ketahanan Terhadap Organisme Perusak ....................

  13 K. Pemanfaatan Rotan .....................................................

  15 L. Silvikultur .....................................................................

  16 III. RISALAH ROTAN .................................................................. 17 A. Sigisi ............................................................................

  17 B. Udang ..........................................................................

  22 C. Langgane .....................................................................

  27 D. Samare ........................................................................ 31 E. Susu ............................................................................

  35 F . Maldo Jormal ..............................................................

  39 G. Pelah ............................................................................ 43 H. Kapuas ........................................................................

  47

  I. Marau .........................................................................

  51 J. Sanjat .........................................................................

  55 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 61

  

GLOSARI ................................................................................... 65

INDEKS NAMA ROTAN ................................................................

  68

I. PENDAHULUAN

  Rotan merupakan salah satu kelompok tumbuhan berbunga yang termasuk dalam suku Palmae. Sebutan lain untuk rotan yang tumbuh merambat ini adalah suku pinang-pinangan atau Arecaceae. Tumbuhan rotan memiliki batang beruas yang bagian tengahnya berisi dan dak berongga seper bambu. Sebagai bagian dari kelompok besar monoko l, batang rotan tersusun atas ikatan pembuluh yang tersebar dalam jaringan parenkim dasar. Di dalam ikatan pembuluh tersebut terdapat pembuluh metaksilem, protoksilem, fl oem dan ikatan serat yang menopang kekuatan batang rotan.

  Bentuk, ukuran diameter dan panjang ruas rotan bervariasi bergantung pada jenisnya. Rotan umumnya dibedakan berdasarkan ukuran diameter batangnya. Secara alami rotan memiliki diameter terkecil 3 mm (Calamus ciliaris Blume sensu Ridley) dan yang terbesar mencapai 100 mm (Plectocomia elongata Blume). Daun rotan umumnya berduri mulai dari pelepah, tangkai, tulang daun, arkis dan fl agelum. Duri-duri yang terdapat dalam fl agelum, kucir dan rakhis menjadikan ujung tumbuhan rotan bertahan dan tumbuh merambat pada batang utama atau cabang suatu pohon.

  Sebagai salah satu hasil hutan, rotan memiliki nilai ekonomi kedua ter nggi setelah kayu. Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia mampu memasok sekitar 80% dari kebutuhan rotan dunia (Hartono, 1998). Hutan Indonesia juga memiliki variasi jenis tumbuhan rotan yang nggi, yaitu sekitar 312 jenis rotan tumbuh di hutan Indonesia. Dari total 13 marga tumbuhan rotan di dunia, 8 marga diantaranya tumbuh di Indonesia (Rachman dan Jasni, 2008).

  Pemanfaatan rotan sebagai komodi perdagangan dunia juga diiku oleh peneli an tentang sifat-sifat dan kegunaan rotan oleh berbagai pihak, seper lembaga peneli an, perguruan nggi dan beberapa industri yang berkecimpung langsung dalam pemanfaatan rotan. Peneli an rotan melipu pengetahuan tentang botani, silvikultur, struktur anatomi, fi sis mekanis, komponen kimia, ketahanan terhadap serangga dan pengolahan serta aspek ekonomi dan perdagangannya. Namun demikian, informasi hasil peneli an tersebut belum terpusat sehingga data dan informasinya terpisah satu dengan yang lain. Salah satu upaya menyatukan data dan informasi peneli an rotan adalah dengan menyusun Atlas Rotan Indonesia yang berisi data dan informasi dasar batang rotan dan kemungkinan penggunaannya. Data dan informasi sifat-sifat batang rotan tersebut dapat dijadikan dasar penggunaan rotan oleh masyarakat, industri dan pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang komoditas rotan. Sampai saat ini telah disusun Atlas Rotan Indonesia Jilid 1 dan 2, dan sebagai kelanjutannya saat ini diterbitkan Atlas Rotan Indonesia Jilid 3.

II. PENJELASAN ISI RISALAH

  Jenis rotan yang dimuat dalam Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 ini sebanyak 10 jenis. Jenis-jenis tersebut dipilih berdasarkan keberadaan rotan yang tersebar di seluruh Indonesia. Rotan-rotan tersebut sebagian besar telah digunakan secara lokal, namun belum digunakan untuk tujuan komersial. Tujuan penerbitan Atlas Rotan Jilid 3 ini adalah menginformasikan beberapa jenis dan sifat dasar batang rotan dan kemungkinan pemanfaatan secara komersial.

  Risalah yang disajikan dalam BAB II berisi data dan informasi tentang ciri botani, tempat tumbuh, silvikultur, nama perdagangan, nama daerah, nama negara lain, daerah persebaran, sifat dasar antara lain: ciri umum, anatomi, kimia, fi sis dan mekanis, pelengkungan, ketahanan, serta ciri batang rotan yang terkait dengan pemanfaatannya. Risalah ciri botani melipu nama botani, sinonim (jika ada), nama lokal terseleksi dan nama dagangnya (jika ada). Selain itu, keterangan tempat tumbuh dan daerah persebaran, perbanyakan dan penanaman, sifat dan ciri batang, pemanfaatannya saat ini, serta catatan yang berhubungan dengan pemanfaatan lain juga disajikan. Pertelaan ringkas mengenai habitus rotan di hutan juga memuat karakter morfologi yang mencirikan iden tas jenis rotannya.

  Nama yang ditampilkan melipu nama botani, sinonim, nama perdagangan, nama daerah dan nama lain yang mungkin berlaku di daerah atau negara lain. Penetapannya mengacu kepada Dransfi eld (1974, 1979, 1984 dan 1992); Dransfi eld dan Manokaran (1994, 1996); Hadikusumo (1994); Boonsermsuk et al. (2007) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

  Dalam pertelaannya, beberapa is lah teknis morfologi tumbuhan dak dapat dihindari walaupun diusahakan seminimal mungkin. Dalam hal ini, ar is lah teknis morfologi dijelaskan dalam glosari yang terdapat pada bagian akhir buku ini. Untuk lebih memahami jenis-jenis rotan dalam buku ini, pada se ap jenis dilengkapi dengan foto batang secara makro dan foto anatomi batang secara mikroskopis, serta gambar bagian dari tumbuhannya. Selain ciri botani, morfologi, habitus dan deskripsi struktur anatomi batangnya, pertelaan jenis rotan dilengkapi dengan data dan informasi tentang komponen kimia, sifat fi sis-mekanis, sifat pelengkungan, ketahanan terhadap serangga, pemanfaatan dan cara penanamannya.

  Infomasi risalah diperoleh dari berbagai pustaka dan laporan hasil peneli an terkini yang belum dipublikasikan, termasuk hasil peneli an yang telah dilakukan oleh Pusat Peneli an dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Pusat Peneli an dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Pustekolah (Puskonser), Pusat Peneli an Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta beberapa Perguruan Tinggi. Da ar pustaka yang dipakai sebagai bahan acuan dapat dilihat pada bagian akhir buku ini.

  A. Nama Botani

  Se ap tumbuhan hanya memiliki satu nama ilmiah yang benar, yang disebut dengan nama botani. Nama botani terdiri dari dua kata, berbahasa la n. Kata yang pertama menunjukkan marga (genus) dan yang kedua menunjukkan jenis/spesiesnya. Dalam naskah taksonomi, di belakang kata kedua dituliskan nama pengarang. Misalkan untuk rotan manau ditulis sebagai berikut :

  Calamus manan Miquel

  yang memiliki ar rotan manau termasuk dalam marga Calamus, nama spesies manan dan peneli /taksonomis yang menerbitkan nama botani rotan manau adalah Miquel. Nama family/suku dak dicantumkan karena semua jenis rotan termasuk dalam satu suku yaitu Palmae atau Arecaceae yang termasuk Ordo Palmales, kelas Monocotyledons, sub divisi Angiospermae.

  B. Nama Perdagangan dan Nama Daerah

  Nama perdagangan merupakan nama yang sudah lazim dipakai dalam perdagangan rotan. Nama perdagangan berbeda dari nama botaninya, karena nama perdagangan menunjukkan nama yang sudah dikenal orang dalam perdagangan. Dalam hal ini nama dagang mungkin merupakan kumpulan beberapa rotan yang memiliki nama botani yang berbeda-beda.

  Selain nama dagang, rotan juga dikenal memiliki nama daerah/ lokal yang berbeda dari nama dagangnya dan sangat dipengaruhi oleh sebutan nama daerah dimana rotan tersebut tumbuh. Suatu jenis rotan misalnya, memungkinkan memiliki nama daerah lebih dari satu karena adanya perbedaan dialek dan bahasa daerah dimana rotan tumbuh. Jika memungkinkan, seluruh nama daerah akan dicantumkan dalam pertelaan, namun jika dak, maka sedapat mungkin dari ap pulau atau kepulauan utama sekurang-kurangnya dicantumkan satu nama yang banyak digunakan di daerah tersebut.

  C. Nama di Negara Lain

  Nama rotan dari negara lain adalah nama jenis rotan yang berlaku di luar Indonesia, baik di negara produsen maupun konsumen yang sudah dipakai atau sudah dikenal dalam perdagangan. Informasi nama di negara lain mengacu pada pustaka oleh Dransfi eld (1979, 1984 dan 1992); Dransfi eld dan Manokaran (1994); Boonsermsuk et al. (2007) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

  D. Daerah Persebaran

  Daerah persebaran rotan disusun menurut nama pulau dimana jenis tersebut tumbuh. Daerah persebaran di luar Indonesia dak dicantumkan walaupun banyak jenis rotan yang secara alami tumbuh di sana. Informasi mengenai daerah persebaran mengacu pada pustaka oleh Dransfi eld (1974, 1979 dan 1984); Dransfi eld dan Manokaran (1994); Hadikusumo (1994); Tellu (2005) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

  E. Habitus

  Rotan yang masih hidup perlu diketahui ciri-cirinya untuk mengenal dan membedakan dengan jenis rotan lain. Ciri-ciri pen ng yang dicantumkan dalam risalah ini melipu perawakan, batang, daun, organ panjat, perbungaan dan bunga serta buah dan semai. Informasi habitus mengacu kepada pustaka yang ditulis oleh Dransfi eld (1974, 1979 dan 1984); Alrasyid (1989); Tellu (1992, 2005, 2008); Dransfi eld dan Manokaran (1994); Kalima (1996, 2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

F. Struktur Anatomi

  Pertelaan struktur anatomi batang rotan dikelompokkan dalam dua ciri yaitu: ciri umum dan ciri anatomi. Ciri umum ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis yang melipu warna batang, diameter batang tanpa pelepah, panjang ruas, kerapatan ikatan pembuluh (KIP) dan nggi buku. Penetapan ciri umum berdasarkan pengamatan dan pengukuran secara visual dan dengan bantuan lup. Penetapan KIP dilakukan melalui penghitungan jumlah ikatan pembuluh dalam bidang 2 mm x 2 mm pada penampang lintang batang rotan dengan menggunakan lup. Umumnya contoh uji berukuran panjang 5 cm dan diameter tergantung diameter rotan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada bidang seluas 2 mm x 2 mm, masing-masing di bagian tepi, tengah dan pusat rotan (Gambar 1). Hasil pengukuran ke ga bagian sampel dijumlahkan, kemudian ditetapkan 2 banyaknya ikatan pembuluh per mm dengan rumus:

  KIP = Pi + Te + Pu

  12 Keterangan: 2 KIP = Kerapatan ikatan pembuluh ap 1 mm Pi = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pinggir Te = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian tengah Pu = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pusat

  Ciri anatomi batang rotan ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran penampang lintang batang rotan secara mikroskopis yang melipu dimensi ikatan pembuluh, berkas serat, serat, pembuluh metaksilem, protoksilem dan fl oem. tepi tengah pusat

  

Gambar 1. Pembagian daerah tepi, tengah dan pusat pada penampang

lintang rotan untuk penghitungan kerapatan ikatan pembuluh

  Penyajian ciri anatomi dapat berbeda bergantung kepada data yang diperoleh dari berbagai pustaka seper Siripatanadilok (1974); Wiener dan Liese (1990; Bhat dan Thulasidas (1993); Rachman (1996); SNI 01-7208 (Anonim,2006), Krisdianto dan Jasni (2005); Rachman dan Jasni (2008); Damayan and Jasni (2010) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b)

G. Komponen Kimia

  Komponen kimia batang rotan yang disajikan melipu kadar selulosa, lignin dan kadar pa . Penentuan kadar selulosa mengiku prosedur SII 0443-1981 (Anonim, 1981), lignin mengiku prosedur SNI 0492-1989 (Anonim, 1989), sedangkan penetapan kadar pa mengiku prosedur SII – 70 - 1979 (Anonim, 1979). Informasi mengenai persentase komponen kimia berpengaruh pada sifat-sifat batang rotan, misalnya semakin nggi kadar selulosa yang terdapat dalam rotan maka keteguhan lenturnya juga makin nggi. Selulosa juga merupakan makanan serangga terutama rayap, makin banyak kadarnya dalam batang rotan, maka mudah terserang oleh rayap.

  Lignin merupakan polimer phenolik berbentuk amorf yang berfungsi sebagai bahan perekat yang menyatukan serat. Penetapannya dilakukan berdasarkan SNI 14-0492-1989 (Anonim, 1989). Lignin diduga dapat menentukan kekuatan pada batang karena semakin nggi kadar lignin dalam rotan maka rotan makin kuat sehingga ikatan antar serat juga makin kuat. Kadar pa merupakan kandungan zat pa di dalam batang rotan. Pa yang merupakan cadangan karbohidrat pada tumbuhan ngkat nggi, merupakan makanan utama bagi serangga bubuk rotan kering sehingga semakin banyak kadarnya di dalam batang rotan menjadikan rotan lebih mudah terserang oleh serangan bubuk rotan kering. Data dan informasi kadar pa pen ng untuk mengetahui ketahanan atau keawetan rotan. Penetapan kadar pa batang rotan dilakukan dengan metode Standar SII 070-1979 (Anonim, 1979).

  Informasi mengenai komponen kimia batang rotan mengacu pada beberapa hasil peneli an yaitu Tellu (1992); Hadikusumo (1994); Rachman (1996); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011 b).

H. Sifat Fisis dan Mekanis

  fi Sifat sis yang dicantumkan berupa data kadar air kering udara dan berat jenis batang rotan. Sedangkan sifat mekanis yang disajikan melipu Modulus of Rupture (MOR), Modulus of Elas Ɵ city (MOE) dan keteguhan tarik sejajar serat, yang merupakan nilai rata-rata keteguhannya dalam kondisi kering udara. Nilai keteguhan diperoleh dari hasil pengujian contoh uji berukuran kecil yang bebas cacat.

  Sifat mekanis merupakan salah satu sifat pen ng yang digunakan untuk menduga kegunaan suatu jenis rotan. Selain hasil peneli an dan pengujian di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, data dan informasi mengenai sifat fi sis mekanis ini juga mengacu pada hasil peneli an Nasa (1989); Hadikusumo (1994); Rachman (1996); SNI 01-7208 (Anonim,2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).

  1. Kadar air Kadar air (KA) rotan adalah perbandingan jumlah air yang terkandung dalam rotan dengan berat rotan kering tanur dan dinyatakan dalam persen. Pada risalah ini, kadar air yang digunakan adalah kadar air kering udara yang dihitung berdasarkan perbandingan berat rotan pada kondisi kering udara dengan berat kering tanur. Untuk menghitung kadar air secara teli harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan mbangan dan oven. Besarnya kadar air rotan dihitung menurut rumus:

  BKU – BKT KA (%) =

  BKT Keterangan: BKU = Berat kering udara BKT = Berat kering tanur

  2. Berat jenis Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara berat dan volume rotan dengan perbandingan berat dan volume air, dihitung menurut rumus : Br/Vr

  BJ = Ba/Va Keterangan: Br = Berat rotan Vr = Volume rotan Ba = Berat air Va = Volume air

  3. Kekuatan lentur sta s Kekuatan lentur sta s rotan adalah ukuran kemampuan rotan menahan beban yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk.

  Pada pengujian lentur sta s diperoleh besaran MOE dan MOR. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban sta s di tengah bentang contoh uji dengan jarak sangga tertentu menggunakan mesin uji UTM seper pada Gambar 2a. Kedua besaran itu diperoleh dari grafi k hubungan tegangan dengan regangan atau hubungan beban dengan defl eksi seper pada Gambar 2b.

  P Beban (kg) Garis linear

  P Fe L

P e

Defleksi (cm)

  Fe

  (a) (b)

  

Gambar 2. Pembebanan pada pengujian lentur sta k (a) dan grafi k

hubungan beban dan kelengkungan (b)

2 MOE dan MOR dinyatakan dalam kg/cm dihitung menurut rumus

  dari ASTM D 143-94 yang telah dimodifi kasi (Rachman, 1996) sebagai berikut:

  3 0,424 Pe L Keterangan:

  2 MOE = (kg/cm ) Pe = Beban elastis (kg)

  4 D

  4 Fe D Fe Fe = Defleksi elastis (cm) P

  = Beban maksimum (kg) D = Diameter rotan (cm) L = Jarak sangga (cm) 1,273 P L

  (

  2 MOR = (kg/cm )

  3 D

  3 D

  4. Kekuatan tarik sejajar serat Kekuatan tarik sejajar serat rotan adalah ketahanan batang rotan dalam menahan beban tarik terutama pada rotan berdiameter kecil yang digunakan sebagai komponen mebel yang mengalami tarikan seper landasan tempat duduk, sandaran, pengikat dan lain-lain.

  Pengujian dilakukan di laboratorium dengan cara memberikan gaya tarik pada rotan seper pada Gambar 3. P 20 cm 10 d t d R

  P

Gambar 3. Bentuk contoh uji kuat tarik sejajar serat

  Kekuatan tarik sejajar serat rotan dihitung menurut rumus: 2 Kuat tarik sejajar serat (kg/cm ) = P A

  Keterangan:

  P = Beban tarik maksimum (kg); 2 A = Luas bidang tarik = d.t. (cm );

  t = Tebal bidang tarik = 3 mm; d = Diameter rotan (cm); R = Jari-jari takik = 5d+3 mm

  Data dan informasi sifat fi sis dan mekanis rotan diperoleh dari pengujian di laboratorium Pustekolah dan informasi yang diperoleh dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Hadikusumo (1994), Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).

I. Pelengkungan rotan

  Data dan informasi sifat pelengkungan batang rotan sangat diperlukan terutama sebagai dasar untuk melengkungkan batang rotan untuk komponen mebel. Secara alami, rotan dapat dilengkungkan, namun hasilnya sangat tergantung dari jenis dan cara melengkungkannya. Untuk menghindari cacat dan rusak akibat dilengkungkan, batang rotan memerlukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang lazim dilakukan adalah pengukusan (steaming) batang rotan dalam waktu tertentu sebelum dilengkungkan. Selain cara tersebut, terdapat beberapa metode perlakuan pendahuluan yang masih dalam tahap peneli an seper penggunaan bahan kimia tertentu dan pemanasan dengan gelombang mikro (microwave).

  Data dan informasi pelengkungan rotan yang disajikan dalam buku ini adalah hasil pengujian pada batang rotan berdiameter besar (>18 mm), dengan perlakuan pendahuluan berupa pengukusan dan atau perebusan selama 30 menit. Pelengkungan batang rotan dilakukan dengan bantuan mal (jig) dengan variasi diameter dari 5 – 50 cm. Rotan dilengkungkan dengan bantuan penjepit (clamp-C). Batang rotan dinyatakan mampu dilengkungkan pada radius tertentu jika kerusakan yang terjadi dak lebih dari 5% jumlah sampel (Rachman, 2000).

  Data dan informasi pelengkungan rotan diperoleh dari pengujian di laboratorium Pustekolah dan industri rotan serta informasi yang diperoleh dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Hadikusumo (1994), Rachman (2000), Rachman et al. (2006b), Rachman dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b). Informasi yang disajikan berupa radius pelengkungan dan waktu pengukusan/perebusan yang dianjurkan. Klasifi kasi mutu rotan berdasarkan kemampuannya dilengkungkan disajikan berdasarkan tabel berikut:

  Radius lengkung (cm) Kelas Mutu < 10

  I Sangat baik 10 - < 20

  II Baik 20 - < 30

  III Sedang 30 - < 40

  IV Kurang ≥ 40

  V Sangat kurang

  J. Ketahanan Terhadap Organisme Perusak

  1. Bubuk rotan kering Data ketahanan terhadap bubuk yang disajikan merupakan hasil pengujian di laboratorium terhadap bubuk rotan kering (Dinoderus

  

minutus Fabr.). Pengujian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

  terhadap rotan besar (d>18 mm) dan rotan kecil (d<18 mm). Untuk rotan besar, pengujian dilakukan dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2 cm dan lebar tergantung diameternya. Pada salah satu sisi terlebar dipasang semprong kaca berdiameter 1,3 cm dan nggi 3 cm. Kemudian ke dalam semprong kaca tersebut dimasukkan bubuk dewasa yang sehat dan ak f sebanyak 10 ekor. Contoh uji berikut semprong dan bubuk tersebut dimasukkan ke dalam tabung plas k berdiameter 4 cm dan nggi 7 cm, kemudian ditutup. Pengamatan dilakukan setelah 5 minggu pengujian berlangsung. Pengurangan berat contoh uji setelah dibiarkan selama 5 minggu dipakai sebagai ukuran untuk menetapkan daya tahan terhadap bubuk.

  Untuk rotan berdiameter kecil, pengujian dilakukan dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 5 cm dengan lebar tergantung diameternya. Contoh uji dibelah dua dan dimasukkan ke dalam botol plas k. Kemudian ke dalam botol tersebut dimasukkan bubuk dewasa yang sehat dan ak f sebanyak 10 ekor, dan ditutup dengan tutup botol tersebut. Pengamatan dilakukan setelah 5 minggu pengujian yang nan nya ditentukan persen pengurangan berat dengan rumus:

  berat sebelum uji – berat setelah uji % Pengurangan berat = x 100% berat sebelum uji

  Klasifi kasi daya tahan rotan terhadap bubuk sebagai berikut: Kelas Pengurangan berat (%) Ketahanan

  I <0,81 Sangat tahan

  II 0,82 – 1,33 Tahan

  III 1,34 – 1,98 Sedang

  IV 1,99 – 2,76 Buruk V >2,76 Sangat buruk

  Data dan informasi mengenai ketahanan terhadap bubuk mengacu hasil pengujian di laboratorium dan hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Jasni dan Roliadi (2011a, 2011b) serta Rachman dan Jasni (2008).

  2. Rayap tanah Data ketahanan terhadap rayap tanah yang disajikan merupakan hasil pengujian di laboratorium terhadap rayap tanah (Coptotermes

  

curvignathus Holmgren.). Contoh uji berukuran panjang 2 cm dan

  lebar tergantung diameternya .dimasukkan ke dalam jampot, diletakan dengan cara berdiri pada dasar jempot dan menyentuh dinding jampot. Ke dalam jampot dimasukkan 200 gram pasir lembab yang mempunyai kadar air +7% dibawah kapasitas menahan air (water holding

  

capacity). Selanjutnya ke dalam se ap jampot dimasukkan rayap tanah

  sebanyak 200 ekor, kemudian contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama 4 minggu. Se ap minggu ak vitas rayap dalam jampot diama dan masing-masing jampot di mbang. Jika kadar air pasir turun 2% atau lebih, maka ke dalam jampot tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya kembali seper semula SNI 01- 7207-2006, modifi kasi (Anonim, 2006a).

  Pengamatan dilakukan setelah 4 minggu pengujian yang nan nya ditentukan persentase pengurangan berat dengan rumus:

  

berat sebelum uji – berat setelah uji

% Pengurangan berat = x 100% berat sebelum uji

  Klasifi kasi daya tahan rotan terhadap rayap tanah sebagai berikut: Kelas Pengurangan berat (%) Ketahanan

  I < 17 Sangat tahan

  II 17 – 24 Tahan

  III 24 – 31,7 Sedang

  IV 31,8 – 39,8 Buruk V > 39,8 Sangat buruk

  Data dan informasi mengenai ketahanan terhadap rayap tanah mengacu pada tulisan Jasni dan Roliadi (2010b, 2011b).

  K. Pemanfaatan Rotan

  Data dan informasi pemanfaatan batang rotan jenis tertentu saat ini adalah hasil dari wawancara dengan masyarakat di daerah dimana rotan ditemukan dan berdasarkan data yang telah dipublikasikan oleh Dransfi eld dan Manokaran (1994, 1996); SNI 01-7208-2006 (Anonim, 2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010 a, 2011b).

  L. Silvikultur

  Uraian mengenai silvikultur rotan melipu : tempat tumbuh, cara perbanyakan dan cara penanaman. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan rotan diuraikan secara singkat, terutama kondisi tempat tumbuh pada umumnya seper ke nggian dari permukaan laut. Uraian mengenai permudaan melipu permudaan alam dan buatan. Pada beberapa jenis rotan juga diuraikan mengenai persemaiannya. Informasi mengenai silvikutur ini diperoleh dari Dransfi eld (1979; 1984); Dransfi eld dan Manokaran (1994; 1996) dan Jasni et.al (2007, 2010 a).

III. RISALAH ROTAN

A. SIGISI

  Nama Botani : Calamus orthostachys Warburg ex Beccari Sinonim : - Nama Perdagangan : Rotan sigisi Nama Daerah : Rotan sigisi (Gorontalo), Popini Nama di Negara Lain : - Daerah Persebaran : Sulawesi (Utara, Selatan, Barat, Tenggara dan

  Tengah) (Gambar 4)

  

Gambar 4. Persebaran jenis rotan sigisi

Perawakan

  Rotan tumbuh tunggal, memanjat sampai nggi 20 m pada kanopi hutan. Diameter batang dengan pelepah 20 mm. Pelepah daun warna hijau tua, ditumbuhi duri rapat, tersusun tersebar, panjang duri 10 – 25 mm, warna duri hijau tua kehitaman. Lutut jelas dengan ditumbuhi duri. Okrea jelas panjangnya 5 mm. Daun panjangnya 328,7 cm termasuk tangkai (panjang tangkai 2,6-3 cm) dan sirus (panjang sirus 96,7 cm). Pada tangkai bagian atas dan bawah ditumbuhi duri rapat, tersebar, bentuk langsing dengan panjang 4-15 mm. Anak daun berbentuk pita, tersusun menyirip teratur, berukuran 9 – 31,5 cm x 0,4 – 1,9 cm, permukaan atas dan bawah anak daun berwarna hijau dan pada tulang anak daun dak terdapat rambut kejur, jumlah anak daun 46 pada satu sisi rakis. Pada permukaan atas dan bawah rakis berduri rapat seper pada tangkai daun. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 5.

  (Foto : Ti Ɵ Kalima)

  A B

  

Gambar 5. Habitus rotan sigisi (A), pelepah daun rotan sigisi (B)

Struktur Anatomi Batang

  Ciri umum: Diameter tanpa pelepah : 11 – 19 mm Panjang ruas : 11 – 25 cm Tinggi buku rata-rata : 0,21 mm 2 KIP : 11 buah/mm

  Warna : Coklat muda

  

(Foto : Jasni)

Gambar 6. Bentuk batang rotan sigisi

  Ciri anatomi: Diameter metaksilem : 209 μm Diameter protoksilem : 62

  μm Panjang sel serat : 1.577 μm Diameter serat : 26 μm Tebal dinding sel serat : 2,4 μm

  Ɵ h DamayanƟ ) (Foto: Ra

Gambar 7. Struktur anatomi batang rotan sigisi

Keterangan:

  

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

6=epidermis; 7=endodermis

  Komponen Kimia

  Selulosa : 59,20% Lignin : 21,20% Pa : 20,01%

  Sifat Fisis dan Mekanis

  Kadar air : 13% 2 Berat jenis : 0,52 kg/cm 2 MOE : 17.029 kg/cm 2 MOR : 628 kg/cm

  Pelengkungan

  Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat baik).

  Ketahanan

  Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk)

  Pemanfaatan

  Batang rotan ini dapat digunakan sebagai komponen mebel baik secara natural maupun setelah melalui proses lanjutan seper pengikisan/dipoles dengan kualitas produk mebelnya baik. Rotan ini mampu dilengkungkan dengan mudah dan hasil pelengkungannya baik, sehingga rotan ini dianjurkan untuk digunakan membuat komponen mebel yang memerlukan bentuk lengkung dengan radius yang kecil.

  Silvikultur

  Tempat tumbuh rotan Calamus orthostachys Furtado adalah di dataran rendah dan lereng pegunungan yang termasuk dalam hutan primer mulai dari ke nggian 25 – 2000 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan untuk penanaman umumnya dilakukan dengan menggunakan bijinya.

B. UDANG

  Nama Botani : Korthalsia echinometra Beccari Sinonim : K. horrida Beccari Nama Perdagangan : Rotan udang Nama Daerah : Rotan semut, rotan dahan, rotan meiya, uwi hurang Nama di Negara Lain : - Daerah Persebaran : Jawa, Sumatera, Bengkulu Semenanjung

  Malaysia dan Kalimantan (Gambar 8)

  

Gambar 8. Persebaran jenis rotan udang

Perawakan

  Rotan tumbuh berumpun, memanjat dan bercabang pada kanopi hutan sampai 30 m ngginya. Diameter batang dengan pelepah 27-30 mm. Pelepah daun warna hijau mengkilap, ditumbuhi oleh okrea yang menggelembung atau bentuk tonjolan kasar, berukuran panjang 9-11 cm dan lebar 5-6 cm, ditutupi duri warna hitam, rapat dan panjangnya 1,5-5 cm; didalam okrea terdapat banyak semut; dak mempunyai lutut. Daun panjangnya 180-330 cm termasuk tangkai dengan panjang antara 10-13 cm dan sirus panjang 70 -75 cm. Pada tangkai ditumbuhi duri tunggal tersebar, warna duri hitam. Helaian anak daun berbentuk pita-lanset, tersusun menyirip teratur, berukuran 14-31 cm x 2-5 cm, permukaan atas hijau dan bawah hijau kepu han seper kapur, jumlah helaian anak daun 10-36 pasang. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 9. A B C

  

(Foto: J.P. Mogea dan Ti Ɵ Kalima)

Gambar 9. A. Habitus, B. Pelepah daun, C. Okrea rotan udang

  Struktur Anatomi Batang

  Ciri umum: Diameter tanpa pelepah : 7 – 20 mm Panjang ruas : 9 – 25 cm Tinggi buku rata-rata : 0,20 – 0,70 mm 2 KIP : 9 buah/mm

  Warna : Kemerahan

  (Foto: Jasni) Gambar 10. Bentuk batang rotan udang

  Ciri anatomi: Diameter metaksilem : 265 μm Diameter protoksilem : 63 μm Panjang sel serat : 2.342

  μm Diameter serat : - Tebal dinding sel serat : 2,1 μm

  Ɵ h DamayanƟ ) (Foto: Ra

Gambar 11. Struktur anatomi batang rotan sigisi

Keterangan:

  

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

6=epidermis; 7=endodermis.

  Komponen Kimia

  Selulosa : 51,21% Lignin : 22% Pa : 19,81%

  Sifat Fisis dan Mekanis

  Kadar air : 14% 2 Berat jenis : 0,51 kg/cm 2 MOE : 21.669 kg/cm 2 MOR : 585 kg/cm

  Pelengkungan Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas III (sedang). Ketahanan

  Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : -

  Pemanfaatan

  Batang rotan dapat digunakan untuk komponen mebel

  Silvikultur

  Tempat tumbuh rotan K. echinometra tersebar luas dan sangat toleran terhadap gangguan dan kondisi yang kurang menguntungkan untuk rotan jenis lain. Umumnya tumbuh di dataran rendah dan lereng bukit hutan pegunungan mulai pada ke nggian 400-1100 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan umumnya dengan biji, jenis rotan ini telah dibudidayakan oleh para petani pada skala kecil di Sarawak bagian barat, sedangkan pasokan rotan yang tumbuh alami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal, seper pembuatan keranjang oleh perajin lokal.

C. LANGGANE

  Nama Botani : Plectocomia muelleri Blume Sinonim : P. minor Ridley Nama Perdagangan : - Nama Daerah : Rotan langgane (Kalimantan Tengah); Rotan sadak, Sanggau (Kalimantan Barat), Berau

  (Kalimantan Timur) Nama di Negara Lain : Rotan mantang paya (Semenanjung Malaysia) Daerah Persebaran : Kalimantan dan Semenanjung Malaysia

  (Gambar 12)

  Gambar 12. Persebaran jenis rotan langgane Perawakan

  Rotan tumbuh tunggal kadang berumpun, memanjat nggi mencapai 30 m atau lebih. Diameter batang dengan pelepah 30 – 150 mm. Pelepah daun warna hijau mengkilap, ditumbuhi duri melingari batang, panjang duri 2 cm. Lutut dak ada. Okrea dak ada, panjang daun sangat variabel yaitu sekitar 2-7 m, panjang sirus 1-3,5 m, panjang tangkai daun 10-20 cm, helaian anak daun berbentuk lonjong, tersusun menyirip dak teratur, berkelompok, se ap kelompok terdiri atas 2-5 anak daun, ukuran helaian anak daun 40 cm x 7 cm, berwarna hijau tua permukaan atasnya licin. Jumlah helaian anak daun 11-35 pada satu sisi rakis. (Gambar 13) A B C

  Ɵ Kalima) (Foto: Ti Gambar 13. A. Habitus, B. Pelepah daun, C. Rumpun rotan

  Struktur Anatomi Batang

  Ciri umum: Diameter tanpa pelepah : 25 – 35 mm Panjang ruas : 17 – 30 cm Tinggi buku rata-rata : 1,1 – 1,9 mm 2 KIP : 4 buah/mm

  Warna : Kemerahan

  

(Foto: Jasni)

Gambar 14. Bentuk batang rotan langgane

  Ciri anatomi: Diameter metaksilem : 267 μm Diameter protoksilem : 72 μm Panjang sel serat : 2.766 μm Diameter serat : 28,1 μm Tebal dinding sel serat : 2,3 μm

  4

  1

  2

  

3

  5

(Foto: Ra Ɵ h DamayanƟ )

  

Gambar 15. Struktur anatomi batang rotan langgane

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar.

  Komponen Kimia

  Selulosa : - Lignin : 17,75% Pa : 23,32%

  Sifat Fisis dan Mekanis

  Kadar air : 14% 2 Berat jenis : 0,51 kg/cm 2 MOE : 34.293 kg/cm 2 MOR : 498,15 kg/cm

  Pelengkungan

  Data belum tersedia

  Ketahanan

  Terhadap bubuk : Kelas IV (buruk) Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk)

  Pemanfaatan

  Batang rotan ini direkomendasikan dimanfaatkan dalam bentuk poles untuk kerangka mebel.

  Silvikultur Plectocomia muelleri di hutan primer dan

  Tempat tumbuh sekunder dataran rendah sampai hutan pegunungan, pada tanah miskin hara, pada ke nggian sampai 1400 meter di atas permukaan laut.

  Perbanyakan dengan biji

D. SAMARE Nama Botani : Plectocomiopsis mira J.Dransf.

  Sinonim : - Nama Perdagangan : - Nama Daerah : Rotan marak, Wi matar, Samare (Kalimantan) Nama di Negara Lain : - Daerah Persebaran : Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung

  Malaysia (Gambar 16)

  Gambar 16. Persebaran jenis rotan samare Perawakan Rotan tumbuh berumpun, memanjat nggi mencapai 35 m.

  Diameter batang dengan pelepah 35 mm. Pelepah daun warna hijau mengkilap dengan ditumbuhi indumentum warna keabu-abuan. Lutut dak ada. Okrea sangat jelas sampai 3 cm panjangnya warna kuning jingga. Daun sangat variabel sekitar 2,75 m panjangnya termasuk sirus 1,25 m dan tangkai daun dak ada. Helaian anak daun berbentuk sudip, tersusun menyirip dak teratur atau berkelompok 2-5 anak daun, ukuran helaian anak daun 40 cm x 7 cm, warna hijau tua licin pada bagian permukaan atas. Jumlah helaian anak daun 9 pada satu sisi rakis. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 17.

  Ɵ Kalima)

  A (Foto: Ti B

  Gambar 17. Habitus rotan samare (A), pelepah daun rotan samare Struktur Anatomi Batang

  Ciri umum: Diameter tanpa pelepah : 15 – 30 mm Panjang ruas : 12 – 20 cm Tinggi buku rata-rata : 0,21 mm 2 KIP : 4 buah/mm

  Warna : Kecoklatan

  

(Foto: Jasni)

Gambar 18. Bentuk batang rotan samare

  Ciri anatomi: Diameter metaksilem : 320 μm Diameter protoksilem : 92 μm Panjang sel serat : 2.370 μm Diameter serat : - Tebal dinding sel serat : 2,4 μm

  

(Foto: Ra Ɵ h DamayanƟ )

Gambar 19. Struktur anatomi batang rotan samare

Keterangan:

  

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

6 = Yellow cap

  Komponen Kimia

  Holoselulosa : 65,80% Alphaselulosa : 50,75% Lignin : - Pa : 19,36%

  Sifat Fisis dan Mekanis

  Kadar air : - Berat jenis : - MOE : - MOR : -

  Pelengkungan

  Data belum tersedia

  Ketahanan

  Terhadap bubuk : - Terhadap rayap tanah : Kelas V (sangat buruk)

  Pemanfaatan

  Batang rotan ini hanya dapat digunakan dalam bentuk poles untuk kerangka mebel yang lurus, dak membutuhkan proses pelengkungan.

  Silvikultur

  Tempat tumbuh di hutan primer dan sekunder dataran rendah dan hutan dipterokarpa, pada berbagai jenis tanah, pada ke nggian sampai 900 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan dengan biji.

E. SUSU

  Nama Botani : Daemonorops macroptera (Miquel) Beccari Sinonim : - Nama Perdagangan : - Nama Daerah : Rotan susu (Gorontalo Utara); lauro manu

  (Toli-toli), pondas valukan, pondas rasisagan, pondas kuluwi (Manado) Nama di Negara Lain : - Daerah Persebaran : Sulawesi (Utara, Selatan, Barat, Tenggara,

  Tengah) (Gambar 20)

  

Gambar 20. Persebaran jenis rotan susu

Perawakan

  Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai nggi 15 m pada kanopi hutan. Diameter batang dengan pelepah 60–70 mm. Pelepah daun warna kuning pudar, ditumbuhi duri rapat dengan bagian pangkal duri membengkak, tersusun dalam kelompok 3-5, bentuk duri segi ga pipih, panjang duri 1 –70 mm, diantara duri besar terdapat duri kecil- kecil. Lutut jelas dan ditumbuhi duri. Okrea jelas panjangnya 5 mm. Daun panjangnya 451 cm termasuk tangkai dan sirus; panjang tangkai 70 - 80 cm dan panjang sirus 150 cm dilengkapi duri kelompok 4 - 5. Helaian anak daun berbentuk pita sampai lanset, tersusun menyirip teratur, bentuk pita – lanset, berukuran 19 - 59 cm x 2 -4,5 cm, warna permukaan atas dan bawah anak daun berwarna hijau, jumlah anak daun 84 pada satu sisi rakis. Pelepah rotan dapat dilihat pada Gambar

  21.

  

(Foto: Jasni)

Gambar 21. Pelepah daun rotan susu

  Struktur Anatomi Batang

  Ciri umum: Diameter tanpa pelepah : 20 – 36 mm Panjang ruas : 16 – 30 cm Tinggi buku rata-rata : 1,5 – 3,3 mm 2 KIP : 7 buah/mm

  Warna : Krem

  

(Foto: Jasni)

Gambar 22. Bentuk batang rotan susu

  Ciri anatomi: Diameter metaksilem : 266

  μm Diameter protoksilem : 76 μm Panjang sel serat : 3.038 μm Diameter serat : 26 μm Tebal dinding sel serat : 2,2

  μm

  Ɵ h DamayanƟ ) (Foto: Ra

Gambar 23. Struktur anatomi batang rotan susu

Keterangan:

  

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

6=parenkim dasar

  Komponen Kimia

  Selulosa : 55,87% Lignin : 18,33% Pa : 20,08%

  Sifat Fisis dan Mekanis

  Kadar Air : 13% 2 Berat Jenis : 0,53 kg/cm 2 MOE : 19.131 kg/cm 2 MOR : 612 kg/cm

  Pelengkungan

  Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat baik).

  Ketahanan

  Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : -

  Pemanfaatan

  Batangnya cukup baik, digunakan dalam bentuk bulat yang umumnya cukup dikikis buku atau dipoles sebagai kerangka mebel dan sebagai komponen bahan baku pembuat mebel yang membutuhkan bentuk lengkung dengan radius kecil.

  Silvikultur

  Tempat tumbuh

  D. macroptera di hutan pegunungan pada