FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERHASILAN FISIOTERAPI DALAM MENURUNKAN NYERI PADA PENDERITA HERNIA NUKLEUS PULPOSUS : STUDI PADA PASIEN RAWAT JALAN INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSU.DR.SOETOMO Repository - UNAIR REPOSITORY

SKRIPSI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERHASILAN FISIOTERAPI DALAM MENURUNKAN NYERI PADA PENDERITA HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

  ( Studi Pada Pasien Rawat Jalan Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya )

  Oleh : DIAN AYU MAHARANI 100431556 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  PENGESAHAN

  Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satui syarat guna memperoleh gelar

  Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 20 Juni 2006

  Mengesahkan Universitas Airlangga

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,

  Prof. Dr. dr. H. Tjipto Suwandi, dr, M. OH., SpOk NIP. 130517177

  Tim Penguji : 1. Dr. Ririh Yudhastuti, drh, Msc

  2. Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH

  3. Rr. I. Lukitra Wardhani, dr., SpRM

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

  Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

  Universitas Airlangga Oleh

  DIAN AYU MAHARANI 100431556

  Mengetahui, Surabaya, 26 Juni 2006 Ketua Bagian Epidemiologi Menyetujui, Kesehatan Masyarakat Pembimbing

  Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH NIP. 131290054 NIP. 131290054

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallah wata’ala Pemilik Segala Ilmu Pengetahuan yang telah mengkaruniakan kemampuan, akal dan pikiran sehingga terselesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Fisioterapi

  Dalam Menurunkan Nyeri Pada Penderita Hernia Nukleus Pulposus” sebagai

  salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kami kepada:

  1. Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr, M. OH, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

  2. Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH selaku Ketua Bagian Peminatan Epidemiologi dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Rr. I. Lukitra Wardhani, dr., SpRM. Yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan masukan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

  5. Semua pegawai Sekertariat Non Regular Sore, yang telah memberi dukungan selama kuliah.

  6. Orang tua dan keluarga, terima kasih atas semua dukungan, doa, bantuan secara moriil dan materiil yang sudah tercurah dengan penuh keikhlasan.

  Semoga Allah memberikan kesempatan pada Ananda untuk terus berbuat baik.

  Semoga Allah memberikan balasan yang lebih atas semua bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain.

  Surabaya, 26 Juni 2006 Penulis

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

7. Semua teman seangkatan dan semua pihak yang membantu dalam penulisan karya ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

  Several physiotherapy treatments are performed to relief severe pain caused by Hernia Nukleus Pulposus, but the amount of HNP patient with pain charge is still large. The meaning is that there many intervening factors in the physiotheraphy program implementation in order to relief the pain. The aim of this study is to analyze the influence of personal characteristic, the regurality of therapy, and period of therapy to pain relief in Medical Rehabilitation Installation of Dr. Soetomo Hospital Surabaya.

  This study is analytic observational study with cross sectional design. The samples are 60 HNP patients in Medical Rehabilitation Installation of Dr. Soetomo Hospital Surabaya, chosen by purposive sample technique and tested by chi-square test.

  The result is that there is correlation between age (p=0,025 OR=4,044), Body Mass Index (p=0,001 OR=7,467), Activity (p=0,033 OR=4,569), regular therapy (p=0,000 OR=10), Period of therapy (p=0,004 OR=6) and pain relief.

  Most of respondent are more than 60 year old (76,67%), 60% of patient gets regular therapy, 58,33% of all patient performed 5 weeks of physiotherapy. It is indicated in this study that there is no correlation between sex and pain relief.

  It is concluded that personal character consisting of age, Body Mass Index, level of activity, regularity and period of therapy is a factor influencing pain relief in Medical Rehabilitation Installation of Dr. Soetomo Hospital Surabaya, except sex. It is suggested that this hospital improve the health service by giving health conseling and consultation service for HNP patient to add information of HNP and to accelerate their recovery.

  Keyword : Hernia Nukleus Pulposus, Personal characteristic, regularity of therapy, pain relief, period of therapy.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK

  Berbagai tindakan fisioterapi banyak dilakukan untuk menyembuhkan penderita Hernia Nukleus Pulposus yang dapat mengakibatkan rasa nyeri yang sangat hebat., namun angka penderita HNP dengan keluhan nyeri tetap tinggi.. Hal ini berarti banyak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program fisioterapi dalam usahanya untuk mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh antara karakteristik individu, keteraturan terapi dan lama terapi dengan penurunan nyeri di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya.

  Penelitian observasional analitik dengan desain cross secsional. Sampel adalah penderita HNP di IRM RSU. Dr. Soetomo sebanyak 60 orang dan diambil secara simple random sampling serta diuji dengan chi square.

  Hasil penelitian sebagian besar (61,67%) responden berumur < 60 tahun dan menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan penurunan nyeri (p = 0,025) dengan OR = 4,044 , Jenis kelamin tidak berhubungan dengan penurunan nyeri (p = 0,789), BMI (Body Mass Index) sebagian besar non overweight (56,67%) dan menunjukkan berhubungan dengan penurunan nyeri (p = 0,001) dengan OR = 7,467 , dan sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang ringan (76,67%) menunjukkan tingkat aktivitas berhubungan dengan penurunan nyeri (p = 0,033) dengan OR = 4,569, dari semua responden 60% menjalani fisioterapi dengan teratur, keteraturan terapi berhubungan dengan penurunan nyeri ( p = 0,000) dengan OR = 10 dan dari semua responden 58,33% menjalani fisioterapi

  ≥ 5 minggu, lama terapi berhubungan dengan penurunan nyeri (p = 0,004) dengan OR = 6.

  Disimpulkan bahwa karakteristik individu yang terdiri dari umur, BMI, dan tingkat aktivitas serta keteraturan dan lama terapi merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan nyeri di IRM RSU. Dr. Soetomo Surabaya, kecuali jenis kelamin. Dan disarankan agar IRM RSU. Dr. Soetomo agar meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan kesehatan serta pelayanan

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  konsultasi pada penderita HNP sehingga bisa menambah informasi tentang HNP dan upaya untuk mempercepat proses kesembuhan.

  Kata kunci : karakteristik individu, keteraturan terapi, penurunan nyeri, lama terapi.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………….………i LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..…….ii LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................iii KATA PENGANTAR……………………………………………………..…iv ABSTRACT......................................................................................................vi ABSTRAK.......................................................................................................vii DAFTAR ISI………………………………………………..…………….…viii DAFTAR TABEL……………………………………………………….........xi DAFTAR GAMBAR…………………………………………….…….…... xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………..……….……xiv DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN.........................................xv

  BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang………………………………………………….…1 I. 2 Identifikasi Masalah…………………………………………….…4 I. 3 Rumusan Masalah………………………………………….……...5 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II. 1 Tujuan Umum…………………………………………………….6 II. 2 Tujuan Khusus……………………………………………………6 II. 3 Manfaat Penelitian………………………………………………..7 BAB III TINJAUAN PUSTAKA III. 1 Hernia Nukleus Pulposus……………………………….……….8 III. 1. 1 Definisi………………………………………….………8 III. 1. 2 Anatomi Tulang Belakang……………………….……..8 III. 1. 3 Diskus Intervertrebalis…………………………..……..11 III. 1. 4 Faktor Risiko…………….………………………..……11 III. 1. 5 Etiologi ……………………………………………..…13 III. 1. 6 Klasifikasi ……………………………………...….…..15 III. 1. 7 Gejala ……………………………………….......……..16 III. 2 Nyeri………………………………………………………….…16 III. 2. 1 Klasifikasi ……………………………………………..17 III. 2. 2 Pengukuran Nyeri ……………………………….……..18 III. 2. 3 Nyeri Pada Hernia Nukleus Pulposus .………………...22 III. 3 Fisioterapi……………………………………………………….20 III. 3. 1 Definisi………………………………………………...23 III. 3. 2 Tujuan………………………………………………….23

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  III. 4 Penatalaksanaan Hernia Nukleus Pulposus……………………..23

  BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL IV. 1 Kerangka Konsep……………………………………………….29 IV. 2 Hipotesis Penelitian…………………………………………….30 BAB V METODE PENELITIAN V. 1 Rancangan Penelitian……………………………………………31 V. 2 Populasi Penelitian………………………………………………31 V. 3 Sampel, Besar Sampel dan Pengambilan Sampel……………….32 III. 3. 1 Sampel…………………………………………………...32 III. 3. 2 Besar Sampel…………………………………………….32 III. 3. 3 Pengambilan Sampel…………………………………….33 V. 4 Lokasi dan Waktu Pengambilan Sampel………………………...33 V. 5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………………...33 V. 6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………………………36 III. 6. 1 Pengumpulan Data Primer………………………………36 III. 6. 2 Pengumpulan Data Sekunder………………………….…36 V. 7 Teknik Analisis Data………………………………………….….36 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…..57 LAMPIRAN

  ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman

  I.1 Jumlah Kunjungan Penderita HNP di Instalasi

  3 Rehabilitasi Medik RSUD dr Soetomo Surabaya tahun 2001-2005

  VI.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Instalasi 39 Rehabilitasi Medik RSU.Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39 di Instalasi Rehabilitas Medik RSU.Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.3 Distribusi Responden Berdasarkan BMI ( Body Mass Index ) 40 di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Soetomo. Dr. Surabaya Tahun 2006.

  ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  VI.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas 40 di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penurunan Nyeri 41 di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi di 41 Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keteraturan Terapi 42 di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Terhadap

  43 Penurunan Nyeri di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr.

  Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  44 Terhadap Penurunan Nyeri di I nstalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetom Surabaya Tahun 2006.

  VI.10 Distribusi Responden Berdasarkan BMI

  45 ( Body Mass Index ) Terhadap Penurunan Nyeri di

  Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas 46

  Terhadap Penurunan Nyeri di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.12 Distribusi Responden Berdasarkan Keteraturan Terapi

  47 Terhadap Penurunan Nyeri di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  VI.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi

  48

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Terhadap Penurunan Nyeri di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2006.

  DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman

  IV.1 Kerangka Konsep 28

DAFTAR LAMPIRAN

  

Nomor Judul Lampiran

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  1 Kuisioner Penelitian

  2 Rekap Data

  3 Hasil Uji Statistik Chi Square

  4 Surat Ijin Pengambilan Data Awal Proposal Skripsi

  5 Surat Ijin Penelitian Skripsi

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

  Daftar Arti Lambang % = Persen ≥ = Lebih dari sama dengan < = Kurang dari > = Lebih dari Daftar Singkatan HNP = Hernia Nukleus Pulposus LBP = Low Back Pain BMI = Body Mass Index (Indeks Masa Tubuh) SWD = Short Wave Diatermy L -S = Lumbal ke-5 sampai Sakrum ke-1

  5

1 TTB = Titik Berat Badan

  VAS = Visual Analogue Scale ( Skala Analogi Visual)

  IRM = Instalasi Rehabilitasi Medik

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam praktek kedokteran, keluhan

  nyeri seringkali menjadi keluhan utama atau sebagai keluhan tambahan yang membawa penderita untuk mencari usaha pengobatan. Terapinya dapat bervariasi dari yang relatif mudah hingga yang sangat sukar diobati. Kalau ditelusuri penyebabnya, etiologi keluhan nyeri itupun sangat beragam dari nyeri yang langsung dapat dideteksi penyebabnya, hingga rasa nyeri yang sukar ditemukan etiologinya. (Mangindaan, 2003)

  Sindroma Nyeri Punggung Bawah adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bawah dan daerah sekitarnya. Keluhan nyeri dan keterbatasan gerak dapat menjadi keluhan yang utama, keluhan nyeri tersebut dapat bersifat sementara, terus menerus atau hanya terjadi sewaktu melakukan aktifitas. (Santoso, 1992).

  Nyeri pinggang merupakan keluhan muskuloskeletal yang sering dikeluhkan oleh pasien, bahkan seringkali menyebabkan gangguan aktifitas sehari-hari, disabilitas dan produktifitas penderitanya. (Setiyohadi, 2004). Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) pernah menyerang siapapun, baik pria maupun wanita sepanjang mereka sering bergerak melaksanakan kegiatan sehari-hari atau selama bekerja. (Tohamuslim, 1994)

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Keluhan Nyeri Punggung Bawah pernah dialami oleh 50-80% penduduk negara-negara industri, dan prosentase meningkat sesuai pertambahan usia serta menghilangkan jam kerja yang sangat besar. Penelitian di Swedia (1971) disana kehilangan 11 juta hari kerja pertahun. Ben et al (1975) menyatakan di Inggris kehilangan 13,2 juta hari kerja pertahun. Haanen et al (1986) pada tahun 1975- 1978 meneliti 3000 pria dan 3500 wanita usia 20 tahun keatas di Zoetemeer Belanda menyatakan 51% pria dan 57% wanita mengeluh Nyeri Punggung Bawah, 50%nya dalam beberapa waktu tidak bugar untuk bekerja dan 8% harus alih pekerjaan. ( Sugijanto, 1991)

  Penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, yang dilakukan kelompok studi nyeri Perdossi pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), yang terdiri dari 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah (NPB). (Meliala, 2003)

  Menurut Santoso (1991) di Poliklinik UPF Rehabilitasi Medik RSU Dr Soetomo Surabaya, jumlah kunjungan rata-rata perharinya adalah 95 penderita, sebagian besar atau lebih dari 50% datang dengan keluhan nyeri muskuloskeletal berupa Nyeri Punggung Bawah.

  Bernard et al (1987) dalam penelitiannya terhadap 1293 kasus keluhan nyeri punggung bawah selama 12 tahun, dinyatakan kasus terbanyak adalah sindroma sacroiliaka (22,55%), sindroma facet (22,08%), HNP (14,02%) dan

  lateral stenosis (13,28%). Hasil obyek penelitiannya ternyata 33,5% merupakan

  kasus kombinasi. (Sugijanto, 1991)

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Salah satu kasus penyebab terjadinya Nyeri Punggung Bawah ini adalah

  Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu terdorongnya nukleus pulposus yang

  berada diantara ruas-ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun ke arah kanan atau kiri menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang sangat hebat. Sering disamping rasa nyeri juga ditemukan gejala-gejala lain, diantaranya gejala sensorik atau motorik. Maka dapat dimengerti betapa pentingnya anamnesa yang lengkap, pemeriksaan umum dan pemeriksaan neurologis disertai pembuatan foto rontgen atau pemeriksaan khusus seperti myelography dan electromyography untuk menegakkan diagnosa HNP. (Hidayati, 2004)

  Meskipun jumlah pasien HNP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU.Dr.Soetomo tidak mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya dan bukan termasuk dalam 10 besar kasus terbanyak, tetapi kasus HNP ini perlu mendapat perhatian khusus karena penyakit ini sering terjadi pada usia produktif dan akibat paling parahnya adalah menderita kelumpuhan.

  Tabel I.1 Jumlah Kunjungan Penderita HNP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr Soetomo Surabaya tahun 2001-2005

  Tahun Kasus HNP Baru Jumlah Kunjungan Penderita HNP 2001 27 449

  2002 37 263 2003 64 566 2004 22 478 2005 24 440

  Sumber : Rekapitulasi Data Pasien Rawat Jalan Instalasi Rehabilitasi Medik RSU. Dr Soetomo

  HNP sering terjadi pada orang bekerja dengan posisi duduk berjam-jam tanpa berganti posisi dan dengan posisi yang salah dalam kurun waktu yang cukup lama. Penyakit ini juga cepat terjadi pada orang yang sering mengangkat barang

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  berat atau para pekerja berat. Proses terkena penyakit ini memakan waktu cukup lama, bisa bertahun-tahun baru terkena. Namun seseorang seringkali tidak sadar dirinya sudah hampir kena atau bahkan sudah terjepit saraf tulang belakangnya. Ketidaksadaran ini karena tidak adanya gejala khusus yang menandakan penyakit ini menyerang, seringkali sakit atau nyeri di pinggang hanya dianggap sebagai otot yang menegang yang memang seringkali menyerang orang yang bekerja dengan posisi duduk terus menerus. Namun jika rasa nyeri yang disertai kesemutan kemudian menjalar ke tungkai atas dan tungkai bawah serta sakitnya tidak tertahankan kemungki , 2005)

  Penanganan secara konservatif salah satunya adalah dari segi Rehabilitasi Medik yakni melalui fisioterapi. Program pemberian terapi modalitas dan terapi latihan ini bertujuan untuk pengurangan nyeri punggung, keterbatasan gerak sendi, serta program yang ditujukan pada pemulihan kesehatan fisik dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsionalnya. Penanganan secara fisioterapi ini sering menjadi pilihan utama didalam pengobatan kasus HNP karena biayanya relatif murah serta mempunyai pengaruh yang sangat efektif . (Hidayati, 2004).

  I.2. Identifikasi Masalah Dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada penderita HNP, upaya pemberian fisioterapi perlu dipandang sebagai bentuk upaya pemulihan, pengurangan nyeri dan kapasitas fisik penderita. Program fisioterapi pada penderita HNP adalah dengan terapi, stabilitas sendi serta pemberian terapi modalitas yang berupa SWD (Short Wave Diatermy) yang merupakan terapi panas menggunakan sinar gelombang pendek, dengan pemberian TENS (Transcutaneus

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

Electrical Nerve Stimulation ) yang merupakan stimulator elektrik, dan seiring

  perkembangan ilmu kedokteran penggunaan traksi elektrik sebagai salah satu bentuk fisioterapi dapat menjadi pelengkap pemberian terapi. (Hidayati, 2004) Berbagai tindakan fisioterapi telah banyak dilakukan untuk usaha menyembuhkan penderita HNP, namun angka penderita HNP yang datang ke

  Instalasi Rehabilitasi Medik tetap tinggi. Hal ini berarti banyak terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program fisioterapi dalam usahanya untuk mengurangi nyeri penderita HNP.

I.3. Perumusan Masalah

  Pada penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi pada hubungan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, BMI, tingkat aktivitas), lama terapi dan keteraturan terapi dengan penurunan nyeri pada penderita HNP setelah dilakukan terapi.

  Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Apa sajakah yang berpengaruh terhadap keberhasilan fisioterapi dalam menurunkan nyeri pada penderita HNP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU.Dr.Soetomo Surabaya?” pada penderita Hernia Nukleus Pulposus di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU.Dr.Soetomo Surabaya.

  Untuk mencapai tujuan umum penelitian ini maka beberapa tujuan khusus yang hendak dicapai adalah:

  1. Menganalisis karakteristik responden.

  2. Menganalisis penurunan nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.

  3. Menganalisis pengaruh karakteristik responden dengan penurunan nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.

  4. Menganalisis pengaruh keteraturan terapi dengan penurunan nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.

  5. Menganalisis pengaruh lama terapi dengan penurunan nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus .

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1. Tujuan II.1.1 Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan nyeri

II.1.2. Tujuan Khusus

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

II.2. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Penderita Memotivasi penderita Hernia Nukleus Pulposus untuk mengikuti program fisioterapi.

  2. Bagi Instalasi Rehabilitasi Medik Sebagai bahan masukan untuk memberikan penyuluhan dan motivasi kepada penderita Hernia Nukleus Pulposus dengan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan nyeri..

  3. Bagi Pendidikan Pengembangan ilmu pengetahuan tentang faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan nyeri pada penderita Hernia Nukleus Pulposus dan sebagai sumber kepustakaan untuk penelitian berikutnya.

  4. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan sebagai bagian dari aplikasi teori tentang epidemiologi di masyarakat.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 Hernia Nukleus Puposus III.1.1 Definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keluarnya material nukleus

  pulposus dari bungkus annulus fibrosus yang robek pada discus intervertebralis,

  hasil dari tekanan yang berulang-ulang dan dalam keadaan tegang dalam waktu yang lama, sehingga fungsi sistem hidrolis hilang. (Soekarno, 2001)

III.1.2 Anatomi Tulang Belakang

  Tulang belakang merupakan suatu struktur elastis dan fleksibel yang terdiri dari struktur yang rigid yaitu tulang dan struktur yang deformable yaitu

  diskus intervertrebalis . Tulang belakang dibentuk oleh 33 ruas tulang vertebra

  yang dirangkaikan satu dengan yang lain dengan sangat kuat oleh ligamen dan otot-otot dan dirancang untuk berbagai tujuan antara lain mempertahankan posisi tegak tubuh, sebagai tempat melekatnya otot-otot tulang belakang yang sekaligus sebagai stabilisator tulang punggung dan melindungi medulla spinalis.

  Tulang belakang terdiri dari 33 buah vertebra: 1. 7 vertebra servikal 2. 12 vertebra torakal 3. 5 vertebra lumbal 4. 5 vertebra sakral 5. 4 vertebra koksigeal (Subadi,2001)

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Secara anatomis tulang vertebra dibagi menjadi dua bagian fungsional yaitu bagian anterior dan bagian posterior Bagian Anterior

  Bagian ini terutama berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh

  korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh diskus intervertebralis . Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal anterior dibagian depan dan ligamen longitudinal posterior di bagian belakang. Ligamen longitudinal posterior mempunyai bentuk yang unik.

  Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan bagian belakang diskus. Mulai L

  • 1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L

  5 S 1 lebar ligamen hanya tinggal separuh asalnya, dengan demikian pada

  daerah ini terdapat daerah yang lemah, yaitu bagian posterolateral kanan dan kiri diskus karena daerah tersebut tidak diperkuat oleh ligamen

  longitudinal posterior . (Calliet, 1981)

  Bagian Posterior

  Bagian ini dibentuk oleh pedikel, prosesus tranversus, lamina, prosesus spinosus, prosesus artikularis superior dan prosesus artikularis inferior . Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher) maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi kemudian disusul ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah

  lumbal dengan pusat sendi L

5 -S

1 . Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah

  torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan

  gerakan rotasi dan sedikit latero fleksi. (Calliet, 1981) Diperkirakan hampir 75% aktivitas fleksi-ekstensi tubuh ditampung oleh sendi L

  5 -S 1 . Disamping itu adanya lordosis lumbal mengakibatkan

  kedudukan L

  5 terhadap S 1 tidak seperti sebuah benda yang terletak diatas

  bidang horizontal, melainkan diatas bidang miring yang membentuk sudut tertentu dengan bidang horizontal. Sudut ini besarnya kurang lebih 30 dalam klinik dikenal sebagai sudut lumbosakral Ferguson. Kenyataan ini membawa konsekwensi bahwa disamping menopang berat badan, sendi L

  5 -S 1 senantiasa dibebani oleh gaya luncur ke arah depan. Makin besar

  sudut ferguson, makin besar gaya luncur dan makin besar pula tekanan yang diderita oleh sendi lumbosakral. (Soekarno, 2001) Walaupun demikian, tidak berarti sendi lumbosakral identik dengan Titik Berat Badan (TTB). TTB hakekatnya adalah titik semu dimana seluruh berat badan terkumpul dan merupakan pusat gravitasi. TTB terletak pada bidang sagital, kira-kira 2,5 cm didepan S . Titik ini dalam statiska dan

  2

  kinetika tubuh mempunyai arti penting, karena setiap perpindahan titik akan memaksa tubuh melakukan kompensasi agar kembali ke tempat semula. (Soekarno, 2001)

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  III.1.3 Diskus Intervertrebralis

  Berfungsi sebagai penyangga berat badan, peredam kejut dan juga untuk pergerakan antar vertebra. Terletak diantara 2 korpus vertrebalis, mempunyai panjang total kira-kira 25% panjang tulang belakang.

  Diskus intervertrebalis terdiri dari 3 bagian: 1.

   Lempeng Kartilago Hialin 2. Nukleus Pulposus

  3.Annulus Fibrosus (Hidayati, 2004)

  III.1.4 Faktor Risiko

  Fator yang berpengaruh terhadap timbulnya HNP adalah faktor personal (Pesonal Risk Factor) dan faktor lingkungan/pekerjaan ( Job Risk Factor) Kedua faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lain. Sebaiknya seseorang bekerja pada tempat dan peralatan yang memenuhi syarat ergonomis dan jenis pekerjaannya tidak bertentangan dengan kondisi kesehatannya. (Tohamuslim, 1994)

  III.1.4.1 Faktor Personal (Personal Risk Faktor) 1. Usia.

  a. HNP mulai usia muda 20 tahun.

  b.

  Insiden tertinggi HNP antara 35-55 tahun

  c. Rekuren, lamanya keluhan, dan disabilitas bertambah sesuai dengan bertambahnya usia.

  d. Operasi HNP terbanyak pada usia 35-45 tahun.

  2. Jenis Kelamin. a. Insiden HNP pada pria dan wanita sama.

  b.

  Operasi HNP pada pegawai LBP (Low Back Pain) pria 2 kali lebih banyak daripada pegawai wanita.

  3. Antropometri.

  a.

  LBP/ HNP cenderung banyak dialami oleh orang dengan berat badan berlebih

  4. Masa kerja.

  Kurang pengalaman dalam pekerjaannya cenderung betambahnya risiko trauma muskuloskeletal walaupun secara epidemiologis tidak.

  5. Kekuatan otot sekitar pinggang.

  a. Kekuatan otot sekitar pinggang pada penderita LBP/ HNP sering kurang, belum jelas hubungannya apakah sebagai penyebab atau akibat.

  b. Kekuatan otot sekitar pinggang dan perut tidak menjamin tidak timbulnya LBP/ HNP atau bukan sebagai faktor utama pencegahan. (Tohamuslim, 1994)

  III.1.4.2 Faktor Pekerjaan (Job Risk Faktor)

  1. Pekerja fisik berat Angka insidensi LBP dan prevalensi HNP pada pekerja fisik berat lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja fisik ringan, sedangkan frekwensi serangannya sama.

  2. Pekerjaan mengangkat.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  a. Pekerjaan dengan menggunakan tangan seperti mengangkat, menurunkan, mendorong menariik, membawa, 70% menyebabkan LBP/ HNP

  b. Berat beban yang diangkat dan jaraknya dari tubuh serta jumlah angkatan beban sangat menentukan timbulnya LBP. Jumlah beban maksimal 11,3 kg dan jarak maksimal 25 inch, bila lebih akan mudah menyebabkan HNP. Pengulangan mengangkat lebih dari 25 kali perhari cenderung 3 kali lebih sering timbul HNP.

  3. Bungkuk, miring dan berputar badan.

  Posisi ini bila disertai dengan gerak mengangkat dan berulang-ulang merupakan faktor utama untuk timbulnya sakit pinggang.

4. Mendorong, menarik, duduk, berdiri lama.

  a. Mendorong atau menarik benda 9-18% dapat menyebabkan LBP akibat adanya strain/ sprain otot pinggang.

  b.

  Dari seluruh jenis pekerjaan 19% dilakukan sambil berdiri dan 22% duduk. Kedua posisi ini bila dilakukan lama atau disertai membungkuk akan menambah insiden LBP dan prevalensi HNP.

  5. Vibrasi.

  Gerakan/ vibrasi 4-6 MHz dapat menyebabkan lelahnya otot paraspinal, ligamen dan HNP. Sopir truk 4 kali lebih besar kemungkinan HNP dibandingkan dengan pejalan kaki 20 km/hari. (Tohamuslim, 1994)

III.1.5 Etiologi

  Pada umumnya HNP disebabkan oleh :

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  1. Trauma baik mendadak ataupun menahun yang disebabkan robeknya annulus fibrosus.

  2. Gerakan badan tertentu secara tiba-tiba atau trauma langsung pada daerah lumbal /pinggang.

  3. Obesitas

  4. Degenerasi diskus Mekanisme terjadinya HNP didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa setiap gaya atau beban mekanis (force) yang cukup besar, apabila diberikan pada setiap bagian struktur tubuh manusia, dapat menyebabkan struktur tersebut berubah bentuk (deformitas) atau mengalami kegagalan (failure). Hal tersebut dapat juga terjadi pada diskus intervertrebalis tanpa perkecualian. Apabila diskus

  intervertrebalis diberikan beban mekanis yang berpotensi merobek jaringan

  (mechanical disruption), maka dapat terjadi kegagalan komponen mekanis berupa:

1. Robekan pada nukleus pulposus yang menyebabkan terjadi fragmen bebas (loose fragmen).

  2. Robekan pada annulus fibrosus. Robekan ini dapat terjadi secara bertingkat dari lapisan dalam kearah lapisan luar atau dapat terjadi secara bersamaan meliputi lapisan dalam dan luar sekaligus.

  3. Perubahan nutrisi diskus intrvertrebalis uang menyebabkan perubahan biokimia sehingga memicu proses degenerasi. Perubahan nutrisi dan biokimiawi pada diskus intervertrebalis akibat robekan annulus fibrosus sehingga akan mempermudah terjadi robekan yang berikutnya baik radier maupun sirkum ferential.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Bagian yang paling sering ( 98% ) mengalami HNP adalah pada level L 4-5 dan L -S . Selain itu dapat juga terjadi pada L dan L tetapi hal ini relatif

  5 1 2-4 3-4

  jarang. Kurang dari 10% HNP terjadi pada level tertinggi lumbal. Hal tersebut diatas terjadi karena annulus fibrosus lumbal kira-kira sama tebal dengan

  corpusnya dan ligamen longitudinal posterior lumbal semakin ke bawah semakin

  lemah. (Hidayati, 2004)

III.1.6 Klasifikasi

  Klasifikasi HNP ditentukan berdasarkan lapisan annulus fibrosis yang membungkus nukleus pulposus masih ada atau tidak, yaitu:

  1. Hernia melalui sebagian lapisan annulus fibrosus disebut Protusi ( Protusion ) 2.

  Hernia melalui lapisan annulus fibrosus yang robek total, terdiri atas dua jenis yaitu: a. Ekstrusi (Extrusion ) Apabila material hernia masih berhubungan dengan bagian sentral diskus

  Ekstrusi masih dibagi oleh menjadi dua berdasarkan letak hernia terhadap ligamentum longitudinal posterior , yaitu:

  1. Ekstrusi sub ligamen. Apabila hernia masih belum menembus ligamen longitudinal posterior .

2. Ekstrusi trans ligamen. Apabila hernia sudah menembus dan melewati ligamen.

  b.

  Sekuestrasi ( Sequestrasion ) Apabila material hernia sudah tidak lagi mempunyai hubungan dengan bagian sentral diskus.

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  Dari klasifikasi tersebut dapat dimengerti, bahwa sebagian HNP cukup dirawat konservatif,sebagian lain harus dengan operatif (pembedahan) a. Terapi operatif Dilakukan pada tingkat ekstrusi dan sekuestrasi karena lapisan annulus fibrosus robek total.

  b. Terapi non operatif (konservatif) Dilakukan pada tingkat protusi. (Hidayati, 2004)

  III.1.7 Gejala

  Gajala-gejala HNP tergantung pada letak dan besar prolaps diskus

  intervertrebalis diantaranya:, 1.

  Nyeri punggung bawah dengan atau tanpa penjalaran nyeri pada N.Isiadikus (Iskias).

  2. Hilangnya lordosis lumbal 3.

  Spasme otot paravertebra

  4. Gangguan sensorik/motorik 5.

  Atropi otot

  6. Penurunan reflek

  7. Gangguan miksi 8.

  Peningkatan tekanan intrathecal. (Hidayati,2004)

  III.2 Nyeri

  Nyeri adalah rasa dan pengalaman emosional yang tidak nyaman yang berhubungan atau potensial berhubungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri dapat

  ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik maupun psikologik.

  Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas yang normal.

  Nyeri dapat bersifat akut maupun kronik. Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah penyembuhan. Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses penyembuhan sudah selesai. (Setyohadi, 2004).

III.2.1 Klasifikasi Nyeri

  Berbagai klasifikasi nyeri yang sering digunakan, diantaranya : 1.

  Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi anatomi, misalnya nyeri kepala, nyeri bahu, nyeri punggung tidak banyak berperan dalam penentuan terapi.

  2. Klasifikasi berdasarkan waktu, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Klasifikasi ini berguna untuk menentukan terapi, khususnya pemberian analgetik yang kuat dan dosis maksimum untuk nyeri akut dan berat sedangkan untuk nyeri kronik pemberian analgetik mulai dari yang ringan dan secara bertahap dinaikkan dosisnya sampai intensitas nyeri berkurang.

  3. Klasifikasi berdasarkan intensitas, nyeri dibagi atas ringan, sedang dan berat.

  Klasifikasi ini menguntungkan dalam hal memilih analgetik.

  4. Klasifikasi berdasarkan etiologi/ mekanisme, yaitu nyeri fisiologik, nyeri inflamasi, nyeri neuropatik dan nyeri psikogenik. Klasifikasi ini banyak kegunaannya dalam penentuan nyeri. Pasien dengan keluhan nyeri fisiologik jarang sampai memeriksakan diri ke dokter, karena biasanya nyeri mudah

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  hilang dengan analgetik ringan atau tanpa pengobatan. Nyeri inflamasi dan nyeri neuropatik dapat memaksa penderita mengunjungi dokter, dan kedua jenis nyeri ini sering menunjukkan karakteristik yang sama. Nyeri psikogenik ditegakkan bila dalam berbagai pemeriksaan fisik diagnostik tidak ditemukan adanya kelainan somatik yang obyektif sebagai penyebab nyeri. (Marpaung, 2004)

III.2.2 Pengukuran Nyeri

  Kesulitan dalam pengukuran nyeri disebabkan oleh tingkat subyektifitas yang tinggi dan tentunya memberikan perbedaan secara individual. Salah satu contoh sulitnya mengukur nyeri adalah ketidaktepatan apa yang dikemukakan pasien, misalnya kesulitan pasien mendapatkan kata yang tepat dalam mendiskripsikan kata nyeri, kebingungan, kesulitan mengingat pengalaman dan penyangkalan terhadap intensitas nyeri. Kategori pengukuran beragam sekali namun yang termudah yaitu pengukuran nyeri dengan skala VAS (Visual

  Analogue Scale )

  VAS adalah instrumen pengukuran nyeri yang paling banyak dipakai dalam berbagai studi klinis dan diterapkan terhadap berbagai jenis nyeri. Metoda pengukuran ini terdiri dari satu garis lurus sepanjang 10 cm. Garis paling kiri menunjukkan tidak ada rasa nyeri sama sekali, sedangkan garis paling kanan menandakan rasa nyeri yang paling buruk. Instrumen VAS ini tidak menggambarkan jenis rasa nyeri yang dialami pasien. (Kasjmir, 2004)

  Apabila keluhan nyeri telah diukur, maka untuk mengevaluasi program terapi apakah ada kemajuan atau tidak maka dapat dilihat dari nilai VAS terjadi

  

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

  penurunan nilai atau tidak. Tetapi penurunan keluhan nyeri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya :

  1. Faktor Psikologik.