jurnal of environment

LIFE CYCLE INVENTORY INDUSTRI PANGAN BERBASIS KEDELAI, STUDI
KASUS INDUSTRI TEMPE
Life Cycle Inventory of Soybean Based Food Industry, Tempe Industry Case Study

Avikisia Rahardianda 1, Desi Yullia Nita2
Program studi teknik kimia, fakultas teknik, universitas pamulang,
Jl. Raya Puspitek No. 46, Tangerang Selatan, 15416
1
rahardiandaavikisia@gmaail.com, 2desinita20@gmail.com
Email: desinita20@gmail.com
ABSTRAK
Kedelai sebagai salah satu produk strategis Indonesia. 50% kedelai di Indonesia diolah sebagai tempe, 40%
diolah dalam bentuk tahu dan sisanya dalam bentuk produk lain. Parameter kinerja lingkungan yang
dihasilkan sebuah produk menjadi bagian penting dalam sistem perdagangan internasional. Salah satu
metode yang sering digunakan dalam menentukan potensi kinerja lingkungan sebuah produk adalah Life
Cycle Assessment (LCA) (ISO 14040 dan 14044; 2006). Tujuan penelitian ini adalah melakukan
perhitungan kinerja lingkungan pada industri pangan berbasis kedelai di Indonesia. Mengetahui pembuatan
tempe yang terbaik dipandang dari penggunaan variasi waktu perendaman awal, suhu perebusan dan
waktu perendaman matang. Mengetahui kondisi tempe yang sudah jadi dipandang dari penggunaan variasi
waktu perendaman awal, suhu perebusan dan waktu perendaman matang. Pembuatan tempe yang terbaik
dipandang dari penggunaan variasi waktu perendaman awal 25 menit, suhu perebusan 100 °C dan waktu

perendaman matang 24 jam. Kondisi tempe yang sudah jadi hasilnya bertahan hanya 5 hari, tempe tersebut
banyak tertutupi oleh jamur dan bau.
Kata kunci : Tempe, LCA, Inventory
ABSTRACT
Soybeans as one of the strategic products of Indonesia. 50% of soybean in Indonesia is processed as tempe,
40% processed in the form of tofu and the rest in the form of other products. The environmental
performance parameters generated by a product become an important part of the international tranding
system. One of the most frequently used methods of determining a product's environmental performance
potential is the Life Cycle Assessment (LCA) (ISO 14040 and 14044; 2006). The purpose of this research
is to calculate the environmental performance of soybean based food industry in Indonesia. Knowing the
best tempeh making is viewed from the use of the initial immersion time variation, boiling temperature and
immersion time. Knowing the condition of the finished tempeh is viewed from the use of the initial
immersion time variation, boiling temperature and immersion time. The best tempeh preparation is seen
from the use of the initial immersion time variation of 25 minutes, the boiling temperature is 100 ° C and
the immersion time is 24 hours. Tempeh condition that has been so the result lasted only 5 days, the tempeh
is covered by fungus and smell.
Keywords: Tempeh, LCA, Inventory

PENDAHULUAN
Tempe adalah makanan yang populer

di negara kita. Meskipun merupakan
makanan yang sederhana, tetapi tempe
mempunyai atau mengandung sumber
protein nabati yang cukup tinggi.
Tempe adalah makanan yang dibuat
dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang

menggunakan beberapa jenis kapang
Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus,
Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti),
atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk
padatan kompak berwarna putih yang
secara umum dikenal sebagai ragi
tempe. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai

yang menghubungkan biji-biji kedelai
tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif

selama fermentasi, tetapi umumnya para
peneliti menganggap bahwa Rhizopus
sp merupakan jamur yang paling
dominan. Jamur yang tumbuh pada
kedelai tersebut menghasilkan enzimenzim yang mampu merombak senyawa
organik kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga senyawa
tersebut
dengan
cepat
dapat
dipergunakan oleh tubuh.
Kedelai merupakan sumber protein
nabati paling popular bagi masyarakat
Indonesia. Konsumsi utamanya dalam
bentuk tempe dan tahu merupakan lauk
pauk utama masyarakat Indonesia.
Kualitas sebuah produk tidak hanya
berdasarkan fungsinya (misalnya: nilai
kalori, nutrisi, aktivitas, tahan simpan,

tahan banting, tahan panas), tapi juga
kinerja lingkungannya (environmental
performance).
LCA adalah suatu metode untuk
menganalisis dampak suatu produk
atau proses tertentu terhadap
ekosistem atau lingkungan yang
dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mengukur, menilai,
dan menginterpretasikan hasil. LCA
disebut juga penakaran siklus hidup.
LCA bersifat menyeluruh pada
setiap tahapan siklus hidup, dimana
disetiap tahapan tersebut akan
mengkonsumsi sumberdaya atau
energi dan menghasilkan emisi atau
limbah yang berdampak pada
lingkungan. Oleh sebab itu penelitian
LCA ini dilakukan untuk menangani
dampak lingkungan dari produk,

proses, atau aktifitas dalam seluruh
siklus hidup mulai dari ekstraksi
bahan
mentah,
pemrosesan,
transportasi,
penggunaaan, dan
pembuangan akhir.
LCI berfungsi sebagai sumber
utama data yang dinilai kritis, konsisten,

transparan atau membantu produsen,
perancangan bangunan dalam memilih
bahan, produk, dan proses yang hemat
energi atau ramah lingkungan dalam
proyek mereka berdasarkan dampak
lingkungan dari masa pakai produk. Hal
ini memungkinkan pengguna untuk
secara
objektif

meninjau
dan
membandingkan
hasil
analisis
berdasarkan metode pengumpulan dan
analisis data yang serupa. Tujuannya
mengetahui pembuatan tempe yang
terbaik dan kondisi tempe yang sudah
jadi dipandang dari penggunaan variasi
waktu
perendaman
awal,
suhu
perebusan dan
waktu perendaman
matang.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam

pembuatan tempe berupa, Kedelai
kering, Air, Ragi, Plastik, Daun pisang.
Alat
yang
digunakan
adalah
Thermometer, Ember, Drum, Meteran,
Timbangan Digital
Metode Penelitian
Ilustration of LCA phase

Perhitungan
ini
biasanya
diilustrasikan dengan diagram alir yang
mencakup kegiatan yang akan dinilai
dan memberikan gambaran yang jelas
mengenai batasan sistem teknis. Data
harus terkait dengan unit fungsional
yang didefinisikan dalam definisi tujuan

dan ruang lingkup. Data dapat disajikan
dalam tabel dan beberapa interpretasi.
Hasil inventarisasi adalah sebuah LCI
yang bertujuan memberikan informasi
tentang semua input dan output dalam
bentuk aliran elementer ke lingkungan
dan dari lingkungan, dari semua proses
unit yang terlibat dalam penelitian.
Variabel Penelitian
Produksi tempe tradisional memiliki
proses produksi yang lebih sederhana
karena menggunakan alat atau wadah
tong atau drum bekas dan peti anyaman,
serta lebih sedikit penggunaan energy
dan variable yang digunakan suhu pada
proses perebusan kedelai dan waktu
lamanya perendaman. yaitu :
1.

5 menit Perendama Awal, 60°C

Suhu Perebusan dan 8 jam
Perendaman Matang.

HASIL PENELITIAN
Pengambilan data inventori meliputi
pengambilan seluruh data dari batasan
sistem seperti keseluruhan alat, bahan,
input dan output dalam setiap proses
pembuatan tempe.
Grafik 1. Lama Perendaman Awal
Berat Kedelai (kg)

LCI adalah melakukan identifikasi
untuk menunjukkan kebutuhan material
yang digunakan dalam satuan berat,
penggunaan energi manusia dalam
satuan energi, energi bahan bakar kayu
dan sumber energi listrik yang dipakai
dalam satuan energi juga serta output
yang dihasilkan yaitu produk utama,

limbah padat dan cair dan emisi yang
dihasilkan dari penggunaan energi.

2. 15 menit Perendaman Awal, 80°C
Suhu Perebusan dan 16 jam
Perendaman Matang
3. 25 menit Perendaman Awal, 100°C
Suhu Perebusan dan 24 jam
Perendaman Matang

80
70
60
50
5

15

25


Waktu (Menit)

Hasil simulasi dari masing-masing
variabel pada waktu : 5 menit dengan
kenaikan berat kedelai 76 kg, 15 menit
dengan kenaikan berat kedelai 68,5 kg,
dan 25 menit dengan kenaikan berat
kedelai 72,5 kg. Percobaan ini
dilakukan dengan proses yang sama,
jumlah berat kedelai kering yang sama
dan jumlah air yang sama.
Gambar 2. Penggunaan Suhu
Berat Kedelai (kg)

Metode LCA telah diadopsi secara
internasional sebagai ISO 14040/14044
(ISO, 2006). Beberapa data terkait
dengan life cycle inventory diperoleh
dari observasi langsung kelapangan,
seperti data perkebunan kedelai atau
data impor kedelai, dan kami hanya
sampai Inventory Analysis atau life
cycle inventory (LCI)

150
100
50
0
60

80
100
Suhu °C

120

Hasil simulasi dari masing-masing
variabel pada suhu : 60°C dengan
kenaikan berat kedelai 97 kg, 80°C
dengan kenaikan berat kedelai 72,55 kg,

Hasil dari tahap inventori ini adalah
neraca massa dan neraca energi.
Sebagai contoh ini adalah hasil neraca
massa dan neraca energi dari produksi
tempe di sentra industry tempe,
Kedaung, Ciputat.

Grafik 3. Perendaman Matang

Tabel 2. Data Neraca Energi

Berat Kedelai (kg)

100°C menit dengan kenaikan berat
kedelai 102,4 kg, dan 120°C dengan
kenaikan berat kedelai 101,67 kg.
Percobaan ini dilakukan dengan proses
yang sama, jumlah berat kedelai kering
yang sama dan jumlah air yang sama.

200

No

Proses

1.

Perebusan ( Pakai LPG)

100

Kalor Pembakaran
2.
16

Energy Listrik

24
3.

Waktu (jam)

Bahan Input
Tahapan Proses

Kedelai

Ragi (kg)

Kkal

1.050

kWh

1.125

kWh

KESIMPULAN
Pembuatan tempe yang terbaik
dipandang dari penggunaan variasi
waktu perendaman awal 25 menit, suhu
perebusan 100 °C dan waktu
perendaman matang 24 jam. Kondisi
tempe yang sudah jadi adalah
penggunaan variasi waktu perendaman
awal 25 menit, suhu perebusan 100 °C
dan waktu perendaman matang 24 jam
hasilnya bertahan hanya 5 hari, tempe
tersebut banyak tertutupi oleh jamur dan

Tabel 1. Data Neraca Massa
No

67.320

Air Input Semua Proses
Energy Listrik

Hasil simulasi dari masing-masing
variabel pada waktu : 8 jam dengan
kenaikan berat kedelai 110 kg, 16 jam
dengan kenaikan berat kedelai 81,43 kg,
dan 24 jam dengan kenaikan berat
kedelai 109,88 kg. Percobaan ini
dilakukan dengan proses yang sama,
jumlah berat kedelai kering yang sama
dan jumlah air yang sama.

Satuan

Mesin Penggiling

0
8

Nilai

Bahan Output

Air (kg)

Jumlah

Kedelai (kg)

Air (kg)

Jumlah

(kg)
1.

Perendaman

50

-

61,8

111,8

76

35,8

111,8

2.

Perebusan

76

-

116,08

192,08

101,67

90,41

192,08

3.

Perendaman

101,67

-

36,164

137,834

111,24

26,92

138,16

111,24

-

257,09

368,33

99,62

268,71

368,33

99,62

-

325,76

425,38

90,74

334,63

425,37

matang
4.

Penggilingan

5.

Pemisahan

kulit

kedelai
6.

Pencucian

90,74

-

264,91

355,65

92,49

262,61

355,1

7.

Peragian

92,49

0,075

-

92,565

93,18

0

93,18

8.

Pengemasan

66,6

-

0

66,6

66,6

0

66,6

9.

Fermentasi

68,8

-

0

68,8

68,8

0

68,8

TOTAL

757,16

1819,039

800,34

1019,08

1819,42

1061,879

bau dan 2 varibel lainya hanya bertahan
1-2 hari saja
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih
kepada
pihak-pihak
yang
telah
membantu penyelesaian penelitian ini
khususnya kepada:
1. Allah Swt.
2. Ibu Ir.Wiwik Indrawati, M.pd, selaku
ketua progam studi teknik kimia.
3. Bapak
Didik Iswadi, S.Si., M.T.
selaku pembimbing penelitian.
4. Ibu Ary Mauliva Hada Putri, S.T.
selaku pembimbing penelitian LIPI
Kimia.
5. Bapak Budhi Indrawijaya, S.T, M.Si,
selaku dosen mata kuliah penelitian.
6. Warga Kampung Industri Kecil
Pengrajin Tempe.
7. Orang tua, keluarga, dan temanteman yang tak hentinya memberikan
doa, semangat, dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 2014. Ebookpangan 2006:
Pengujian Organoleptik (Evaluasi
Sensori) Dalam Industri Pangan.
http://www.tekpan.unimus.ac.id/.../Peng
ujian-Organoleptik-dalamIndustriPangan.html. Diakses pada 14 Juni
2014
[2] Dahani Esti A.Y. Dewi I. Indah S
dan Vivin Khoirunnisa. 2013. Laporan
Penelitian Pembuatan Tempe. Diambil
dari
:
http://isetyorini333.blogspot.co.id/2013/
07/laporan-penelitian-pembuatantempe.html. Diakses pada tanggal 10
November 2017.
[3] Dian Rifa Wardhani. 2015. Contoh
Karya Ilmiah Tentang Tempe. Diambil
dari
:
http://dianrifawardhani.blogspot.co.id/2
015/03/contoh-karya-ilmiah-tentangtempe.html. Diakses pada tanggal 10
November 2017.

[4]
ISO
(2006)
Environmental
management—life cycle assessment—
requirements and guidelines (ISO
14044). International Organization for
Standardization, Geneva.
[5] Mohamad andi winoto. 2014.
Usulan penelitian LCA. Diambil dari
http://www.scribd.com/document/2076
63936/Usulan-Penelitan-Lca. Diakses
pada tanggal 1 Maret 2018
[6] Outlook Kedelai. 2016. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian.
Kementerian Pertanian; Jakarta
[7] Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih.
1996. Kedelai, budidaya dan pasca
panen. Kanisius. Yogyakarta. 35 hal.