STUDI PENGATURAN RELAY ARUS LEBIH DAN RELAY HUBUNG TANAH PENYULANG TIMOR 4 PADA GARDU INDUK STUDI KASUS : GARDU INDUK DAWUAN
STUDI PENGATURAN RELAY ARUS LEBIH DAN RELAY HUBUNG
TANAH PENYULANG TIMOR 4 PADA GARDU INDUK
STUDI KASUS : GARDU INDUK DAWUAN
1) 2)
Ali Akmal , Ketut Abimanyu
1),2)Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik 1),2) Universitas Sangga Buana YPKP 1) 2) de.akmal_skdsf@yahoo.co.id , ketut.abimanyu@gmail.com
ABSTRAK
Seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik di Indonesia, penyaluranenergi listrik kepada konsumen diharapkan dapat berjalan secara optimal. Sistem distribusi
merupakan bagian dari penyaluran energi listrik, namun permasalahan yang sering dijumpai pada
sistem distribusi yaitu gangguan arus hubung singkat.Tujuan dari studi ini untuk mengetahui besarnya gangguan arus hubung singkat, baik pada 3
fasa, 2 fasa, maupun 1 fasa ke tanah. Perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan pengaturan
relay arus lebih dan relay hubung tanah. Kegiatan ini dilakukan pada penyulang timor 4 gardu induk
Dawuan, Karawang.Hasil Perhitungan didapatkan bahwa besarnya arus gangguan pada jarak 0% dari penyulang
untuk 3 fasa sebesar 11593,379 A, untuk 2 fasa 10040,160 A, dan dan untuk 1 fasa ke tanah sebesar
288,456 A. Perhitungan untuk pengaturan relay proteksi hampir sesuai dengan data di lapangan, hal
tersebut menunjukkan bahwa relay proteksi pada penyulang Timor 4 di gardu induk Dawuan masih
baik dan belum perlu diatur ulang.Kata kunci : Relay Arus Lebih, Relay Hubung Tanah, Pengaturan Relay.
I. PENDAHULUAN
II. LANDASAN TEORI
Sistem distribusi merupakan bagian
2.1 Pengertian Proteksi
dari sistem tenaga listrik (subsistem) yang Proteksi terhadap tenaga listrik adalah berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sistem pengamanan yang dilakukan terhadap sumber daya listrik sampai ke konsumen, peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada sistem distribusi dapat mengalami berbagai sistem tenaga listrik tersebut. macam permasalahan sehingga mengakibatkan Proteksi pada sistem tenaga listrik terputusnya penyaluran energi listrik kepada pada dasarnya terdiri atas pemutus tenaga konsumen. Permasalahan yang sering dijumpai (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja pada sistem distribusi yaitu gangguan arus memutus rangkaian jika terjadi gangguan. hubung singkat. Peralatan utama yang dipergunakan untuk
Gangguan arus hubung singkat yang mendeteksi dan memerintahkan peralatan terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik, proteksi bekerja adalah relay pengaman. yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, gangguan hubung singkat dua fasa, dan
2.2 Pengertian Relay Pengaman
gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah. Relay pengaman merupakan suatu alat Gangguan tersebut dapat bersifat temporer baik elektronik maupun magnetik yang maupun permanen. dirancang untuk merasakan dan mendeteksi
Besarnya arus gangguan hubung suatu kondisi ketidaknormalan pada sistem singkat yang mungkin terjadi dalam suatu tenaga listrik. Jika terjadi gangguan maka relay sistem distribusi tenaga listrik perlu diketahui secara otomatis akan memberikan sinyal sebagai dasar pengaturan relay proteksi yang perintah untuk membuka pemutus tenaga digunakan untuk melindungi sistem distribusi. (PMT) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem.
2.3 Relay Arus Lebih
2.3.1 Pengertian Relay Arus Lebih
1 Ratio CT . … … . . … … … . … (5) Pengaturan arus pada relay arus hubung tanah digunakan untuk menentukan nilai setelan waktu atau time multiplier setting (TMS). Tipe relay hubung tanah yang digunakan biasanya sama dengan tipe relay arus hubung singkat sehingga perhitungan pengaturan waktu menggunakan rumus yang sama dengan relay arus lebih.
= 0,1 x I
f 100% panjang penyulang
… … … … . . … (4)
I
set (sekunder)
= I
set (primer)
x
Gambar 1. Rangkaian Pengawatan OCR dan
I
GFR
2.5 Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat dapat didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat adanya penurunan kekuatan dasar isolasi (basic insulation strength) antara kawat fasa dengan kawat fasa atau antara kawat fasa dengan tanah yang menyebabkan kenaikan arus secara berlebihan atau biasa juga disebut gangguan arus lebih.
Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung singkat, yaitu:
I =
V Z … … … . . … … … … … … … … … … … … … (6)
2.5.1 Perhitungan Arus Hubung Singkat
2.5.1.1 Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
set (primer)
Pengaturan arus untuk relay hubung tanah pada sisi primer maupun pada sisi sekunder arus gangguan terkecil, yaitu:
Relay arus lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay) merupakan peralatan yang mensinyalir atau merasakan adanya gangguan arus lebih, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan hubung singkat maupun beban lebih yang berada dalam wilayah proteksinya.
set (sekunder)
2.3.2 Pengaturan Relay Arus Lebih
Pengaturan arus pada relay arus lebih dilakukan berdasarkan arus nominal transformator tenaga dan arus beban yang mengalir di penyulang pada sisi primer maupun sisi sekunder. Pengaturan arus pada relay arus lebih menggunakan rumus sebagai berikut:
I
set (primer)
= 1,05 x I
beban
… … … … … … … … . … . … (1)
I
1 Rasio CT … … … … … … . . . . (2)
= I
Pengaturan arus pada relay hubung tanah dipilih sekitar 10% dari nilai arus gangguan tanah terkecil (arus gangguan pada 100% panjang penyulang). Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi penghantar fasa bersentuhan dengan benda lain yang menimbulkan tahanan tinggi sehingga menyebabkan arus gangguan hubung singkat menjadi kecil.
set (primer)
x
Pengaturan arus pada relay arus lebih digunakan untuk menentukan nilai setelan waktu atau time multiplier setting (TMS). Rumus untuk menentukan nilai setelan waktu sebagai berikut: t = TMS x
0,14 (
I I )
0,02
− 1 … … … … … … . (3)
2.4 Relay Hubung Tanah
2.4.1 Pengertian Relay Hubung Tanah
Relay hubung tanah dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay) pada dasarnya mempunyai prinsip kerja sama seperti relay arus lebih namun memiliki perbedaan dalam pengaplikasiannya. Bila relay arus lebih mendeteksi adanya hubungan singkat antar fasa, maka relay hubung tanah mendeteksi adanya hubung singkat ke tanah. Di bawah ini merupakan gambar rangkaian pengawatan relay hubung tanah.
2.4.2 Pengaturan Relay Hubung Tanah
I hs
Rangkain gangguan hubung singkat V ph tiga fasa dapat disederhanakan seperti gambar berikut. Z Z 3 1 Z 2 Gambar 4. Hubungan Jala-Jala Urutan Untuk
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah
Gambar 2. Hubungan Jala-Jala Urutan Untuk
Berdasarkan persamaan (6) maka Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa besarnya arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu:
Berdasarkan persamaan (6) maka besarnya arus gangguan hubung singkat tiga
I
1fasa
fasa, yaitu:
3V
f−n
= … … . … … … … . (10)
I Z + Z + Z
3fasa 0eq 1eq 2eq
V
f−n
= … … … … … . … … … … … … … … . . (7)
2.5.2 Perhitungan Impedansi
Z
1eq
2.5.2.1 Impedansi Sumber
Untuk dapat mengetahui besarnya
2.5.1.2 Arus Gangguan Hubung Singkat
gangguan hubung singkat di titik tertentu pada
Dua Fasa
penyulang, maka diperlukan besarnya Rangkain gangguan hubung singkat impedansi pada penyulang. Besarnya tiga fasa dapat disederhanakan seperti gambar impedansi penyulang tergantung pada berikut.
I hs
impedansi transformator dan besarnya
V ph
impedansi transformator tergantung pada impedansi sumber.
Z 1 X s(sisi 150 kV)
Z 2
2
kV
(sisi primer)
[Ω] … … … . … . … . (11) =
MVA
(bus sisi primer) Gambar 3. Hubungan Jala-Jala Urutan Untuk
X Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa
s(sisi 20 kV)
2
kV (sekunder) = x X [Ω] … … . … . . (12)
Berdasarkan persamaan (6) maka
s(primer)
kV 2(primer) besarnya arus gangguan hubung singkat dua fasa, yaitu:
2.5.2.2 Impedansi Transformator
I
2fasa
V
f−f
dengan menggunakan persentase, hal tersebut = … … … . … … … … … . … … . . (8)
Z + Z
1eq 2eq menyatakan penurunan tegangan sebuah
Karena Z 1 = Z 2 , maka transformator ketika beban penuh akibat tahanan belitan transformator.
I
2fasa
V Besar nilai ohm pada sisi sekunder
f−f
= … … … . … … … … … … … … … . … … (9) transformator menggunakan rumus:
2Z
1eq
X
t(pada 100%)
2
2.5.1.3 Arus Gangguan Hubung Singkat
kV
(sisi sekunder ) Satu Fasa
= [Ω] … … … … . … . . … . (13) MVA
Rangkain gangguan hubung singkat Setelah mendapatkan impedansi tiga fasa dapat disederhanakan seperti gambar transformator maka kita bisa mendapatkan berikut. reaktansi urutan positif, reaktansi urutan negatif, reaktansi urutan nol. Untuk reaktansi urutan positif dan reaktansi urutan negatif didapatkan melalui persamaan:
X
t1
= % Reaktansi x X [Ω] … … … … … . (14)
t(100%) Pada transformator dengan hubungan
III. DATA TEKNIS
belitan Yyd atau terdapat belitan delta di dalamnya, kapasitas belitan delta biasanya
3.1 Data Transformator
sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan Transformator pada gardu induk yang dipakai untuk menyalurkan daya). Maka Dawuan terdapat tiga buah, karena penyulang besarnya reaktansi urutan nol menggunakan Timor 4 disuplai dari transformator 1 maka rumus: data yang diambil hanya transformator 1. Berikut merupakan data lengkap transformator.
X
t0
= 3 x X [Ω]. … … … … … … … … . … … . … . (15)
t1 Tabel 1. DataTransformator
3.5.2.3 Impedansi Penyulang
No. Nama Data Isi Data Untuk perhitungan impedansi
1. Merk ABB penyulang, perhitungannya tergantung dari besarnya impedansi per km dari penyulang
2. Daya
60 MVA yang akan dihitung, dimana besar nilainya
3. Impedansi (Z%) 13,39 % tergantung pada jenis penghantar, besar
4. Tegangan 150/20 KV kecilnya penampang, dan panjang penghantarnya.
5. Rasio CT 2000/5 Impedansi penyulang untuk urutan
Transformator positif dan negatif pada titik lokasi tertentu
6. Hubungan Belitan YNyn0 (d) menggunakan rumus:
7. Tahanan Pentanahan 40 ohm Z
1
= Z x panjang penyulang titik tertentu [Ω]
1
3.2 Data Penyulang
… … . . . (16) Penyulang Timor 4 menggunakan
Sedangkan impedansi penyulang untuk kabel AL240 dan A3C150 seperti terlihat pada urutan nol pada titik lokasi tertentu tabel berikut. menggunakan rumus:
Z
Tabel 2. Data Kabel Penyulang Timor 4
= Z x panjang penyulang titik tertentu [Ω] Impedansi
N … … . . . (17)
Jenis Panja Impedansi Urutan o
Pengha ng Urutan Positif
3.5.2.4 Impedansi Ekivalen Jaringan .
ntar (km) Nol (Ω)
(Ω) Perhitungan impedansi ekivalen jaringan menggunakan impedansi positif,
1 0,275 + j 0,125 + j AL240 2,4 negatif, dan nol. Impedansi tersebut
. 0,029 0,097 tersambung seri sehingga perhitungan A3C15 0,216 + j 2 0,363 + j
8,35 merupakan penjumlahan dari impedansi- ,331
. 1,618 impedansi tersebut. Impedansi ekivalen jaringan untuk
3.2.1 Data OCR dan GFR Sisi Incoming
urutan positif dan negatif dapat dihitung Berikut merupakan data relay arus dengan menggunakan rumus berikut. lebih dan relay hubung tanah sisi incoming. Z = Z
1eq 2eq
= Z + Z
s1 t1
- Z … . … … … … … … … … . . (18)
1 Tabel 3. Data OCR dan GFR Sisi Incoming
Sedangkan impedansi ekivalen No. Nama Data Isi Data jaringan untuk urutan nol dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
1. Merk SEL Z
0eq
2. Tipe 551 C = Z + Z
t0
3. No. Seri 2007092327
- 3RN … … … … … … . … … … … . . … … (19)
4. Karakteristik Normal Inverse
5. Rasio CT 2000/5 A
6. TMS OCR 0,25 detik
3.2.2 Data OCR dan GFR Sisi Penyulang
(%) Jara k
6. TMS OCR 0,2 detik
Berdasarkan tabel 2 serta rumus 16 dan 17, maka didapat impedansi penyulang sebagai berikut.
Tabel 5. Impedansi Penyulang
No .
Panjang Penyulan g
(Km )
Impedan si Urutan Positif
(Ω) Impeda nsi
Urutan Nol (Ω)
7. TMS GFR 0,1 detik
4. Karakteristik Normal Inverse
5. Rasio CT 2000/5 A
4.3 Perhitungan Impedansi Penyulang
3. No. Seri 31506640
2. Tipe P123
1. Merk MICOM
No. Nama Data Isi Data
Tabel 4. Data OCR dan GFR Sisi Penyulang
Berikut merupakan data relay arus lebih dan relay hubung tanah sisi penyulang.
7. TMS GFR 0,28 detik
1 2 24,63 2,65 0,354 + j 0,316
0,751
Impedansi penyulang diasumsikan terjadi pada lokasi gangguan dengan jarak 0 km, 2,65 km, 5,39 km, 8,09 km, dan 10,75 km atau pada titik 0%, 24,63%, 50,15%, 75,32%, dan 100% dari panjang penyulang.
- j 0,475 3 50,15 5,39
IV. PEMBAHASAN
- j 4,908 4 75,32 8,09
4.1 Perhitungan Impedansi Sumber
- j 9,276 5 100
- j
2 MVA =
2
Z
Perhitungan Z eq (urutan nol) berdasarkan rumus 19, yaitu: Z
penyulang
= j 0,996 + Z
1eq
1eq
penyulang
= j 0,103 + j 0,893 + Z
= Z
Z
penyulang
t1
s(sisi 20kV)
0eq
0 (penyulang)
(to)
= 120 + j 2,679 + Z
1 j 0,996
Impedansi Urutan Positif dan Negatif (Ω)
Jarak (Km)
Penyulang (%)
Positif Dan Negatif No. Panjang
0 (penyulang) Tabel 6. Impedansi Ekivalen Jaringan Urutan
0eq
N
Z
0 (penyulang)
= j 2,679 + (3 x 40) + Z
0eq
Z
1eq
= Z
4.4 Perhitungan Impedansi Ekivalen Jaringan
Perhitungan Z 1 eq (urutan positf) dan Z 2 eq (urutan negatif) berdasarkan rumus 18, Z
s(sisi 150 kV)
= (20)
s(sisi 20 kV)
X
3.881,006 = 5,797 Ω
2
150
= kV
X
x 5,797 = 0,103 Ω
Data arus hubung singkat maksimum untuk tiga fasa pada bus sisi primer (150 kV) di gardu induk Dawuan sebesar 14,938 kA, sehingga Level hubung pendeknya sebesar 3.881,006 MVA. Besarnya nilai impedansi sumber berdasarkan rumus 11 dan 12, yaitu:
2
0,946 + j 1,223 1,745
1,529 + j 2,116 2,725
10,7
5 2,104 + j 2,997
3,691
13,580
(150)
4.2 Perhitungan Reaktansi Transformator
- Z
- Z
- 3R
- Z
X
2 (sisi 20 kV )
t0
Persen impedansi transformator 1 di gardu induk Dawuan sebesar 13,39%. Besarnya nilai reaktansi urutan positif, negatif, dan reaktansi urutan nol dalam ohm dapat diketahui setelah terlebih dahulu melakukan perhitungan berdasarkan rumus 13, yaitu:
X
t(pada 100%)
= kV
MVA =
= 13,39 % x 6,667 = 0,893 Ω
(20)
2
60 = 6,667 Ω Sehingga besarnya nilai reaktansi urutan positif dan negatif berdasarkan rumus
14 dan 15, yaitu:
X
t1
= 3 x 0,893 = 2,679 Ω
2 24,63 2,65 0,354 + j 1,312
1 10040,16 3 50,15 5,39 0,946 + j 2,219
2 24,63 2,65 7358,352 4 75,32 8,09 1,529 + j 3,112
3 50,15 5,39 4145,937 5 100 10,75 2,104 + j 3,993
4 75,32 8,09 2883,922
Tabel 7. Impedansi Ekivalen Jaringan Urutan
5 100 10,75 2215,575
Nol Perhitungan arus gangguan hubung
Panjang Jarak Impedansi Nol singkat satu fasa ke tanah dihitung berdasarkan
No. Penyulang (Km)
(Ω) rumus 10, yaitu: (%)
f
1 120 + j 2,679 3 x V √3
120,751 + j I =
1fasa
2 24,63 2,65 Z + Z + Z
0eq 1eq 2eq
3,154 34641,015
121,745 + j 3 50,15 5,39 =
7,587 Z + 2(Z )
0eq 1eq
122,725 + j 4 75,32 8,09 11,955 Tabel 10. Hasil Perhitungan Arus Hubung
Singkat Satu Fasa 123,691 + j 5 100 10,75
Panjang Arus 16,259
Jarak No. Penyulang Hubung
(Km) (%) Singkat (A)
4.5 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat
1 288,456
Perhitungan arus gangguan hubung 2 24,63 2,65 284,886 singkat tiga fasa dihitung berdasarkan rumus 8,
3 50,15 5,39 278,868 yaitu:
V 20000
f
4 75,32 8,09 272,571
11547,005 √3 √3 5 100 10,75
266,107 I = = =
3fasa
Z Z Z
1eq 1eq 1eq
4.6 Pengaturan Arus Pada Relay Arus Lebih Tabel 8. Hasil Perhitungan Arus Hubung
4.6.1 Pengaturan Arus Pada Relay Arus
Singkat Tiga Fasa
Lebih Sisi Penyulang
Panjang Arus Arus beban pada penyulang timor 4
Jarak No. Penyulang Hubung sebesar 390 A, maka pengaturan arus
(Km) (%) Singkat (A) berdasarkan rumus 1, yaitu:
1 11593,379
I = 1,05 x I
(primer) (beban)
8496,692 I = 1,05 x 390 = 409,5 A
(primer)
3 50,15 5,39 4787,316
Besarnya arus pada sisi sekundernya 4 75,32 8,09 3330,547 berdasarkan rumus 2, yaitu:
5 100 10,75 2558,610
1 I = I x
(sekunder) (primer)
Perhitungan arus gangguan hubung Rasio CT
5 singkat dua fasa dihitung berdasarkan rumus 9, I = 409,5 x
(sekunder)
yaitu: 600 = 3,413 A
V 20000
f
I = =
2fasa
4.6.2 Pengaturan TMS Relay Arus Lebih
Z + Z 2(Z )
1eq 2eq 1eq Sisi Penyulang
Arus gangguan yang dipilih untuk
Tabel 9. Hasil Perhitungan Arus Hubung
mengetahui besarnya nilai TMS relay arus Singkat Dua Fasa lebih pada sisi penyulang yaitu arus gangguan
Arus Panjang hubung singkat tiga fasa di 0% panjang
Jarak Hubung No. Penyulang penyulang.
(Km) Singkat (%)
Waktu kerja paling hilir yang (A) ditetapkan tidak kurang dari 0,3 detik. Namun relay arus lebih sisi penyulang ini, waktu operasi yang diinginkan sebesar 0,4 detik.
Pengaturan TMS berdasarkan rumus 3, yaitu: t =
I I )
Pengaturan arus relay hubung tanah menggunakan pedoman bahwa pengaturan arus gangguan tanah sisi penyulang ditetapkan 10% dari arus gangguan tanah terkecil pada penyulang tersebut. Maka pengaturan arus berdasarkan rumus 3, yaitu:
4.7.1 Pengaturan Arus Relay Hubung Tanah Sisi Penyulang
4.7 Pengaturan Relay Hubung Tanah
TMS = 0,243 detik
− 1) 0,14
0,02
0,9 x ((11593,379 1818,654 )
− 1 TMS =
0,02
0,14 TMS (
set (primer)
− 1 0,9 =
0,02
I I )
0,14 TMS (
Pengaturan TMS berdasarkan rumus 3, yaitu: t =
Jika waktu kerja relay sisi incoming didapat dengan cara waktu kerja relay di sisi hilir ditambah 0,4 detik, maka t incoming menjadi 0,7 detik (0,3 detik + 0,4 detik). Namun relay arus lebih sisi incoming ini, waktu operasi yang diinginkan sebesar 0,9 detik (0,4 detik + 0,5 detik).
4.6.3 Pengaturan Arus Pada Relay Arus Lebih Pada Sisi Incoming
Arus gangguan yang dipilih untuk mengetahui besarnya nilai TMS relay arus lebih sisi incoming yaitu arus gangguan hubung singkat tiga fasa di 0% panjang penyulang.
= 4,547 A
I
= 10% x I
1 Rasio CT
I
x
Arus gangguan yang dipilih untuk menentukan besarnya nilai TMS yaitu arus gangguan hubung singkat satu fasa di 0% panjang penyulang.
4.7.2 Pengaturan TMS Relay Hubung Tanah Sisi Penyulang
5 600 = 0,222 A
= 26,611 x
(sekunder)
I
1 Rasio CT
(primer)
f 100% pada panjang penyulang
= I
(sekunder)
I
= 26,611 A Besarnya arus pada sisi sekundernya, yaitu:
(primer)
I
= 0,1 x 266,107
(primer)
I
(sekunder)
5 2000
0,14 TMS (I
0,4 x ((11593,379 409,5 )
= kVA kV√3
n (sisi 20kV)
I
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 1, maka arus nominal transformer pada sisi 20 kV yaitu:
Penentuan setelan relay arus lebih pada sisi incoming sama halnya dengan di penyulang, yaitu harus diketahui terlebih dahulu nilai arus nominal transformator tenaga tersebut.
TMS = 0,198 detik
− 1) 0,14
0,02
− 1 TMS =
n (sisi 20kV)
0,02
I I )
0,14 TMS (
− 1 0,4 =
0,02
)
set
I
fault
I
= 60000
= 1818,654 x
I
(sekunder)
I
x
(primer)
= I
(sekunder)
I
= 1818,654 A Besarnya arus pada sisi sekundernya, yaitu:
(primer)
= 1732,051 x 1,05
20√3 = 1732,051 A
(primer)
I
x 1,05
beban
= I
(primer)
I
A, maka pengaturan arus berdasarkan rumus 1, yaitu:
Arus beban sisi incoming sebesar 1732,051
4.6.4 Pengaturan TMS Relay Arus Lebih Sisi Incoming
Sama seperti relay arus lebih, waktu 0,14 TMS
0,7 =
0,02
kerja paling hilir yang ditetapkan tidak kurang
I dari 0,3 detik. Sehingga didapat: ( ) − 1
I
0,02
0,14 TMS 0,7 x ((288,456 − 1)
21,289 ) t =
0,02
TMS =
I 0,14
( ) − 1
I TMS = 0,268 detik 0,14 TMS
0,3 =
0,02
I
4.8 Pemeriksaan Waktu Kerja Relay
( ) − 1 Pemeriksaan waktu kerja relay
I
0,02
dimaksudkan untuk mengetahui waktu kerja 0,3 x ((288,456 − 1) relay terhadap besarnya arus gangguan di tiap
26,611 ) TMS = titik gangguan yang diasumsikan terjadi pada
0,14 0%, 24,63%, 50,15%, 75,32%, 100% dari
TMS = 0,105 detik panjang penyulang.
Untuk memudahkan dalam melihat
4.7.3 Pengaturan Arus Relay Hubung
secara keseluruhan waktu kerja relay arus lebih
Tanah Sisi Incoming
dan relay gangguan tanah pada sisi penyulang Pengaturan arus relay hubung tanah maupun sisi incoming di berbagai lokasi sisi incoming harus lebih sensitif, hal ini gangguan baik pada gangguan tiga fasa, dua berfungsi sebagai cadangan bagi relay di sisi fasa, maupun satu fasa ke tanah, maka hasil penyulang. Sehingga pengaturan arus pemeriksaan waktu kerja relay dibuat tabel ditetapkan sebesar 8% dari arus gangguan seperti berikut. tanah terkecil.
Tabel 11. Pemeriksaan Waktu Kerja Relay
I
(primer)
Gangguan Tiga Fasa = 8% x I
f 100% pada panjang penyulang
Waktu Panjang
I = 0,08 x 266,107
(primer)
Waktu Selisih Kerja
Penyula Kerja Relay Waktu
I = 21,289 A
(primer)
Relay ng
Incoming (Detik
Penyulang Besarnya arus pada sisi sekundernya (Detik) )
(%) (Detik) adalah:
0,901 0,401 0,500
1 I = I x
(sekunder) (primer)
24,63 1,086 0,443 0,643 Rasio CT
5 50,15 1,741 0,550 1,191
I = 21,289 x
(sekunder)
600 = 0,177 A 75,32 2,794 0,648 2,147
4.7.4 Pengaturan TMS Relay Hubung
100 4,966 0,743 4,223
Tanah Sisi Incoming
Arus gangguan yang dipilih untuk
Tabel 12. Pemeriksaan Waktu kerja Relay
menentukan besarnya nilai TMS yaitu arus Gangguan Dua Fasa gangguan hubung singkat satu fasa di 0%
Waktu Waktu panjang penyulang. Panjang
Kerja Kerja Selisih Waktu kerja incoming ditambah 0,4
Penyula Relay Relay Waktu detik, sehingga t incoming menjadi 0,7 detik ng
Incoming Penyulang (Detik)
(0,3 detik + 0,4 detik). Maka besarnya nilai (%)
(Detik) (Detik) TMS sebagai berikut.
0,979 0,419 0,560 0,14 TMS
24,63 1,200 0,466 0,734 t =
0,02
I 50,15 2,047 0,585 1,462
( ) − 1
I 75,32 3,672 0,696 2,976 100 8,599 0,807 7,792
2884,51 A 2883,922 A 0,02 75,32
Tabel 13. Pemeriksaan Waktu Kerja Relay
Gangguan Satu Fasa 2218,19 A 2215,575 A 0,11
100 Waktu
8 Panjang Waktu Kerja Selisih
Penyulan Kerja Relay Relay Waktu
Tabel 16. Perbandingan Arus Gangguan Satu
g Penyula (Detik
Incoming
Fasa (Detik) ng )
(%) Panjan Data Data Galat
(Detik) g di Perhitunga (%)
0,701 0,301 0,400 Penyul Lapangan n (A)
24,63 0,705 0, 303 0,402 ang (A) 50,15 0,711 0, 306 0,405 (%) 75,32 0,717 0, 309 0,409 288,46 A 288,456 A 0,001 100 0,724 0, 312 0,412 24,63 284,89 A 284,886 A 0,001
50,15 278,87 A 278,868 A 0,001
4.9 Perbandingan Hasil Perhitungan
75,32 272,56 A 272,571 A 0,004
Dengan Data di Lapangan
Untuk memudahkan dalam melihat 100 266,11 A 266,107 A 0,001 perbandingan perhitungan arus gangguan Untuk memudahkan dalam melihat dengan data di lapangan maka perbandingan perbandingan perhitungan TMS relay arus arus gangguan dibuat tabel seperti berikut. lebih dan relay hubung tanah maka
Tabel 14. Perbandingan Arus Gangguan Tiga perbandingan TMS dibuat tabel seperti berikut.
Fasa
Tabel 17. Perbandingan Relay Arus Lebih
Panjang Data Data Galat Data
Penyulang di Perhitunga (%) Data di
No. Kriteria (%) Lapangan n
Perhitunga Lapangan n
11596,51 A 11593,379 0,02 A
7 TMS
1. OCR sisi 0,2 detik 0,198 detik 8509,27 A 8496,692 A 0,14
24,63 penyulang
8 Rasio 4791,67 A 4787,316 A 0,09
50,15
2. OCR sisi 600/5 A 600/5 A
1 penyulang 75,32
TMS
6
3. OCR sisi 0,25 detik 0,243 detik 2561,34 A 2558,610 A 0,10
incoming
100
7 Rasio
4. OCR sisi 2000/5 A 2000/5 A
Tabel 15. Perbandingan Arus Gangguan Dua incoming
Fasa Panjang Data Data Galat
Tabel 18. Perbandingan Relay Hubung Tanah
Penyulan di Perhitunga (%) Data
Data di g (%) Lapangan n No
Kriteria Perhitung .
Lapangan 10042,87 A 10040,160 0,02 an
A
7 TMS GFR 0,105
7369,25 A 7358,352 A 0,14 1. sisi 0,1 detik
24,63 detik
8 penyulang 4149,70 A 4145,937 A 0,09
Rasio GFR 50,15
2. 600/5 A 600/5 A
1 sisi
2. Penelitian selanjutnya dapat penyulang dilakukan dengan membuat simulasi
TMS GFR 0,268 terlebih dahulu menggunakan
3. sisi 0,28 detik detik software komputer untuk memastikan
incoming
tingkat keakuratan nilai TMS dan Rasio GFR waktu pengoperasian relay.
4. sisi 2000/5 A 2000/5 A
3. Penelitian ini dapat pula dijadikan
incoming
referensi untuk dikembangkan menjadi analisis pada gardu induk Berdasarkan seluruh tabel yang ada di seluruh Indonesia. perbandingan dapat terlihat bahwa hasil perhitungan dengan data yang ada di lapangan
DAFTAR PUSTAKA
masih dalam kondisi yang sesuai (perbedaannya tidak terlalu jauh), sehingga
[1] Affandi, Irfan. (2009). Analisa Setting dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan
pengaturan relay arus lebih dan relay gangguan
Tanah Pada Penyulang Sadewa Di Gi
tanah yang terpasang di lapangan masih Cawang . Jakarta: Universitas Indonesia. beroperasi secara normal dan belum memerlukan pengaturan ulang.
[2] Marta Yudha, Hendra. (2008). Proteksi . 28 Oktober
Rele: Prinsip dan Aplikasi
V. PENUTUP
2016 16:00. Palembang: Universitas Sriwijaya.
eprints.unsri.ac.id/317/1/desaian-buku- Kesimpulan yang dapat dikemukakan, proteksi_2008i.pdf yaitu:
5. 1 Kesimpulan
1. Besarnya arus gangguan hubung [3] Pranayuda, Fajar, Achmad Solichan, dan singkat di pengaruhi oleh jarak lokasi
M. Toni Prasetyo. (2012). Analisis gangguan, semakin jauh jarak lokasi
Penyetelan Proteksi Arus Lebih Penyulang
gangguan maka semakin kecil arus
Cimalaka Di Gardu Induk 70 KV gangguan hubung singkatnya. Sumedang . Semarang: Jurnal Media
2. Hasil perhitungan untuk pengaturan Elektrika. Vol. 5, No. 2:11-26.
OCR dan GFR hampir sesuai dengan data di lapangan. Hal tersebut [4] Saputera, Eko. (2011). Analisis menunjukkan bahwa relay yang
Sympathetic Trip Pada Trafo 1 Hyundai
terpasang pada penyulang Timor 4 di
60 Mva 150/20 Kv, Di Gardu Induk Kiara
gardu induk Dawuan masih beroperasi
Condong PLN APD Bandung . Tugas
secara normal dan belum memerlukan Akhir. Universitas Pendidikan Indonesia. pengaturan ulang.
3. Selisih waktu kerja relay [5] Stevenson, William D. Jr. (1993). Analisis meperlihatkan bahwa semakin jauh
. Jakarta: Erlangga
Sistem Tenaga Listrik
jarak terjadinya gangguan maka waktu kerja relay semakin besar. Hal itu [6] Suswanto, Daman. (2010). Analisis membuktikan bahwa jarak
Gangguan Pada Jaringan Distribusi . 29 mempengaruhi waktu kerja relay.
Oktober 2016 09:00.
https://daman48.files.wordpress.com/2010/ Saran yang dapat diberikan, yaitu:
5. 2 Saran
11/materi-13-analisis-gangguan-pada-
1. Kebutuhan listrik yang meningkat jaringan-distribusi1.pdf setiap tahun memungkinkan terjadinya penambahan beban
[7] Wahyu Hidayat, Ade. (2013). Analisa maupun penambahan panjang
Setting Rele Arus Lebih Dan Rele
penyulang, diharapkan segera
Gangguan Tanah Pada Penyulang Topan
melakukan penyesuaian terhadap Gardu Induk Teluk Betung . Skripsi. relay arus lebih dan relay hubung Universitas Lampung. tanah berdasarkan beban maksimum dan impedansi jaringan.