Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Materi Pembelajaran Sakramen Perjamuan Kudus VIII SMP Negeri 17 Surakarta, Tahun 20152016

Rifai

Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Surakarta

[email protected]

Abstract

This article aims to increase affective, psychomotor and cognitive domain of learning achievement with subject Sakramen Perjamuan Kudus for students grade VIII in State Junior High School 17 Surakarta at semester 2, year 2015/2016 by using demonstration method. This article used a method of clasroom action research which subject is all Christian students of grade VIII State Junior High School 17 Surakarta, year 2015/2016. The research found affective domain increasing from 14.1% at first cycle to 92.4% at second cycle. There were increasing up to 85.3% in psychomotor domain at second cycle, which means students resulted is accomplished, because it gained 0.3% over 85% achievement indicator. In cognitive domain increasing tehre were 15 (88.2%) students at second cycle accomplished, which over than 85%. Those were indicated that demonstration method usage to improve learning was success. By the result of this research, author recommends teacher will use demonstration learning method in teaching subject Sakramen Perjamuan Kudus.

Keywords: learning result; subject of Perjamuan Kudus; demonstration method; Christianity Education

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar afektif, psikomotorik dan kognitif materi Sakramen Perjamuan Kudus bagi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta semester 2 Tahun 2015/2016 melalui metode demonstrasi. Metode penelitian tindakan kelas menggunakan subyek adalah siswa Kristen kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Dari penelitian didapatkan peningkatan hasil belajar afektif dari 14,1% menjadi 92,4%. Pada hasil belajar psikomotorik siklus kedua mencapai 85,3%, yang berarti ada peningkatan sebesar 0,3% di atas indikator pencapaian 85%. Peningkatan hasil belajar kognitif pada siklus kedua mendapatkan hasil sebanyak 15 peserta didik (88,2%) tuntas. Ketuntasan ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dengan menggunakan metode demonstrasi dinyatakan berhasil. Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini maka peneliti merekomendasikan penggunaan metode demonstrasi untuk mengajarkan materi Sakramen Perjamuan Kudus.

Kata kunci: hasil belajar; materi Perjamuan Kudus; metode demonstrasi; Pendidikan Agama Kristen

172 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

PENDAHULUAN

yang hakiki pula yaitu kedekatan kepada Teknologi dan globalisasi yang

Tuhan sehingga memiliki kesiapan berkembangan pesat dan maju memberikan

emosional dan spiritual dalam menjalani pengaruh perubahan terhadap pembentukan

hidup di dunia.

watak dan kepribadian seseorang, baik Pendekatan pembelajaran yang tepat secara positif maupun negatif. Pengaruh

dalam Pendidikan Agama Kristen guna positif teknologi dan globalisasi pada

menjembati unsur normatif dan formalitas pribadi manusia telah membawa kehidupan

agama merupakan tugas besar sekolah dan manusia ke taraf kehidupan yang lebih

guru di lapangan. Kurangnya kreativitas mapan menghadapi era globalisasi yang

dan sikap inovatif seorang guru agama berkembang pesat. Akan tetapi pengaruh

menyebabkan pelaksanaan negatif juga tidak dapat dihindarkan dalam

dapat

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen mempengaruhi

bersifat monoton. Pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen salah satu

kehidupan

moral.

pengaruhnya dalam bagian dari disiplin ilmu memiliki materi

sangat

besar

pemahaman materi dalam merealisasikan tujuan nasional

penerimaan

pembelajaran, sebagaimana data dalam pra tersebut di atas. Namun sayang Pendidikan

siklus penelitian tingkat keberhasilan Agama Kristen belum mendapatkan

klasikal sebesar 23,5% (4 siswa). perhatian serius dari pemerintah, dimana

Rendahnya pemahaman materi Sakramen setiap minggunya hanya 2 jam pelajaran.

Perjamuan Kudus masih jauh dari indikator Menurut Tim Pengembang Ilmu

keberhasilan yakni 85%. Pendidikan FIP-UPI, sebagaian besar umat

demontrasi merupakan beragama dalam memandang agamanya

Strategi

pendekatan dalam proses belajar mengajar hanya sebatas masalah ritual dan segi-segi

dapat memberikan pengaruh tiga hal seperti formalitas dalam agama. 1 Seolah apa yang

dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat (2007: disebut agama adalah seperangkat gerakan

39) maksimalisasi pengaruh tubuh terhadap dan bacaan-bacaan serta doa-doa dalam

jiwa, maksimalisasi pengaruh jiwa terhadap ritual sembahyang dan ibadat. Tindakan

proses psikofisik dan psikososial, serta ritual dan segi-segi formalitas agama itu

bimbingan ke arah pengalaman mistik. baru mempunyai makna hakiki jika mampu

Untuk memaksimalkan pengaruh “tubuh”, mengantarkan seseorang kepada tujuannya

banyak metode dapat dikembangkan. Di

sini, kita hanya menyebut berapa saja,

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: Grasindo,

lingkungan fisik yang menyenangkan,

2007), IV: 6

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

penggunaan musik, dan penggunaan benda atau alat yang sesungguhnya ataupun latihan-latihan fisik (physical exercises)

yang berupa tiruan, namun perlu adanya yang menimbulkan kepercayaan diri.

penjelasan lisan.

Penelitian tindakan kelas in berupaya

Teori Belajar Sosial

menemukan model

pendekatan

Suyono dan Hariyanto (2011: 67-68) pembelajaran yang tepat untuk diterapkan menjelaskan tahapan modelling sebagai sebagai metode atau strategi dalam proses

berikut 2 : Atensi, retensi, produksi dan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di

motivasi. Atensi (perhatian) adalah

SMP Negeri 17 Surakarta. Adapun

sesuatu dengan permasalahan penelitian ini adalah: Apakah

mempelajari

secara saksama, penerapan metode demonstrasi dapat berkonsentrasi, jangan banyak hal yang meningkatkan hasil belajar afektif, menganggu pikiran. Retensi (ingatan) psikomotorik dan kognitif pada materi adalah, mengingat apa yang telah Sakramen Perjamuan Kudus bagi peserta diperhatikan dengan seksama tadi. Produksi didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta berarti kita hanya perlu duduk dan semester 2 Tahun 2015/2016? Dengan

memperhatikannya

untuk dapat demikian, maka tujuan penelitian ini jelas, menerjemahkan uraian/deskripsi model ke yaitu: Untuk meningkatkan hasil belajar dalam perilaku aktual. Aspek yag paling afektif, psikomotorik dan kognitif materi penting adalah kemampuan improvisasi Sakramen Perjamuan Kudus bagi peserta dalam membayangkan diri sebagai model. didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta Sedangkan motivasi adalah dorongan semester 2 Tahun 2015/2016 melalui atau alasan-alasan tertentu untuk berbuat metode demonstrasi. meniru model. Dorongan itu bisa dalam

membayangkan

Metode Demonstrasi

bentuk dorongan masa lalu, dorongan yang dijanjikan (insentif) yang dapat kita

Definisi Metode Demonstrasi

bayangkan, dan (iii) dorongan-dorongan Metode demonstrasi adalah proses

(tangible) seperti pembelajaran dengan cara menyajikan

yang

kentara

melihat/mengingat model-model yang patut materi pembelajaran dengan memperagakan

ditiru.

atau mempertunjukkan kepada peserta didik

suatu proses yang sedang dipelajari. Dalam mendemonstrasikan

juga

dapat

2 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan

menggunakan benda atau alat tertentu, baik

Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 67-68

174 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

Manfaat Metode Demonstrasi

1) Guru menyampaikan kompetensi yang Muhibbin Syah mengungkapkan adanya

(Tujuan Pembelajaran faktor

Khusus/TPK)

melatarbelakangi perlunya penggunaan

2) Guru menyajikan gambaran sekilas metode

materi yang akan disajikan. melakukan dan

3) Menyiapkan bahan/alat yang diperlukan, (learning by doing dan experiencing) apa-

mengalami

sendiri

menunjuk salah seorang atau beberapa apa yang dipelajari. 3 Ns. Roymond

siswa untuk mendemonstrasikan semua Simamora menambahkan perihal manfaat

skenario yang telah disiapkan. psikologis metode demonstrasi bahwa: 1)

memperhatikan Perhatian peserta didik dapat lebih

4) Seluruh

siswa

demonstrasi dan menganalisisnya. dipusatkan; 2) Proses belajar peserta didik

5) Tiap siswa mengemukakan hasil terarah pada materi yang sedang dipelajari;

analisanya dan juga pengalaman siswa

3) Pengalaman dan kesan sehingga hasil

didemonstrasikan.

pembelajaran lebih melekat dalam diri

6) Guru bersama siswa membuat simpulan. peserta didik. 4 Dengan kata lain, metode

Hasil Belajar

demonstrasi memberikan

kesempatan

Belajar adalah kegiatan atau aktivitas kepada siswa mengamati tahapan yang akan seorang siswa melalui bimbingan guru, dikerjakannya dalam melakukan sebuah orang tua ataupun mandiri untuk proses atau keterampilan. mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan

Langkah-langkah Metode Demonstrasi

keterampilan. Guru memiliki peran penting Beberapa langkah untuk menerapkan

dalam membantu siswa untuk belajar lebih metode demonstrasi, seperti yang diusulkan

terarah dengan hasil yang lebih baik lagi.

5 oleh Andayani 6 dan Suyatno adalah Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – sebagai berikut:

UPI mengatakan belajar dewasa ini dikonotasikan dengan perubahan tingkah

laku (Change Behavior). 7 Dengan demikian yang dimaksudkan dengan hasil belajar

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 205

dalam penelitian ini adalah perubahan

4 Simamora, Ns. Roymond H. Simamora.. Buku Ajar – Pendidikan dalam Keperawatan (Jakarta:

tingkah laku yang diharapkan dari siswa

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008), 57 5 Andayani, Problema dan Aksioma

(Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2015), 249 6 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif

(Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 127 7 FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 328

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

setelah menjalani aktivitas melalui yang banyak mengendalikan sikap dan bimbingan guru, orang tua ataupun mandiri.

perbuatan siswa.

Berkaitan dengan hasil belajar, ada tiga Ketiga adalah tipe hasil belajar tipe hasil belajar. Pertama, tipe hasil belajar

psikomotorik, yang tampak dalam bentuk kognitif yakni pengetahuan hafalan

keterampilan (skill), kemampuan bertindak termasuk pula pengetahuan yang sifatnya 12 individu. Hasil belajar psikomotorik

faktual, di samping pengetahuan mengenai dalam pencapaiannya diamati melalui hal-hal yang perlu diingat kembali. 8 Tipe

observasi. Cara pandang tepat untuk belajar kognitif dalam pencapaiannya

mengevaluasi keberhasilan belajar yang diukur

berdimensi ranah psikomotorik (rasa krasa) Keberhasilan 13 siswa yang berdimensi adalah observasi. Observasi, dalam hal ini

kognitif (ranah cipta) dapat diukur dengan dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai berbagai cara, tes tertulis maupun tes lisan

peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain, dan perbuatan. 9 dengan pengamatan langsung.

Tipe hasil belajar yang kedua adalah

Sakramen Perjamuan Kudus

afektif, yakni berkenaan dengan sikap dan Sakramen berasal dari bahasa Latin: nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada sacramentum, yang artinya kudus, suci atau siswa dalam berbagai tingkah laku seperti rahasia. Arti lain dari kata sakramen adalah perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

“bahasa isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat motivasi belajar, menghargai guru dan bersifat universal dan menggunakan bahasa

teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-

simbol seperti air, roti, minyak dan juga lain.

Tipe hasil belajar afektif dalam tindakan-tindakan tertentu untuk berbicara pencapaiannya diukur melalui evaluasi secara langsung kepada jiwa kita. Bahasa prestasi afektif. Dalam merencanakan isyarat yang digunakan Tuhan memiliki penyusunan instrumen tes prestasi siswa kuasa untuk mengubah orang yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis

menerimanya.

prestasi internalisasi dan karakteristik

seyogianya dapat perhatian khusus. 11 Latar Belakang

Alasannya, kedua jenis ranah rasa itulah Dalam keyakinan iman Kristen terdapat dua sakramen, yakni Baptisan Kudus dan

8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar

Perjamuan

Kudus; kedua-duanya

Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 50

9 Syah, Psikologi Pendidikan, 151

Sudjana, 53 12 Sudjana, 54 11 Syah, 152

13 Syah, 154

176 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

dilayankan dalam persekutuan jemaat. tubuh-Nya akan diremukkan (lihat Yoh. Sakramen yang dilayankan dalam gereja

19:31-37) dan darah-Nya ditumpahkan merupakan ketetapan yang diperintahkan

dalam kematianNya yang mengerikan. Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya.

Rasul Paulus mengatakan dalam 1 Korintus Tuhan Yesus menetapkan Baptisan Kudus

34, “Inilah tubuhKu yang diserahkan pada peristiwa baptisan di sungai Yordan

bagi kamu; perbuatlah demikian menjadi (Mat. 28 : 19-20). Dan Tuhan Yesus juga

peringatan akan Aku !”

menetapkan Perjamuan Kudus supaya Ketiga, Perjamuan Kudus sebagai dilayankan

perjamuan persekutuan di surga. Ketika “peringatan” akan Dia sampai Ia datang

Tuhan Yesus melaksanakan Perjamuan kembali. (Mat. 26 : 29 ; Mark. 14 : 25 ; 1

Kudus bersama-sama dengan murid- Korit.11 : 26).

muridNya, Ia berkata : “Mulai dari sekarang Aku tidak minum lagi hasil pokok

Fungsi bagi Orang Percaya

anggur ini sampai hari Aku meminumnya, Pertama, perjamuan kudus sebagai

yaitu yang baru bersama-sama dengan pengucapan syukur atas penebusan dosa. kamu dalam Kerajaan B apaKu” (Mat. 26 : Dalam konteks Perjanjian Lama, malam

29 ; Mark. 14 : 25). Perjamuan Kudus Paskah atau yang seringkali dipahami

selain sebagai petunjuk jalan keselamatan dengan istilah Perjamuan Malam Terakhir

orang percaya juga merupakan jalan dirayakan sebagai peringatan kemenangan

percaya dalam Israel dari perbudakan bangsa Mesir.

pengharapan

orang

Perjamuan Kudus di surga bersama Kristus Demikian juga dalam Perjamuan Kudus,

(Why. 2:7; 21:7).

orang percaya mendapatkan undangan dari Keempat, persekutuan dengan sesama

Tuhan Yesus untuk datang dalam pesta orang percaya. Dalam melaksanakan

kemenangan atas dosa dan maut. Perjamuan Kudus, setiap anggota jemaat Kedua, untuk memperingati sengsara atau orang percaya berkumpul bersama dan

dan kematian Kristus. Roti dan anggur merayakan Perjamuan Kudus dengan

sebagai lambang tubuh dan darah Kristus. sukacita bersama. Persekutuan orang

Pada saat Tuhan Yesus melakukan percaya bukan hanya dengan Kristus yang

Perjamuan Malam Terakhir bersama para mati dan yang bangkit, akan tetapi juga

murid-Nya, menurut kesaksian Firman dengan Kristus yang dimuliakan dan

Tuhan (Luk. 19:15-20; 1 Kor. 11:23-34). dengan Kristus yang akan datang kembali. “Tubuh”

Karena itu dasar dari perayaan Perjamuan kematianNya segera di kayu Salib, tatkala

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

Kudus adalah orang percaya yang telah penelitian adalah: teknik dokumentasi, dipersekutukan dengan “Tubuh dan darah”

observasi, wawancara, dan teknik tes (1 Kor. 11 : 23 dst) dan melalui Perjamuan

tertulis. Teknik dokumentasi digunakan Kudus yang mempersekutukan jemaat,

untuk mencatat semua arsip dan dokumen sehingga kita telah menjadi milik Kristus. berupa foto-foto kegiatan, profil SMP

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam Negeri 17 Surakarta, daftar hadir, hasil penelitian ini adalah: Penerapan metode

belajar siswa dan dokumen yang berkaitan demonstrasi dapat meningkatkan hasil

dengan penelitian tindakan kelas ini. belajar afektif, psikomotorik dan kognitif,

Teknik observasi dilaksanakan secara materi Sakramen Perjamuan Kudus bagi

langsung, terfokus dan selektif, dilengkapi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17

dengan format atau blangko pengamatan. Surakarta semester 2 Tahun 2015/2016.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan

METODE

dapat dilakukan melalui tatap muka (face to

Instrumen Penelitian

face) maupun menggunakan telepon. Instrumen observasi dalam penelitian

Teknik tes tertulis digunakan untuk ini berupa lembar observasi terstruktur (hal-

data siswa yang hal yang akan dinilai atau data yang akan

mengumpulkan

berhubungan dengan penguasaan materi dikumpulkan terterah dalam lembar

yang telah diajarkan oleh guru. Tes tertulis observasi).

ini merupakan seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan dokumen-

Instrumen

dokumentasi

disajikan kepada subyek penelitian dalam dokumen yang berkaitan dengan penelitian

bentuk tertulis, baik pada kertas maupun tindakan kelas ini seperti foto-foto kegiatan,

komputer untuk menyelesaikan tugas rekaman,

ataupun dokumen-dokumen

kognitif.

pendukung penelitian. Data yang tersaji dalam penelitian Instrumen tes berupa tes kecil yang

tindakan kelas ini dianalisis secara dilakukan pada saat proses belajar mengajar

kuantitatif dan kualitatif. Analisa data berlangsung. Instrumen tes digunakan

kuantitatif digunakan rumus Paired Sample untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

merupakan prosedur yang dicapai oleh peserta didik.

T-Test ,

yang

digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Prosedur

Teknik Pengumpulan Data

Paired Samples Uji T digunakan untuk Teknik pengumpulan data dalam menguji bahwa tidak atau adanya

178 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

perbedaan antara dua variabel. Dalam mengetahui perlu tidaknya diberi tindakan perhitungan manual Paired-sample t-Test

yaitu penerapan metode pembelajaran menggunakan rumus sebagai berikut :

demonstrasi

untuk meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar tentang

t hitung = 1 2 1 2 2 2

 1  2 sakramen Perjamuan Kudus. Data yang

telah terkumpul ini sebagai bahan acuan bagi peneliti untuk mempertimbangkan

Sedangkan untuk analisa kualitatif, data benar atau tidaknya penerapan strategi dari yang diperoleh menggunakan teknik

pembelajaran demonstrasi pada materi pengumpulan data yang bermacam-macam

sakramen perjamuan kudus. (triangulasi), dan dilakukan secara terus-

Siklus I

menerus sampai datanya jenuh. Dengan Sebelum melaksanakan tindakan dalam

pengamatan yang terus menerus tersebut siklus I, peneliti lebih dahulu melakukan

mengakibatkan variasi data tinggi sekali. perencanaan berdasarkan hasil refleksi pada

Data yang diperoleh pada umumnya adalah

14 kondisi pra siklus. Data-data yang data kualitatif.

didapatkan oleh peneliti pada pra siklus

HASIL PENELITIAN DAN

digunakan untuk menentukan langkah yang

PEMBAHASAN

direncanakan pada Siklus I melalui inovasi

Hasil Penelitian

pembelajaran dengan menggunakan metode

Kondisi Awal

demonstrasi pada materi Formula dan Sebelum

Lambang Perjamuan Kudus. Untuk Tindakan Kelas, peneliti lebih dahulu

mengadakan

Penelitian

mendeskrisikan tindakan penelitian dalam melakukan observasi dan pengumpulan

siklus I, peneliti melakukan perencanaan data dari kondisi awal kelas yang akan

sebagai berikut:

diberikan tindakan yaitu kelas VIII SMP

1. Perubahan Kegiatan Belajar

Negeri 17 Surakarta semester genap tahun Pada siklus I kegiatan belajar mengajar pelajaran 2015/2016. Pengetahuan awal

dengan menggunakan metode demonstrasi diperlukan untuk menentukan langkah yang

pada materi formula dan lambang sesuai dengan yang diharapkan oleh

Perjamuan Kudus. Selain itu peneliti juga peneliti. Melalui data awal ini, peneliti akan

memodifikasi metode pembelajaran yakni metode demonstrasi

dimodifikasikan

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,

dengan metode diskusi. Kegiatan belajar

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung. Alfabeta, 2009), 157

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

yang dilaksanakan

senang terhadap suasana kelas yang telah demonstrasi berjalan baik dan sesuai

dengan

metode

berubah menjadi kondusif dan interaktif dengan yang direncanakan. Salah satu

aktif dan 70,6% peserta didik juga faktor yang mendukung kegiatan belajar

menyatakan senang terhadap kegiatan mengajar berjalan dengan baik, dimana

belajar mengajar di kelas. metode demonstrasi membantu peserta

2. Perubahan pada Siswa

didik untuk menghubungkan materi dengan Pada siklus I terjadi perubahan pada kondisi kehidupan secara nyata. Peserta

siswa ke arah cukup baik apabila dibanding didik rata-rata menyatakan kegiatan belajar

pada kondisi pra siklus. Dari hasil capaian mengajar dengan menggunakan metode

ketuntasan belajar siswa pada siklus I demonstrasi memudahkan peserta didik

mengalami peningkatan di banding dengan memahami

kondisi pra siklus. Berdasarkan hasil Perjamuan Kudus yang digunakan dalam

capaian siklus I perlu melakukan analisa ibadah sakramen Perjamuan Kudus di

capaian range interval keberhasilan gereja. Selain itu, metode demonstrasi

ketuntasan belajar maka peneliti melakukan memudahkan

analisa Decriptive Kriteria Ketuntasan memahami dan mengetahui secara jelas

Belajar Siklus I sehingga didapatkan materi pembelajaran.

gambar berikut ini:

Peserta didik yang dulunya belum

Tabel 1: Decriptive

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

Descriptives

Pendidikan Agama Kristen, dengan

Statistic Std. Error

Mean

digunakannya metode demonstrasi terjadi

perubahan motivasi pada peserta didik.

Confidence

Interval for

Peserta didik mulai menyenangi kegiatan

5% Trimmed Mean 74.35

belajar Pendidikan Agama Kristen. Hal ini

ditunjukkan dari sikap peserta didik dimana

Siklus I

Std. Deviation

64,7% peserta didik menyatakan senang

terhadap materi pembelajaran formula dan

Maximum

16 lambang Perjamuan Kudus. Selain daripada

Range

Interquartile Range 10

itu peserta didik juga menyatakan senang

Skewness

terhadap suasana kelas 1.063 yang terjadi

Kurtosis

interaktif aktif diantara peserta didik.

Dimana 70,6% peserta didik menyatakan

180 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

Dari hasil tabel di atas didapatkan tabel capaian mudah dikendalikan oleh guru, sedang Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus I berikut:

memudahkan guru memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran. Dimana

Tabel 2 Capaian Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus I

64,7% peserta menyatakan senang terhadap Interval

Kategori Capaian Keterangan materi yang disampaikan guru melalui Capaian KKM 64 – 69

Belajar Siklus I

metode demonstrasi.

Rendah Faktor selanjutnya dimana guru Capaian KKM

70 – 75 – Belajar Siklus I berusaha cara mengajar, dimana rata-rata

Capaian KKM peserta didik menyatakan senang dengan

(sedang

76 – 80 Belajar Siklus I

menuju ke

cara guru mengajar yakni sebanyak 52,9%. Tinggi

tinggi)

Faktor berikutnya adalah kegiatan belajar Dengan

mengajar lebih kondusif, aktif dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I, guru

memperhatikan

capaian

interaktif. Hal ini dibuktikan bahwa berusaha melakukan inovasi pembelajaran

sebanyak 70,6% peserta didik menyatakan dengan cara melakukan modifikasi metode

senang terhadap kegiatan belajar mengajar. pembelajaran yakni memodifikasi metode

Berdasarkan kondisi pada siklus I yang demonstrasi dengan metode diskusi.

belum memenuhi indikator keberhasilan Melalui metode diskusi guru memberikan

(85%) maka peneliti memandang perlu kesempatan kepada peserta didik untuk

adanya tindakan penelitian selanjutnya. saling bertukar pendapat mengenai

Siklus II

demonstrasi yang dilakukan guru. Selain itu peserta didik juga bertukar pendapat

pengamatan yang tentang materi pelajaran formula dan

Dari

hasil

berdasarkan data observasi, wawancara, dokumen dan evaluasi hasil belajar maka

lambang Perjamuan Kudus. peneliti mengadakan refleksi pada siklus II

3. Perubahan pada Guru

Pada siklus I terjadi perubahan pada

sebagai bahan pertimbangan berhasil tidaknya penelitian

untuk

digunakan

guru ke arah cukup baik yang disebabkan yang dilakukan. Penelitian dikatakan

oleh beberapa faktorseperti diterapkannya metode demonstrasi yang memudahkan

berhasil apabila memenuhi atau di atas indikator

keberhasilan penelitian, guru

dalam menyampaikan

materi

sedangkan penelitian dikatakan tidak pembelajaran. Metode demonstrasi ini juga

dimodifikasi dengan metode diskusi berhasil apabila tidak memenuhi indikator kelompok sehingga suasana kelas lebih

keberhasilan dan perlu dilakukan tindak lanjut dalam siklus berikutnya.

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

1. Perubahan Kegiatan Belajar Mengajar

keseluruhan peserta didik. Sikap antusias Pada siklus II kegiatan belajar mengajar

dan keaktifan dalam belajar di kelas dengan menggunakan metode demonstrasi

semakin meningkat baik. Dalam kegiatan pada materi makna dan prosesi ibadah

pembelajaran yang semakin diperkaya Perjamuan Kudus. Guru mengajar dengan

metode dan pendekatannya semakin menggunakan metode demonstrasi yang

menambah pengetahuan dan pengalaman dimodifikasi dengan metode diskusi

peserta didik terhadap kondisi nyata kelompok, dengan pendekatan tanya jawab,

kehidupan.

curah pendapat, umpan balik, dan Berdasarkan capaian hasil belajar pada penugasan baik secara pribadi maupun

siklus II yang memberikan deskripsi kelompok. 94,1% peserta didik menyatakan

tentang perubahan kegiatan belajar senang terhadap materi pembelajaran,

mengajar secara rata-rata prosentase karena mereka ingin tahu prosesi ibadah

sebesar 88,2% - 100%, ini berarti telah Perjamuan Kudus yang didemontrasikan

melampaui indikator keberhasilan 85%. oleh guru. Sikap keingintahuan peserta

Dengan memperhatikan hasil siklus II yang didik yang demikian menumbuhkan sikap

telah melampaui target pencapaian lebih kritis dan fokus terhadap pembelajaran.

dari indikator keberhasilan yakni 85% maka Sebanyak 100% atau keseluruhan

peneliti memandang penelitian tindakan peserta didik menyatakan senang dengan

kelas pada perubahan kegiatan belajar cara guru mengajar. Cara guru mengajar

mengajar dikategorikan berhasil. secara kreatif dan inovatif. Pola pengajaran

2. Perubahan pada Siswa

dengan metode

Pada siklus II adanya perubahan siswa dimodifikasi dengan metode diskusi

demonstrasi

yang

yang semakin lebih baik jika dibanding kelompok

dengan siklus I. Perubahan pada siswa pendekatan tanya jawab, curah pendapat,

dikarenakan peserta didik menyatakan umpan balik dan penugasan baik pribadi

senang terhadap sikap fair guru dalam maupun kelompok.

menilai. Sebanyak 88,2% peserta didik Suasana kelas yang begitu mendukung

menyatakan senang dengan cara penilaian dan kondusif sehingga tercipta iklim belajar

guru. Cara penilaian guru yang benar ini yang sehat. Peserta didik sebanyak 88,2%

membuat daya saing pencapaian hasil menyatakan senang terhadap iklim kelas

belajar berjalan dengan sehat dan fair. yang sehat. Faktor berikutnya adalah

Berdasarkan evaluasi belajar siklus II kegiatan pembelajaran yang disenangi oleh

diperoleh rata-rata kelas 80,6 dimana di atas

182 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

rata-rata KKM mata pelajaran Pendidikan Siklus II sehingga didapatkan tabel 4.30. di Agama Kristen (KKM = 75). Dari peserta

bawah ini.

didik yang berjumlah 17 orang, 15 peserta Tabel 4 Capaian Kriteria didik mendapatkan nilai ≥ KKM (sama Ketuntasan Belajar

dengan lebih besar dari KKM), sedangkan 2

Kategori Capaian Keterangan peserta didik mendapatkan nilai di bawah

Interval

Capaian KKM

Belajar Siklus II KKM. Dengan demikian rata-rata tingkat

Rendah keberhasilan siswa dalam mencapai

Capaian KKM

Belajar Siklus II ketuntasan belajar sebesar 88,2% ini berarti

Sedang 3,2% di atas indikator keberhasilan belajar.

Capaian KKM 83,01 - 84,54

Belajar Siklus II Dari hasil ketuntasan belajar siswa pada

Tinggi (tinggi) siklus II mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan kondisi siklus I.

3. Perubahan pada Guru

Berdasarkan hasil capaian siklus II perlu Pada siklus II perubahan pada guru melakukan analisa capaian range interval

semakin mengalami peningkatan apabila keberhasilan ketuntasan belajar maka

dibandingkan dengan siklus I, hal ini peneliti melakukan analisa Decriptive

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor Kriteria Ketuntasan Belajar Siklus II

utamanya adalah, dikarenakan guru sehingga didapatkan tabel berikut:

menggunakan metode demonstrasi yang

Tabel 3

dimodifikasi dengan metode diskusi serta

Descriptives digunakannya pendekatan tanya jawab, Statistic

curah pendapat, umpa balik dan penugasan Mean

Std. Error

baik secara pribadi maupun kelompok. Confidence

95% Lower Bound 83,01

Dampak dari peningkatan kualitas mengajar Upper Bound 84.54

Interval for

Mean

guru dapat dilihat bahwa rata-rata untuk 5% Trimmed Mean

kegiatan mengajar guru sebesar 90,6%

81.00 Ketuntasan

Kriteria Median

Variance

menyatakan baik.

Belajar

Std. Deviation

Siklus II

Materi pelajaran tentang makna dan Minimum

85 prosesi ibadah Perjamuan Kudus yang

Maximum

12 disampaikan dengan menggunakan metode Interquartile Range

Range

demonstrasi telah merangsang motivasi

Dari hasil tabel deskriptif di atas dibuatlah .550

Skewness

peserta didik untuk memiliki sikap senang tabel capaian Kriteria Ketuntasan Belajar

terhadap materi pelajaran. Peserta didik

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

kategori cukup (60 – 69) dikarenakan menyatakan senang terhadap materi

dengan rata-rata

prosentase 94,1%

17,6% yang tuntas atau 3 orang yang pembelajaran. Tingkat prosentase 88,2%

mencapai ketuntasan belajar. peserta didik yang menyatakan senang

2. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar terhadap suasana kelas menunjukkan

yang diperoleh peserta didik adalah tingkat

74,2 termasuk dalam kategori baik (70 – menciptakan iklim belajar yang sehat. Guru

79) dikarenakan 47,1% yang tuntas atau dapat mengatasi keributan dalam kelas,

sekitar 8 orang mencapai ketuntasan guru dalam menangani peserta didik yang

belajar.

terlalu aktif sehingga peserta didik dapat

3. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar fokus terhadap materi pelajaran. Terlebih

yang diperoleh peserta didik adalah lagi dalam demonstrasi prosesi ibadah

80,6 termasuk kategori sangat baik (80 Perjamuan Kudus, peserta didik secara

– 100) dikarenakan 88,2% yang tuntas sadar dan khidmat peserta didik mengikuti

atau sekitar 15 orang mencapai prosesi ibadah Perjamuan Kudus di kelas.

belajar. Keberhasilan Berdasarkan kondisi pada siklus II

ketuntasan

pencapaian ketuntasan belajar siswa perubahan

lebih besar dari indikator keberhasilan memuaskan dimana rata-rata prosentase

yakni 85%. Jadi pelaksanaan tindakan keberhasilan guru dalam melaksanakan

pada siklus II dinyatakan berhasil dalam kegiatan belajar mengajar sebesar 90,6%,

mencapai ketuntasan belajar kognitif. hal ini di atas prosentase rata-rata indikator

Berdasarkan data nilai yang diperoleh dari keberhasilan yang artinya penelitian

hasil evaluasi sebelum tindakan (pra siklus) tindakan

dan setelah diadakan tindakan pada Siklus I perubahan pada guru.

telah

berhasil melakukan

dan Siklus II, dapat dibuat rekapitulasi nilai evaluasi pelajaran Agama Kristen peserta

Hasil Belajar Kognitif

didik Kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta Untuk mengetahui peningkatan hasil

semester genap tahun pelajaran 2015/2016 belajar bidang kognitif peserta didik

adalah seperti ditunjukkan pada tabel sebelum tindakan dan setelah tindakan,

berikut ini:

maka dibuat rekapituasi nilai Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II sebagai berikut:

1. Pada pra siklus nilai rata-rata adalah

61,7 dengan demikian kondisi awal

pada hasil belajar peserta didik adalah

184 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

Tabel 5: Rekapitulasi Hasil Belajar Materi peserta didik yang mencapai nilai di Perjamuan Kudus Dengan Metode Demonstrasi

Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 17 atas KKM sebanyak 3 peserta didik Surakarta Pra-Siklus, Siklus I,

(17,6%). Untuk itu perlu diadakan dan Siklus II

perbaikan pembelajaran dengan metode

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

No

Nilai demonstrasi.

N Persen

N Persen N Persen

1 ≥ 80 - 0,0% 2 47% 15 88,2%

2. Hasil siklus I sebanyak 8 peserta didik

2 70 - 79 5 29,4% 11 13% 2 11,8%

(47,1%) tuntas, sedangkan 9 peserta

4 50 - 59 didik (52,9%) peserta didik belum 7 41,2% - - - 0,0%

tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan Jumlah 17 100%

terhadap ketuntasan belajar peserta

Adapun rekapitulasi ketuntasan peserta didik, namun masih di bawah 85%, didik dalam pembelajaran Pendidikan

untuk itu perlu diadakan lagi perbaikan Agama Kristen materi Perjamuan Kudus

pembelajaran pada siklus II. melalui penerapan metode demonstrasi bagi

3. Hasil siklus II adalah sebanyak 15 siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta

peserta didik (88,2%) tuntas, sedangkan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016

2 peserta didik (11,8%) belum tuntas. dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan belajar peserta didik.

Tabel 6: Rekapitulasi Ketuntasan Peserta didik Materi Perjamuan Kudusmelalui Penerapan

Ketuntasan belajar 88,2% berada di atas Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas

85% menandakan bahwa perbaikan

Pra Siklus VIII SMP Negeri 17 Surakarta Siklus I Siklus II pembelajaran pada siklus II dengan Kriteria

N Persen N Persen

Persen

menggunakan metode demonstrasi

Tuntas

dinyatakan berhasil. Nilai

Belum Hasil Belajar Bidang Afektif

Tuntas

Nilai 14 82,4% 9 52,9% 2 11,8%

Peningkatan hasil belajar bidang afektif (≤ 74) peserta didik sebelum tindakan dan setelah

tindakan dijelaskan berikut ini:

Pra siklus hasil pencapaian afektif Dari tabel 6 dapat dijelaskan,

adalah 8,2%, dengan demikian kondisi awal

1. Diperoleh hasil yang tidak memuaskan pada hasil belajar peserta didik adalah gagal

dimana 14 peserta didik (82,4%) belum dikarenakan berada di bawah indikator

tuntas, karena nilai hasil belajarnya di keberhasilan. Pada siklus I, hasil

bawah KKM, yaitu 75. Sedangkan pencapaian secara afektif adalah 14,1%

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

dengan demikian kondisi siklus I masih demikian terjadi peningkatan sebesar 5,9%, dikategorikan gagal dikarenakan 70,9% di

kendati demikian masih di bawah indikator bawah indikator keberhasilan. Pada siklus

keberhasilan afektif yakni 85%.

II, rata-rata hasil belajar yang diperoleh Hasil pencapaian afektif peserta didik peserta didik adalah 92,4% dengan

materi Perjamuan Kudus melalui penerapan demikian kondisi siklus II dikategorikan

metode demonstrasi pada kondisi siklus II berhasil karena melampaui indikator

mendapatkan prosentase 92,4%. Dengan keberhasilan yakni 7,4% di atas indikator

demikian terjadi peningkatan sebesar keberhasilan. Jadi pelaksanaan tindakan

78,3%, hasil pencapaian afektif pada siklus pada siklus II dinyatakan berhasil dalam

II melampaui indikator keberhasilan afektif mencapai ketuntasan belajar afektif. Setelah

yakni 85%.

diadakan tindakan pada Siklus I dan Siklus Hasil pencapaian afektif pada siklus II

II, dapat dibuat rekapitulasi pencapaian mengalami peningkatan dari hasil siklus- secara afektif pelajaran Agama Kristen

siklus sebelumnya yaitu siklus I dan pra peserta didik Kelas VIIISMP Negeri 17

siklus. Jadi penerapan metode demonstrasi Surakarta semester genap tahun pelajaran

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama 2015/2016 sebagai berikut:

Kristen dengan materi Perjamuan Kudus tiap aspek peningkatan pencapaiannya

Tabel 7: Rekapitulasi Pencapaian Afektif disajikan pada tabel 8 berikut:

Prosentase Prosentase Prosentase Indikator Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Tabel 8: Peningkatan Pencapaian Afektif

Kemampuan

Peserta didik Pra Siklus, Siklus I, dan

afektif siswa

Siklus II Materi Perjamuan Kudus

Melalui Penerapan Metode

Hasil pencapaian afektif peserta didik

Prosen Pening Indikator Keberhasilan

Siklus

Selisih

katan Afektif materi Perjamuan Kudus pada kondisi pra

tase

siklus mendapatkan prosentase 8,2%. Ini

berarti masih berada di bawah indikator

2 Siklus I 14,1%

85% (-70,9%)

keberhasilan afektif yakni 85%. Siklus 3 92,4% 78,3%

II

Hasil pencapaian afektif peserta didik

materi Perjamuan Kudus melalui penerapan Data pada tabel 8 di atas merupakan metode demonstrasi pada kondisi siklus I

rekapitulasi pencapaian afektif materi mendapatkan prosentase 14,1%. Dengan

Perjamuan Kudus melalui penerapan

186 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

metode demonstrasi pra siklus, siklus I, dan penelitian ini. Hasil pencapaian afektif siklus II. Uraian tabel di atas dapat

peserta didik materi Perjamuan Kudus diketahui bahwa pada dasarnya dengan

melalui penerapan metode demonstrasi adanya proses pembelajaran dalam tindakan

telah melampaui indikator keberhasilan penelitian

(85%) yakni sebesar 92,4%. pencapaian afektif materi Perjamuan Kudus

ini menunjukkan

bahwa

Hasil Belajar Bidang Psikomotorik

pada peserta didik Kelas VIII SMP Negeri Untuk mengetahui peningkatan hasil

17 Surakarta mengalami peningkatan baik. belajar bidang psikomotorik peserta didik

Hal ini menunjukkan peningkatan yang sebelum tindakan dan setelah tindakan,

baik dari tahap pra siklus sampai dengan maka dibuat rekapituasi nilai Pra Siklus,

siklus II dalam pelaksanaan tindakan Siklus I, dan Siklus II sebagai berikut:

Tabel 9: Rekapitulasi Hasil Belajar Bidang Psikomotorik Pra Siklus, Siklus I, & Siklus II Materi Perjamuan

Kudus Kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta

Perbaikan Siklus No.

Pra

Nama Kegiatan

I II Mengikuti ibadah Perjamuan Kudus

1 dengan khidmat Melakukan doa permohonan

pengampunan dosa sebelum menerima 29,4%

2 Perjamuan Kudus Berdoa secara pribadi setelah

3 menerima sakramen Perjamuan Kudus Memiliki komitmen bertingkah laku

baik setelah menerima sakramen

4 Perjamuan Kudus

Berdasarkan tabel 9 di atas dapat 62,9%di bawah indikator pencapaian dijelaskan perolehan data sebagai berikut:

psikomotorik yakni 85%. Pada

Pada siklus I pencapaian psikomotorik psikomotorik peserta didik materi

peserta didik materi Perjamuan Kudus Perjamuan Kudus sebesar 22,1dengan

sebesar 38,2%dengan demikian kondisi demikian kondisi awal pada hasil belajar

awal pada hasil belajar peserta didik peserta didik adalah gagal dikarenakan

adalah gagal dikarenakan 46,8%di bawah

Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

indikator pencapaian psikomotorik yakni Dari tabel 10 di atas dapat dijelaskan 85%.

sebagai berikut:

Hasil pencapaian psikomotorik peserta psikomotorik peserta didik materi

Pada siklus

II pencapaian

didik materi Perjamuan Kudus pada Perjamuan Kudus sebesar 85,3%dengan

siklus mendapatkan demikian kondisi awal pada hasil belajar

kondisi

pra

prosentase 22,10%. Ini berarti masih peserta didik adalah gagal dikarenakan

berada di bawah indikator keberhasilan 0,3%di atas indikator pencapaian

psikomotorik yakni 85%. psikomotorik yakni 85%.

Hasil pencapaian psikomotorik peserta Keberhasilan

didik materi Perjamuan Kudus melalui psikomotorik peserta didik materi

pencapaian

penerapan metode demonstrasi pada Perjamuan Kudus di atas indikator

kondisi siklus I mendapatkan prosentase keberhasilan

demikian terjadi pelaksanaan tindakan pada siklus II

peningkatan sebesar 16,1%, kendati dinyatakan berhasil dalam mencapai

demikian masih di bawah indikator ketuntasan belajar psikomotorik.

keberhasilan psikomotorik yakni 85%. Berdasarkan data nilai yang diperoleh

Hasil pencapaian psikomotorik peserta dari hasil evaluasi sebelum tindakan (pra

didik materi Perjamuan Kudus melalui siklus) dan setelah diadakan tindakan

penerapan metode demonstrasi pada pada Siklus I dan Siklus II, dapat dibuat

kondisi siklus II mendapatkan prosentase rekapitulasi nilai evaluasi pelajaran

demikian terjadi Agama Kristen peserta didik Kelas

Dengan

peningkatan sebesar 47,1%, hasil VIIISMP Negeri 17 Surakarta semester

pencapaian afektif pada siklus II genap tahun pelajaran 2015/2016 adalah

melampaui indikator keberhasilan afektif sebagai berikut:

yakni 85%.

Tabel 10 Hasil pencapaian afektif pada siklus II Tabel 10: Rekapitulasi Pencapaian Psikomotorik Peserta Didik Materi Perjamuan

mengalami peningkatan dari hasil siklus- Kudusmelalui Penerapan

siklus sebelumnya yaitu siklus I dan pra Metode Demonstrasi Bagi Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta siklus.Jadi penerapan metode demonstrasi

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama

Indikator

Prosentase Prosentase Prosentase

Kristen dengan materi Perjamuan Kudus Kemampuan Psikomotorik

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

tiap aspek peningkatan pencapaiannya

siswa telah 22,1%

disajikan pada tabel 11 berikut:

mencapai 85%

188 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

Tabel 11: Peningkatan Pencapaian Berdasarkan temuan pada penelitian Psikomotorik Peserta didik Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II Materi ini maka dapat diterangkan perkembangan Perjamuan Kudus Melalui

dari sebelum perbaikan (pra siklus), siklus Penerapan Metode Demonstrasi

I, dan siklus II sebagai berikut:

N Prosen Pening

Indikator

o Siklus tase katan Keberhasilan Selisih

Uji Hipotesa Tindakan Pertama

Psikomotik

Hipotesis tindakan pertama mencoba

menjawab penerapan metode demonstrasi

dapat meningkatkan hasil belajar afektif

peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta. Pencapaian afektif peserta

Data pada tabel 4.42. di atas didik materi Perjamuan Kudus pada

merupakan rekapitulasi

pencapaian

siklus mendapatkan psikomotorik materi Perjamuan Kudus

kondisi

pra

prosentase 8,2%. Ini berarti masih berada melalui penerapan metode demonstrasi

di bawah indikator keberhasilan afektif pra siklus, siklus I, dan siklus II. Uraian

yakni 85%.

tabel di atas dapat diketahui bahwa pada Penerapan metode

pembelajaran dasarnya

demonstrasi memberikan hasil pencapaian pembelajaran dalam tindakan penelitian

afektif peserta didik materi Perjamuan ini menunjukkan bahwa pencapaian

Kudus pada kondisi siklus I sebesar psikomotorik

materi

Perjamuan

demikian terjadi Kuduspada peserta didik Kelas VIII SMP

Dengan

peningkatan sebesar 5,9%, kendati Negeri

17 Surakarta

mengalami

demikian masih di bawah indikator peningkatan baik.

keberhasilan afektif yakni 85%. Hal ini menunjukkan peningkatan

Pada saat siklus II penerapan metode yang baik dari tahap pra siklus sampai

pembelajaran demonstrasi memberikan dengan siklus II dalam pelaksanaan

hasil pencapaian afektif peserta didik tindakan penelitian ini. Hasil pencapaian

materi Perjamuan Kudus sebesar 92,4%. psikomotorik peserta didik materi

Dengan demikian terjadi peningkatan Perjamuan Kudus melalui penerapan

sebesar 78,3%, hasil pencapaian afektif metode demonstrasi telah melampaui

pada siklus II melampaui indikator indikator keberhasilan (85%) yakni

keberhasilan afektif yakni 85%. sebesar 85,3%.

189 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017

Berdasarkan hasil penelitian ini maka 0,3%di atas indikator pencapaian hipotesis tindakan yang mengatakan

psikomotorik yakni 85%. “Penerapan metode demonstrasi dapat

Berdasarkan hasil penelitian ini maka meningkatkan hasil belajar afektif materi

hipotesis tindakan yang mengatakan Sakramen Perjamuan Kudus bagi peserta

Penerapan metode demonstrasi dapat didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta

meningkatkan hasil belajar psikomotorik semester 2 Tahun 2015/2016 ” terbukti

materi Sakramen Perjamuan Kudus bagi kebenarannya.

peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta semester 2 Tahun 2015/2016 ”

Uji Hipotesa Tindakan Kedua

terbukti kebenarannya. Hipotesis tindakan kedua mencoba

menjawab penerapan metode demonstrasi

Uji Hipotesa Tindakan Ketiga

dapat meningkatkan hasil belajar

pembelajaran Pendidikan psikomotorik peserta didik kelas VIII

Hasil

Agama Kristen Agama Kelas VIII materi SMP Negeri 17 Surakarta. Pada pra siklus

Perjamuan Kudus pada kondisi awal pencapaian psikomotorik peserta didik

diperoleh hasil yang tidak memuaskan materi Perjamuan Kudus sebesar 22,1

yakni sebanyak 17,6% peserta didik dengan demikian kondisi awal pada hasil

dinyatakan tuntas. Pada hasil siklus I belajar peserta didik adalah gagal

adalah sebanyak 9 peserta didik atau dikarenakan 62,9%di bawah indikator

52,9% peserta didik belum tuntas. pencapaian psikomotorik yakni 85%.

II Pada siklus I pencapaian psikomotorik

Sedangkan

pada siklus

mendapatkan hasil sebanyak 15 peserta peserta didik materi Perjamuan Kudus

didik atau 88,2% tuntas. Hal ini berarti sebesar 38,2%dengan demikian kondisi

ada peningkatan terhadap ketuntasan awal pada hasil belajar peserta didik

belajar peserta didik. Ketuntasan belajar adalah gagal dikarenakan 46,8%di bawah

88,2% yang berada di atas 85% indikator pencapaian psikomotorik yakni

bahwa perbaikan 85%.

menandakan

pembelajaran pada siklus II dengan Pada

metode demonstrasi psikomotorik peserta didik materi

siklus

II pencapaian

menggunakan

dinyatakan berhasil.

Perjamuan Kudus sebesar 85,3%dengan Berdasarkan hasil penelitian ini maka demikian pada siklus II hasil belajar

hipotesis tindakan yang mengatakan: peserta didik adalah berhasil dikarenakan

“Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar kognitif materi

190 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)

Rifai – Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen…

Sakramen Perjamuan Kudus bagi peserta

penelitian ini didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta

semester 2 Tahun 2015/2016 ” terbukti

bagi siswa: Melalui kebenarannya.

Pertama,

penelitian ini siswa memotivasi diri untuk mencapai hasil belajar dengan maksimal

KESIMPULAN

melakukan ibadah sakramen Dari penelitian tindakan kelas yang

dan

Perjamuan Kudus di gerejanya masing- telah dilaksanakan pada siswa kelas VIII

masing dengan khidmat. SMP Negeri 17 Surakarta semester 2

Kedua, bagi guru: Melalui penelitian Tahun 2015/2016, maka dapat ditarik

guru mampu kesimpulan sebagai berikut :

ini

diharapkan

mengembangkan model pembelajaran Pertama,

dengan

menggunakan