IRADIASI SINAR GAMMA PADA TELUR AYAM BROILER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN (KAJIAN DOSIS IRADIASI DAN PENYIMPANAN SUHU 4°C) Gamma Ray Irradiation on Broiler Chicken Eggs For Improving Food Safety (Study of Dosage Irradiation and Storage at 4°C

  

IRADIASI SINAR GAMMA PADA TELUR AYAM BROILER SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN (KAJIAN DOSIS IRADIASI DAN

PENYIMPANAN SUHU 4°C)

  

Gamma Ray Irradiation on Broiler Chicken Eggs For Improving Food Safety

(Study of Dosage Irradiation and Storage at 4°C)

  1

  1 Abdul Jabar Jordana Kalfat *, Elok Zubaidah

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email : abdjabarjk@gmail.com

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iradiasi dan suhu dingin terhadap jumlah bakteri patogen pada telur ayam boiler. Penelitian ini mengunakan telur segar yang kemudian diiradiasi dengan dosis 0, 1, 2, dan 3 kGy dan disimpan pada suhu ± 4°C. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan 2 faktor. Faktor 1 Terdiri dari 4 Level yaitu dosis iradiasi sinar gamma dan faktor II terdiri dari 2 Level yaitu waktu penyimpanan pada suhu dingin, sehingga didapatkan 8 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, kemudian dibandingkan dengan hasil uji mikrobiologi pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil penelitian total

  6

  mikoba kontaminan pada analisis angka lempeng total mengalami penurunan dari 5.50 x 10

  1

  cfu/g menjadi 1.80 x 10 cfu/g, bakteri Escerichia coli dari 64 MPN/g menjadi 3 MPN/g, dan

  

Salmonella tidak ditemukan pada sampel yang diuji. Penelitian ini juga menunjukan, semakin

  tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang dipakai, jumlah mikroorganisme yang ada pada sampel uji semakin menurun. Kata Kunci: Angka Lempeng Total, Escerichia Coli, Iradiasi Sinar Gamma, Salmonella

  

ABSTRACT

Text This study aims to determine the effect irradiation and cold temperatures on the

number of pathogenic bacteria on chicken eggs. This study used fresh eggs which are

irradiated with doses of 0, 1, 2, and 3 kGy and stored at ± 4°C. The method use descriptive

quantitative by 2 factors. Factor 1 consists of four level Gamma ray irradiation dose and the

second factor consisted of two levels, the time of storage at cold temperatures, so it have 8

treatment combinations.Treatment is repeated 3 times, then compared with the results of

microbiological tests on the Indonesian National Standard (SNI). Based on study results of

  6

  1

the total of microbial contaminants decreased from 5.50 x 10 cfu/g to 1.80 x 10 cfu/g,

Escerichia coli from 64 MPN/g become 3 MPN/g, and Salmonella was not found on the

tested samples. The study also revealed, more higher dose of gamma irradiation was used,

the smaller the number of bacteria exist in the sample.

  Keywords: Escerichia Coli, Gamma Irradiation, Salmonella, Total Plate Count

PENDAHULUAN

  Bakteri Salmonella dan Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama, yang dapat mengkontaminasi telur ayam, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan penyakit pada manusia terutama bagi orang tua, anak-anak, dan orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang rendah [1]. Escherichia coli dan Salmonella dapat ditularkan secara horizontal dari satu ayam ke ayam lainnya dalam satu kandang, maupun secara vertikal melalui telur yang dikeluarkan oleh induknya yang bersifat carrier [2]. Salmonella dan Escherichia coli yang menempel di kulit telur ini bisa masuk ke dalam telur menembus lapisan kutikula yang menutupi lapisan pori-pori [3].

  Jumlah keracunan makanan yang disebabkan karena mengkonsumsi telur ayam di Amerika Serikat berkisar 2000

  • –2500 kasus [4]. Laporan lain juga menunjukkan 1316 kasus keracunan makanan terjadi di Eropa akibat mengkonsumsi telur [5]. Di Indonesia meskipun datanya sangat terbatas, cukup banyak kasus keracunan karena mengkonsumsi telur ayam yang dapat kita temui di media masa. Hal ini menarik minat peneliti untuk memanfaatkan radiasi pengion yaitu sinar gamma untuk memastikan telur ayam broiler yang akan kita konsumsi terbebas dari kontaminasi mikroba patogen terutama bakteri Salmonella dan

  

Escherichia coli. Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa iradiasi merupakan

  salah satu cara yang efektif dalam mengendalikan bakteri patogen seperti bakteri

  

Salmonella, Campylobacter, Escherichia coli, dan Clostridium yang ada pada bahan pangan

[6, 7].

  Beberapa keunggulan teknik iradiasi sinar gamma adalah, tidak meninggalkan residu kimia dan tidak menyebabkan makanan menjadi radioaktif [8]. Iradiasi juga tidak menaikkan suhu secara signifikan, sehingga tidak mempengaruhi kesegaran dan tidak memerlukan bahan pengemas yang tahan panas. Radiasi akan memecah ikatan kimia pada

  

Deoxyribonucleic acid (DNA) dari mikroba patogen, dengan terpecahnya ikatan kimia DNA

  mikroba patogen, maka mikroba patogen tidak mampu memperbaiki DNA yang rusak, sehingga akan menyebabkan kematian pada sel mikroba [9]. Penggunaan iradiasi sinar gamma dengan laju dosis radiasi sinar 4 kGy pada telur ayam mampu mengeliminasi bakteri

  

Escherichia coli dan Salmonella lebih dari 90% dari populasi awal [10]. Namun penelitian

  yang lain melaporkan, penggunaan iradiasi diatas 3 kGy akan mempengaruhi sifat fungsional dari telur, antara lain penurunan viskositas putih telur, viskositas kuning telur, daya larut protein dan warna dari kuning telur. Iradiasi yang dikombinasikan dengan penyimpanan suhu dingin 4°C, diharapkan dapat mengurangi dosis iradiasi sinar gamma, sehingga keamanan dari segi mikrobiologis dapat terpenuhi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah telur ayam broiler segar yang diambil di peternakan Makmur di daerah Lebak Bulus Jakarta Selatan. Sebagai bakteri kontrol yang digunakan adalah bakteri S. Typhimurium dan E. coli 0157, yang merupakan koleksi dari laboratorium bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serpong.

  Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain media agar nutrien (Oxoid), Brilliant Green Agar (Oxoid), Buffered Peptone Water 0.10%, pereaksi indol dan media pembenihan indol (Merck), semi-solid Nutrient Agar, Tetrathionate Brilliant Green

  Broth (Oxoid), Methyl Red

  • – Voges Proskauer Medium (Merck), Hektoen Enteric Agar

  (Merck), Plate Count Agar (Merck), Escherichia Coli Broth (Merck) semua media dibeli dari Laboratorium Mikrobiologi Pangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Serpong.

  Alat

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini Iradiator Panorama Serba Guna dengan sumber radiasi gamma berasal dari radioisotop Co-60 dengan aktivitas 4 kGy/jam, timbangan digital (Mettler tipe AL204), mikro pipet (socorex tipe Acura 825), shaker (Julabo tipe SW22), inkubator (Binder tipe L7053099003101), autoklaf (Autoklaf tipe HL36AE ), Vortex, kulkas (Gacio tipe non CFC), laminar air flow (Captair Bio by Erlab), pH meter (Eutech Instrument tipe 510), nanodrop (Nanodrop/ND-1000), shaker water bath (Sorvall RC).

  Metode Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 2 faktor.

  Faktor 1 Terdiri dari 4 Level yaitu dosis iradiasi sinar gamma (0 kGy, 1 kGy, 2 kGy, dan 3 kGy) dan faktor II terdiri dari 2 Level yaitu waktu penyimpanan pada suhu 4 C (0 hari dan 6 hari), sehingga didapatkan 8 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan kemudian hasil percobaan dibandingkan dengan hasil uji mikrobiologis pada Standar Nasional Indonesia nomor 3926 tentang telur ayam segar untuk konsumsi.

  Prosedur Analisis

  1. Iradisi Sinar Gamma

  Telur ayam broiler dimasukkan ke dalam kotak yang berisi es. Telur tersebut di bungkus dengan plastik tersegel. Plastik yang berisi sebutir telur tersebut kemudian diberi label dosis radiasi dan waktu penyimpanan. Pada tahap awal penyinaran, dilakukan stabilisasi radiator sinar gamma dengan sumber radiasi Kobalt-60. Setelah semua rancangan peralatan dianggap stabil, sampel dimasukkan pada wadah berisi es dan kemudian disinari dengan dosis penyinaran 1 kGy, 2 kGy, 3 kGy dengan waktu paparan radiasi masing masing sebesar 15, 30, dan 45 menit.

  2. Analisis Angka Lempeng Total [11][12]

  Sampel ditimbang dalam cawan petri steril sebanyak 5 g, ditambahkan 95 ml laruan

  

Buffered Peptone Water (BPW) 0.10% steril ke dalam kantong steril yang berisi sampel,

  • 1

  dihomogenkan dengan stomacher selama 1-2 menit. Suspensi pengenceran 10 dipindahkan 1 ml dengan pipet steril ke dalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan

  • 2
  • 3 -6

  pengenceran 10 dan seterusnya pengenceran dibuat 10 sampai 10 . Sebanyak 1 ml suspensi ditanam dalam cawan petri steril yang berisi media Total Plate Count Agar dan disebar menggunakan spreader, diinkubasi dalam inkubator dengan posisi petri terbalik selama 48 jam. Untuk menghitung total mikroba kontaminan berdasarkan perhitungan koloni, dengan kisaran antara 30 – 300 yang dihitung.

  3. Analisis Angka Paling Mungkin [13][14] Analisis dilakukan dengan menggunakan seri sembilan tabung (3-3-3). Setiap tabung reaksi dimasukkan 10 ml EC Broth (Oxoid) dan setiap tabung dilengkapi dengan tabung durham dengan posisi terbalik. Selanjutnya masukkan 1 ml sampel ke dalam 3

  • 1

  tabung pertama dari pengenceran 10 , 1 ml sampel ke dalam 3 tabung kedua dari

  • 2
  • 3

  pengenceran 10 dan 1 ml ke tabung ketiga dari pengenceran 10 . Semua tabung reaksi diinkubasi dalam inkubator shaker water bath dengan kecepatan 150 rpm pada suhu 44 C selama 1 . Setelah masa inkubasi, diamati terbentuknya gas pada tabung durham) dan terbentuknya asam (media menjadi keruh). Apabila terbentuk gas didalam tabung durham, tabung dinyatakan positif. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas diperpanjang masa inkubasinya sampai 48 jam. Dari tabung yang menujukan hasil positif selanjutnya dilakukan penetapan Eserichia coli dengan menginokulasikan biakaan dari tabung yang membentuk gas ke media pembenihan Nutrient Agar miring, yang diinkubasi pada suhu 35ºC selama 18

  • – 24 jam. Selanjutnya dilakukan pengujian IMViC (Indole, Methyl Red, Voges-

  

Praskauer, dan Citrate) dari biakan Nutrient Agar tersebut. Uji biokimia ini selanjutnya

dicocokan dengan uji penduga lalu dirujuk pada tabel MPN.

  4. Analisis Mikroba Spesifik Salmonella [15] Pemeriksaan Salmonella dilakukan dengan cara menimbang sampel telur ayam broiler sebanyak 10 g lalu ditambahkan dengan 90 ml larutan pepton steril kemudian dihomegenkan menggunakan stomacher selama 30 detik, lalu diambil 1 ml untuk ditanam dalam media pengkaya (TBGB) dan disimpan pada suhu 37 C selama 24 jam dan selanjutnya ditanam dalam media selektif (BGA dan HE) yang disimpan pada suhu 37 C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh diidentifikasi secara biokimia dengan menggunakan tes IMViC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Angka Lempeng Total

  10000000 1000000 0 kGy

  6

  10

  (Kontrol) Angka 100000

  5

  1 Kgy

  10 Lempeng 10000

  4 Total

  10

  2 Kgy (ALT) 1000

  3 dalam

  10

  satuan 100

  3 Kgy

  2

  10

  cfu/gram 10

  1

10 Standart

  1 1 2 SNI Penyimpanan 6 hari, Suhu 4 Penyimpanan 0 hari

  ℃ Waktu Penyimpanan

  Gambar 1. Efek Iradiasi Sinar Gamma dan Lama Penyimpanan Terhadap Jumlah Total Mikroba Kontaminan Berdasarkan Metode Perhitungan Angka Lempeng Total (ALT) pada Telur Ayam Broiler Segar

  Dari Gambar 1 dapat dilihat jumlah angka lempeng total tertinggi terdapat pada sampel tanpa perlakuan iradiasi dan penyimpanan suhu dingin (kontrol) yaitu sebesar 5.50 x

  6

  10 cfu/g. Hal ini menunjukan telur tersebut belum layak untuk dikonsumsi segar ataupun setengah matang karena diduga mengandung bakteri patogen dan berpotensi menyebabkan keracunan terutama bagi orang tua, anak-anak, dan orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang rendah. Beberapa produk makanan yang beresiko menyebabkan keracunan karena mengunakan bahan baku telur segar tanpa melalui pemasakan yang baik antara lain, mayones, caesar salad dressing, ice cream, eggnog, tiramisu, dan Susu Telur Madu Jahe [16,17]. Kemudian pada laju dosis iradiasi 1 kGy jumlah cemaran mikroba turun

  5

  menjadi 2 x 10 cfu/g, namun belum memenuhi standar SNI. Efek iradiasi tergantung pada dosis iradiasi yang digunakan, penyinaran dengan dosis tinggi terhadap jasad hidup mengakibatkan kerusakan sel dengan cepat [18]. Seiring dengan peningkatan laju iradiasi

  3

  terlihat jumlah mikroba kontaminan semakin menurun, 5 x 10 cfu/g pada dosis iradiasi 2 kGy

  1

  dan pada dosis irradisi 3 kGy sebesar 7 x 10 cfu/g. Untuk waktu penyimpanan 6 hari dengan menggunakan dosis iradiasi yang sama, diperoleh penurunan jumlah total mikroba kontaminan pada telur ayam broiler segar dibawah ambang maksimum yang diperbolehkan

  4

  2

  1 SNI, masing-masing sebesar 1.60 x 10 cfu/g, 3.80 x 10 cfu/g, dan 1.80 x 10 cfu/g.

  Berdasarkan data diatas diketahui waktu penyimpanan pada suhu 4 C mempengaruhi jumlah total mikroba kontaminan pada telur ayam broiler segar. Hal ini diduga, suhu mempengaruhi kecepatan perbaikan DNA pasca iradiasi dengan cara memperlambat kerja enzim. Penurunan suhu dibawah 4°C (pada bakteri mesofilik) menyebabkan repair enzymes yang bekerja pasca terekspose radiasi tidak dapat melakukan resintesis DNA yang rusak [19].

2. Analisis Angka Paling Mungkin

  32 64 Jumlah Mikroba 16 0 kGy (Kontrol)

  Escherichia

  1 Kgy coli dalam 8 satuan

  2 Kgy MPN/g 4

  3 Kgy 1 2 Standart SNI Penyimpanan 0 hari 1 Penyimpanan 6 hari, Suhu 4 2

  

Waktu Penyimpanan

  Gambar 2. Efek Iradiasi dan Lama Penyimpanan Terhadap Bakteri Escherichia coli Gambar 2 memperlihatkan pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada telur ayam broiler. Pada dosis iradiasi 1 kGy dan 2 kGy jumlah bakteri Escherichia coli pada telur ayam broiler mengalami penurunan walau belum memenuhi standar SNI. Penurunan jumlah bakteri yang belum mencapai standar SNI dikarenakan dosis iradiasi yang digunakan masih rendah sehingga hanya mampu merusak sebagian bakteri Escherichia coli pada telur ayam broiler. Pada dosis 3 kGy jumlahnya semakin menurun dibawah standar SNI. Hal ini dikarenakan, semakin besar dosis iradiasi yang digunakan, menyebabkan semakin tinggi terjadinya multiple damage site pada DNA. Kerusakan DNA yang parah, tidak memberi kesempatan repair enzymes untuk mengadakan perbaikan dari kerusakan sehingga sel akan mati.

  Untuk waktu penyimpanan 6 hari dengan menggunakan dosis iradiasi 2 kGy dan 3 kGy, diperoleh penurunanan jumlah Angka Paling Mungkin pada telur ayam broiler segar dibawah ambang batas maksimum yang diperbolekan SNI, masing-masing sebesar 7 MPN/g dan 3 MPN/g. Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom dapat menyebabkan sel tetap hidup atau mati yang bergantung pada proses perbaikan yang terjadi secara enzimatis, diduga suhu dingin membantu memperlambat kerja enzim sehingga kerusakan DNA tersebut menyebabkan sel mati. Dengan kombinasi suhu dingin, dosis iradiasi dapat ditekan guna menjaga kandungan nutrisi dari telur ayam broiler. Karena pengunaan iradiasi sinar gamma diatas 3 kGy menyebakan terjadi penurun viskositas putih telur [20].

3. Analisis Salmonella

  Text Hasil pemeriksaan yang positif Salmonella memang jarang ditemukan karena potensi penyebaran bakteri ini memang lebih rendah dibandingkan dengan bakteri lain seperti E. coli. Dari seluruh sampel yang diteliti hanya ditemukan dua sampel yang memberikan hasil positif yaitu pada telur ayam broiler dengan perlakuan tanpa iradiasi sinar gamma dan penyimpanan suhu dingin, pada ulangan 1 dan ulangan 3, sedangkan 22 sampel lainnya tidak ditemukan tanda tanda keberadaan bakteri Salmonella yang yang menunjukkan sampel - sampel ini bebas dari kontaminasi Salmonella.

  Tabel 1. Hasil Identifikasi Bakteri Salmonella pada Telur Ayam Segar Berdasarkan data pada tabel 1 sampel yang positif mengandung bakteri Salmonella yaitu sampel yang tanpa iradiasi sinar gamma pada ulangan 1 dan ulangan 3 yang diduga kuat positif mengandung bakteri Salmonella, karena berdasarkan pengujian menggunakan metode tes IMViC yang terdiri dari Indole, Methyl Red, Voges Praskauer, dan Citrate sampel tersebut positif mengandung Salmonella. Sedangkan sampel dengan perlakuan iradiasi sinar gamma 2 kGy dan 3 kGy tidak terdeteksi adannya bakteri Salmonella, yang mungkin terjadi sebagai akibat iradiasi sehingga terjadi perubahan kimia di dalam sel bakteri. Perubahan kimia tersebut berupa penghambatan sintesa DNA yang mengakibatkan proses pembelahan sel dan reproduksi terganggu [21].

  Iradiasi 0 Kgy

  Kgy (inkubasi) 1 + - - - - - - -

  2 + - - - - - - - 3 + - - - - - - - Iradiasi 3

  Iradiasi 3 Kgy 1 + - - - - - - -

  (inkubasi) 1 + - - - - - - - 2 + - - - - - - - 3 + - - - - - - -

  Iradiasi 2 Kgy

  Kgy 1 + - - - - - - - 2 + - - - - - - - 3 + - - - - - - -

  2 + + + + - - - - 3 + + + + - - - - Iradiasi 2

  Kgy (inkubasi) 1 + + + + - - - -

  2 + + + - - + + - 3 + + + - - + + - Iradiasi 1

  Iradiasi 1 Kgy 1 + + + - - + + -

  (inkubasi) 1 + + + + + - - - 2 + + + + + - - - 3 + + + + + - - -

  Salmonella

  

SIMPULAN

  2 + + + + + - + - 3 + + + - + - + Positif

  Salmonella

  Iradiasi 0 Kgy 1 + + + - + - + Positif

  V P Sitrat

  

Sampel Ulangan Pengkayaan Penanaman Konfirmasi Keterangan

TBGB BGA HE Indol M

R

  64 MPN/g menjadi 3 MPN/g, dan Salmonella tidak ditemukan pada sampel yang diberi

  cfu/g, bakteri Escerichia coli

  1

  cfu/g mernjadi 1.80 x 10

  6

  Kualitas mikrobiologis telur ayam broiler dengan perlakuan iradiasi dan penyimpanan suhu 4°C lebih baik dibandingkan tanpa perlakuan iradiasi dan penyimpanan suhu 4°C. Dosis iradiasi 3 kGy dan penyimpanan suhu 4°C mampu mengurangi jumlah mikroba kontaminan dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI. Total mirkoba kontaminan mengalami penurunan dari 5.50 x 10

  2 + - - - - - - - 3 + - - - - - - -

  1) Loongyai, W., Wiriya, B., and Sangsawang, N. 2011. Detection of salmonella and escherichia coli in egg shell and egg content from different housing systems for laying hens. Int. J. of Poult. Sci,10(2),459-466 2) Chai, L.C., Cheah, Y.K., Farinazleen, M.G., Jeyaletchumi, P., Noor Hidayah, M.S., Pui,C.

  perlakuan iradiasi sinar gamma dan penyimpanan suhu 4°C. Semakin tinggi dosis iradiasi yang digunakan, jumlah total mikroba semakin menurun. Sampel yang diberi perlakuan penyimpan suhu 4°C memiliki jumlah bakteri yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang hanya diiradiasi.

DAFTAR PUSTAKA

  F., Son, R., Tunung, R., Ubong, A., and Wong, W.C. 2011. Review article salmonella : a foodborne pathogen. International Food Research Journal, 18: 465-473 3) De Reu, K., Messens, W., Heyndrickx, M., Rodenburg, T. B., Uyttendaele, M., and

  Herman, L. 2008. Bacterial contamination of table eggs and the influence of housing systems. World's poultry science journal, 64(1): 5-19 4) Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Surveillance for foodborne disease outbreaks in united states from 2009

  • –2010. Morbidity Mortality Weekly Report, 62:3. 5) European Food Safety Authority. 2007. The community summary report on trends and sources of zoonoses, zoonotic agents, antimicrobial resistance and foodborne outbreaks in the european union in 2006. The EFSA Journal, 130: 250-252

  17(4): 148-152 8) Farkas, J., and Mohácsi, F.C. 2011. History and future of food irradiation. Trends in Food

  Science and Technology, 22(2), 121-126

  6) Ahmed, A.A., and Aragi, G.M. 2013. Comparison between gamma irradiation and plasma technology to improve the safety of cold sliced chicken. Afr. J. Food Sci, 7(12): 461-466 7) Farkas, J. 2006. Irradiation for better foods. Trends in food science and technology,

  11) Al ‐Bachir, M., and Zeinou, R. 2006. Effect of gamma irradiation on some characteristics of shell eggs and mayonnaise prepared from irradiated eggs. J. Food Saf, 26(4): 348-360

  12) Spoto, M.H.F., Gallo, C.R., Alcarde, A R., Gurgel, M.S.D.A., Blumer, L., Walder, J.M.M., and Domarco, R.E. 2000. Gamma irradiation in the control of pathogenic bacteria in refrigerated ground chicken meat. Scientia Agricola, 57(3): 389-394

  13) Kušar, D., Pate, M., Mićunović, J., Bole-Hribovšek, V., and Ocepek, M. 2010. Detection of salmonella in poultry faeces by molecular means in comparison to traditional bacteriological methods. Slovenian Veterinary Research, 47(2): 193-200 14) Balamatsia, C.C., Rogga, K., Badeka, A., Kontominas, M.G., and Savvaidis, I.N. 2006.

  Effect of low-dose radiation on microbiological, chemical, and sensory characteristics of chicken meat stored aerobically at 4 C. Journal of Food Protection, 69(5): 1126-1133 15) Badan Standardisasi Nasional. 2008. Telur Ayam Segar Konsumsi. SNI 3926:2008.

  Badan Standardisasi Nasional. Jakarta 16) Kannan, S., Dev, S. R., Gariépy, Y., and Raghavan, G. S. 2013. Effect of radiofrequency heating on the dielectric and physical properties of eggs. Progress In Electromagnetics

  Research 51(4): 451-463

  17) Nugraha, A., Swacita, I.B.N., dan Tono P.G.K 2012. Deteksi bakteri salmonella spp dan pengujian kualitas telur ayam buras. Indonesia Medicus Veterinus, 1(3): 231-229 18) Spoto, M.H.F., Gallo, C.R., Alcarde, A R., Gurgel, M.S.D.A., Blumer, L., Walder, J.M.M., and Domarco, R.E. 2000. Gamma irradiation in the control of pathogenic bacteria in

  9) Mossel, D.A.A. 2001. The destruction bacteria in refrigerated liquid whole egg with gamma radiation. Int. J. Appl. Radiat. Isot, 9(12):105-112 10) Kawser, A., Masudul, H., and Nazmul, A. 2009. Efect of gamma radiation in combination with low temperature refrigeration on the chemical, microbiological and organoleptic changes in pampus chinensis. World Journal of Zoology 4(1): 09-13

  19) Vignard, J., Mirey, G., and Salles, B. 2013. Ionizing radiation induced dna double-strand breaks: a direct and indirect lighting up. Radiother Oncol, 10(8): 362

  • –369 20) Min, B.R., Nam, K.C., Lee, E.J., Ko G.Y., Trampel, D.W., and Ahn, D.U. 2005. Effect of irradiating shell eggs on quality attributes and functional properties of yolk and white.

  Poult. Sci, 84(11),1791-1796

  21) Messens, W., Grijspeerdt, K., and Herman, L. 2005. Eggshell penetration by salmonella: a review. World's poultry science journal, 61(01):71-86

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG UBI UNGU (KAJIAN SUHU LIKUIFIKASI DAN KONSENTRASI α-AMILASE): KAJIAN PUSTAKA

0 0 7

PENGARUH PENAMBAHAN GEL PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) PADA PEMBUATAN KERUPUK PULI The Effect Of Adding The Porang Gel (Amorphophallus muelleri Blume) On Making Crackers Puli

0 0 10

PENGARUH PROPORSI GULA MERAH DAN KACANG TANAH SERTA PENAMBAHAN TEPUNG SANTAN TERHADAP BUMBU GADO-GADO INSTAN The Effect of Proportion Palm Sugar and Peanut and The Addition of Coconut Milk Powder to Instant Seasoning Gado-gado

0 0 9

PEMBUATAN SOSIS AYAM MENGGUNAKAN GEL PORANG (Amorphophallus mueleri Blume) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS Production Chicken Sausage Using Porang Gel as a Binder to the Characteristics of Sausages

0 0 9

PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI AIR LAYAK KONSUMSI DI KOTA MALANG DENGAN METODE MODIFIKASI FILTRASI SEDERHANA

0 1 11

BAHAN DAN METODE Bahan

0 0 11

KARAKTERISASI EKSTRAK KULIT JERUK BALI MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC BATH (KAJIAN PERBEDAAN PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI) Characteristic of Pamello Fruit Peel Extract Using Ultrasonic Bath (Study Of Solvent and Extraction Time)

0 0 8

FORMULASI BERAS ANALOG BERBASIS TEPUNG MOCAF DAN MAIZENA DENGAN PENAMBAHAN CMC DAN TEPUNG AMPAS TAHU Formulation of Analogue Rice Based Mocaf and Maizena Flour with Addition CMC and Tofu Waste Flour

0 0 8

PEMBUATAN MINUMAN FUNGSIONAL LIANG TEH DAUN SALAM (Eugenia polyantha) DENGAN PENAMBAHAN FILTRAT JAHE DAN FILTRAT KAYU SECANG Making Functional Drink Liang Tea Bay Leaves (Eugenia polyantha) with Addition of Ginger Filtrate and Secang Wood Filtrate

0 0 7

KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN MIKROBIOLOGIS KOMBUCHA DARI BERBAGAI DAUN TINGGI FENOL SELAMA FERMENTASI Chemical and Microbiological Characteristics of Kombucha from Various High Leaf Phenols During Fermentation

0 0 12